Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar

3. Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar

Segala macam kegiatan pasti tidak luput dari sebuah kendala, begitu juga dengan sebuah pembelajaran. Kendala-kendala yang timbul tentu saja akan mengahambat proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi mengenai kendala-kendala yang menghambat pembelajaran. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SMA negeri berstandar nasional di kabupaten Karanganyar ditemukan kendala sebagai berikut.

a. Siswa belum bisa membuat paragraf sesuai dengan tema yang ditentukan Siswa masih merasa bingung untuk bisa membuat paragraf argumentasi yang sesuai denga tema. Contoh-contoh yang ada di buku belum memberikan pemahaman kepada siswa untuk membuat paragraf sesuai dengan tema yang ditentukan guru.

Pengorganisasian tulisan siswa belum memenuhi kriteria penulisan. Rata-rata siswa belum memahami bagaimana membuat paragraf yang runtut. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami adanya kohesi dan koherensi dalam paragraf.

c. Siswa kesulitan menentukan jenis tulisan Praktik dalam pembelajaran menulis argumentasi tentu saja adalah membuat paragraf jenis argumentasi. Namun, beberapa siswa masih bingung menentukan jenis tulisannya. Hasil tulisan yang dibuat oleh siswa rata-rata melenceng ke jenis tulisan persuaif. Hal semacam ini terjadi karena ada kemiripan antara jenis tulisan argumentasi dan persuasif, yaitu sama-sama mengemukakan sesuatu disertai dengan alasan yang kuat.

d. Siswa enggan bertanya apabila mengalami kesulitan Materi yang disampaikan oleh guru atau yang dibaca oleh siswa masih menimbulkan pertanyaan dalam diri siswa. Namun, sebagian besar siswa tidak mau bertanya apabila mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Siswa merasa malu apabila bertanya secara langsung kepada guru pada saat guru menyampaikan materi. Saat guru menyampaikan materi hampir seluruh siswa tidak ada yang mau bertanya. Siswa baru mau bertanya apabila guru berkeliling di kelas saat praktik membuat paragraf argumentasi berlangsung.

e. Perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran kurang maksimal

Mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh sebagian siswa dianggap pelajaran yang mudah. Segala materi yang terkandung di dalamnya dianggap mudah untuk dikuasai. Khususnya dalam pembelajaran menulis argumentasi, siswa kurang memerhatikan saat guru menyampaikan materi. Beberapa siswa sesekali menguap sehingga konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran tidak maksimal. Selain itu, beberapa siswa justru bercerita sendiri dengan temannya. Pada saat diskusi kelompok, terdapat siswa yang Mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh sebagian siswa dianggap pelajaran yang mudah. Segala materi yang terkandung di dalamnya dianggap mudah untuk dikuasai. Khususnya dalam pembelajaran menulis argumentasi, siswa kurang memerhatikan saat guru menyampaikan materi. Beberapa siswa sesekali menguap sehingga konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran tidak maksimal. Selain itu, beberapa siswa justru bercerita sendiri dengan temannya. Pada saat diskusi kelompok, terdapat siswa yang

f. Kurang memadainya bahan ajar Sumber atau materi ajar yang digunakan dalam pembelajaran menulis argumentasi adalah LKS dan buku teks berupa BSE dan buku teks lainnya. Siswa hanya wajib memiliki LKS saja, buku teks tidak diwajibkan untuk dimiliki siswa. Hal ini mengakibatkan hanya sedikit materi yang dapat dipelajari siswa karena yang terdapat pada LKS hanya sebagian materi saja. Teori dan contoh paragraf argumentasi yang ada di LKS kurang menambah pengetahuan siswa.

g. Kurangnya alokasi waktu pembelajaran Waktu 2 kali 45 menit atau 2 kali pertemuan belum cukup untuk menuntaskan materi argumentasi. Materi argumentasi merupakan materi yang sulit, oleh karena itu perlu penjelasan dan latihan secara mendalam. Terkadang waktu 2 kali pertemuan terasa sangat singkat, tetapi siswa belum benar-benar memahai materi menulis argumentasi.

h. Minimnya alat peraga Alat peraga merupakan salah satu aspek penting yang dapat menunjang kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Meskipun alat peraga bukanlah satu-satunya aspek penentu keberhasilan pembelajaran di sekolah, ketersediaan alat peraga yang memadai akan berdampak pada berlangsungnya pembelajaran yang baik pula.

Kendala yang berkaitan dengan minimnya alat peraga adalah di setiap ruang kelas khususnya program reguler belum terdapat LCD. Pihak sekolah sebenarnya sudah menyiapkan beberapa LCD yang dapat dibawa ke ruang kelas dan digunakan dalam pembelajaran. Namun, untuk bisa menggunakan LCD guru harus bergantian dengan guru yang lain. Akibatnya penyampaian materi dengan menggunakan LCD tidak selalu dijanjikan. Menurut siswa, penggunaan LCD untuk menyampaikan materi lebih menarik jika dibandingkan dengan ceramah dari guru. Dengan LCD siswa dapat melihat materi yang tidak ada di LKS. Selain itu, siswa juga Kendala yang berkaitan dengan minimnya alat peraga adalah di setiap ruang kelas khususnya program reguler belum terdapat LCD. Pihak sekolah sebenarnya sudah menyiapkan beberapa LCD yang dapat dibawa ke ruang kelas dan digunakan dalam pembelajaran. Namun, untuk bisa menggunakan LCD guru harus bergantian dengan guru yang lain. Akibatnya penyampaian materi dengan menggunakan LCD tidak selalu dijanjikan. Menurut siswa, penggunaan LCD untuk menyampaikan materi lebih menarik jika dibandingkan dengan ceramah dari guru. Dengan LCD siswa dapat melihat materi yang tidak ada di LKS. Selain itu, siswa juga

i. Suasana kelas yang monoton Suasana kelas yang monoton menimbulkan kejenuhan tersendiri bagi siswa. Berbeda dengan mata pelajaran lain seperti IPA dan olahraga yang selalu menyenangkan dengan adanya praktik di luar kelas, mata pelajaran Bahasa Indonesia dinilai sangat membosankan apabila hanya belajar di dalam kelas. Menurut pendapat guru, suasana pembelajaran akan lebih menarik apabila siswa diajak keluar kelas.

Pembelajaran menulis argumentasi dapat dilaksanakan di ruang lain, misalnya di laboratorium bahasa. Adanya laboratorium bahasa akan memberikan suasana berbeda bagi siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh. Sebenarnya telah ada ruangan khusus untuk digunakan sebagai laboratorium bahasa, tetapi hingga saat ini fungsinya difokuskan kepada mata pelajaran Bahasa Inggris.

j. Kendala teknis Kendala teknis yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi adalah terputusnya aliran listrik karena adanya pembangunan gedung. Walaupun belum ada LCD di setiap kelas, guru biasanya dapat menyampaikan materi dengan menggunakana alat tersebut. LCD yang disediakan sekolah dapat dengan mudah dipinjam dan dibawa ke ruang kelas untuk menyampaikan materi pembelajaran. Namun, saat pembelajaran menulis argumentasi penggunaan LCD tidak dapat dilakukan seperti biasa karena sedang berlangsung pembangunan gedung di sebelah ruang kelas. Suara bising dari pembangunan gedung juga berdampak pada siswa saat mengikuti pembelajaran yaitu kurang berkonsentrasi mengikuti pembelajaran.

4. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar 4. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar

a. Guru memberikan poin-poin pada tema untuk dikembangkan menjadi paragraf Kesulitan siswa dalam menyesuaikan tulisan dengan tema diatasi oleh guru dengan cara pemberian poin-poin dari tema yang disajikan. Dari poin-poin tersebut, siswa dapat mengembangkannya ke dalam paragraf argumentasi. Hal ini dianggap bisa meningkatkan kualitas tulisan siswa. Siswa dapat membuat paragraf argumentasi sesuai dengan tema yang disajikan.

b. Siswa melakukan koreksi silang Kekeliruan dalam membuat paragraf argumentasi baik dari segi teknik penulisan, pengorganisasian, maupun isi merupakan kendala dalam proses pembelajaran menulis argumentasi. Hal semacam itu diatasi dengan koreksi silang. Siswa kembali diminta untuk membuat paragraf argumentasi kemudian hasilnya ditukarkan dengan teman semeja untuk dikoreksi. Guru berpendapat bahwa koreksi silang dapat melatih siswa untuk lebih cermat dan teliti dalam membuat paragraf argumentasi. Langkah ini juga diharapkan dapat membantu siswa untuk mengetahui letak kekeliruan dan kekurangannya dalam membuat paragraf argumentasi sehingga tulisan siswa dapat lebih disempurnakan.

c. Guru mengajak siswa belajar di luar kelas Minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi dinilai masih kurang.

bosan, akibatnya beberapa siswa tidak memerhatikan materi yang disampaikan guru. Keadaan ini disiasati oleh guru dengan mengajak siswa belajar di luar kelas. Menurut pendapat guru, dengan diajak belajar di luar kelas siswa dapat merasakan suasana pembelajaran yang berbeda. Siswa dapat mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar kelas. Dari hasil pengamatan itulah siswa diharapkan dapat menuangkan ide dan pendapatnya dalam paragraf argumentasi.

d. Guru menunjukkan perbedaan paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain Adanya kemiripan konsep paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain, khususnya persuasif merupakan kesulitan tersendiri yang dialami siswa. Guru melakukan upaya dengan menjelaskan materi secara lebih mendalam. Guru menjelaskan masing-masing konsep jenis paragraf yang ada. Selain itu guru juga menunjukkan letak perbedaan paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain dengan pemberian contoh pada masing-masing jenis paragraf.

e. Guru memberikan arahan kepada siswa saat berkeliling di kelas

Siswa yang enggan bertanya apabila mengalami kesulitan menjadi kendala yang perlu mendapat perhatian khusus dari guru karena apabila siswa tidak mengemukakan kesulitannya maka akan berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Guru mengatasi kendala tersebut dengan berkeliling di kelas saat siswa praktik membuat paragraf argumentasi. Biasanya siswa akan bertanya saat guru mendekati mereka. Saat memeriksa kinerja siswa itulah guru sekaligus memberikan arahan pada siswa yang mengalami kesulitan.

f. Siswa berusaha untuk lebih fokus Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dianggap mudah oleh siswa membuat siswa kurang memerhatikan pembelajaran. Khususnya pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi, siswa mengatasi kendala tersebut dengan berusaha untuk lebih fokus dan aktif dalam kegiatan f. Siswa berusaha untuk lebih fokus Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dianggap mudah oleh siswa membuat siswa kurang memerhatikan pembelajaran. Khususnya pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi, siswa mengatasi kendala tersebut dengan berusaha untuk lebih fokus dan aktif dalam kegiatan

g. Guru meminta siswa untuk mencari materi dari berbagai sumber

Keterbatasan bahan ajar tidak langsung membuat guru dan siswa patah semangat dalam pembelajaran menulis argumentasi. Guru berpendapat bahwa materi sebagai bahan ajar dapat diperoleh dari berbagai sumber. Selain LKS yang dimiliki siswa, guru menyarankan agar siswa mencari materi dari internet dan contoh-contoh tulisan argumentasi di surat kabar. Di sampan itu, dari media elektronik audio visual siswa dapat menyaksikan tayangan diskusi di televisi. Walaupun tayangan tersebut disampaikan secara lisan, siswa diharapkan dapat menemukan konsep argumentasi yang terkandung di dalamnya.

Pengadaan buku teks dan BSE dari pihak sekolah yang belum memenuhi kuota siswa juga menjadi sebuah kendala yang perlu diatasi dengan cermat. Guru menyatakan bahwa siswa dapat meminjam buku tersebut di perpustakaan sekolah. Guru juga membawa BSE yang dipinjam dari perpustakaan untuk dibawa ke kelas. Biasanya setiap meja mendapatkan satu buah buku sebagai penunjang materi selain dari LKS.

h. Guru mengurangi alokasi waktu pembelajaran pada materi yang dianggap mudah Masih kurangnya alokasi waktu dalam pembelajaran menulis argumentasi dikarenakan menulis paragraf argumentasi merupakan salah satu materi yang dianggap sulit sehingga penyampaian materi dan praktik perlu dilakukan lebih mendalam. Hal tersebut diatasi dengan cara mengambil jam materi lain yang dianggap mudah. Walaupun begitu, guru harus bisa mengefektifkan waktu dengan baik agar tidak mengganggu pelaksanaan pembelajaran pada materi selanjutnya.