PERBEDAAN TINGKAT PRODUKTIVITAS KERJA WANITA PENGGILING ROKOK DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan atau instansi pasti memiliki tujuan atau harapan yang ingin
dicapai. Untuk bisa mendapatkan harapan tersebut, maka di dalam organisasi tersebut
harus memiliki sumber daya yang sesuai atau yang bisa mewujudkan harapan
tersebut. Kesuksesan perusahaan bisa dilihat dari produktivitas kerja yang dicapai
oleh karyawannya oleh sebab itu perusahaan menuntut agar para karyawannya
mampu menampilkan produktivitas kerja yang optimal karena baik buruknya
produktivitas kerja yang dicapai oleh karyawan akan berpengaruh pada produktivitas
dan keberhasilan perusahaan secara keseluruhan.
Berdasarkan data hasil survey World Competitiveness Year Book tahun 2011,
dari 59 negara yang disurvey, Indonesia berada pada posisi 33 untuk business
Effeciancy, posisi 25 dari Government efficiency, posisi 37 untuk overall
productivity. Sedangkan berkaitan dengan iklim investasi dari 183 negara berdasarkan
laporan World Bank tahun 2011 Indonesia berada pada urutan 121 negara. pada tahun
2011, daya saing Indonesia menempati peringkat ke 46 dari 142 negara. Bahkan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), Muchtar Lutfie pada
acara konferensi Gerakan Produktivitas Nasional di kantor Kemenakertrans Jakarta,
Rabu (23/11/2011) menyebutkan bahwa dari sisi tenaga kerja, masalah produktivitas
sangat penting. Karena saat produktivitas meningkat, maka kesempatan kerja tercipta

dan kualifikasi angkatan kerja relatif sesuai dengan kebutuhan pasar kerja (Iman
Rosidi, 2011).
Dengan adanya data hasil survey dari World Competitiveness Year Book
tahun 2011 mengenai produktivitas kerja, di Indonesia sendiri kita mengetahui bahwa
negara kita kaya akan sumber daya alam, dan jika didukung dengan sumber daya
manusia yang kompeten, maka akan dapat menghasilkan produk yang bermutu.
Bahkan tingkat produktivitas nasional memunyai kontribusi penting terhadap
pertumbuhan ekonomi. Karena itu, peningkatan produktivitas harus terus didorong
melalui peningkatan efisiensi, efektivitas, kualitas, dan kreativitas setiap orang dalam

organisasi, baik di lingkungan pemerintahan maupun perusahaan. Hal tersebut
semakin menegaskan bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu pokok utama
dalam peningkatan produktivitas kerja.
Pada abad ke-21 situasi bagi perempuan banyak mengalami perubahan.
Metode kontrasepsi modern telah memungkinkan perempuan untuk membatasi
jumlah anak dan merencanakan kehamilan sesering mungkin, agar seminimal
mungkin hal tersebut tidak mengganggu karir mereka. Pengasuhan anak juga telah
banyak mengalami perubahan. Beban domestik relatif ringan dalam masyarakat
modern dan berbagai jenis fasilitas perawatan anak telah tersedia.
Kembali pada kodrat perempuan sebelum menginjak pada bahasan yang lebih

lanjut lagi, bahwa perempuan memiliki peran “lahiriah” dalam area domestik (rumah
tangga). Kondisi lahiriah perempuan yang dalam aturan normatif masyarakat
dipersiapkan untuk fungsi keibuan (motherhood) sama sekali tidak memudahkan
perempuan untuk membuat pilihan antara keduanya, publik maupun domestik.
Namun, perempuan tidak lagi terbatas hanya pada melahirkan dan merawat
anak-anak serta melakukan tugas-tugas rumah tangga. Perubahan peran perempuan
jelas terjadi sejalan dengan meningkatnya tingkat pekerja perempuan (DeCorte, 1993;
London & Greller, 1991; Morrison, 1993). Pada tahun 1960, hanya sepertiga dari
seluruh perempuan bekerja yang memiliki anak; tetapi di tahun 1988, 55% dari
perempuan yang menikah dengan bayi dan 61% dari seluruh perempuan yang
memiliki anak belum sekolah bekerja di luar rumah. Pekerjaan perempuan juga
berubah. Empat dari sepuluh mahasiswi kini bermaksud mengejar karir dalam bidang
hukum, bisnis, pengobatan, atau teknik sedangkan pada 1970 hanya dua dari sepuluh
perempuan mengatakan bermaksud mengejar karir yang didominasi oleh laki-laki
(seperti yang disebut Astin, Green & Korn, 1987, dalam Santrock ,2002).
Garis garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 telah menetapkan
bahwa peranan wanita sebagai sumber insane mempunyai hak dan kewajiban serta
kesempatan yang sama dengan pria dalam pembangunan di segala bidang. Di samping
itu juga berperan mengembangkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia termasuk
pengembangan generasi muda, terutama anak-anak dan remaja dalam rangka

pembangunan manusia seutuhnya. Dengan demikian wanita Indonesia dituntut untuk

mampu berperan ganda. Di satu pihak sebagai ibu rumah tangga dengan berbagai
persoalannya untuk menciptakan keluarga sejahtera dan bahagia, di lain pihak
berperan serta dalam pembangunan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan
kesempatannya dalam situasi dan kondisi masing-masing (Wehandaka, 2006).
Perubahan

sosial

budaya

dalam

masyarakat

Indonesia

memberikan


kesempatan kepada para wanita untuk berkarya atau bereperan ganda dalam
pembangunan serta menjalankan peran publiknya. Dalam pelaksanaan peran ganda
wanita terdapat dapat positif dan negative dilihat dari aspek kepengurusan rumah
tangga. Dampak posotif dalam sumbangan yang diberikan untuk pendapatan keluarga
serta kemampuan untuk menguasai lingkungan, inovasi, produktivitas, ketepatan
pengambilan keputusan, dan eksistensi harkat dan martabat

keawanitaannya.

Sedangkan dampak negative terutama dalam pengaturan perilaku waktu dalam beban
kerja sebagai ibu rumah tangga maupun pekerja (Djumiati dan Sudarwati, 1998,
dalam Wehandaka, 2006).
Keterlibatan perempuan dalam ekonomi, dalam perspektif pembangunan dapat
dibutuhkan apalagi dalam kondisi ekonomi Negara saat ini. Lepas dari itu semua
peran ganda bahkan multi peran perempuan merupakan salah satu alternative dari
sekian alternative yang ada untuk mempertahankan ekonomi keluarga terutama bagi
mereka yang tergolong dalam ekonomi menengah ke bawah (Tuti, 1990, dalam
Wehandaka, 2006).
Saat ini, perempuan mengisi hampir satu per tiga dari posisi manajemen,
sebuah peningkatan dari hanya 19% pada tahun 1972, meski sebagian besar berada

dalam pekerjaan dengan kekuasaan yang kecil dan berupah rendah (Paludi, 1992).
Hanya 2% ekskutif senior adalah perempuan, dan hanya 1,7% dari staf perusahaan
Fortune 500 adalah perempuan. Perhatian khusus tentang perkembangan karir
perempun, seperti juga individu dari pembatas dalam manajemen. Konsep kaca
pembatas sangat populer di tahun 1980-an untuk menggambarkan hambatan utama
yang tidak tampak jelas, tetapi secara kuat menghalangi perempuan naik dalam
hierarki manajemen. Diskriminasi ini masih sering menggambarkan bahwa “manajer
yang baik” memiliki sifat “maskulin” daripada “androgini”, atau kompeten dalam
berbagai organisasi (Morrison & Von Glinow, 1990, dalam Santrock, 2002).

Di Indonesia sektor industri yang dirasa sangat mendukung adalah pengusaha
rokok. Majalah Forbes Asia tahun 2007 misalnya mencantumkan dua nama juragan
rokok di negeri ini dalam daftar orang kaya sejagat. Keluarga Rahman Halim, pemilik
PR Gudang Garam, ada di urutan 538 dengan aset US$ 1,9 miliar. Lalu, keluarga
Budi Hartono, pemilik Djarum, ada di urutan 664 dengan aset US$ 1,5 miliar.
Kekayaan yang kinclong itu jauh dari kondisi yang dialami buruh pabrik rokok
atau biasa disebut penggiling. Dalam dunia industri khususnya industri produksi
rokok, masih banyak ditemui menggunakan tenaga manual untuk pengerjaan
pelintingan rokok. Tenaga manual ini umumnya bekerja dengan sistem borongan
lepas. Artinya, buruh hanya diupah berdasar hasil kerja, tidak ada ikatan lebih. M

Rully, pejabat dari Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja-Dinas Tenaga Kerja,
Kabupaten Malang menyebutkan bahwa pekerja borongan atau buruh pabrik rokok
jika berhenti bekerja maka perusahaan tidak akan memberikan pesangon. Pola
hubungan kerja semacam ini cenderung menempatkan buruh atau penggiling pada
posisi yang lemah.
Andy Irfan, Sekretaris Jenderal Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia
wilayah Jawa Timur, menjelaskan bahwa Sistem kerja borongan, hanyalah sistem
penghitungan pengupahan. Sedangkan status kerja sesuai Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 ada tiga macam, yakni pekerja tetap, perjanjian kerja waktu tertentu
(PKWT) alias pekerja kontrak, dan pekerja harian lepas. Berhubung buruh pabrik ini
memiliki status kerja tidak jelas, kata Andy, pengusaha pun mudah berkelit dari
tanggung jawab. Hak normatif seperti hak cuti, tunjangan hari raya, dan jaminan
sosial tenaga kerja rentan dilanggar.
Sebagian besar penggiling, 90% adalah perempuan, nyaris tidak pernah
menikmati cuti haid dan cuti melahirkan dengan layak. Karyawati yang tidak masuk
lantaran melahirkan, misalnya, otomatis tidak diberi gaji dan tunjangan. Cuti haid pun
tak berbeda. "Kalaupun ada cuti haid, mengurusnya sangat susah, sehingga buruh
memilih untuk tidak cuti," kata Bambang Edy, Ketua Divisi Advokasi Solidaritas
Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) Kabupaten Malang. Geng Wahyudi mengakui,
70% dari 194 perusahaan rokok kecil di Malang mengupah buruhnya di bawah UMR.

Kisaran upah buruh ini Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per 1.000 batang rokok.
Permintaan pasar yang tidak bisa dipastikan, ketatnya persaingan dengan pabrik besar,

menurut Geng, menyebabkan perusahaan rokok tidak bisa memberikan upah yang
layak (Wardhana, 2008)
Tenaga penggiling rokok yang mayoritas adalah perempuan memiliki tekanan
dan beban yang sangat berat. Di samping beban kerja yang harus bersaing dengan
rekannya untuk menghasilkan batang rokok sesuai dengan target bahkan lebih, yang
menuntut mereka untuk selalu berangakat paling awal agar dapat antrean pertama, dan
bisa mendapat bahan sesuai target. Mereka juga memiliki beban yang lain yaitu,
perannya sebagai istri dan orang tua. Rata-rata penggiling rokok dengan 1-3 orang
anak memiliki peran ganda yang harus dijalankan setiap harinya. Tentu itu bukan hal
yang mudah dengan gaji yang sedikit demi membantu memenuhi kebutuhan keluarga,
serta perlu banyak waktu untuk berada di tempat kerja dan hal itu tentu waktu dengan
keluarga banyak ditinggalkan.
Pada waktu banyak perempuan mengejar karir, mereka dihadapkan pada
pertanyaan menyangkut karir dan keluarga (Anderson & Leslie, 1991; Gustafson &
Magnusson, 1991; Spade & Reese, 1991; Steil & Weltman, 1991). Pernikahan dengan
karir ganda dapat memiliki keuntungan dan kerugian bagi individu (Thompson &
Walker, 1989; Zedeck & Mosier, 1990, dalam Santrock, 2002). Keuntungan yang

didapat perempuan di sini dapat membantu dari segi perekonomian keluarga. Selain
itu juga pernikahan dengan karir ganda dapat berkontribusi pada hubungan yang lebih
setara antara suami dan istri dan meningkatkan rasa harga diri perempuan. Di antara
kerugian atau stres yang mungkin terjadi pada pernikahan dengan karir ganda adalah
tuntutan adanya waktu dan tenaga tambahan konflik antara peran pekerjaan dan peran
kelurga, persaingan kompetitif antara suami dan istri, dan jika keluarga itu memiliki
anak-anak, apakah perhatian terhadap kebutuhan anak sudah terpenuhi atau belum.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2011), mengenai hubungan
konflik peran ganda wanita karir dengan intensi turnover dengan hasil penelitian ada
hubungan antara konflik peran ganda wanita karir dengan intensi turnover yang
signifikan (r= 0,340; p= 0,000 < 0,05). Yang artinya ditemukan ada hubungan yang
signifikan antara konflik peran ganda dengan intensi turnover, mempunyai arah
hubungan yang positif. Karyawan yang memiliki konflik peran ganda tinggi
cenderung memiliki intensi turnover rendah. Begitu pula sebaliknya karyawan yang
memiliki konflik peran ganda yang rendah cenderung memiliki intensi turnover yang

tinggi. Koefisien determinan variable (r2) sebesar 0,116 yang menandakan bahwa
konflik peran ganda dapat menjelaskan sekitar 11,6% keadaan intensi turnover,
sedangkan sisanya 88,4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam
variable penelitian yang telah dilakukan. s

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas tersebut peneliti
melakukan penelitian berjudul “Perbedaan Tingkat Produktivitas Kerja Wanita
Penggiling Rokok Ditinjau dari Konflik Peran Ganda”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan tingkat produktivitas kerja wanita penggiling rokok
ditinjau dari konflik peran ganda?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan menjelaskan ada atau tidaknya perbedaan tingkat produktivitas
kerja wanita penggiling rokok ditinjau dari konflik peran ganda
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai upaya untuk mengembangkan teori yang berhubungan dengan
produktivitas kerja dan konflik peran ganda pada wanita.
2. Manfaat Praktis
a. Melalui penelitian ini dapat menjadi bahan atau sumber wacana bagi para wanita
yang memiliki konflik peran ganda.
b. Bagi perusahaan dapat memberikan masukan bagi perusahaan yang berupa
informasi-informasi tentang konflik peran ganda yang dialami oleh pekerja wanita
serta pengaruh terhadap produktivitas kerjanya.

c. Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini bisa menjadi referensi atau
acuan untuk membuat dan mengembangkan penelitian serupa.

PERBEDAAN TINGKAT PRODUKTIVITAS KERJA WANITA
PENGGILING ROKOK DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA

SKRIPSI

Oleh:
Anis Triastutik
08810247

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

ii

iii


iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Perbedaan Tingkat Produktivitas Kerja Wanita Penggiling Rokok Ditinjau
Dari Konflik Peran Ganda” dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam program Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah
Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Ibu Cahyaning Suryaningrum, Dra, M. Si selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendukung dan memberikan ijin
penelitian.
2. Bapak Yudi Suharsono,

S.Psi, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Ari

Firmanto, S.Psi selaku pembimbing II yang selalu sabar dan telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat
berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Mohammad Shohib, S. Psi, M. Si selaku dosen wali kelas D Psikologi
Angkatan 2008 yang telah memberikan do’a, semangat, kesabaran, serta arahanarahan yang bermanfaat bagi penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang senantiasa sabar dan ikhlas memberikan
banyak ilmu kepada penulis selama meuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah
Malang.
5. Semua staf pengajar dan dosen jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang, atas ilmu yang diberikan selama ini sehingga bermanfaat
bagi penulisan skripsi ini.
6. Ibu Sugiarti dan Bapak Priono atas informasi, bimbingan, serta segala bantuan
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
7. Ibu-ibu penggiling rokok PT. Gudang Garam. Tbk Kediri atas kerjasamanya
selama penilitian berlangsung.

v

8. Bapak H. Marsidi dan Ibu Hj. Sunamah atas curahan kasih sayang, motivasi,
fasilitas, serta doa yang tidak pernah putus.
9. Keluarga Besar Almarhum H. Rasun dan Keluarga Besar Mbah Marlin atas do’a
yang tulus padaku.
10. Kakak (Mas Eko, Mbak Heni,Teh Idink, Mas Opi), Tante Tri, dan adik (Teguh),
Zahra atas doa dan motivasinya, serta selalu ada di saat suka dan duka.
11. Keponakan-keponakan tersayang (Kak Ami, Kak Qasima, Dek Izar) atas suara
dan senyum imut kalian menjadi penyejuk di kala sedih.
12. Mama, ate Diyut, Ayah beserta keluarga atas do’a dan motivasinya.
13. Wirhan Yusdadiar alias Kotrek-q beserta keluarga atas motivasi dan doanya, serta
selalu ada di saat suka dan duka.
14. Sahabat (Mey Mahung, Ichut Sarkinchut, Mbak Intan) yang senantiasa ada dalam
suka maupun duka.
15. Bapak Ikhwan beserta keluarga selaku Orang tua baru di KKN atas dukungan dan
doanya.
16. Teman-teman Psikologi 2008 dan KKN (Kelompok 57 Trenggalek, The Keyyen
Team) atas dukungan dan doanya.
17. Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah
ini.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan atau
kekurangan karena keterbatasan penulis, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi perbaikan skripsi ini. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, April 2012

Penulis,

vi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... i
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………… iii
SURAT PERNYATAAN ………………………………………………... iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. v
INTISARI ………………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………….... 6
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konflik Peran Ganda …………………………………………... 7
B. Produktivitas Kerja …………………………………………….. 12
C. Perbedaan Tingkat Produktivitas Kerja Wanita Penggiling
Rokok Ditinjau Dari Konflik Peran Ganda ……………………. 18
D. Kerangka Pemikiran Penelitian ……………………………….. 20
E. Hipotesis ……………………………………………………….. 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian …………………………………………… 22
B. Variabel Penelitian ……………………………………………… 22
C. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………… 23

viii

ix

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data …………………….. 23
E. Prosedur Penelitian ……………………………………………... 30
F. Teknik Analisis Data …………………………………………… 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data …………………………………………………. 33
B. Hasil Analisis Data …………………………………………….. 37
C. Pembahasan ……………………………………………………. 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 43
B. Saran …………………………………………………………… 43
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 44
LAMPIR-LAMPIRAN ……………………………………………………. 46

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala Konflik Peran Ganda Untuk Uji Coba………………. 46
Lampiran 2 : Data Uji Coba Skala Konflik Peran Ganda…………………. 49
Lampiran 3 : Hasil Analisa Uji Coba Validitas dan Reliabilitas………….. 51
Lampiran 4 : Skala Konflik Peran Ganda Untuk Penelitian………………. 53
Lampiran 5 : Data Penelitian Konflik Peran Ganda dan Produktivitas…… 57
Lampiran 6 : Hasil Analisa Data………………………………………….. 59

xi

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, I. (2011). Hubungan antara konflik peran ganda wanita karir dengan
intensi turnover. Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Anon, (2003). Pengolahan data statistik dengan SPSS 11,5. Jakarta: Salemba Infotek.
Anoraga, P. (2002). Psikologi kerja. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, S. (2007). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2010). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Danajaya, A. (1986). Produktivitas. Jakarta: PT. Gramedia.
Davis, K dan Newstrom, J. (1985). Perilaku dalam organisasi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Gibson dan James, D, H. J. (1990) . Organisasi perilaku struktur dan proses (edisi V)
jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gomes, C.F. (2003). Manajemen sumber daya manusia. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Indriyani, A. (2009). Pengaruh peran ganda dan stress kerja terhadap kinerja
perawat wanita rumah sakit. Semarang. Tesis. Program Studi Magister
Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Tidak
diterbitkan.
Kerlinger, F. N. (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Penerbit UGM
Press.
Lucas, M dan Kim W. (1989). Memelihara gairah kerja. Jakarta: Arcan Penerbit
Umum.
Munandar, U, S.C. (1985). Emansipasi dan peran ganda wanita Indonesia. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Putti, J. (1989). Memahami produktivitas. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.
Rosidi, I. (2011). Kemenakertrans genjot produktivitas erja. Diakses 31 Januari 2012
dari http:// www.Okezone.com/ indonesion News & Entartainment online.
Santrock, J. W. (2002). Life-span development jilid II. Jakarta: Erlangga.

44

45

Sarwono, S. W. (1987). Teori-teori psikologi social. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Sinungan, M. (2000). Produtivitas apa dan bagaimana. Edisi kedua, Cetakan 4.
Jakarta: P.T Bumi Aksara.
Umar, H. (1982). Riset sumber daya manusia dalam organisasi. Jakarta: Penerbit
Gramedia Pustaka Utama.
Wardhana, A. H. (2008). Nasib sang pelinting. Diakses 31 Januari 2012 dari
http://adityawardhana.wordpress.com/
Wehandaka. (2006). Peran gender dalam aktivitas produksi tas kulit di kecamatan
Tanggulangin Sidoarjo. Malang. Laporan penelitian. Universitas
Muhammadiyah Malng.
Wijono, S. (2010). Psikologi industri dan organisasi dalam suatu bidang gerak
psikologi sumber daya manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Winarsunu, T. (2009). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang:
UMM Press.
Zanden, W. J. (1977). Social Psychology. New York: Random House.