Model-Model Persediaan LANDASAN TEORI

Herwandi Silalahi : Pengendalian Persediaan Suku Cadang Mesin-Mesin Pabrik DI PT. Perkebunan Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi, 2009. jumlah barang yang dipesan, maka biaya pemesanan semakin besat sehingga biaya penyimpanan semakin kecil. Dengan demikian untuk memperoleh jumlah pemesanan optimum dan kapan dilakukan pemesanan haruslah dicari keseimbangan antara ongkos penyimpanan dan ongkos pemesanan.

3.6. Model-Model Persediaan

Ada beberapa model dari persediaan yang dapat dilihat dari sifatnya, antara lain : 1. Model persediaan berdasarkan sifat-sifat demand, terdiri dari : a. Static deterministic inventory models, dimana demandnya diketahui dan konstan serta laju demand sama untuk tiap periodenya. b. Dynamic deterministic inventory models, dimana demandnya diketahui dan konstan, tetapi laju demand untuk tiap periode bervariasi. c. Static probabilistic inventory models, dimana demand adalah variabel random berdistribusi probabilistic tergantung pada panjang periode. Distribusi probabilistic demand sama untuk tiap periode. d. Dynamic probabilistic inventory models, model ini sama dengan model c, tetapi pada distribusi probabilistic demand yang berbeda untuk masing- masing periode. 2. Model persediaan berdasarkan jenis kebijakan yang digunakan, terdiri dari : a. Periodic-Review Policy Berdasarkan kebijakan ini, tingkat persediaan ditinjau pada interval waktu yang sama T. T merupakan lamanya periode pengamatan. Jika pada Herwandi Silalahi : Pengendalian Persediaan Suku Cadang Mesin-Mesin Pabrik DI PT. Perkebunan Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi, 2009. akhir dari periode T tingkat inventory lebih tinggi dari ukuran pemesanan kembali yang ditetapkan tidak ada tindakan yang perlu dilakukan. Akan tetapi, bila tingkat inventory kurang atau sama dengan reorder level, perlu dilakukan pemesanan untuk mencapai tingkat persediaan yang maksimum. b. Order-Up to R Policy Berdasarkan kebijakan ini, reorder level r disesuaikan dengan ukuran R. Oleh karena itu ukuran order Qi = R – Li selalu dilaksanakan diakhir periode Ti. R dan T adalah dua parameter yang hanya diperlukan pada kebijakan ini. c. Continous-Review Policy Berdasarkan kebijakan ini, tingkat persediaan dipantau terus menerus dan ukuran order selalu dilakukan jik tingkat persediaan berada pada reorder level atau dibawahnya. d. Fixed-Reorder-Quantity Policy Kebijakan ini mirip dengan kebijakan peninjauan terus menerus, tetapi pada kebijakan ini jumlah unit dikeluarkan dari persediaan sekali pada suatu waktu, sehingga tingkat persediaan dapat ditinjau ketika persediaan berada tepat pada R. Oleh karena itu ukuran pemesanan yang tetap Q selalu dilakukan ketika Li = R. e. Base-Stock Policy Berdasarkan kebijakan ini, kita mengatur reorder level sama dengan R, dan order dilakukan setiap terjadi penarikan dari persediaan. Oleh karena itu jumlah stok yang ada dalam persediaan dan jumlah yang dipesan harus Herwandi Silalahi : Pengendalian Persediaan Suku Cadang Mesin-Mesin Pabrik DI PT. Perkebunan Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi, 2009. sama dengan R pada tiap waktu. Tingkat persediaan yang maksimum dianggap sebagai tingkat stok dasar base-stock level. 4 Yang dimaksud dengan nilai dalam klasifikasi ABC bukan harga persediaan per unit, melainkan volume persediaan dalam satu periode biasanya satu tahun dikalikan dengan harga per unit. Jadi nilai investasi adalah jumlah nilai seluruh item pada satu periode, atau dikenal dengan istilah volume tahun rupiah. Suatu item tertentu dikatakan lebih penting dari item yang lain karena item

3.7. Pengendalian Persediaan dengan Klasifikasi ABC