Pelaksanaan Pemberdayaan Petani tentang Usahatani Padi Organik oleh Penyuluh

Sekertaris : Marsono Bendahara : Sunarno Unit Saprotan : Giyanto Unit Pengolahan Pasca Panen : Suparjo Unit Usaha Perdagangan Produk : Sri Rahayu Unit Usaha Pembiayaan : Mulyono

2. Pelaksanaan Pemberdayaan Petani tentang Usahatani Padi Organik oleh Penyuluh

Pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini dilihat dari pelaksanaan pemberdayaan, model pemberdayaan dan strategi pemberdayaan oleh penyuluh. Pelaksanaan pemberdayaan petani oleh penyuluh, pada petani inovator diawali dengan penyuluhan dan dilanjutkan percontohan . Kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan mendapatkan tanggapan positif dari petani. Petani yang mendapatkan penyuluhan ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani, merupakan mediawadah yang baik dalam penyampaian informasi dengan sistem ketua kelompok bertanggungjawab pada anggotanya. Petani inovator telah melaksanakan program ini dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada awalnya hasil panen hanya sedikit, tetapi pada akhirnya harga beras yang dihasilkan cukup tinggi jika dibandingkan dengan beras an- organik. Petani pelopor yang pemilik penggarap maupun yang penyewa lahan, menyatakan bahwa pelaksanaan program usahatani padi organik oleh petani tidak secara menyeluruh. Petani hanya menggunakan program budi daya padi organik pada tahap awal yaitu pada saat pengolahan lahan, dengan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk organik. Selain itu, tahap pemberantasan hama, digunakan urine sapi untuk menghilangkan gangguan tikus, serta tahap pemupukan selanjutnya digunakan azola tanaman kambangan, dengan cara memendam ke dalam tanah agar menjadi pupuk hijau. Pupuk organik ini digunakan sekitar 30 dari semua kebutuhan pupuk, sedang yang 70 adalah pupuk an-organik pupuk kimia. Seminggu setelah tanam, pupuk an-organik mulai digunakan. Pemberantasan hama selain tikus, tetap menggunakan obat dari pabrik obat kimia. Alasan yang dikemukakan oleh petani, atas tindakan mereka tidak melaksanakan program usahatani padi organik, adalah jumlah hasil panen yang kurang memuaskan. Terutama untuk petani berlahan sempit, sangat terasa kemerosotan hasil panennya. Selain itu hasil penjualan yang tidak segera dapat dinikmati, karena panjangnya proses pengolahan pasca panen sampai menghasilkan beras. Hal ini disebabkan kebiasaan petani menjual hasil panen, yaitu gabah basah, secara tebasan, dengan harga yang ditentukan penebas. Bagi petani ini sistem penjualan yang sangat mudah dilakukan, meski hasilnya sering kurang memadai, tetapi petani tidak membutuhkan biaya lagi untuk penyimpanan padi pasca panen. Perbedaan hasil yang menyolok, yaitu jika digunakan pupuk organik secara keseluruhan hasil panen ± 6 tonhektar, tetapi jika menggunakan pupuk campuran yaitu sebagian kecil pupuk organik dan sebagian besar pupuk kimia semi organik, maka hasil panen ± 8 tonhektar. Petani biasa yang penguasaan lahannya sebagai, pemilik penggarap, penyewa maupun penyakap, menyatakan bahwa pelaksanaan program usahatani padi organik tidak secara menyeluruh. Mereka melaksanakan pada pengolahan tanah saja. Penggunaan pupuk organik pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang. Pada kegiatan-kegiatan usahatani padi selanjutnya menggunakan pupuk an-organik pupuk kimia. Hal ini dikarenakan petani enggan merugi untuk paling sedikit 4 kali musim tanam, jika beralih ke usahatani padi organik murni. Keterbatasan modal, lahan garapan sempit, tidak mempunyai ternak sendiri, jangkauan penyediaan dan pembelian pupuk kandang tidak mudah, serta jaringan pemasaran padi organik yang masih belum gampang didapat, menyebabkan petani mencampurkan pemakaian pupuk organik dan kimia dalam kegiatan usahatani padi semi organik. Bagi mereka kebutuhan pupuk untuk 1 satu “pathok” yaitu 3.600m 2 sebesar 2,5 kwintal jika menggunakan pupuk kandang, dan 3,5 kwintal jika tanpa pupuk kandang. Penggunaan pupuk kandang memang untuk menggurangi penggunaan pupuk kimia, sekaligus memperbaiki struktur tanah. Jika dilihat tanggapan petani, dengan memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan petani dalam usahatani padi organik, ternyata petani tahu, tapi tidak melaksanakan secara keseluruhan. Hanya tahap pengolahan lahan di awal tanam saja yang dilaksanakan, yaitu dengan menggunakan pupuk organik. Petani juga tahu bahwa tanah membutuhkan perbaikan struktur tanah. Hal ini tidak mengurangi jumlah hasil panen, sehingga tidak mengalami kerugian. Uraian di atas secara lebih mudah, disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.6. Pelaksanaan Usahatani Padi Organik setelah Pemberdayaan oleh Penyuluh Petani Pelopor Petani biasa Indikator Petani Inovator Penyewa Pemilik penggarap Penyakap Pemilik penggarap Penyewa Pelaksanaan Sesuai penyuluhan dan percontohan Sebagian dari kegiatan yang disuluhkan dan dicontohkan. Pelaksanaan hanya pada tahap awal, yaitu pada pengolahan tanah. Sebagian dari kegiatan yang disuluhkan dan dicontohkan. Pelaksanaan hanya pada tahap awal, yaitu pada pengolahan tanah. Sebagian dari kegiatan yang disuluhkan dan dicontohkan. Pelaksanaan hanya pada tahap awal, yaitu pada pengolahan tanah. Sebagian dari kegiatan yang disuluhkan dan dicontohkan. Pelaksanaan hanya pada tahap awal, yaitu pada pengolahan tanah. Sebagian dari kegiatan yang disuluhkan dan dicontohkan. Pelaksanaan hanya pada tahap awal, yaitu pada pengolahan tanah. Tanggapan Dapat menerima dan melaksanakan Dapat menerima tapi belum seluruhnya dilaksanakan Dapat menerima tapi belum seluruhnya dilaksanakan Dapat menerima tapi belum seluruhnya dilaksanakan Dapat menerima tapi belum seluruhnya dilaksanakan Dapat menerima tapi belum seluruhnya dilaksanakan Sumber : hasil wawancara

3. Model Pemberdayaan yang Digunakan Penyuluh untuk Melakukan Pemberdayaan pada Petani.