Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

20 tahun yang lalu perkebunan kelapa sawit hanya terdapat pada beberapa provinsi saja yaitu Sumatera Utara, Aceh dan Lampung maka kini sudah menyebar ke beberapa provinsi seperti Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Irian Jaya. Perkembangan perkebunan kelapa sawit menyebabkan daerah yang selama ini terisolir menjadi terbuka dan berpeluang mendorong kegiatan ekonomi sekitarnya. Sumber daya alam yang mendukung, sarana produksi yang tersedia, kemudahan yang diberikan pemerintah dan harga minyak sawit yang cukup baik telah terbukti mampu meningkatkan pendapatan pekebun dibeberapa daerah. Peningkatan produksi ini juga telah mendorong ekspor untuk menambah devisa. Sehingga menempatkan Indonesia sebagai Negara penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia. Perkebunan terdiri dari unit kebun yang luasnya bervariasi. Bagi kebun yang baru, satu unit terdiri dari 6.000 ha tanaman + 1 unit pabrik berkapasitas olah 30 ton TBS jam atau 12.000 ha tanaman + 1 unit pabrik berkapasitas olah 60 ton TBSjam. Beberapa kebun tergabung dalam satu grup perusahaan. Universitas Sumatera Utara 8 Berdasarkan pada hal tersebut maka kebun kelapa sawit di Indonesia akan memiliki lebih dari 200 kebun yang tersebar pada 16 provinsi. Tiap perusahaan menerapkan masing-masing system manajemen, namun pada dasarnya akan sama karena kegiatan-kegiatannya hamper serupa. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikembangkan dalam program seperti system PTP, PIR kebun inti + kebun plasma, PIR transmigrasi, P2WK, Koperasi, PBS dan pemilikan pribadi. Harapan ini ddidasarkan atas meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita serta meningkatnya konsumsi dalam negeri baik untuk pangan dan industry serta suksesnya penelitian penggunaan minyak sawit sebagai pengganti industry barang yang masih memakai minyak bumi maupun sebagai sumber energy. Kita optimis agribisnis kelapa sawit dimasa depan masih cerah Adlin, 1994. Kelapa sawit Elaeis Guineensis Jacq termasuk golongan tumbuhan palma. Sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit di Indonesia diintroduksi pertama kali oleh Kebun Raya pada tahun 1884 dari Mauritius Afrika. Saat itu Johannes Elyas Teysmann yang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya. Hasil introduksi ini berkembang dan merupakan induk dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Pohon induk ini telah mati pada 15 Oktober 1989, tapi anakannya bisa dilihat di Kebun Raya Bogor. Kelapa sawit di Indonesia baru diusahakan sebagai tanaman komersial pada tahun 1912 dan ekspor minyak sawit pertama dilakukan pada tahun 1919. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911 Universitas Sumatera Utara 9 Kelapa sawit termasuk tanaman keras tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 25 – 30 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000-2500 mm setahun. Produksi utama kelapa sawit adalah Tandan buah segar. Tandan buah segar dapat diolah menjadi biji sawit, daging buah, dan pakan ternak. Biji sawit diolah kembali menjadi bahan bakar, briket, minyak goreng, salad oil, pakan ternak dan tempurung arang. Daging buah dapat menjadi minyak sawit, sebagai bahan baku margarine, minyak kasar minyak makan, suldge, sabun dan bahan pakan ternak. Minyak sawit CPO dapat juga digunakan sebagai bahan bakar nabati biofuel pengganti bahan bakar minyak fosil, sehingga potensi pengunaan CPO akan terus meningkat pada masa yang akan datang. Hal ini menunjukan kelapa sawit mempunyai nilai investasi yang baik untuk dikembangkan Pahan, 2006. Universitas Sumatera Utara 10

2.2 Landasan Teori