leveragenya. Dari ketiga penelitian tersebut menghasilkan hasil penelitian yang berbeda- beda. Hal inilah yang kemudian membuat Peneliti tertarik untuk meneliti kembali
pengaruh financial leverage terhadap EPS dengan menggunakan Debt to Assets Ratio DAR sebagai variabel financial leverage yang belum pernah digunakan oleh ketiga
Peneliti sebelumnya, serta menambahkan variabel total assets turnover sebagai variabel independen.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage dan total asset turnover
terhadap earning per share pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode 2006-2009.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah “apakah financial leverage dan total asset turnover berpengaruh terhadap EPS
pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2006- 2009?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah ”untuk menguji pengaruh financial leverage DAR dan total asset turnover terhadap earning per share EPS pada
perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2006-2009”.
D. Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian diharapkan tidak hanya bagi peneliti, namun juga bagi perusahaan dan peneliti lainnya.
1. Peneliti
Penelitian ini sangat berguna bagi Peneliti dikemudian hari jika nantinya dimintakan pendapatnya mengenai pengaruh financial leverage dan total assets turnover
terhadap earning per share EPS. 2.
Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan khususnya
dibidang keuangan dalam menilai hasil operasi dan kebijaksanaan pendanaan perusahaan.
3. Peneliti Lain
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB –II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Earning Per Share EPS
a. Pengertian Earning Per Share EPS
Laba per lembar saham akan diikuti secara erat oleh peserta saham, karena besarnya laba per lembar saham dari suatu perusahaan merupakan cerminan dari
nilai perusahaan. Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 56 menyebutkan “LPS dengan ringkas menyajikan kinerja perusahaan
dikaitkan dengan saham beredar“. Hal ini menjelaskan bagaimana kinerja suatu perusahaan jika dikaitkan dengan bagaimana proses dari pendanaan perusahaan itu
menghasilkan laba. Menurut Fabozzi 2001:861 yang dialihbahasakan oleh Tim Penerjemah Salemba Empat bahwa “Earning per share adalah perbandingan antara
laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar selama
periode perhitungan yang dilakukan”. Dengan demikian, EPS merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para pemegang saham dari setiap lembar saham
biasa yang beredar dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan apa yang dijelaskan oleh Fabozzi mengenai earning per share,
maka Peneliti menggunakan rumus sebagai berikut untuk menentukan besarnya EPS.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan rumus di atas, setidaknya ada dua faktor yang menentukan besarnya tingkat EPS yang dihasilkan. Pertama yakni pada angka pembilangnya,
dimana jika Net Income After Tax Laba Bersih Setelah Pajak semakin besar maka besaran EPS nya juga akan besar. Faktor kedua yang menentukan besarnya tingkat
EPS adalah jumlah saham beredar Number Of Share Outstanding yang fungsinya sebagai angka penyebut dalam rumus tersebut, dimana semakin banyak
perusahaan menggunakan dana dari penambahan jumlah saham beredar, maka akan semakin memperkecil besarnya tingkat EPS yang diperoleh. Dalam penelitian
ini jumlah saham beredar yang Peneliti gunakan adalah jumlah saham beredar rata- rata tertimbang dalam satu periode.
b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi EPS
Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan, manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam
struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham saham perusahaannya. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi earning per share adalah
1. Penggunaan hutang
Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan, manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perusahaan
dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham perusahaannya. Menurut Brigham dan Houston yang dialihbahasakan oleh Dodo
Suharto dan Herman Wibowo 2001:19 bahwa “Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham EPS dan karena
Universitas Sumatera Utara
itu, juga mengakibatkan perubahan harga saham”. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa perubahan penggunaan hutang, merupakan faktor yang
mempengaruhi tingkat besaran EPS. Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Wild et al 2008:213 bahwa
“motivasi utama perusahaan memperoleh pendanaan usaha melalui utang adalah potensi biaya yang lebih rendah. Dari sudut pandang pemegang saham,
utang lebih murah dibandingkan dengan pendanaan ekuitas”. Pendapat tersebut didasarkan oleh karena bunga sebagian besar jumlahnya tetap, dan jika bunga
lebih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang, selisih lebih atas pengembalian akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas. Selain itu,
karena bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak sedangkan dividen tidak, dampaknya adalah besarnya pajak yang ditanggung perusahaan
akan semakin kecil sebagai akibat dari penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan sehingga pada akhirnya adalah terjadi kenaikan pada EPS.
2. Tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak EBIT
Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun dihadapkan pada beberapa alternatif sumber pendanaan, apakah dengan modal sendiri atau
dengan pinjaman modal asing. Menurut Sutrisno 2001:255 “Dalam memilih alternatif sumber dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit sebelum
bunga dan pajak EBIT=Earning Before Interest and Tax berapa apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama”. Dari
penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat laba bersih sebelum bunga
Universitas Sumatera Utara
dan pajak EBIT merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya laba per lembar saham.
2. Financial Leverage
a. Pengertian Leverage
Leverage jika diartikan secara harfiah berarti pengungkit, pengungkit digunakan untuk mengangkat beban berat. Dalam ilmu manajemen keungan juga
dikenal leverage, namun dalam makna yang berbeda tentunya. Menurut Sartono 2001:257 “leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana sources of funds
oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham”. Dengan kata lain, penggunaan leverage
ditujukan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan atau
pemegang saham. Gitman 2003:508 mengemukakan dampak dari penggunaan leverage bagi
perusahaan yaitu “Results from the use of fixed-cost or funds to magnify returns to the firms owners. Generally increases in leverage result in increased return and risk,
whereas decreases in leverage result in decreases return and risk”. Artinya bahwa akibat dari penggunaan biaya tetap untuk memperoleh return bagi pemilik
perusahaan. Secara umum, peningkatan leverage akan mengakibatkan peningkatan return dan risk. Sebaliknya, penurunan leverage akan menurunkan return dan risk.
Dari pernnyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh suatu perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva serta menanggung beban
tetap melainkan juga untuk memperbesar pendapatan. Konsep leverage tersebut
Universitas Sumatera Utara
sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat trade-off persimpangan antara risiko dan tingkat keuntungan dari
berbagai tipe keputusan finansial.
b. Jenis-jenis Leverage
Pinjaman yang diperoleh perusahaan dapat berupa pinjaman operasional dan pinjaman finansial. Kedua jenis pinjaman tersebut masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahannya. Pembahasan mengenai kedua jenis pinjaman tersebut dikemukakan oleh Van Horn dan Wachowicz, Jr 2000;440,445 sebagai
berikut 1.
Leverage Operasi Operating Leverage Merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup biaya tetap dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas. Leverage operasi timbul setiap saat
perusahaan memiliki biaya-biaya tetap tanpa memperhatikan jumlah biaya tersebut. Biasanya biaya-biaya yang menyangkut leverage operasi timbul dari
penggunaan aset tetap, seperti biaya depresiasi atau penyusutan aset tetap. 2.
Leverage Keuangan Financial Leverage Financial leverage berasal dari keberadaan biaya finansial tetap dalam
arus pendapatan perusahaan. Ada dua biaya finansial eksternal dalam hal pendanaan, yaitu bunga pinjaman dan dividen saham preferen. Biaya-biaya ini
harus ditutupi, berapapun nilai EBIT Earning Before Interest and Tax yang tersedia untuk membiayai biaya-biaya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Keown, dkk 2001:402, financial leverage merupakan penggunaan aset perusahaan yang didanai dengan surat-surat berharga surat
hutang dengan tingkat bunga tetap atau saham preferen dengan tingkat dividen konstan dengan tingkat pengembalian yang tetap terbatas yang diharapkan
dapat meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham. Dengan kata lain bahwa financial leverage akan timbul pada saat perusahaan menggunakan
sumber dana yang menimbulkan biaya atau beban tetap, dengan harapan agar penghasilan atau pengembalian serta nilai saham perusahaan dapat
ditingkatkan. Menurut Brigham 2004:213 “leverage keuangan financial leverage
merupakan penggunaan utang untuk meningkatkan laba”. Penggunaan utang dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan, karena aktiva perusahaan digunakan oleh perusahaan untuk
kegiatan operasional perusahaan yang tujuannya untuk menghasilkan laba. Selain itu ada dua alasan yang dikemukakan oleh Brigham mengenai alasan
mengapa penggunaan utang ataupun financial leverage lebih menguntungkan, yakni 1 bunga merupakan pengurang pajak sementara dividen untuk
pemegang ekuitas bukan, serta 2 karena bunga merupakan pengurang pajak, laba yang tersedia untuk pemegang ekuitas menjadi lebih besar.
Brigham 2004:486 menyatakan bahwa hubungan financial leverage terhadap EPS yaitu sebagai berikut “Changes in the use of debt will cause
changes in earning per share EPS as well as changes in risk both of which will affect the company’s stock price”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan EPS demikian pula dengan risiko. Financial levarage dianggap menguntungkan apabila laba yang diperoleh
lebih besar dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utang tersebut, dan financial leverage dianggap merugikan apabila laba yang diperoleh
lebih kecil dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utangnya tersebut. Jadi dalam penggunaan financial leverage faktor yang paling
menentukan adalah kemampuan pihak manajemen dalam memanfaatkan dana pinjaman itu sendiri.
Menurut Brigham 2001:86 ”rasio total hutang terhadap total aktiva, yang pada umumnya disebut rasio hutang debt ratio, mengukur persentase dana
yang disediakan oleh kreditur”. Hal tersebut mencerminkan bagaimana perusahaan didanai atau dengan kata lain bagaimana perusahaan mendanai total
asetnya melalui pendanaan hutang. Karena financial leverage merupakan suatu alat sebagai pengungkit keuangan melalui hutang yang bertujuan untuk
memaksimalkan pengembalian investasi, maka rasio hutang dapat digunakan sebagai rasio yang mewakili financial leverage, karena pada dasarnya pendanaan
melalui hutang ditujukan untuk mendanai aset produktif perusahaan. Adapun cara menghitungnya adalah sebagai berikut :
3. Leverage Total Gabungan Countinue leverage
Leverage gabungan atau kombinasi merupakan pengaruh perubahan penjualan terhadap laba setelah pajak ataupun pendapatan per lembar saham
Universitas Sumatera Utara
EPS. Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan baik operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi
pemegang saham biasa. Leverage operasi timbul ketika ada biaya tetap dari penggunaan aset depresiasi, sedangkan leverage keuangan timbul pada saat ada
biaya tetap atas penggunaan dana pinjaman.
3. Total Assets Turnover
Total Asset Turnover TATO menggambarkan efektivitas penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan
bersih yang dapat dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk aset perusahaan. Total Asset Turnover disebut juga rasio aktivitas. Rasio aktivitas activity
ratio menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 212 adalah ”rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya”. Rasio ini dirancang untuk
mengetahui apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan
dengan tingkat penjualan saat ini dan proyeksinya. Jika sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga
keuntungannya akan tertekan. Di lain pihak, jika aktiva terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan juga akan hilang.
Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Kelebihan
dana tersebut lebih baik ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Sebaliknya semakin tinggi tingkat aktivitas, semakin baiklah kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan.Adapun cara menghitung total asset turnover adalah.
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Reviska Mega Vani 2006 melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage terhadap earning per share pada PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk, Jakarta,
dengan menggunakan variabel debt to equity ratio DER sebagai variabel independennya, menemukan bahwa financial leverage debt to equity ratio
berpengaruh terhadap laba per lembar saham Earning PerShare pada PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk. Jakarta
Mira Firani 2006 melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage terhadap Rentabilitas Earning Per Share Pada Emiten Sektor infrastruktur di Bursa Efek
Jakarta, dengan menggunakan variabel Long term Debt to Equity Ratio LDER sebagai variabel independennya, menemukan bahwa bahwa tidak ada pengaruh antara financial
leverage terhadap EPS. Ezy Niranda 2008 melakukan penelitian mengenai Pengaruh Financial Leverage
terhadap Earning Per Share pada sub sektor industri makanan dan minuman di Bursa efek Jakarta periode 2001-2006, dengan menggunakan variabel Degree of Financial
Leverage DFL sebagai variabel independennya, menemukan bahwa Financial Leverage
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap EPS. Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama
Judul Variabel
Hasil Penelitian
Reviska Mega Vani
2006 Pengaruh Financial
Leverage terhadap Earning Per Share pada
PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk. Jakarta
Debt to Equity Ratio DER
Earning Per Share EPS
Financial Leverage
berpengaruh terhadap Earning
Per Share
Universitas Sumatera Utara
Mira Firani 2006
Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap
Rentabilitas Earning Per Share Pada Emiten Sektor
infrastruktur di BEJ Long term Debt
to Equity Ratio LDER
Earning Per Share EPS
Tidak ada pengaruh antara
financial leverage terhadap EPS
Ezy Niranda 2008
Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning
Per Share pada sub sektor industri makanan dan
minuman di Bursa efek Jakarta periode 2001-2006
Degree of Financial
Leverage DFL
Earning Per Share EPS
Financial Leverage tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap Earning Per share EPS
C. Kerangka Konseptual