emosional. Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik Permen No 58 tahun 2009
Berdasarkan pengertian karakter tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa karakter adalah serangkaian tabiat, kepribadian, akhlak, budi pekerti, personalitas,
perilaku, perasaan, dan pemikiran dalam diri individu manusia sebagai ciri khas pembeda dirinya dengan orang lain yang menjadi kebiasaan dan menimbulkan
perbuatan-perbuatan kebaikan tanpa adanya dorongan serta dilakukan secara terus-menerus dalam lingkup pengembangan meliputi nilai-nilai keagamaan dan
moral, fisik, kognitif, bahasa, seni, dan sosial-emosional.
2.1.2 Nilai-nilai Karakter
Menurut Gordon Allfort dalam Mulyana 2004: 9, nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Ditambahkan oleh
Richard Eyre dan Linda dalam Gunawan 2012: 31, nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu
berdampak positif, baik bagi yang menjalankan maupun orang lain. Character Count di Amerika dalam Gunawan 2012: 32, mengidentifikasikan bahwa
karakter-karakter yang menjadi pilar yang harus ditanamkan kepada siswa atau peserta didik mencakup sepuluh karakter utama antara lain; 1 dapat dipercaya
trusswhortiness; 2 rasa hormat dan perhatian respect; 3 tanggungjawab responsiblity; 4 jujur fairness; 5 peduli caring; 6 kewarganegaraan
citizenship; 7 ketulusan honesty; 8 berani courage; 9 tekun deligence; dan 10 integritas integrity.
Indonesian Heritage Foundation IHF, merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu 1 cinta kepada Allah dan
semesta beserta isinya; 2 tanggungjawab; disiplin dan mandiri; 3 jujur; 4 hormat dan santun; 5 kasih sayang, peduli dan kerjasama; 6 percaya diri,
kreativ, kerja keras, dan pantang menyerah; 7 keadilan dan kepemimpinan; 8 baik dan rendah hati; dan 9 toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Semantara itu, Kemendiknas melansir bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan atau hukum, etika akademik, dan prinsip-
prinsip Hak Asasi Manusia telah teridentifikasi delapan puluh butir nilai karakter. Delapan puluh butir tersebut telah dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:
Tabel 2.1.2 Nilai-nilai karakter sekolah
No Nilai Karakter
yang dikembangkan
Deskripsi Perilaku
1 Nilai
karaker dalam
hubungannya dengan tuhan yang
maha esa religius Berkaitan dengan nilai, pemikiran, perkataan dan
tindakan seseorang
yang diupayakan
selalu berdasarkan pada nilai- nilai ketuhanan dan atau ajaran
agama.
2 Nilai karakter yang hubungannya dengan diri sendiri, yang meliputi:
Jujur Merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat diperrcaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan,
baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain.
Bertanggung jawab
Merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya,
negara dan tuhan yang maha esa.
Bergaya hidup
sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik
dalam menciptakan
hidup yang
sehat dan
menghindarkan kebiasaan
buruk yang
dapat mengganggu kesehatan.
Disiplin Merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Kerja keras Merupakan suatu perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugasbelajarpekerjaan dengan
sebaik-baiknya.
Percaya diri Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap
pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapan. Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru,
memasarkannya, serta
mengatur permodalan operasinya.
Berpikir logis,
kritis, kreatif dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk mengahasilkan cara atau hasil baru yang
termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
Mandiri Suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang
depelajarinya, dilihatnya dan didengar.
Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuatyang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3 Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama antara lain:
Sadar akan hak dan kewajiban diri
dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang
menjadi milikhak diri sendiri dan orang lain serta tugaskewajiban diri sendiri seta orang lain.
Patuh terhadap
aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
Menghargai karya dan prestasi orang
lain Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna baig masyarakat dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang
lain.
Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata
bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. Demokratis
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4 Nilai
karakter yang hubungannya
dengan lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam disekitaranya, dan mengambangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
5 Nilai kebangsaan
Cara berpikir,
bertindan dan
wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
Nasionalis Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan politik bangsanya.
Menghargai kebaragaman
Sikap memberikan respekhormat terhadap berbagai macam hal baik yang bebentuk fisik, sifat, adat,
budaya, suku, dan agama.
sumber: Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama, Kemendiknas tahun 2010
Menurut Amriawan dalam Widodo 2012: 105, jika dilihat dari kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30 persen saja terhadap
hasil pendidikan anak didik. Sementara sisanya 70 persen, lingkungan keluarga dan masyarakat ikut andil dalam keberhasilan pendidikan anak didik. Orang tua
dapat menerapkan nilai-nilai karakter sesuai dengan fase perkembangan anak. Selain itu, teladan orang tua dan pola asuh anak juga ikut mempengaruhi
penanaman nilai-nilai karakter anak usia dini. Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak sehingga,
kebiasaan dan tingkah laku yang terbentuk dalam keluarga akan menjadi contoh dan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua harus bersungguh-sungguh dalam
memberikan perhatian kepada anak, jika mereka ingin melihat anak-anak mereka tumbuh menjadi generasi yang menganut nilai-nilai karakter luhur. Teladan dan
pola asuh orang tua sangat diperlukan dalam keberhasilan penanaman nilai karakter luhur. Nilai-nilai karakter yang dapat diterapkan oleh orang tua dalam
lingkungan keluarga adalah nilai religius, jujur, bertanggungjawab, percaya diri, saling menghormati, menggunakan tutur bahasa yang baik, sopan, santun,
komunikatif, disiplin, kreatif, peduli terhadap keluarga, mandiri, toleransi, pemaaf, ramah, sikap hormat, rasa memiliki, sabar, dan sportif.
Penanaman nilai-nilai karakter pada masyarakat antara lain, nilai religius, peduli terhadap sesama, peduli terhadap lingkungan, peduli terhadap tetangga,
menghargai pendapat orang lain, jujur, bertanggungjawab, amanah, berbahasa yang baik, saling menghormati, toleransi, gotong-royong, berpendirian yang
teguh, bekerja keras, kerja sama, suka menolong, adil, mandiri dan percaya diri, loyalitas, sabar, dan empati. Hal ini senada dengan pendapat Zuchdi, dkk 2013:
25, bahwa membangun kultur atau lingkungan yang mendukung terwujudnya tujuan pendidikan yakni karakter mulia sangatlah penting. Tiga lingkungan utama
peserta didik yaitu, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat hendaklah dibangun sinergis dan bersama-sama mendukung proses
pendidikan dan pembelajaran dikelas. Nilai-nilai tersebut jika ditanamkan pada anak secara sinergi antara sekolah, keluarga dan masyarakat maka akan
menghasilkan generasi bangsa yang memiliki karakter luhur, tetapi dalam penerapannya memerlukan proses yang panjang serta berkelanjutan.
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, nilai-nilai karakter berada pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang memiliki empat ranah, yaitu
kompotensi sikap religius, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Kompetensi Dasar terdapat Indikator
yang merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku
yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Indikator- indikator inilah yang membantu pendidik untuk mengetahui apakah KD telah
dimiliki peserta didik. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atau Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 77 G, yaitu struktur kurikulum pendidikan anak usia dini formal berisi program-program pengembangan nilai agama dan moral,
motorik, kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan seni. Nilai-nilai karakter adalah keyakinan bersifat tanggungjawab, jujur, percaya
diri, dapat dipercaya, disiplin, mandiri, peduli sosial, peduli lingkungan, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, kepemimpinan dan nilai lain yang menghasilkan
suatu perilaku yang berdampak positif untuk dirinya maupun orang lain dan lingkungannya.
Nilai-nilai luhur yang diajarkan kepada peserta didik sesuai dengan fase perkembangan peserta didik dengan melibatkan berbagai pihak untuk mendukung
penanaman karakter tersebut. Karakter tersebut dapat berupa nilai agama, tanggungjawab, sopan santun, kerja keras, kreativ, pantang menyerah,
kepemimpinan, dapat dipercaya, kerja sama, disiplin, mandiri, peduli sosial, peduli lingkungan dan lain sebagainya. Biasanya nilai-nilai yang akan diterapkan
disesuaikan juga dengan visi dan misi lembaga pendidikan. Selain itu, nilai-nilai tersebut dapat berubah sesuai dengan perkembangan peserta didik. Oleh karena
itu, lingkungan pergaulan harus mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Jika tidak, peserta didik akan mengalami kebingungan karena suasana yang
berbeda antara sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat. Maka dari itu, perlu adanya pendidikan karakter untuk semua komponen pendidikan.
2.1.3 Pengertian Pendidikan Karakter