2.2 Community Based Tourism
Community Based Tourism CBT yaitu konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal, dimana masyarakat turut
andil dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemberian suara berupa keputusan dalam pembangunannya Murphy, 2004. Sedangkan menurut Baskoro, BRA 2008
Community Based Tourism CBT adalah konsep yang menekankan kepada pemberdayaan komunitas untuk menjadi lebih memahami nila-nilai dan aset yang
mereka milki, seperti kebudayaan, adat istiadat, masakan kuliner, gaya hidup. Dalam konteks pembangunan wisata, komunitas tersebut menjadi daya tarik utama bagi
pengalaman berwisata. Sama halnya dengan Anstrand 2006 mendefinisikan Community Based
Tourism CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan dan menempatkan keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya, diatur dan dimiliki oleh komunitas,
untuk komunitas. Anstrand mencoba melihat Community Based Tourism CBT bukan dari aspek ekonomi terlebih dahulu melainkan aspek pengembangan kapasitas
komunitas dan lingkungan, sementara aspek ekonomi menjadi suatu dampak yang dihasilkan dari aspek sosial, budaya dan lingkungan.
Sedangkan menurut Suansri 2003 menguatkan definisi Community Based Tourism CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan
lingkungan, sosial dan budaya dalam komunitas. CBT merupakan alat bagi
pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Pantin dan Francis 2005 menyusun definisi CBT sebagai integrasi dan kolaborasi
antara pendekatan dan alat tool untuk pemberdayaan ekonomi komunitas, melalui assessment, pengembangan dan pemasaran sumber daya alam dan
sumber daya budaya komunitas. Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan
pariwisata adalah dengan menerapkan CBT sebagai pendekatan pembangunan. Seperti yang dikemukakan oleh Hausler 2005, menjelaskan gagasan tentang definisi
dari CBT yaitu: 1 Pertama, bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan
pariwisata; 2 Kedua, masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat keuntungan; 3 Ketiga, menuntut pemberdayaan secara
politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan.
Dengan demikian dalam pandangan Hausler, Community Based Tourism CBT merupakan suatu pendekatan pembangunan pariwisata yang menekankan pada
masyarakat lokal baik yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak dalam bentuk memberikan kesempatan akses dalam manajemen dan
pembangunan pariwisata yang berujung pada pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demokratis, termasuk dalam pembagian keuntungan dari
kegiatan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat lokal. Hausler juga menyampaikan gagasan tersebut sebagai wujud perhatian yang kritis pada
Universitas Sumatera Utara
pembangunan pariwisata yang seringkali mengabaikan hak masyarakat lokal di daerah tujuan wisata.
2.2.1 Ciri- ciri
Community Based Tourism Community Based Tourism CBT bukan hanya sebagai sebuah harapan bagi
negara-negara di dunia melainkan juga sebagai sebuah peluang, Community Based Tourism CBT memiliki ciri-ciri unik seperti yang dikemukakan oleh Nasikun yaitu,
oleh karena karakternya yang lebih mudah diorganisasi di dalam skala yang kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya merupakan suatu jenis pariwisata yang bersahabat
dengan lingkungan, secara ekologis aman dan tidak menimbulkan banyak dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional yang berskala
massif. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu mengembangkan
obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil, oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal, menimbulkan dampak
sosial-kultural yang minimal, dan dengan demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima oleh masyarakat. Serta berkaitan sangat erat dan sebagai
konsekuensi dari keduanya, lebih dari pariwisata konvensional yang bersifat massif, pariwisata alternatif yang berbasis komunitas memberikan peluang yang lebih besar
bagi partisipasi komunitas lokal untuk melibatkan diri di dalam proses pengambilan keputusan dan didalam menikmati keuntungan perkembangan industri pariwisata,
maka dari itu lebih memberdayakan masyarakat Nasikun, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Pariwisata alternatif berbasis komunitas tidak hanya memberikan tekanan pada pentingnya keberlanjutan kultural cultural sustainability, akan tetapi secara
aktif bahkan berupaya membangkitkan penghormatan para wisatawan pada kebudayaan lokal, antara lain melalui pendidikan dan pengembangan organisasi
wisatawan. Ciri-ciri khusus dari Community Based Tourism CBT juga dikemukkan oleh
Hudson dalam Timothy, 1999 yakni yang berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal,
antara lain kelompok memiliki ketertarikanminat, yang memberi kontrol lebih besar dalam proses sosial untuk mewujudkan kesejahteraan.
2.2.2 Prinsip-prinsip Community Based Tourism
Prinsip-prinsip dasar dari Community Based Tourism CBT juga dijelaskan oleh beberapa ahli. Menurut UNEP dan WTO 2005 ada sepuluh prinsip dasar dari
Community Based Tourism CBT yaitu: 1 pertama, mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam industri pariwisata; 2 Kedua,
mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek; 3 Ketiga, mengembangkan kebanggaan komunitas; 4 Keempat, mengembangkan kualitas
hidup komunitas; 5 Kelima, menjamin keberlanjutan lingkungan; 6 Keenam, mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area local; 7 Ketujuh, membantu
berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas; 8 Kedelapan, menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia; 9 Kesembilan,
Universitas Sumatera Utara
mendistribusikan keuntungan secara adil kepada anggota komunitas; 10 Kesepuluh, berperan dalam menentukan prosentase pendapatan pendistribusian
pendapatan dalam proyek-proyek yang ada dikomunitas. Sementara itu menurut Hatton 1999 prinsip-prinsip dasar dari Community
Based Tourism CBT dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu: pertama, prinsip sosial yaitu berkaitan otorisasi kepada komunitas untuk memberi ijin, mendukung,
membangun dan mengoperasikan kegiatan wisata yang ada di wilayahnya. Prinsip ekonomi berkaitan dengan sistem pembagian keuntungan yang timbul dari
pengembangan industry pariwisata. budaya dan politik. Kedua, prinsip ekonomi yaitu terdapat dalam tiga bentuk: 1 Pertama, joint
venture dalam usaha pariwisata dimana dari keuntungan yang diperoleh wajib menyisihkan keuntungan bagi komunitas berupa CSR atau dana bagi hasil; 2
Kedua, asosiasi yang dibentuk komunitas untuk mengelola kegiatan wisata dimana keuntungannya juga dibagikan kepada komunitas; dan 3 Ketiga usaha
kecilmenengah yang merekrut tenaga kerja dari komunitas. Hatton tidak
merekomendasikan usaha individu dalam Community Based Tourism CBT karena dikhawatirkan keuntungan kegiatan pariwisata hanya dirasakan oleh anggota
komunitas yang terlibat sedangkan yang tidak terlibat dalam usahakegiatan
pariwisata tidak mendapat keuntungan. Ketiga, Prinsip budaya mensyaratkan adanya upaya menghargai budaya lokal,
heritage dan tradisi dalam kegiatan pariwisata. Community Based Tourism CBT
Universitas Sumatera Utara
harus dapat memperkuat dan melestarikan budaya lokal, heritage dan tradisi komunitas.
Keempat, prinsip politik berkaitan dengan peran pemerintah lokal dan regional diantaranya dalam membuat kebijakan sehingga prinsip sosial ekonomi,
budaya dan dapat terlaksana. Sedangkan
menurut Nederland
Development Organisation SNV mengemukakan empat prinsip Community Based Tourism CBT yaitu: ekonomi
yang berkelanjutan, keberlanjutan ekologi, kelembagaan yang bersatu, keadilan pada distribusi biaya dan keuntungan pada seluruh komunitas www.caribro.com. Prinsip
keberlanjutan ekonomi berkaitan dengan adanya jaminan bahwa CBT mampu menciptakan mekanisme yang dapat menjaga perekonomian tetap
sehat dan berkesinambungan sehingga pariwisata dapat diandalkan untuk meningkatkan
pendapatankesejahteraan komunitas. Prinsip keberlanjutan ekologi berkaitan dengan upaya untuk menjaga agar kualitas lingkungan dapat dipertahankan. Penguatan
kelembagaan salah satu prinsip penting karena kelembagaan adalah alat bagi seluruh anggota komunitas untuk mendapatkan akses untuk menjadi pemegang keputusan.
Dengan mengacu pada prinsip dasar Community Based Tourism CBT dari UNEP dan WTO 2005, Suansri mengembangkan lima prinsip yang merupakan
aspek utama dalam pengembangan Community Based Tourism CBT yaitu: Prinsip ekonomi dengan indikator timbulnya dana untuk pengembangan komunitas,
terciptanya lapangan pekerjaan disektor pariwisata dan timbulnya pendapatan masyarakat lokal. Prinsip sosial dengan indikator terdapat peningkatan kualitas
Universitas Sumatera Utara
hidup, adanya peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki-laki perempuan, generasi muda dan tua dan terdapat mekanisme penguatan
organisasi komunitas. Prinsip budaya dengan indikator mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda, mendorong berkembangnya pertukaran budaya
dan adanya budaya pembangunan yang melekat erat dalam budaya lokal. Prinsip lingkungan dengan indikator pengembangan carryng capacity area, terdapat sistem
pembuangan sampah yang ramah lingkungan dan adanya kepedulian
tentang pentingnya konservasi. Prinsip politik dengan indikator terdapat upaya peningkatan
partisipasi dari penduduk lokal, terdapat upaya untuk meningkatkan kekuasaan komunitas yang lebih luas dan terdapat makanisme yang menjamin hak-hak
masyarakat lokal dalam pengelolaan SDA Suansri, 2003. Kelima prinsip tersebut menurut Suansri merupakan wujud terlaksananya pariwisata yang berkelanjutan.
Keseluruhan prinsip-prinsip dasar Community Based Tourism CBT dari beberapa ahli dan organisasi dunia, dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Prinsip -prinsip Community Based Tourism CBT
No Nama Prinsip
Indikator
1 UNEP dan
WTO 2005
Sosial 1. Mengikutsertakan anggota komunitas dalam
memulai setiap aspek
Budaya 1.
Mengembangkan kebanggaan komunitas 2.
Mengembangkan kualitas hidup komunitas Ekonomi
1. Mengakui, mendukung dan mengembangkan
2. Kepemilikan komunitas dalam industri
pariwisata 3.
Mempertahankan keunikan karakter dan budaya
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Lanjutan
No Nama Prinsip
Indikator
Lingkungan 4. Membantu berkembangnya pembelajaran
tentang pertukuran budaya pada komunitas 1. Menjamin keberlanjutan pada komunitas
1 UNEP dan
WTO 2005
Politik 1.
Berperan dalam menentukan persentase pendapatan pendistribusian pendapatan.
2 Hatton 1999
Sosial 1. Kegiatan pariwisata dibangun dan
dioperasikan, didukung, dan diizinkan oleh komunitas lokal
Ekonomi 1.
Pembagian keuntungan dapat dipertanggung jawabkan
Budaya 1.
Menghargai budaya lokal, heritage, dan tradisi
Politik 1.
Peranan pemerintah lokal dan regional 2.
3 SNV2005 Ekonomi
1. Ekonomi yang berkelanjutan
lingkungan 1. Keberlanjutan ekologi
Pengelolaan 1. Kelembagaan yang bersatu
2. Keadilan pada distribusi biaya dan
keuntungan pada seluruh komunitas 4 Suansri
2003 Ekonomi 1.
Terciptanya lapangan pekerjaan sektor pariwisata
Sosial 1.
Peningkatan kualitas hidup 2.
Peningkatan kebanggan komuniatas 3.
Pembagian peran yang adil gender, usia 4.
Mekanisme penguatan organisasi komunitas
Budaya 1.
Mendorong masyarakat menghormati budaya lain
2. Mendorong pertukaran budaya
3. Budaya pembangunan
Politik 1.
Peningkatan partisipasi penduduk lokal 2.
Peningkatan kekuasaan komuntas luas 3.
Mekanisme yang menjamin hak masyarakat lokal dalam pengelolaan SDA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Lanjutan No Nama
Prinsip Indikator
Lingkungan 1.
Pengembangan carrying capacity 2.
Pembuangan sampah yang ramah lingkungan 3.
Kepedulian pada konservasi Sumber: UNEP dan WTO 2005, Hatton 1999, SNV 2005, dan Suansri 2003
Namun dalam penelitian ini, prinsip-prinsip dari Community Based Tourism CBT yang digunakan adalah berdasarkan teori dari Suansri 2003 yang
mengemukakan bahwa ada lima prinsip Community Based Tourism CBT yang merupakan aspek utama yaitu prinsip ekonomi, prinsip sosial, prinsip budaya, prinsip
lingkungan, dan prinsip politik. Serta indikator dari setiap prinsip berdasarkan yang dikemukakan oleh berdasarkan UNEP WTO 2005, SNV 2005, dan Hatton
1999, seperti terlihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Prinsip Community Based Tourism CBT yang digunakan
No Prinsip Indikator
1. Ekonomi
Adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat
Terciptanya lapangan pekerjaan Timbulnya pendapatan masyarakat lokal
2. Sosial
Peningkatan kualitas hidup Peningkatan kebanggaan komunitas
Kesediaan dan kesiapan masyarakat 3.
Budaya Membantu berkembangnya pertukaran budaya
Mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda
Mengenalkan budaya lokal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Lanjutan
No Prinsip Indikator
4. Lingkungan
Kepedulian akan perlunya konservasi Mengatur pembuangan sampah dan limbah
Ketersediaan air bersih 5.
Politik Meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal
Peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas Menjamin hak-hak dalam pengelolaan SDA
2.3 Wisata Kota sebagai Alternatif Pembangunan Kota