PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBASIS EKSPERIMEN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBASIS
EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
Oleh :
Aida Husni
NIM 4123131003
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBASIS
EKSPERIMEN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
Aida Husni (4123131003)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dengan
model inkuiri terbimbing dan kooperatif group investigation berbasis eksperimen
pada materi hidrolisis garam. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI SMA
N 1 Tanjung Morawa T.A. 2015/1016 dengan populasi seluruh siswa kelas XI
SMA N 1 Tanjung Morawa yang terdiri dari 5 kelas. Sampel ditetapkan dengan
cara modifikasi cluster random sampling yakni mengambil 2 kelas yang dijadikan
kelas eksperimen. Kelas eksperimen pertama yang diberi perlakuan dengan model
inkuiri terbimbing berjumlah 31 orang dan kelas eksperimen kedua yang diberi
perlakuan dengan model group investigation berjumlah 35 orang.
Berdasarkan analisa data, nilai rata- rata postes pada kelas eksperimen
pertama adalah 80,65 dengan standar deviasi 7,18 dan rata – rata pada kelas
eksperimen kedua 76,38 dengan standar deviasi 9,06 .Hasil observasi
keterampilan siswa dalam praktikum menunjukkan rata – rata kelas eksperimen 1
dan 2 adalah 61,3 dan 58,9. Sedangkan pada uji hipotesis diperoleh t hitung = 2,16
dan ttabel = 1,6694 (t hitung > ttabel ). Dari data menunjukkan bahwa hasil belajar
kimia siswa yang diajarkan dengan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dari
pada hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model group investigation,
maka dapat disimpulkan pengaruh model inkuiri terbimbing lebih baik dari pada
model group investigation terhadap hasil belajar siswa.
Kata kunci: Model Inkuiri Terbimbing, Group Investigation, Eksperimen
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat waktu sesuai dengan yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Group
Investigation Berbasis Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
Hidrolisis Garam” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.
Kawan Sihombing, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
sejak awal penulisan proposal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Pasar Maulim Silitonga, M.S,
Bapak Amser Simanjuntak dan Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian
sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama
perkuliahan. Ucapan terimakasih juga di sampaikan kepada Bapak Agus
Kembaren, S.Si, M.Si selaku ketua jurusan kimia dan Ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si
selaku ketua prodi pendidikan kimia, juga kepada seluruh bapak dan ibu dosen
beserta staf dan pegawai jurusan kimia FMIPA UNIMED yang telah banyak
membantu penulis. Ucapan terimakasih di sampaikan juga kepada Bapak Dr.
Asrin Lubis, M.Pd selaku dekan FMIPA Unimed. Ucapan terimakasih juga
disampaikan kepada keluarga besar SMA Negeri 1 Tanjung Morawa yang telah
banyak membantu penulis selama penelitian.
Teristimewa kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda Muhammad
Hasbi dan Ibunda Emmi yang telah mendidik, selalu mendo’akan penulis disetiap
sujudnya dan memberikan motivasi yang tidak terkira besarnya baik secara moril
maupun materil, beserta adik-adik tersayang yang selalu menjadi penyemangat
v
dan motivasi untuk selalu giat belajar (Rita Ulfa Khairani dan Dinul Hafizah)
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Unimed ini.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat seperjuangan,
Devi Lestari, Derin Putri Sianipar, Dini Oktavianti, Dwi Endah Larasati, Dyah Tri
Renartika dan Amru Daulay yang selalu setia menemani saat suka maupun
duka,beserta seluruh keluarga besar Kimia Dik B 2012 yang saling memotivasi
selama perkuliahan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat
senasib sepenanggungan, Tih Desi Susanti, M.Pd, Kak Maryuna Lubis, S.Pd,
Sriwahyuni, Lusi Mardiah, Nurul Fahma, Aisyah.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi sempurnanya skripsi ini. Semoga isi skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan dunia pendidikan.
Medan,
Juni 2016
Penulis,
Aida Husni
NIM. 4123131003
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
4
1.3. Batasan Masalah
5
1.4. Rumusan Masalah
5
1.5. Tujuan Penelitian
5
1.6. Manfaat Penelitian
6
1.7. Defenisi Operasional
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1. Kerangka Teoritis
8
2.1.1. Pengertian Belajar
8
2.1.2. Hasil Belajar
9
2.1.3. Model Pembelajaran
11
2.1.4. Model Pembelajaran Inkuiri
11
2.1.5. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
13
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif
16
2.1.7. Kooperatif Group Investigation
18
vii
2.1.8. Metode Eksperimen
21
2.2. Materi Ajar
22
2.2.1. Sifat Larutan Garam
22
2.2.2. Konsep Hidrolisis Garam
22
2.2.3. Menghitung pH Larutan Garam
24
2.3. Kerangka Konseptual
29
2.4. Hipotesis Penelitian
29
BAB III
31
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
31
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
31
3.2.1. Populasi
31
3.2.2. Sampel
31
3.3. Variabel Penelitian
31
3.4. Instrumen Penelitian
32
3.4.1. Validitas Tes
33
3.4.2. Reliabilitas Tes
34
3.4.3. Tingkat Kesukaran Soal
34
3.4.4. Daya Pembeda Soal
35
3.4.5. Distruktor
35
3.5. Desain Penelitian
36
3.6. Prosedur Penelitian
36
3.7. Teknik Pengumpulan Data
39
3.8. Teknik Analisis Data
39
3.8.1. Menentukan Varians dan Standar Deviasi
39
3.8.2. Uji Normalitas Data
39
3.8.3. Uji Homogenitas Data
40
3.8.4. Uji Hipotesis
40
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
42
4.1. Hasil Penelitian
42
4.2. Pembahasan Penelitian
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
55
5.1. Kesimpulan
55
5.2. Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
56
x
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1. Tahap Pembelajaran Inkuiri
15
2.2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
18
3.1. Desain Penelitian
36
4.1. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, Daya
Beda dan Distruktor
44
4.2. Data Pretes Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
45
4.3. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen 1 dan 2
46
4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes
47
4.5. Penilaian Keterampilan Siswa
48
4.6. Nilai Postes Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
49
4.7. Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen 1 dan 2
50
4.8. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Postes
51
4.9. Ringkasan Perhitungan Uji t Data Postes
51
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1. Skema Tahapan Penelitian
38
4.1. Diagram Batang Nilai Pretes
46
4.2. Diagram Batang Nilai Postes
50
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran
59
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas
Eksperimen 1 dan 2
61
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa
78
Lampiran 4. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian
91
Lampiran 5. Instrumen Penelitian Sebelum Validasi
109
Lampiran 6. Instrumen Penelitian Setelah Validasi
115
Lampiran 7. Kunci Jawaban Instrumen Test
118
Lampiran 8. Rubrik Penilaian Keterampilan
120
Lampiran 9. Perhitungan Uji Validitas Item Tes
122
Lampiran 10. Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes
125
Lampiran 11. Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran Soal
128
Lampiran 12. Perhitungan Daya Beda Butir Tes
131
Lampiran 13. Perhitungan Distruktor
134
Lampiran 14. Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 1
139
Lampiran 15. Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 2
141
Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 1
143
Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 2
145
Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Eksperimen 1
147
Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Eksperimen 2
149
Lampiran 20. Perhitungan Rata – Rata, Varians dan Standar Deviasi
152
xii
Lampiran 21. Uji Normalitas
154
Lampiran 22. Uji Homogenitas
158
Lampiran 23. Uji Hipotesis
160
Lampiran 24. Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan
161
Lampiran 25. Tabel Distribusi Uji Chi Kuadrat
167
Lampiran 26. Tabel Distribusi Nilai F
168
Lampiran 27. Tabel Distribusi Uji t
170
Lampiran 28. Jadwal Penelitian
171
Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian
172
Lampiran 30. Surat Penelitian
178
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang harus terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi juga
dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari hari (Trianto, 2011).
Masalah utama pendidikan formal sekarang ini adalah rendahnya daya
serap peserta didik terutama dalam pembelajaran kimia di sekolah yang pada
umumnya hanya memberikan konsep-konsep, hukum-hukum, hafalan, pengenalan
rumus dan teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman langsung. Guru
menyajikan materi secara teoritik, sedangkan siswa pasif, hanya mendengarkan
guru ceramah di depan kelas. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang
kreatif, kerjasama dalam kelompok kurang optimal, kegiatan belajar mengajar
terasa jenuh dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Sesuai kurikulum KTSP, kita tidak dapat lagi mempertahankan paradigma
lama yaitu pembelajaran berpusat pada guru Teacher Centered Learning (TCL).
Pembelajaran harus berubah menjadi Student Centered Learning (SCL) sehingga
pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator
yang diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dalam
memecahkan prinsip maupun konsep-konsep yang didukung dengan kemampuan
dan keterampilan berkarya (Kesumaningrum, 2013).
1
2
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kimia dan pengamatan pada
waktu Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Tanjung Morawa bahwa
hasil belajar kimia siswa kelas XI pada tahun ajaran 2014/2015 yang diajarkan
dengan metode konvensional ceramah masih rendah, hal ini dapat dilihat pada
nilai hasil ulangan kimia siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
yaitu 75. Siswa juga jarang diberikan pengalaman langsung seperti melakukan
eksperimen di laboratorium kimia. Padahal sekolah ini memiliki laboratorium
kimia yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatasi
hal tersebut perlunya meningkatkan kemampuan atau kompetensi guru dalam
mengajar melalui inovasi model atau metode pembelajaran.
Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam
kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar
yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Berkenaan dengan hal tersebut
salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan guru guna meningkatkan keikutsertaan
siswa secara aktif, memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
sesama siswa. Sanjaya (2012) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif
dapat
meningkatkan
prestasi
belajar
siswa
sekaligus
dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.
Begitu juga dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang efektif
membantu guru dalam memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan yang
merupakan bagian penting dari pembelajaran berbasis penyelidikan. Selain itu
dengan model ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan
3
kemampuan intelektual, keterampilan berpikir siswa dan meningkatkan prestasi
belajar siswa (Setiowati dkk, 2015).
Beberapa penelitian telah menunjukkan keefektifan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan kooperatif group investigation untuk meningkatkan hasil
belajar. Argandi dkk (2013) telah melakukan penelitian dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dilengkapi kegiatan laboratorium real dan virtual
diperoleh nilai pretes 50,28 dan setelah diberi perlakuan diperoleh nilai rata – rata
postes 77,42. Gultom (2015) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri
terbimbing dengan media peta konsep pada materi reaksi reduksi dan oksidasi
terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 76,61%. Kurniati
(2016) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri terbimbing dilengkapi
LKS pada materi pokok hukum dasar kimia menyatakan bahwa prestasi belajar
siswa meningkat dari 69,44 menjadi 80,56%. Yulianingsih (2013) dalam
penelitiannya keefektifan student centered learning dengan menggunakan model
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM 72
mencapai ketuntasan 93,94% dari 33 siswa. Aprilia (2013) dalam penelitiannya
keterampilan metakognitif menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi
hidrolisis garam, keterampilan metakognitif merencanakan mencapai rata- rata
yang paling tinggi yaitu 75, 56.
Kusumaningrum (2013) berdasarkan hasil penelitiannya dengan model
pembelajaran kooperatif group investigation menggunakan media peta konsep dan
teka- teki silang pada materi koloid menyatakan bahwa model pembelajaran
tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan perolehan rata – rata nilai
pretes 31,9 sedangkan rata – rata nilai postes 82,5. Ulum (2015) telah melakukan
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran group investigation pada
materi pokok ikatan kimia untuk melatih keterampilan dan berpikir kritis, hasilnya
menunjukkan bahwa siswa memiliki keterampilan analisis berpikir kritis sebesar
85%. Budi (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh pembelajaran group
investigation terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom pada kelas
eksperimen diperoleh selisih rata – rata hasil pretes dan posttes 35,361. Nur
4
(2014) dari hasil penelitiannya model pembelajaran group investigation
dilengkapi media peta pikiran pada materi pokok kelarutan dan hasil kali
kelarutan untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa diperoleh
peningkatan hasil belajar siswa dari 30,56 menjadi 91,57%. Wildanisnaini (2015)
berdasarkan
hasil
penelitiannya
penerapan
model
pembelajaran
group
investigation untuk meningkatkan keterampilan proses dan perstasi belajar siswa
pada materi laju reaksi, persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 32,65
menjadi 64,71%.
Dari kedua model pembelajaran ini, masing – masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan, akan tetapi pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
menekankan pada aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor yang lebih
menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dan
Kooperatif Group Investigation Berbasis Eksperimen terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Hidrolisis Garam “.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar
mengajar kurang bervariasi di sekolah?
2. Mengapa hasil belajar kimia siswa masih banyak dibawah KKM?
3. Apakah siswa jarang diberikan pembelajaran kimia dengan metode praktikum
di laboratorium?
4. Apakah siswa menganggap pelajaran kimia sulit untuk dipahami?
5. Apakah siswa kurang termotivasi untuk belajar kimia?
6. Apakah
guru
perlu
mengembangkan
pendekatan
pembelajaran
yang
melibatkan siswa secara aktif?
7. Apakah metode yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat?
8. Apakah media yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar kurang
sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran?
5
1.3. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang terdapat dalam pembelajaran kimia,
maka pada penelitian ini masalah dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model inkuiri
terbimbing dan model pembelajaran kooperatif group investigation.
2. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam.
3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI IPA semester genap di SMAN 1
Tanjung Morawa.
4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
(praktikum).
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang
dibelajarkan dengan model kooperatif group investigation berbasis
eksperimen pada pokok bahasan hidrolisis garam?
2. Apakah keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada keterampilan siswa yang
dibelajarkan dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen
pada pokok bahasan hidrolisis garam?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1.
Untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan
model inkuiri terbimbing dan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan
dengan model kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada
pokok bahasan hidrolisis garam.
6
2. Untuk mengetahui keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan keterampilan siswa yang dibelajarkan
dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada pokok
bahasan hidrolisis garam.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru bidang studi khususnya kimia
dalam memilih model pembelajaran yang efektif digunakan dalam proses
belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
Untuk mengembangkan kemampuan siswa secara maksimal, terutama
dalam hal bereksplorasi, mengemukakan pendapat, ide, pertanyaan dan
memperoleh pengalaman – pengalaman baru serta belajar yang lebih
bermakna.
3. Bagi Peneliti
Menyampaikan informasi tentang pengaruh hasil belajar siswa pada kelas
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model
pembelajaran kooperatif group investigation berbasis eksperimen. Hasil
penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan dan pengalaman
dalam meningkatkan kompetensi sebagai calon guru.
1.7. Defenisi Operasional
1. Model Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran
melalui penyelidikan dari permasalahan yang diberikan guru, menentukan
proses dan solusi dari permasalahan tersebut (Bell, 2005).
2. Model pembelajaran group investigation adalah pembelajaran kooperatif
paling kompleks yang menuntut siswa terlibat dalam perencanaan, baik
topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan (Trianto,
2011).
7
3. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan siswa
melakukan percobaan sendiri dan memberi kesempatan para siswa untuk
mengamati sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses suatu hal
(Sagala, 2008).
4. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini mencakup bidang kognitif
dan psikomotor.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang harus terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi juga
dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari hari (Trianto, 2011).
Masalah utama pendidikan formal sekarang ini adalah rendahnya daya
serap peserta didik terutama dalam pembelajaran kimia di sekolah yang pada
umumnya hanya memberikan konsep-konsep, hukum-hukum, hafalan, pengenalan
rumus dan teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman langsung. Guru
menyajikan materi secara teoritik, sedangkan siswa pasif, hanya mendengarkan
guru ceramah di depan kelas. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang
kreatif, kerjasama dalam kelompok kurang optimal, kegiatan belajar mengajar
terasa jenuh dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Sesuai kurikulum KTSP, kita tidak dapat lagi mempertahankan paradigma
lama yaitu pembelajaran berpusat pada guru Teacher Centered Learning (TCL).
Pembelajaran harus berubah menjadi Student Centered Learning (SCL) sehingga
pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator
yang diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dalam
memecahkan prinsip maupun konsep-konsep yang didukung dengan kemampuan
dan keterampilan berkarya (Kesumaningrum, 2013).
1
2
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kimia dan pengamatan pada
waktu Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Tanjung Morawa bahwa
hasil belajar kimia siswa kelas XI pada tahun ajaran 2014/2015 yang diajarkan
dengan metode konvensional ceramah masih rendah, hal ini dapat dilihat pada
nilai hasil ulangan kimia siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
yaitu 75. Siswa juga jarang diberikan pengalaman langsung seperti melakukan
eksperimen di laboratorium kimia. Padahal sekolah ini memiliki laboratorium
kimia yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatasi
hal tersebut perlunya meningkatkan kemampuan atau kompetensi guru dalam
mengajar melalui inovasi model atau metode pembelajaran.
Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam
kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar
yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Berkenaan dengan hal tersebut
salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan guru guna meningkatkan keikutsertaan
siswa secara aktif, memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
sesama siswa. Sanjaya (2012) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif
dapat
meningkatkan
prestasi
belajar
siswa
sekaligus
dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.
Begitu juga dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang efektif
membantu guru dalam memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan yang
merupakan bagian penting dari pembelajaran berbasis penyelidikan. Selain itu
dengan model ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan
3
kemampuan intelektual, keterampilan berpikir siswa dan meningkatkan prestasi
belajar siswa (Setiowati dkk, 2015).
Beberapa penelitian telah menunjukkan keefektifan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan kooperatif group investigation untuk meningkatkan hasil
belajar. Argandi dkk (2013) telah melakukan penelitian dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dilengkapi kegiatan laboratorium real dan virtual
diperoleh nilai pretes 50,28 dan setelah diberi perlakuan diperoleh nilai rata – rata
postes 77,42. Gultom (2015) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri
terbimbing dengan media peta konsep pada materi reaksi reduksi dan oksidasi
terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 76,61%. Kurniati
(2016) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri terbimbing dilengkapi
LKS pada materi pokok hukum dasar kimia menyatakan bahwa prestasi belajar
siswa meningkat dari 69,44 menjadi 80,56%. Yulianingsih (2013) dalam
penelitiannya keefektifan student centered learning dengan menggunakan model
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM 72
mencapai ketuntasan 93,94% dari 33 siswa. Aprilia (2013) dalam penelitiannya
keterampilan metakognitif menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi
hidrolisis garam, keterampilan metakognitif merencanakan mencapai rata- rata
yang paling tinggi yaitu 75, 56.
Kusumaningrum (2013) berdasarkan hasil penelitiannya dengan model
pembelajaran kooperatif group investigation menggunakan media peta konsep dan
teka- teki silang pada materi koloid menyatakan bahwa model pembelajaran
tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan perolehan rata – rata nilai
pretes 31,9 sedangkan rata – rata nilai postes 82,5. Ulum (2015) telah melakukan
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran group investigation pada
materi pokok ikatan kimia untuk melatih keterampilan dan berpikir kritis, hasilnya
menunjukkan bahwa siswa memiliki keterampilan analisis berpikir kritis sebesar
85%. Budi (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh pembelajaran group
investigation terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom pada kelas
eksperimen diperoleh selisih rata – rata hasil pretes dan posttes 35,361. Nur
4
(2014) dari hasil penelitiannya model pembelajaran group investigation
dilengkapi media peta pikiran pada materi pokok kelarutan dan hasil kali
kelarutan untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa diperoleh
peningkatan hasil belajar siswa dari 30,56 menjadi 91,57%. Wildanisnaini (2015)
berdasarkan
hasil
penelitiannya
penerapan
model
pembelajaran
group
investigation untuk meningkatkan keterampilan proses dan perstasi belajar siswa
pada materi laju reaksi, persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 32,65
menjadi 64,71%.
Dari kedua model pembelajaran ini, masing – masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan, akan tetapi pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
menekankan pada aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor yang lebih
menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dan
Kooperatif Group Investigation Berbasis Eksperimen terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Hidrolisis Garam “.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar
mengajar kurang bervariasi di sekolah?
2. Mengapa hasil belajar kimia siswa masih banyak dibawah KKM?
3. Apakah siswa jarang diberikan pembelajaran kimia dengan metode praktikum
di laboratorium?
4. Apakah siswa menganggap pelajaran kimia sulit untuk dipahami?
5. Apakah siswa kurang termotivasi untuk belajar kimia?
6. Apakah
guru
perlu
mengembangkan
pendekatan
pembelajaran
yang
melibatkan siswa secara aktif?
7. Apakah metode yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat?
8. Apakah media yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar kurang
sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran?
5
1.3. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang terdapat dalam pembelajaran kimia,
maka pada penelitian ini masalah dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model inkuiri
terbimbing dan model pembelajaran kooperatif group investigation.
2. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam.
3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI IPA semester genap di SMAN 1
Tanjung Morawa.
4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
(praktikum).
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang
dibelajarkan dengan model kooperatif group investigation berbasis
eksperimen pada pokok bahasan hidrolisis garam?
2. Apakah keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada keterampilan siswa yang
dibelajarkan dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen
pada pokok bahasan hidrolisis garam?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1.
Untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan
model inkuiri terbimbing dan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan
dengan model kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada
pokok bahasan hidrolisis garam.
6
2. Untuk mengetahui keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan keterampilan siswa yang dibelajarkan
dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada pokok
bahasan hidrolisis garam.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru bidang studi khususnya kimia
dalam memilih model pembelajaran yang efektif digunakan dalam proses
belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
Untuk mengembangkan kemampuan siswa secara maksimal, terutama
dalam hal bereksplorasi, mengemukakan pendapat, ide, pertanyaan dan
memperoleh pengalaman – pengalaman baru serta belajar yang lebih
bermakna.
3. Bagi Peneliti
Menyampaikan informasi tentang pengaruh hasil belajar siswa pada kelas
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model
pembelajaran kooperatif group investigation berbasis eksperimen. Hasil
penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan dan pengalaman
dalam meningkatkan kompetensi sebagai calon guru.
1.7. Defenisi Operasional
1. Model Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran
melalui penyelidikan dari permasalahan yang diberikan guru, menentukan
proses dan solusi dari permasalahan tersebut (Bell, 2005).
2. Model pembelajaran group investigation adalah pembelajaran kooperatif
paling kompleks yang menuntut siswa terlibat dalam perencanaan, baik
topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan (Trianto,
2011).
7
3. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan siswa
melakukan percobaan sendiri dan memberi kesempatan para siswa untuk
mengamati sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses suatu hal
(Sagala, 2008).
4. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini mencakup bidang kognitif
dan psikomotor.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dari data hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar kimia siswa menggunakan model inkuiri terbimbing lebih tinggi
dengan rata – rata 80,65 daripada hasil belajar kimia siswa dengan model
kooperatif group investigation dengan rata – rata 76,38 hal ini menunjukkan
pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen lebih tinggi
daripada model kooperatif group investigation berbasis eksperimen terhadap
hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam.
2.
Rata – rata nilai keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada rata – rata nilai keterampilan siswa yang
dibelajarkan dengan model kooperatif group investigation.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka disarankan hal – hal
berikut:
1. Bagi guru atau calon guru disarankan untuk menerapkan model inkuiri
terbimbing sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kimia.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
disarankan untuk meneliti pengaruh model inkuiri terbimbing dengan
model pembelajaran yang lain dan diterapkan pada pokok bahasan yang
berbeda agar dapat dijadikan sebagai perbandingan guru dalam
meningkatkan kualitas mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran
kimia. Selain itu, karakter yang dikembangkan juga dapat bervariasi
seperti: komunikatif tanggung jawab, kemandirian, berpikir kritis,
demokratis, kecakapan dan lain-lain.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, F., Sugiarto, B., (2013), Keterampilan Metakognitif Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Hidrolis
Garam, UNESA Journal Chemical Of Education, 2 (3): 36-41
Argandi, R., Martini, K., S., Saputro, A., N., C., (2013), Pembelajaran Kimia
dengan Metode Inquiry Terbimbing Dilengkapi Kegiatan Labortaorium
Real dan Virtual pada Pokok Bahasan Pemisahan Campuran, Jurnal
Pendidikan Kimia, 2 (2): 44-49.
Arikunto, S., (2012), Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi aksara, Jakarta
Aunurrahman, (2012), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Bagiarta, I.,N., Karyasa, I.,W., Suardana, I., N., (2015), Komparasi Literasi Sains
Antar Siswa yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe GI (Group Investigastion) dan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing ( Guided Inquiry) Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa
SMP, E- Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha,
5 : 1 – 11.
Bell, R., L., Smetana, L., Binns, I., (2005). Simplifying Inquiry Instruction.
www.nsta.org. Diakses 20 Oktober 2015.
Budi, L., Redjeki, T., Yamtinah, S., (2013), Pengaruh Metode Pembelajaran
Group Investigation (GI) Dan Minat Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Pokok Bahasan Struktur Atom Dan Sistem Periodik Kelas XI
SMAN 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan
Kimia, 2 (3): 10-18
Dahar, R., W., (2011), Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga,
Jakarta.
Gultom, R., (2015), Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
Media Peta Konsep terhadap Kemampuan Metakognitif dan Hasil Belajar
Siswa Kelas X SMA pada Materi Reaksi Reduksi dan Oksidasi, Skripsi,
FMIPA UNIMED, Medan.
Hanson, D., M., (2005), Designing Process-Oriented Guided-Inquiry Activities. In
Faculty Guidedbook: A Comprehensive Tool For Improving Faculty
Performance, ed. S. W. Beyerlein and D. K. Apple., Pacific Crest, Lisle,
IL.
Hanson, David. M. (2006). Instructor’s Guided to Process-Oriented GuidedInquiry Learning, Pacific Crest, Lisle, IL.
Joyce, B. Weil, M., dan Calhoun, E., (2011), Model – Model Pengajaran, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
57
Kesumaningrum, I., A., Sugiharto, Masykuri, M., (2013), Pembelajaran
Kooperatif Group Investigation (GI) Menggunakan Media Teka – Teki
Silang dan Peta Konsep Pada Materi Pokok Koloid Kelas XI Semester II
SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan
Kimia, 2 (3): 92 – 98.
Kurniati, D., Masyukri, M., Saputro, S., (2016), Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Dilengkapi Lks Untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Dan Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Hukum Dasar
Kimia Siswa Kelas X Mia 4 SMAN 1 Karanganyar Tahun Pelajaran
2014/2015, Jurnal Pendidikan Kimia, 5 (1): 88-95.
Nur, A., Haryono, Masyukri, (2014), Model Pembelajaran Group Investigation
(GI) Dilengkapi Media Peta Pikiran Pada Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Kerjasama Dan Prestasi Belajar
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran
2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia, 3, (2): 1-6
Purba, M., (2006), Kimia untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.
Rusman, (2014), Model – Model Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sagala, S., (2008), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta.
Sanjaya, W., (2012), Strategi Pembelajaran Berotientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media, Jakarta.
Setyowati, H., Nugroho, A., Agustina, W., (2015), Penerapan Model Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) Dilengkapi LKS untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Kelarutan dan
Hasil kali Kelarutan Kelas XI MIA SMA Negeri 1 Banyudono Tahun
Pelajaran 2014/2015, Jurnal Pendidikan Kimia, 4 (4): 54 – 60.
Siitonga, P., M., (2011), Statistika, FMIPA UNIMED, Medan.
Silitonga, P.M, (2013), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA UNIMED,
Medan.
Siregar, E., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia, Bogor.
Slameto., (2013), Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Slavin, R., E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa
Media, Bandung.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
58
Sunarya, Y., Setiabudi, (2009), Mudah dan Aktif Belajar Kimia, PT Setia Purna
Inves, Jakarta.
Suwardi, Soebiyanto, Widiasih, T.E, (2009), Panduan Pembelajaran Kimia, CV.
Karya Mandiri Nusantara, Jakarta
Tarigan, R., Derlina, dan Megalina, Y., (2011), Strategi Belajar Mengajar,
FMIPA UNIMED, Medan.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Ulum, B., Hidayah, R., (2015), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation (Gi) Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Untuk
Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Sma Widya
Darma Surabaya, UNESA Journal Of Chemical Education, 2 (4): 156-162.
Wahyuni, S., Suryana, D., (2008), Panduan Praktikum Kimia SMA Kelas XI,
Erlangga, Jakarta.
Wijayanti, A., D., Susatyo, E., B., (2014), Penerapan Pembelajaran Group
Investigation Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Koloid, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 8 (1): 1300 – 130.
Wildanishnaini, Susanti, E., Haryono, (2015), Penerapan Model Pembelajaran
Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Dan
Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Laju Reaksi Kelas XI SMA Negeri 2
Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, 4 (1) :
151 – 156.
Yulianingsih, U., (2013), Keefektifan Pendekatan Student Centered Learning
Dengan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Chemistry
in Edication, 2 (2): 148-155
DAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBASIS
EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
Oleh :
Aida Husni
NIM 4123131003
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBASIS
EKSPERIMEN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
Aida Husni (4123131003)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dengan
model inkuiri terbimbing dan kooperatif group investigation berbasis eksperimen
pada materi hidrolisis garam. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI SMA
N 1 Tanjung Morawa T.A. 2015/1016 dengan populasi seluruh siswa kelas XI
SMA N 1 Tanjung Morawa yang terdiri dari 5 kelas. Sampel ditetapkan dengan
cara modifikasi cluster random sampling yakni mengambil 2 kelas yang dijadikan
kelas eksperimen. Kelas eksperimen pertama yang diberi perlakuan dengan model
inkuiri terbimbing berjumlah 31 orang dan kelas eksperimen kedua yang diberi
perlakuan dengan model group investigation berjumlah 35 orang.
Berdasarkan analisa data, nilai rata- rata postes pada kelas eksperimen
pertama adalah 80,65 dengan standar deviasi 7,18 dan rata – rata pada kelas
eksperimen kedua 76,38 dengan standar deviasi 9,06 .Hasil observasi
keterampilan siswa dalam praktikum menunjukkan rata – rata kelas eksperimen 1
dan 2 adalah 61,3 dan 58,9. Sedangkan pada uji hipotesis diperoleh t hitung = 2,16
dan ttabel = 1,6694 (t hitung > ttabel ). Dari data menunjukkan bahwa hasil belajar
kimia siswa yang diajarkan dengan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dari
pada hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model group investigation,
maka dapat disimpulkan pengaruh model inkuiri terbimbing lebih baik dari pada
model group investigation terhadap hasil belajar siswa.
Kata kunci: Model Inkuiri Terbimbing, Group Investigation, Eksperimen
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat waktu sesuai dengan yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Group
Investigation Berbasis Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
Hidrolisis Garam” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.
Kawan Sihombing, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
sejak awal penulisan proposal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Pasar Maulim Silitonga, M.S,
Bapak Amser Simanjuntak dan Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian
sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama
perkuliahan. Ucapan terimakasih juga di sampaikan kepada Bapak Agus
Kembaren, S.Si, M.Si selaku ketua jurusan kimia dan Ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si
selaku ketua prodi pendidikan kimia, juga kepada seluruh bapak dan ibu dosen
beserta staf dan pegawai jurusan kimia FMIPA UNIMED yang telah banyak
membantu penulis. Ucapan terimakasih di sampaikan juga kepada Bapak Dr.
Asrin Lubis, M.Pd selaku dekan FMIPA Unimed. Ucapan terimakasih juga
disampaikan kepada keluarga besar SMA Negeri 1 Tanjung Morawa yang telah
banyak membantu penulis selama penelitian.
Teristimewa kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda Muhammad
Hasbi dan Ibunda Emmi yang telah mendidik, selalu mendo’akan penulis disetiap
sujudnya dan memberikan motivasi yang tidak terkira besarnya baik secara moril
maupun materil, beserta adik-adik tersayang yang selalu menjadi penyemangat
v
dan motivasi untuk selalu giat belajar (Rita Ulfa Khairani dan Dinul Hafizah)
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Unimed ini.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat seperjuangan,
Devi Lestari, Derin Putri Sianipar, Dini Oktavianti, Dwi Endah Larasati, Dyah Tri
Renartika dan Amru Daulay yang selalu setia menemani saat suka maupun
duka,beserta seluruh keluarga besar Kimia Dik B 2012 yang saling memotivasi
selama perkuliahan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat
senasib sepenanggungan, Tih Desi Susanti, M.Pd, Kak Maryuna Lubis, S.Pd,
Sriwahyuni, Lusi Mardiah, Nurul Fahma, Aisyah.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi sempurnanya skripsi ini. Semoga isi skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan dunia pendidikan.
Medan,
Juni 2016
Penulis,
Aida Husni
NIM. 4123131003
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
4
1.3. Batasan Masalah
5
1.4. Rumusan Masalah
5
1.5. Tujuan Penelitian
5
1.6. Manfaat Penelitian
6
1.7. Defenisi Operasional
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1. Kerangka Teoritis
8
2.1.1. Pengertian Belajar
8
2.1.2. Hasil Belajar
9
2.1.3. Model Pembelajaran
11
2.1.4. Model Pembelajaran Inkuiri
11
2.1.5. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
13
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif
16
2.1.7. Kooperatif Group Investigation
18
vii
2.1.8. Metode Eksperimen
21
2.2. Materi Ajar
22
2.2.1. Sifat Larutan Garam
22
2.2.2. Konsep Hidrolisis Garam
22
2.2.3. Menghitung pH Larutan Garam
24
2.3. Kerangka Konseptual
29
2.4. Hipotesis Penelitian
29
BAB III
31
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
31
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
31
3.2.1. Populasi
31
3.2.2. Sampel
31
3.3. Variabel Penelitian
31
3.4. Instrumen Penelitian
32
3.4.1. Validitas Tes
33
3.4.2. Reliabilitas Tes
34
3.4.3. Tingkat Kesukaran Soal
34
3.4.4. Daya Pembeda Soal
35
3.4.5. Distruktor
35
3.5. Desain Penelitian
36
3.6. Prosedur Penelitian
36
3.7. Teknik Pengumpulan Data
39
3.8. Teknik Analisis Data
39
3.8.1. Menentukan Varians dan Standar Deviasi
39
3.8.2. Uji Normalitas Data
39
3.8.3. Uji Homogenitas Data
40
3.8.4. Uji Hipotesis
40
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
42
4.1. Hasil Penelitian
42
4.2. Pembahasan Penelitian
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
55
5.1. Kesimpulan
55
5.2. Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
56
x
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1. Tahap Pembelajaran Inkuiri
15
2.2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
18
3.1. Desain Penelitian
36
4.1. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, Daya
Beda dan Distruktor
44
4.2. Data Pretes Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
45
4.3. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen 1 dan 2
46
4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes
47
4.5. Penilaian Keterampilan Siswa
48
4.6. Nilai Postes Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
49
4.7. Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen 1 dan 2
50
4.8. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Postes
51
4.9. Ringkasan Perhitungan Uji t Data Postes
51
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1. Skema Tahapan Penelitian
38
4.1. Diagram Batang Nilai Pretes
46
4.2. Diagram Batang Nilai Postes
50
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran
59
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas
Eksperimen 1 dan 2
61
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa
78
Lampiran 4. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian
91
Lampiran 5. Instrumen Penelitian Sebelum Validasi
109
Lampiran 6. Instrumen Penelitian Setelah Validasi
115
Lampiran 7. Kunci Jawaban Instrumen Test
118
Lampiran 8. Rubrik Penilaian Keterampilan
120
Lampiran 9. Perhitungan Uji Validitas Item Tes
122
Lampiran 10. Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes
125
Lampiran 11. Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran Soal
128
Lampiran 12. Perhitungan Daya Beda Butir Tes
131
Lampiran 13. Perhitungan Distruktor
134
Lampiran 14. Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 1
139
Lampiran 15. Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 2
141
Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 1
143
Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 2
145
Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Eksperimen 1
147
Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Eksperimen 2
149
Lampiran 20. Perhitungan Rata – Rata, Varians dan Standar Deviasi
152
xii
Lampiran 21. Uji Normalitas
154
Lampiran 22. Uji Homogenitas
158
Lampiran 23. Uji Hipotesis
160
Lampiran 24. Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan
161
Lampiran 25. Tabel Distribusi Uji Chi Kuadrat
167
Lampiran 26. Tabel Distribusi Nilai F
168
Lampiran 27. Tabel Distribusi Uji t
170
Lampiran 28. Jadwal Penelitian
171
Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian
172
Lampiran 30. Surat Penelitian
178
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang harus terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi juga
dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari hari (Trianto, 2011).
Masalah utama pendidikan formal sekarang ini adalah rendahnya daya
serap peserta didik terutama dalam pembelajaran kimia di sekolah yang pada
umumnya hanya memberikan konsep-konsep, hukum-hukum, hafalan, pengenalan
rumus dan teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman langsung. Guru
menyajikan materi secara teoritik, sedangkan siswa pasif, hanya mendengarkan
guru ceramah di depan kelas. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang
kreatif, kerjasama dalam kelompok kurang optimal, kegiatan belajar mengajar
terasa jenuh dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Sesuai kurikulum KTSP, kita tidak dapat lagi mempertahankan paradigma
lama yaitu pembelajaran berpusat pada guru Teacher Centered Learning (TCL).
Pembelajaran harus berubah menjadi Student Centered Learning (SCL) sehingga
pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator
yang diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dalam
memecahkan prinsip maupun konsep-konsep yang didukung dengan kemampuan
dan keterampilan berkarya (Kesumaningrum, 2013).
1
2
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kimia dan pengamatan pada
waktu Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Tanjung Morawa bahwa
hasil belajar kimia siswa kelas XI pada tahun ajaran 2014/2015 yang diajarkan
dengan metode konvensional ceramah masih rendah, hal ini dapat dilihat pada
nilai hasil ulangan kimia siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
yaitu 75. Siswa juga jarang diberikan pengalaman langsung seperti melakukan
eksperimen di laboratorium kimia. Padahal sekolah ini memiliki laboratorium
kimia yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatasi
hal tersebut perlunya meningkatkan kemampuan atau kompetensi guru dalam
mengajar melalui inovasi model atau metode pembelajaran.
Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam
kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar
yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Berkenaan dengan hal tersebut
salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan guru guna meningkatkan keikutsertaan
siswa secara aktif, memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
sesama siswa. Sanjaya (2012) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif
dapat
meningkatkan
prestasi
belajar
siswa
sekaligus
dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.
Begitu juga dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang efektif
membantu guru dalam memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan yang
merupakan bagian penting dari pembelajaran berbasis penyelidikan. Selain itu
dengan model ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan
3
kemampuan intelektual, keterampilan berpikir siswa dan meningkatkan prestasi
belajar siswa (Setiowati dkk, 2015).
Beberapa penelitian telah menunjukkan keefektifan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan kooperatif group investigation untuk meningkatkan hasil
belajar. Argandi dkk (2013) telah melakukan penelitian dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dilengkapi kegiatan laboratorium real dan virtual
diperoleh nilai pretes 50,28 dan setelah diberi perlakuan diperoleh nilai rata – rata
postes 77,42. Gultom (2015) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri
terbimbing dengan media peta konsep pada materi reaksi reduksi dan oksidasi
terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 76,61%. Kurniati
(2016) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri terbimbing dilengkapi
LKS pada materi pokok hukum dasar kimia menyatakan bahwa prestasi belajar
siswa meningkat dari 69,44 menjadi 80,56%. Yulianingsih (2013) dalam
penelitiannya keefektifan student centered learning dengan menggunakan model
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM 72
mencapai ketuntasan 93,94% dari 33 siswa. Aprilia (2013) dalam penelitiannya
keterampilan metakognitif menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi
hidrolisis garam, keterampilan metakognitif merencanakan mencapai rata- rata
yang paling tinggi yaitu 75, 56.
Kusumaningrum (2013) berdasarkan hasil penelitiannya dengan model
pembelajaran kooperatif group investigation menggunakan media peta konsep dan
teka- teki silang pada materi koloid menyatakan bahwa model pembelajaran
tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan perolehan rata – rata nilai
pretes 31,9 sedangkan rata – rata nilai postes 82,5. Ulum (2015) telah melakukan
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran group investigation pada
materi pokok ikatan kimia untuk melatih keterampilan dan berpikir kritis, hasilnya
menunjukkan bahwa siswa memiliki keterampilan analisis berpikir kritis sebesar
85%. Budi (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh pembelajaran group
investigation terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom pada kelas
eksperimen diperoleh selisih rata – rata hasil pretes dan posttes 35,361. Nur
4
(2014) dari hasil penelitiannya model pembelajaran group investigation
dilengkapi media peta pikiran pada materi pokok kelarutan dan hasil kali
kelarutan untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa diperoleh
peningkatan hasil belajar siswa dari 30,56 menjadi 91,57%. Wildanisnaini (2015)
berdasarkan
hasil
penelitiannya
penerapan
model
pembelajaran
group
investigation untuk meningkatkan keterampilan proses dan perstasi belajar siswa
pada materi laju reaksi, persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 32,65
menjadi 64,71%.
Dari kedua model pembelajaran ini, masing – masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan, akan tetapi pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
menekankan pada aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor yang lebih
menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dan
Kooperatif Group Investigation Berbasis Eksperimen terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Hidrolisis Garam “.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar
mengajar kurang bervariasi di sekolah?
2. Mengapa hasil belajar kimia siswa masih banyak dibawah KKM?
3. Apakah siswa jarang diberikan pembelajaran kimia dengan metode praktikum
di laboratorium?
4. Apakah siswa menganggap pelajaran kimia sulit untuk dipahami?
5. Apakah siswa kurang termotivasi untuk belajar kimia?
6. Apakah
guru
perlu
mengembangkan
pendekatan
pembelajaran
yang
melibatkan siswa secara aktif?
7. Apakah metode yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat?
8. Apakah media yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar kurang
sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran?
5
1.3. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang terdapat dalam pembelajaran kimia,
maka pada penelitian ini masalah dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model inkuiri
terbimbing dan model pembelajaran kooperatif group investigation.
2. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam.
3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI IPA semester genap di SMAN 1
Tanjung Morawa.
4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
(praktikum).
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang
dibelajarkan dengan model kooperatif group investigation berbasis
eksperimen pada pokok bahasan hidrolisis garam?
2. Apakah keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada keterampilan siswa yang
dibelajarkan dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen
pada pokok bahasan hidrolisis garam?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1.
Untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan
model inkuiri terbimbing dan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan
dengan model kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada
pokok bahasan hidrolisis garam.
6
2. Untuk mengetahui keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan keterampilan siswa yang dibelajarkan
dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada pokok
bahasan hidrolisis garam.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru bidang studi khususnya kimia
dalam memilih model pembelajaran yang efektif digunakan dalam proses
belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
Untuk mengembangkan kemampuan siswa secara maksimal, terutama
dalam hal bereksplorasi, mengemukakan pendapat, ide, pertanyaan dan
memperoleh pengalaman – pengalaman baru serta belajar yang lebih
bermakna.
3. Bagi Peneliti
Menyampaikan informasi tentang pengaruh hasil belajar siswa pada kelas
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model
pembelajaran kooperatif group investigation berbasis eksperimen. Hasil
penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan dan pengalaman
dalam meningkatkan kompetensi sebagai calon guru.
1.7. Defenisi Operasional
1. Model Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran
melalui penyelidikan dari permasalahan yang diberikan guru, menentukan
proses dan solusi dari permasalahan tersebut (Bell, 2005).
2. Model pembelajaran group investigation adalah pembelajaran kooperatif
paling kompleks yang menuntut siswa terlibat dalam perencanaan, baik
topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan (Trianto,
2011).
7
3. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan siswa
melakukan percobaan sendiri dan memberi kesempatan para siswa untuk
mengamati sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses suatu hal
(Sagala, 2008).
4. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini mencakup bidang kognitif
dan psikomotor.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang harus terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi juga
dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari hari (Trianto, 2011).
Masalah utama pendidikan formal sekarang ini adalah rendahnya daya
serap peserta didik terutama dalam pembelajaran kimia di sekolah yang pada
umumnya hanya memberikan konsep-konsep, hukum-hukum, hafalan, pengenalan
rumus dan teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman langsung. Guru
menyajikan materi secara teoritik, sedangkan siswa pasif, hanya mendengarkan
guru ceramah di depan kelas. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang
kreatif, kerjasama dalam kelompok kurang optimal, kegiatan belajar mengajar
terasa jenuh dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Sesuai kurikulum KTSP, kita tidak dapat lagi mempertahankan paradigma
lama yaitu pembelajaran berpusat pada guru Teacher Centered Learning (TCL).
Pembelajaran harus berubah menjadi Student Centered Learning (SCL) sehingga
pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator
yang diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dalam
memecahkan prinsip maupun konsep-konsep yang didukung dengan kemampuan
dan keterampilan berkarya (Kesumaningrum, 2013).
1
2
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kimia dan pengamatan pada
waktu Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Tanjung Morawa bahwa
hasil belajar kimia siswa kelas XI pada tahun ajaran 2014/2015 yang diajarkan
dengan metode konvensional ceramah masih rendah, hal ini dapat dilihat pada
nilai hasil ulangan kimia siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
yaitu 75. Siswa juga jarang diberikan pengalaman langsung seperti melakukan
eksperimen di laboratorium kimia. Padahal sekolah ini memiliki laboratorium
kimia yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatasi
hal tersebut perlunya meningkatkan kemampuan atau kompetensi guru dalam
mengajar melalui inovasi model atau metode pembelajaran.
Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam
kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar
yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Berkenaan dengan hal tersebut
salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan guru guna meningkatkan keikutsertaan
siswa secara aktif, memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
sesama siswa. Sanjaya (2012) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif
dapat
meningkatkan
prestasi
belajar
siswa
sekaligus
dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.
Begitu juga dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang efektif
membantu guru dalam memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan yang
merupakan bagian penting dari pembelajaran berbasis penyelidikan. Selain itu
dengan model ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan
3
kemampuan intelektual, keterampilan berpikir siswa dan meningkatkan prestasi
belajar siswa (Setiowati dkk, 2015).
Beberapa penelitian telah menunjukkan keefektifan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan kooperatif group investigation untuk meningkatkan hasil
belajar. Argandi dkk (2013) telah melakukan penelitian dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dilengkapi kegiatan laboratorium real dan virtual
diperoleh nilai pretes 50,28 dan setelah diberi perlakuan diperoleh nilai rata – rata
postes 77,42. Gultom (2015) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri
terbimbing dengan media peta konsep pada materi reaksi reduksi dan oksidasi
terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 76,61%. Kurniati
(2016) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri terbimbing dilengkapi
LKS pada materi pokok hukum dasar kimia menyatakan bahwa prestasi belajar
siswa meningkat dari 69,44 menjadi 80,56%. Yulianingsih (2013) dalam
penelitiannya keefektifan student centered learning dengan menggunakan model
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM 72
mencapai ketuntasan 93,94% dari 33 siswa. Aprilia (2013) dalam penelitiannya
keterampilan metakognitif menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi
hidrolisis garam, keterampilan metakognitif merencanakan mencapai rata- rata
yang paling tinggi yaitu 75, 56.
Kusumaningrum (2013) berdasarkan hasil penelitiannya dengan model
pembelajaran kooperatif group investigation menggunakan media peta konsep dan
teka- teki silang pada materi koloid menyatakan bahwa model pembelajaran
tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan perolehan rata – rata nilai
pretes 31,9 sedangkan rata – rata nilai postes 82,5. Ulum (2015) telah melakukan
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran group investigation pada
materi pokok ikatan kimia untuk melatih keterampilan dan berpikir kritis, hasilnya
menunjukkan bahwa siswa memiliki keterampilan analisis berpikir kritis sebesar
85%. Budi (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh pembelajaran group
investigation terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom pada kelas
eksperimen diperoleh selisih rata – rata hasil pretes dan posttes 35,361. Nur
4
(2014) dari hasil penelitiannya model pembelajaran group investigation
dilengkapi media peta pikiran pada materi pokok kelarutan dan hasil kali
kelarutan untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa diperoleh
peningkatan hasil belajar siswa dari 30,56 menjadi 91,57%. Wildanisnaini (2015)
berdasarkan
hasil
penelitiannya
penerapan
model
pembelajaran
group
investigation untuk meningkatkan keterampilan proses dan perstasi belajar siswa
pada materi laju reaksi, persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 32,65
menjadi 64,71%.
Dari kedua model pembelajaran ini, masing – masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan, akan tetapi pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
menekankan pada aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor yang lebih
menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dan
Kooperatif Group Investigation Berbasis Eksperimen terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Hidrolisis Garam “.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar
mengajar kurang bervariasi di sekolah?
2. Mengapa hasil belajar kimia siswa masih banyak dibawah KKM?
3. Apakah siswa jarang diberikan pembelajaran kimia dengan metode praktikum
di laboratorium?
4. Apakah siswa menganggap pelajaran kimia sulit untuk dipahami?
5. Apakah siswa kurang termotivasi untuk belajar kimia?
6. Apakah
guru
perlu
mengembangkan
pendekatan
pembelajaran
yang
melibatkan siswa secara aktif?
7. Apakah metode yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat?
8. Apakah media yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar kurang
sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran?
5
1.3. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang terdapat dalam pembelajaran kimia,
maka pada penelitian ini masalah dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model inkuiri
terbimbing dan model pembelajaran kooperatif group investigation.
2. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam.
3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI IPA semester genap di SMAN 1
Tanjung Morawa.
4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
(praktikum).
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang
dibelajarkan dengan model kooperatif group investigation berbasis
eksperimen pada pokok bahasan hidrolisis garam?
2. Apakah keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada keterampilan siswa yang
dibelajarkan dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen
pada pokok bahasan hidrolisis garam?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1.
Untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan
model inkuiri terbimbing dan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan
dengan model kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada
pokok bahasan hidrolisis garam.
6
2. Untuk mengetahui keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan keterampilan siswa yang dibelajarkan
dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada pokok
bahasan hidrolisis garam.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru bidang studi khususnya kimia
dalam memilih model pembelajaran yang efektif digunakan dalam proses
belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
Untuk mengembangkan kemampuan siswa secara maksimal, terutama
dalam hal bereksplorasi, mengemukakan pendapat, ide, pertanyaan dan
memperoleh pengalaman – pengalaman baru serta belajar yang lebih
bermakna.
3. Bagi Peneliti
Menyampaikan informasi tentang pengaruh hasil belajar siswa pada kelas
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model
pembelajaran kooperatif group investigation berbasis eksperimen. Hasil
penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan dan pengalaman
dalam meningkatkan kompetensi sebagai calon guru.
1.7. Defenisi Operasional
1. Model Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran
melalui penyelidikan dari permasalahan yang diberikan guru, menentukan
proses dan solusi dari permasalahan tersebut (Bell, 2005).
2. Model pembelajaran group investigation adalah pembelajaran kooperatif
paling kompleks yang menuntut siswa terlibat dalam perencanaan, baik
topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan (Trianto,
2011).
7
3. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan siswa
melakukan percobaan sendiri dan memberi kesempatan para siswa untuk
mengamati sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses suatu hal
(Sagala, 2008).
4. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini mencakup bidang kognitif
dan psikomotor.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dari data hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar kimia siswa menggunakan model inkuiri terbimbing lebih tinggi
dengan rata – rata 80,65 daripada hasil belajar kimia siswa dengan model
kooperatif group investigation dengan rata – rata 76,38 hal ini menunjukkan
pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen lebih tinggi
daripada model kooperatif group investigation berbasis eksperimen terhadap
hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam.
2.
Rata – rata nilai keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada rata – rata nilai keterampilan siswa yang
dibelajarkan dengan model kooperatif group investigation.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka disarankan hal – hal
berikut:
1. Bagi guru atau calon guru disarankan untuk menerapkan model inkuiri
terbimbing sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kimia.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
disarankan untuk meneliti pengaruh model inkuiri terbimbing dengan
model pembelajaran yang lain dan diterapkan pada pokok bahasan yang
berbeda agar dapat dijadikan sebagai perbandingan guru dalam
meningkatkan kualitas mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran
kimia. Selain itu, karakter yang dikembangkan juga dapat bervariasi
seperti: komunikatif tanggung jawab, kemandirian, berpikir kritis,
demokratis, kecakapan dan lain-lain.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, F., Sugiarto, B., (2013), Keterampilan Metakognitif Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Hidrolis
Garam, UNESA Journal Chemical Of Education, 2 (3): 36-41
Argandi, R., Martini, K., S., Saputro, A., N., C., (2013), Pembelajaran Kimia
dengan Metode Inquiry Terbimbing Dilengkapi Kegiatan Labortaorium
Real dan Virtual pada Pokok Bahasan Pemisahan Campuran, Jurnal
Pendidikan Kimia, 2 (2): 44-49.
Arikunto, S., (2012), Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi aksara, Jakarta
Aunurrahman, (2012), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Bagiarta, I.,N., Karyasa, I.,W., Suardana, I., N., (2015), Komparasi Literasi Sains
Antar Siswa yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe GI (Group Investigastion) dan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing ( Guided Inquiry) Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa
SMP, E- Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha,
5 : 1 – 11.
Bell, R., L., Smetana, L., Binns, I., (2005). Simplifying Inquiry Instruction.
www.nsta.org. Diakses 20 Oktober 2015.
Budi, L., Redjeki, T., Yamtinah, S., (2013), Pengaruh Metode Pembelajaran
Group Investigation (GI) Dan Minat Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Pokok Bahasan Struktur Atom Dan Sistem Periodik Kelas XI
SMAN 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan
Kimia, 2 (3): 10-18
Dahar, R., W., (2011), Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga,
Jakarta.
Gultom, R., (2015), Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
Media Peta Konsep terhadap Kemampuan Metakognitif dan Hasil Belajar
Siswa Kelas X SMA pada Materi Reaksi Reduksi dan Oksidasi, Skripsi,
FMIPA UNIMED, Medan.
Hanson, D., M., (2005), Designing Process-Oriented Guided-Inquiry Activities. In
Faculty Guidedbook: A Comprehensive Tool For Improving Faculty
Performance, ed. S. W. Beyerlein and D. K. Apple., Pacific Crest, Lisle,
IL.
Hanson, David. M. (2006). Instructor’s Guided to Process-Oriented GuidedInquiry Learning, Pacific Crest, Lisle, IL.
Joyce, B. Weil, M., dan Calhoun, E., (2011), Model – Model Pengajaran, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
57
Kesumaningrum, I., A., Sugiharto, Masykuri, M., (2013), Pembelajaran
Kooperatif Group Investigation (GI) Menggunakan Media Teka – Teki
Silang dan Peta Konsep Pada Materi Pokok Koloid Kelas XI Semester II
SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan
Kimia, 2 (3): 92 – 98.
Kurniati, D., Masyukri, M., Saputro, S., (2016), Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Dilengkapi Lks Untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Dan Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Hukum Dasar
Kimia Siswa Kelas X Mia 4 SMAN 1 Karanganyar Tahun Pelajaran
2014/2015, Jurnal Pendidikan Kimia, 5 (1): 88-95.
Nur, A., Haryono, Masyukri, (2014), Model Pembelajaran Group Investigation
(GI) Dilengkapi Media Peta Pikiran Pada Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Kerjasama Dan Prestasi Belajar
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran
2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia, 3, (2): 1-6
Purba, M., (2006), Kimia untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.
Rusman, (2014), Model – Model Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sagala, S., (2008), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta.
Sanjaya, W., (2012), Strategi Pembelajaran Berotientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media, Jakarta.
Setyowati, H., Nugroho, A., Agustina, W., (2015), Penerapan Model Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) Dilengkapi LKS untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Kelarutan dan
Hasil kali Kelarutan Kelas XI MIA SMA Negeri 1 Banyudono Tahun
Pelajaran 2014/2015, Jurnal Pendidikan Kimia, 4 (4): 54 – 60.
Siitonga, P., M., (2011), Statistika, FMIPA UNIMED, Medan.
Silitonga, P.M, (2013), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA UNIMED,
Medan.
Siregar, E., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia, Bogor.
Slameto., (2013), Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Slavin, R., E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa
Media, Bandung.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
58
Sunarya, Y., Setiabudi, (2009), Mudah dan Aktif Belajar Kimia, PT Setia Purna
Inves, Jakarta.
Suwardi, Soebiyanto, Widiasih, T.E, (2009), Panduan Pembelajaran Kimia, CV.
Karya Mandiri Nusantara, Jakarta
Tarigan, R., Derlina, dan Megalina, Y., (2011), Strategi Belajar Mengajar,
FMIPA UNIMED, Medan.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Ulum, B., Hidayah, R., (2015), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation (Gi) Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Untuk
Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Sma Widya
Darma Surabaya, UNESA Journal Of Chemical Education, 2 (4): 156-162.
Wahyuni, S., Suryana, D., (2008), Panduan Praktikum Kimia SMA Kelas XI,
Erlangga, Jakarta.
Wijayanti, A., D., Susatyo, E., B., (2014), Penerapan Pembelajaran Group
Investigation Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Koloid, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 8 (1): 1300 – 130.
Wildanishnaini, Susanti, E., Haryono, (2015), Penerapan Model Pembelajaran
Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Dan
Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Laju Reaksi Kelas XI SMA Negeri 2
Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, 4 (1) :
151 – 156.
Yulianingsih, U., (2013), Keefektifan Pendekatan Student Centered Learning
Dengan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Chemistry
in Edication, 2 (2): 148-155