EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS.
EFEK MODEL
EL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAI
RAINING DAN
KEMAMP
PUAN BERPIKIR KREATIF TERHA
HADAP
KETERA
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
SWA MTs
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Di
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pad
pada
Dalam M
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
NURUL AIN A.K CIBRO
NIM. 8146175024
PROGRAM PASCASARJANA
P
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
UN
2016
ABSTRAK
Nurul Ain A.K Cibro. NIM. 8146175024. Efek Model Pembelajaran Inquiry
Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains
Siswa MTs. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan,
2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan
model pembelajaran inquiry training dan dengan pembelajaran konvensional,
keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas
rata–rata dan di bawah rata-rata, dan interaksi model pembelajaran inquiry
training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan
proses sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan
desain two group pretest-postest design. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas
VIII MTs Al Washliyah Medan Krio. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster
random sampling. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang
diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dan kelas kontrol diajarkan
dengan pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian ini menggunakan
keterampilan proses sains dalam bentuk unjuk kerja dan tes kemampuan berpikir
kreatif dalam bentuk tes uraian serta telah dinyatakan valid dan reliabel. Data
dalam penelitian ini dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains pada
kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas rata-rata lebih
baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif di bawah rata-rata, dan terdapat interaksi antara model pembelajaran
inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa.
Kata Kunci : inquiry training, berpikir kreatif, keterampilan proses sains.
i
ABSTRACT
Nurul Ain A.K Cibro. NIM. 8146175024. The Effects of Inquiry Training
Learning Model and Creative Thingking Ability on Student’s Science
Process Skills. A Thesis. Medan: Post Graduate School, State University of
Medan, 2016.
The aim of this research were to analyze the students’s science process skills by
using inquiry training learning model and using conventional learning, students’s
science process skills in the group of students who had creative thingking ability
above average and below average, and interaction inquiry training learning
model and convensional learning with creative thingking ability of the students’s
science process skills. This research carried out by a quasi-experimental with
using two group pretest-postest design. The population of this study was class VIII
MTs Al-Wahliyah Medan Krio. Sample selection was done by cluster random
sampling. Sample devided two class, experiment class by using inquiry training
learning model and control class by using conventional learning. The instruments
of this study used science process skills in the perform work form and creative
thingking ability test were collected by essay test which were valid and reliable.
The data was analyzed by using two-way analysis of varians. The results of this
research are students’s science process skills of inquiry training learning model
were better than conventional learning, students’s science process skills who had
creative thingking ability above average were better than students who had
creative thingking ability below average, and there were an interactions between
the inquiry training learning model with creative thingking ability in improving
students's science process skills.
Keywords: inquiry training, creative thingking, science process skills.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat
dan
karunia-Nya
sehingga tesis
yang berjudul
“Efek
Model
Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa MTs” ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun
dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Pascasarjana UNIMED yang telah memberi perhatian pada penyempurnaan
tesis ini.
2. Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika
sekaligus pembimbing II dan Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap. M.S
selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, kritik, saran, dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan
Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku narasumber yang telah banyak
membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis
ini.
4. Bapak dan Ibu dosen pendidikan fisika program pascasarjana UNIMED yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama perkuliahan.
5. Seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kemudahan
dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
6. Ibu Hj. Laila Mardiah, S.Ag selaku Kepala MTs Al Washliyah Medan Krio
dan Fitriani, S.Pd selaku guru fisika beserta seluruh dewan guru dan pegawai
Tata Usaha yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
iii
7. Ayahanda tercinta Abu Kasim, SE dan ibunda tercinta Siti Nurma yang terus
memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak henti, hanya Allah
yang dapat membalasnya. Serta kakak-kakak (Dessi dan Nini), abang-abang
(Lukman, Mulyadi, dan Ridwansyah) dan adik-adikku tersayang (Ikel, Asri,
dan Khairi), juga keluarga besar (we, pun, inepun, ibi, kil, ngah, encu, ama
kul, dll) dan orang terdekat, yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.
Juga tidak lupa untuk adik-adikku (ity, Wewen, dan Uly).
8. Bapak Kepala Sekolah (Drs. H. Amiruddinsyah) beserta seluruh keluarga
besar SMAN 15 Takengon Binaan Nenggeri Antara.
9. Sahabat seperjuangan Kelas Reguler A-2 angkatan 2014 Program Studi
Magister Pendidikan Fisika (kak Arini, Kak Bima, Envil, kak Fadillah, Fine,
Haflah, Irdes, Ismadi, Johan, kak Naomi, kak Pesta, Putri, Aan, Siska dan Tio)
yang telah memberikan dorongan, semangat, motivasi dan doa selama
perkuliahan dan dalam penyelesaian tesis ini.
10. Teman-teman DIK-A angkatan 2009 Pend. Fisika UNIMED, teman-teman
(Gea, Ayu, Vera, Wella, Yossi, Nura, Ade, Febri), juga untuk kak Siti, Santi,
Dila, Winda, Mila, dan Ningsih. Terima kasih untuk doa dan dukungannya.
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini.
Doa dan harapan penulis semoga Allah SWT membalas kebaikan dan
bantuan yang telah saudara/i berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa
tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembacanya.
Medan,
Penulis,
Juni 2016
Nurul Ain A.K Cibro
NIM. 8146175024
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...............................................................................................
ABSTRACT .............................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR TABEL ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
i
ii
iii
v
viii
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................
1.1
Latar Belakang ..........................................................
1.2.
Identifikasi Masalah ..................................................
1.3.
Batasan Masalah ........................................................
1.4.
Rumusan Masalah .....................................................
1.5.
Tujuan Penelitian .......................................................
1.6.
Manfaat Penelitian .....................................................
1.6.1. Manfaat Praktis ..........................................................
1.6.2. Manfaat Teoritis ........................................................
1.7.
Definisi Operasional ..................................................
1
1
7
7
8
8
9
9
9
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
2.1.
Kerangka Teoritis ......................................................
2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ........
2.1.1.1. Fase Model Pembelajaran Inquiry Training...............
2.1.1.2. Prinsip Reaksi.............................................................
2.1.1.3. Sistem Sosial ..............................................................
2.1.1.4. Sistem Pendukung ......................................................
2.1.1.5. Dampak Instruksional dan Pengiring .........................
2.1.1.6. Kelebihan Model Pembelajaran Inquiry Training ...........
2.1.2. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry
Training .....................................................................
2.1.2.1. Teori Belajar Konstruktivis ........................................
2.1.2.2. Teori Belajar Kognitif Piaget .....................................
2.1.2.3. Teori Belajar Sosial Vygotsky ...................................
2.1.3. Pembelajaran Konvensional ......................................
2.1.4. Kemampuan Berpikir Kreatif ....................................
2.1.4.1. Pengertian Berpikir Kreatif .......................................
2.1.4.2. Indikator Berfikir kreatif ............................................
2.1.5. Keterampilan Proses Sains ........................................
2.1.5.1. Pengertian Keterampilan Proses Sains ......................
2.1.5.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ........................
2.1.6. Penelitian yang Relevan ............................................
2.2.
Kerangka Konseptual ...............................................
2.2.1. Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model
Pembelajaran Inquiry Training Lebih Baik
Dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional...
11
11
11
12
15
15
17
17
18
v
18
19
19
22
23
25
25
26
28
28
29
30
32
32
2.2.2.
2.2.3.
2.3.
Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelompok
yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif Diatas
Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan yang Dibawah
Rata-Rata ....................................................................
Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training
dan
Kemampuan
Berpikir
Kreatif
untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ......
Hipotesis Penelitian...................................................
37
39
41
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................
3.2.
Populasi dan Sampel Penelitian ................................
3.3.
Variabel Penelitian ....................................................
3.4.
Jenis dan Desain Penelitian .......................................
3.5.
Prosedur Penelitian ....................................................
3.6.
Instrumen Penelitian ..................................................
3.6.1. Instrumen Keterampilan Proses Sains ........................
3.6.2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif....................
3.7.
Validitas Instrumen Penelitian ...................................
3.8.
Reliabilitas Instrumen Penelitian ...............................
3.9.
Teknik Analisis Data .................................................
3.9.1. Menentukan Mean .....................................................
3.9.2. Menentukan Standar Deviasi .....................................
3.9.3. Uji Normalitas ...........................................................
3.9.4. Uji Homogenitas.........................................................
3.9.5. Uji Hipotesis...............................................................
43
43
43
43
44
46
48
48
48
49
50
51
52
52
52
53
54
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................
4.1.
Hasil Penelitian ..........................................................
4.1.1. Analisis Data KPS Pra-pembelajaran.........................
4.1.1.1. Uji Normalitas ............................................................
4.1.1.2. Uji Homogenitas.........................................................
4.1.1.3. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t) ...............................
4.1.2. Hasil Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif .........
4.1.3. Tahap Perlakuan ........................................................
4.1.4. Analisis Data KPS Pasca-pembelajaran ....................
4.1.4.1. Uji Normalitas ............................................................
4.1.4.2. Uji Homogenitas.........................................................
4.1.5. Deskripsi Keterampilan Proses Sains berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kreatif .....................................
4.1.6. Pengujian Hipotesis ...................................................
4.1.
Pembahasan ...............................................................
4.2.1. Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model
Pembelajaran Inquiry Training Lebih Baik
dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional....
58
58
58
59
59
60
61
62
63
64
65
vi
65
67
71
71
4.2.2.
Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelompok
yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif diatas
Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan dengan yang
dibawah Rata-Rata .....................................................
Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training
dan Kemampuan Berpikir Kreatif untuk
meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa .......
74
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
5.1.
Kesimpulan ................................................................
5.2.
Saran ..........................................................................
80
80
81
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
82
4.2.3.
BAB V
vii
76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Perilaku Siswa dalam Berpikir Kreatif ..................................
Penelitian yang Relevan ...................................................
Two Group Pretes-Postes Design ....................................
Desain Penelitan ANAVA ................................................
Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains...........................
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .....................
Ringkasan ANAVA Dua Jalur .........................................
Data KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ........................................................................
Uji Normalitas Data KPS Pra-pembelajaran Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen..........................................
Uji Homogenitas Data KPS Pra-pembelajaran Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen..........................................
Uji- t Data KPS Pra-pembelajaranKelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol.....................................................................
Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Gabungan
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol................................
Data KPS Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ........................................................................
Uji Normalitas Data KPS Pasca-pembelajaran Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen..........................................
Uji Homogenitas Data KPS Pasca-pembelajaranKelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol..........................................
Keterampilan
Proses
SainsSiswa
berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................
KPS Siswa berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif di
Atas Rata-Rata dan di Bawah Rata-Rata pada MasingMasing Kelas .....................................................................
Hasil ANAVA ...................................................................
Data Hasil Perhitungan Anava Dua Jalur..........................
Hasil Perhitungan Uji Scheffe............................................
ix
27
30
44
45
48
49
55
58
59
60
61
61
64
64
65
66
66
67
68
69
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 1a.
Lampiran 1b.
Lampiran 2.
Lampiran 2a
Lampiran 2b.
Lampiran 3.
Lampiran 3a
Lampiran 3b.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Lampiran 25.
Lampiran 26.
Lampiran 27.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1...............................
Bahan Ajar-1 .....................................................................
Lembar Kerja Siswa-1.......................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2...............................
Bahan Ajar-2 .....................................................................
Lembar Kerja Siswa-2.......................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III.............................
Bahan Ajar-3 .....................................................................
Lembar Kerja Siswa-3.......................................................
Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ...............
Instrumen Keterampilan Proses Sains ...............................
Deskriptor Keterampilan Proses Sains ..............................
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ...........
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .....................................
Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-1)..............................
Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-2)..............................
Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-3)..............................
Tabulasi Perhitungan Uji Reliabilitas................................
Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas
Kontrol...............................................................................
Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas
Eksperimen .......................................................................
Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif
Gabungan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..............
Rekapitulasi Nilai KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol .
Rekapitulasi Nilai KPS Pra-pembelajaran Kelas
Ekperimen..........................................................................
Rekapitulasi Nilai KPS Pasca-pembelajaran Kelas
Kontrol...............................................................................
Rekapitulasi Nilai KPS Pasca-pembelajaran Kelas
Ekperimen..........................................................................
Tabulasi Pengelompokkan Data Kemampuan Berpikir
Kreatif................................................................................
Deskripsi Statistik..............................................................
Uji Normalitas ...................................................................
Uji Homogenitas................................................................
Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji T) .........................................
Uji Hipotesis......................................................................
Uji Lanjut...........................................................................
Dokumentasi......................................................................
x
85
95
97
101
111
114
118
128
129
133
139
141
143
147
149
154
159
163
166
167
168
170
171
172
173
174
176
177
181
182
183
186
187
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia yang
diperlukan dalam menjalani kehidupan. Melalui pendidikan diharapkan seseorang
mampu mempersiapkan dirinya untuk bertanggungjawab baik terhadap diri
sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang–undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
juga merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa. Maju dan
berkembangnya suatu negara tergantung dari kualitas pendidikannya. Adanya
pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas pula, sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Tuntutan kualitas pendidikan tersebut sepatutnya dicapai melalui
proses pendidikan, terutama proses pendidikan formal di sekolah.
Sains sebagai salah satu pendidikan yang diajarkan di sekolah merupakan
suatu pengetahuan yang dapat diterima secara umum sebagai suatu produk ilmiah
dimana dalam penemuannya melalui penyelidikan yang terstruktur. Pengajaran
sains merupakan proses aktif yang berlandaskan konsep konstruktivisme yang
berarti bahwa sifat pengajaran sains adalah pengajaran yang berpusat pada siswa
1
2
(student centered instruction). Pengajaran yang demikian akan membuat proses
kegiatan belajar mengajar menjadi tidak hanya searah. Hal ini sesuai dengan
Permendikbud No. 69 tahun 2013 yang menyatakan perubahan pembelajaran
teacher centered menjadi student centered dengan penekanan pola belajar sendiri
menjadi belajar kelompok berbasis team, sehingga akan terjadi pembelajaran
interaktif.
Sebagai bagian dari sains, fisika memiliki sumbangan besar dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, karena fisika memiliki struktur pengetahuan yang
diperoleh melalui metode yang teruji. Berdasarkan BSNP (2006) ada dua
pertimbangan mengapa fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata
pelajaran tersendiri. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik,
mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir sehingga berguna untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan
yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan
sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai
salah satu aspek penting kecakapan hidup. Pada dasarnya pembelajaran fisika
perlu disesuaikan dengan cara fisikawan terdahulu dalam memperoleh
pengetahuan. Pembelajaran fisika dalam pelaksanaannya harus diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
penguasaan yang lebih mendalam. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran fisika
3
lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan berpusat pada siswa.
Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil dari pembelajaran tersebut akan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya masih banyak proses
pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran (Teacher
Center Learning).
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di salah satu MTs
menunjukkan bahwa pembelajaran masih dominan pada pemberian informasi
dengan metode ceramah dan komunikasi berlangsung satu arah. Selain itu
penugasan dilakukan guru dengan memberikan latihan soal-soal kepada siswa.
Proses pembelajaran menjadikan guru sebagai pemeran utama atau dengan kata
lain pembelajaran berpusat pada guru. Pengetahuan fisika yang diperoleh selama
pembelajaran cenderung hanya secara teori. Kegiatan tersebut menimbulkan
sebagian besar siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran dan memicu siswa
menjadi pasif. Uraian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berlangsung
dengan menerapkan pembelajaran konvensional.
Hal ini sejalan dengan permasalahan dalam penelitian Khalid dan Azeem
(2012) bahwa pembelajaran di tingkat universitas juga masih terbiasa
menggunakan pembelajaran yang menekankan pada penjelasan teori dan hapalan
yang mencirikan penerapan pembelajaran tradisional. Penelitian lain oleh Abdi
(2014) menyebutkan bahwa pembelajaran di kelas tradisional sering terlihat kelas
didominasi instruksi langsung, pemberian informasi yang secara sepihak dan
sebagian besar siswa tidak terlibatkan dalam pembelajaran. Adapula Indahwati
dkk (2012) yang menemukan permasalahan di salah satu SMP bahwa dalam
4
penyampaian
pembelajaran
biasanya
guru
masih
menggunakan
metode
pembelajaran ceramah yang bersifat yang monoton.
Kegiatan pembelajaran seperti di atas menimbulkan sebagian besar siswa
kurang tertarik mengikuti pelajaran dan memicu siswa menjadi pasif. Dampak
dari hal itu yakni kurangnya kemampuan bertanya siswa. Pengetahuan fisika yang
diperoleh selama pembelajaran cenderung hanya secara teori. Hasil belajar yang
diperoleh pembelajaran tersebut biasanya hanya untuk kemampuan kognitif saja.
Selain itu dalam pembelajaran kegiatan praktikum jarang dilakukan. Penggunaan
alat-alat dalam laboratorium masih kurang optimal dikarenakan alat yang belum
memadai. Selain itu, kegiatan praktikum dengan menggunakan alat sederhana
juga masih jarang dilaksanakan. Hal tersebut menyebabkan kurang terlatihnya
kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis dan melakukan percobaan.
Kemudian tentu saja kemampuan memperoleh dan menganalisis data hasil
percobaan serta menyimpulkan hasil percobaan juga tidak diperoleh siswa. Uraian
tersebut menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan meneliti yang dimiliki oleh
siswa. Hal yang sama terdapat dalam penelitian Azizah dan Parmin (2012) yang
menemukan permasalahan mengenai kemampuan meneliti mahasiswa. Menurut
informasi yang mereka peroleh sebenarnya mengenai teori telah diperoleh
mahasiswa tersebut sebelumnya, namun belum pernah melakukan latihan meneliti
sehingga mahasiswa merasa tidak mampu mengerjakan tugas meneliti. Adapula
Sarwi dan Khanafiyah (2010) melakukan penelitian untuk menghasilkan model
pengembangan laboratorium inkuiri melalui eksperimen inkuiri terbuka yang dari
penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai metode ilmiah melalui kerja
ilmiah laboratorium.
5
Masalah keterampilan meneliti ini tentunya harus diatasi. Salah satunya
adalah melalui pemilihan model pembelajaran. Upaya melakukan perbaikan atau
memilih model pembelajaran yang sesuai sudah menjadi tugas seorang guru
dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang dipilih hendaknya
melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat berdampak pada
kemampuan meneliti siswa. Model pembelajaran inquiry training adalah model
yang cocok dipilih untuk mengatasi hal tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah seorang guru MTs di tempat penelitian akan dilaksanakan diperoleh
informasi bahwa dalam pembelajaran belum pernah menerapkan model
pembelajaran tersebut. Melalui model pembelajaran ini diharapkan kemampuan
meneliti siswa dapat dilatih dan ditingkatkan.
Kemampuan meneliti siswa dapat dikembangkan melalui proses
pembelajaran aktif yang melibatkan siswa. Para siswa hendaknya dilatih untuk
mengembangkan keterampilan proses khususnya keterampilan proses sains.
Kurangnya kemampuan meneliti siswa di MTs tempat penelitian akan dilakukan
menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa masih rendah.
Penelitian mengenai keterampilan proses sains tersebut telah banyak
dilakukan sebelumnya. Salah satunya oleh Ergul et al (2011) yang memfokuskan
penelitian pada tingkat keterampilan proses sains siswa sekolah dasar. Selain itu,
adapula penelitian Rahayu dkk (2011) yang mengidentifikasi ada masih
kurangnya keterampilan proses siswa di SMP Negeri 1 Getasan. Kemudian
pentingnya keterampilan proses sains dalam pembelajaran juga melatarbelangi
penelitian yang telah dilakukan Hilman (2014).
6
Melalui penerapan model pembelajaran inquiry training diharapkan
mampu mengatasi keterampilan proses sains siswa. Hal tersebut dikarenakan
kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan model tersebut dilakukan melalui kegiatan
mengajukan kegiatan bertanya dimana pertanyaan hanya dapat dijawab dengan
kata “ya” dan “tidak”. Selain itu kegiatan model ini juga melalui kegiatan
eksperimen yang membuat siswa dapat mencoba berbagai cara untuk
menyelesaikan eksperimen yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan hal itu kemampuan
berpikir kreatif siswa menjadi hal yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa. Hal yang menjadi permasalahan sebelumnya
mengenai keterampilan proses sains siswa berdampak pada kurangnya
kemampuan berpikir kreatif siswa. Barrow (2010) dalam penelitiannya
memaparkan masalah yang berkaitan dengan kreativitas. Menurut informasi yang
diperolehnya, melalui kreativitas seseorang akan mencapai jalan menuju
penemuan ilmiah sehingga kreativitas perlu ditingkatkan. Penelitian lain yang
mengangkat masalah berpikir kreatif dilakukan oleh Cheng (2010), ia
menyebutkan bahwa para guru memiliki sedikit pengalaman mengajarkan
kreativitas. Hal ini menyebabkan kurangnya pengembangan berpikir kreatif siswa
dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang
berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa MTs”.
7
1.2.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Proses pembelajaran fisika masih berpusat pada guru
2. Pembelajaran yang diterapkan masih pembelajaran konvensional
3. Pelaksanaan praktikum masih jarang dilaksanakan
4. Hasil kegiatan pembelajaran yang diukur masih menekankan pada hasil
belajar kognitif
5. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah
6. Keterampilan proses sains siswa masih rendah
1.3.
BATASAN MASALAH
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di MTs Al Washliyah Medan Krio tahun ajaran
2015/2016.
2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model
pembelajaran inquiry training.
3. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir
kreatif siswa.
4. Hal yang diamati dalam penelitian adalah keterampilan proses sains siswa.
8
1.4.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran
inquiry training lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains
siswa dengan pembelajaran konvensional?
2. Apakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kreatif
di atas rata–rata lebih baik dibandingkan dengan
keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif di bawah rata-rata?
3. Apakah ada interaksi model pembelajaran inquiry training dan
kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses
sains siswa?
1.5.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan model
pembelajaran inquiry training lebih baik atau tidak dibandingkan dengan
keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif
di atas rata–rata lebih baik atau tidak
dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif di bawah rata-rata.
9
3. Untuk mengetahui interaksi model pembelajaran inquiry training dan
kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses
sains siswa.
1.6.
MANFAAT PENELITIAN
1.6.1. Manfaat Praktis :
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Memberikan informasi
kepada sekolah tentang kelebihan model
pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
2.
Membantu guru dalam menambah wawasan untuk menerapkan model
pembelajaran yang relevan.
1.6.2. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Memodifikasi model pembelajaran inquiry dengan memasukkan variabel
lain dalam penelitian selain kemampuan berpikir kreatif.
2.
1.7.
Sebagai referensi penelitian lanjutan.
DEFENISI OPERASIONAL
Istilah yang digunakan dalam penelitian ini dibuat defenisi operasionalnya
sebagai berikut :
Model pembelajaran inquiry training adalah suatu model pembelajaran
berdasarkan proses ilmiah yang membawa siswanya ke dalam latihanlatihan. Adapun tahapan dalam pelaksanaan model pembelajaran inquiry
10
training meliputi menghadapkan pada masalah, pengumpulan data–
verifikasi, pengumpulan data–eksperimen, mengolah dan merumuskan
suatu penjelasan serta analisis proses inquiry.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menciptakan sesuatu,
memberikan gagasan-gagasan dan melihat hubungan-hubungan yang baru
menggunakan sesuatu yang telah ada dengan cara yang baru dan langka.
Adapun indikator berpikir kreatif meliputi berpikir lancar, berpikir luwes,
berpikir orisinal dan berpikir terperinci.
Keterampilan proses sains adalah keterampilan dalam melakukan
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains dengan menerapkan metode
ilmiah untuk memperoleh fakta, konsep maupun pengembangan konsep.
Adapun indikator keterampilan proses sains meliputi mengobservasi,
mengumpulkan
dan
mengorganisasi
data,
mengidentifikasi
dan
mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis, merumuskan
penjelasan, dan menarik kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’
Academic Achievement in Science Course.Universal Journal of Educational
Research. 2 (1) : 37-41
Anggraini, D. P. 2015. Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa
Sma Negeri 1 Stabat. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Azizah, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training untuk Mengembangkan
Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal (USEJ),
1 (1) : 1-11
Barrow, L. H. 2010. Encouraging Creativity with Scientific Inquiry.Creative
Education, 1 (1) : 1-6
BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
Cheng, V. 2010. Teaching creative thingking in regular science lessons :
Potentials and obstacles of three different approaches in an Asian context.
Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 11 (17) : 1-21
Dahar, R. W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Deta, U. A. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas,
Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Indonesia 9 (2011) : 28-34
Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z., Gocmencelebi, S. & Meral, S. 2011.
The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School
Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of
Science and Education Policy (BJSEP), 5 (1) : 48-68
Foster, B. 2004. Terpadu Fisika SMA Jilid 2B. Jakarta : Erlangga
Giancoli, G. C 2007. Fisika jilid 1. Jakarta : Erlangga
Halliday, D., Resnick, H. & Walker, J. 2010. Fundamental of Physics. United
States of America : John Wiley & Sons
Hewitt, G. P. 2006. Conceptual Physics Tenth Edition. City College of San
Fransisco : Pearson Addison Wesley
82
83
Hilman. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Mind Map
terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA. Jurnal
Pendidikan Sains, 2 (4) : 221-229
Indahwati, T., Sunarno, W., & Sajidan. 2012. Penerapan Model Inquiry Training
Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau dari Tingkat
Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri, 1
(3) : 258-265
Joyce, B. & Weil, M. 2003. Models of Teaching Fifth Edition. New Delhi :
Prentice Hall, Private Limited
Kanginan, M. 2004. Fisika untuk SMA kelas XI Semester 2. Jakarta : Erlangga
Khalid, A. & Azeem, M. 2012. Constructivist Vs Traditional : Effective
Instructional Approach in Teacher Education. International Journal of
Humanities and Social Science. 2 (5) : 170-177
Knigh, D. R. 2008. Physics for Scientists and Engineers Second Edition. City
College of San Fransisco : Pearson Addison Wesley
Kuspriyanto, B. 2013. Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Teknologi Pendidikan, 6 (2)
Munandar, U. 2009. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta : Rineka
cipta
Pointing, H. J. & Thomson, J. J. 1925. A Text Book of Physics. London : Charles
Griffin and Company, Limited
Puspita, D, Rohima, I. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu : untuk SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. 2011. Pembelajaran Sains dengan
Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7
(2011) : 106-110
Ramadhani, I. 2015. Efek Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Strategi
Think Talk Write Dan Kreativitas Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA Negeri 1 Babalan. Tesis tidak diterbitkan.
Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Sahyar. 2015. Konsep dan Teori Sains Fisika. Medan : Unimed Press
Sarwi & Khanafiyah, S. 2010. Pengembangan Keterampilan Kerja Ilmiah
Mahasiswa Calon Guru Fisika Melalui Eksperimen Gelombang OpenInquiry. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6 (2010) : 115-122
84
Silitonga, P., Harahap, M.B., & Derlina. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran
Inquiry Training dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains. Jurnal
Pendidikan Fisika, 5 (1) : 44-50
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta :
Rineka Cipta
Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Suyanto & Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta : Esensi Erlangga
Group
Tawil, M. & Liliasari. 2014. Keterampilan-keterampilan Sains dan Implesentasi
dalam Pembelajaran IPA. Makasar : UNM
Tim Pascasarjana Unimed. 2014. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis dan
Disertasi. Medan : Program Pascasarjana Unimed
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
Kencana Predana Media Group
EL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAI
RAINING DAN
KEMAMP
PUAN BERPIKIR KREATIF TERHA
HADAP
KETERA
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
SWA MTs
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Di
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pad
pada
Dalam M
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
NURUL AIN A.K CIBRO
NIM. 8146175024
PROGRAM PASCASARJANA
P
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
UN
2016
ABSTRAK
Nurul Ain A.K Cibro. NIM. 8146175024. Efek Model Pembelajaran Inquiry
Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains
Siswa MTs. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan,
2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan
model pembelajaran inquiry training dan dengan pembelajaran konvensional,
keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas
rata–rata dan di bawah rata-rata, dan interaksi model pembelajaran inquiry
training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan
proses sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan
desain two group pretest-postest design. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas
VIII MTs Al Washliyah Medan Krio. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster
random sampling. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang
diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dan kelas kontrol diajarkan
dengan pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian ini menggunakan
keterampilan proses sains dalam bentuk unjuk kerja dan tes kemampuan berpikir
kreatif dalam bentuk tes uraian serta telah dinyatakan valid dan reliabel. Data
dalam penelitian ini dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains pada
kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas rata-rata lebih
baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif di bawah rata-rata, dan terdapat interaksi antara model pembelajaran
inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa.
Kata Kunci : inquiry training, berpikir kreatif, keterampilan proses sains.
i
ABSTRACT
Nurul Ain A.K Cibro. NIM. 8146175024. The Effects of Inquiry Training
Learning Model and Creative Thingking Ability on Student’s Science
Process Skills. A Thesis. Medan: Post Graduate School, State University of
Medan, 2016.
The aim of this research were to analyze the students’s science process skills by
using inquiry training learning model and using conventional learning, students’s
science process skills in the group of students who had creative thingking ability
above average and below average, and interaction inquiry training learning
model and convensional learning with creative thingking ability of the students’s
science process skills. This research carried out by a quasi-experimental with
using two group pretest-postest design. The population of this study was class VIII
MTs Al-Wahliyah Medan Krio. Sample selection was done by cluster random
sampling. Sample devided two class, experiment class by using inquiry training
learning model and control class by using conventional learning. The instruments
of this study used science process skills in the perform work form and creative
thingking ability test were collected by essay test which were valid and reliable.
The data was analyzed by using two-way analysis of varians. The results of this
research are students’s science process skills of inquiry training learning model
were better than conventional learning, students’s science process skills who had
creative thingking ability above average were better than students who had
creative thingking ability below average, and there were an interactions between
the inquiry training learning model with creative thingking ability in improving
students's science process skills.
Keywords: inquiry training, creative thingking, science process skills.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat
dan
karunia-Nya
sehingga tesis
yang berjudul
“Efek
Model
Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa MTs” ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun
dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Pascasarjana UNIMED yang telah memberi perhatian pada penyempurnaan
tesis ini.
2. Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika
sekaligus pembimbing II dan Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap. M.S
selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, kritik, saran, dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan
Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku narasumber yang telah banyak
membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis
ini.
4. Bapak dan Ibu dosen pendidikan fisika program pascasarjana UNIMED yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama perkuliahan.
5. Seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kemudahan
dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
6. Ibu Hj. Laila Mardiah, S.Ag selaku Kepala MTs Al Washliyah Medan Krio
dan Fitriani, S.Pd selaku guru fisika beserta seluruh dewan guru dan pegawai
Tata Usaha yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
iii
7. Ayahanda tercinta Abu Kasim, SE dan ibunda tercinta Siti Nurma yang terus
memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak henti, hanya Allah
yang dapat membalasnya. Serta kakak-kakak (Dessi dan Nini), abang-abang
(Lukman, Mulyadi, dan Ridwansyah) dan adik-adikku tersayang (Ikel, Asri,
dan Khairi), juga keluarga besar (we, pun, inepun, ibi, kil, ngah, encu, ama
kul, dll) dan orang terdekat, yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.
Juga tidak lupa untuk adik-adikku (ity, Wewen, dan Uly).
8. Bapak Kepala Sekolah (Drs. H. Amiruddinsyah) beserta seluruh keluarga
besar SMAN 15 Takengon Binaan Nenggeri Antara.
9. Sahabat seperjuangan Kelas Reguler A-2 angkatan 2014 Program Studi
Magister Pendidikan Fisika (kak Arini, Kak Bima, Envil, kak Fadillah, Fine,
Haflah, Irdes, Ismadi, Johan, kak Naomi, kak Pesta, Putri, Aan, Siska dan Tio)
yang telah memberikan dorongan, semangat, motivasi dan doa selama
perkuliahan dan dalam penyelesaian tesis ini.
10. Teman-teman DIK-A angkatan 2009 Pend. Fisika UNIMED, teman-teman
(Gea, Ayu, Vera, Wella, Yossi, Nura, Ade, Febri), juga untuk kak Siti, Santi,
Dila, Winda, Mila, dan Ningsih. Terima kasih untuk doa dan dukungannya.
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini.
Doa dan harapan penulis semoga Allah SWT membalas kebaikan dan
bantuan yang telah saudara/i berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa
tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembacanya.
Medan,
Penulis,
Juni 2016
Nurul Ain A.K Cibro
NIM. 8146175024
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...............................................................................................
ABSTRACT .............................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR TABEL ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
i
ii
iii
v
viii
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................
1.1
Latar Belakang ..........................................................
1.2.
Identifikasi Masalah ..................................................
1.3.
Batasan Masalah ........................................................
1.4.
Rumusan Masalah .....................................................
1.5.
Tujuan Penelitian .......................................................
1.6.
Manfaat Penelitian .....................................................
1.6.1. Manfaat Praktis ..........................................................
1.6.2. Manfaat Teoritis ........................................................
1.7.
Definisi Operasional ..................................................
1
1
7
7
8
8
9
9
9
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
2.1.
Kerangka Teoritis ......................................................
2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ........
2.1.1.1. Fase Model Pembelajaran Inquiry Training...............
2.1.1.2. Prinsip Reaksi.............................................................
2.1.1.3. Sistem Sosial ..............................................................
2.1.1.4. Sistem Pendukung ......................................................
2.1.1.5. Dampak Instruksional dan Pengiring .........................
2.1.1.6. Kelebihan Model Pembelajaran Inquiry Training ...........
2.1.2. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry
Training .....................................................................
2.1.2.1. Teori Belajar Konstruktivis ........................................
2.1.2.2. Teori Belajar Kognitif Piaget .....................................
2.1.2.3. Teori Belajar Sosial Vygotsky ...................................
2.1.3. Pembelajaran Konvensional ......................................
2.1.4. Kemampuan Berpikir Kreatif ....................................
2.1.4.1. Pengertian Berpikir Kreatif .......................................
2.1.4.2. Indikator Berfikir kreatif ............................................
2.1.5. Keterampilan Proses Sains ........................................
2.1.5.1. Pengertian Keterampilan Proses Sains ......................
2.1.5.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ........................
2.1.6. Penelitian yang Relevan ............................................
2.2.
Kerangka Konseptual ...............................................
2.2.1. Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model
Pembelajaran Inquiry Training Lebih Baik
Dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional...
11
11
11
12
15
15
17
17
18
v
18
19
19
22
23
25
25
26
28
28
29
30
32
32
2.2.2.
2.2.3.
2.3.
Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelompok
yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif Diatas
Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan yang Dibawah
Rata-Rata ....................................................................
Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training
dan
Kemampuan
Berpikir
Kreatif
untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ......
Hipotesis Penelitian...................................................
37
39
41
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................
3.2.
Populasi dan Sampel Penelitian ................................
3.3.
Variabel Penelitian ....................................................
3.4.
Jenis dan Desain Penelitian .......................................
3.5.
Prosedur Penelitian ....................................................
3.6.
Instrumen Penelitian ..................................................
3.6.1. Instrumen Keterampilan Proses Sains ........................
3.6.2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif....................
3.7.
Validitas Instrumen Penelitian ...................................
3.8.
Reliabilitas Instrumen Penelitian ...............................
3.9.
Teknik Analisis Data .................................................
3.9.1. Menentukan Mean .....................................................
3.9.2. Menentukan Standar Deviasi .....................................
3.9.3. Uji Normalitas ...........................................................
3.9.4. Uji Homogenitas.........................................................
3.9.5. Uji Hipotesis...............................................................
43
43
43
43
44
46
48
48
48
49
50
51
52
52
52
53
54
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................
4.1.
Hasil Penelitian ..........................................................
4.1.1. Analisis Data KPS Pra-pembelajaran.........................
4.1.1.1. Uji Normalitas ............................................................
4.1.1.2. Uji Homogenitas.........................................................
4.1.1.3. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t) ...............................
4.1.2. Hasil Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif .........
4.1.3. Tahap Perlakuan ........................................................
4.1.4. Analisis Data KPS Pasca-pembelajaran ....................
4.1.4.1. Uji Normalitas ............................................................
4.1.4.2. Uji Homogenitas.........................................................
4.1.5. Deskripsi Keterampilan Proses Sains berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kreatif .....................................
4.1.6. Pengujian Hipotesis ...................................................
4.1.
Pembahasan ...............................................................
4.2.1. Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model
Pembelajaran Inquiry Training Lebih Baik
dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional....
58
58
58
59
59
60
61
62
63
64
65
vi
65
67
71
71
4.2.2.
Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelompok
yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif diatas
Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan dengan yang
dibawah Rata-Rata .....................................................
Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training
dan Kemampuan Berpikir Kreatif untuk
meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa .......
74
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
5.1.
Kesimpulan ................................................................
5.2.
Saran ..........................................................................
80
80
81
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
82
4.2.3.
BAB V
vii
76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Perilaku Siswa dalam Berpikir Kreatif ..................................
Penelitian yang Relevan ...................................................
Two Group Pretes-Postes Design ....................................
Desain Penelitan ANAVA ................................................
Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains...........................
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .....................
Ringkasan ANAVA Dua Jalur .........................................
Data KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ........................................................................
Uji Normalitas Data KPS Pra-pembelajaran Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen..........................................
Uji Homogenitas Data KPS Pra-pembelajaran Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen..........................................
Uji- t Data KPS Pra-pembelajaranKelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol.....................................................................
Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Gabungan
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol................................
Data KPS Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ........................................................................
Uji Normalitas Data KPS Pasca-pembelajaran Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen..........................................
Uji Homogenitas Data KPS Pasca-pembelajaranKelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol..........................................
Keterampilan
Proses
SainsSiswa
berdasarkan
Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................
KPS Siswa berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif di
Atas Rata-Rata dan di Bawah Rata-Rata pada MasingMasing Kelas .....................................................................
Hasil ANAVA ...................................................................
Data Hasil Perhitungan Anava Dua Jalur..........................
Hasil Perhitungan Uji Scheffe............................................
ix
27
30
44
45
48
49
55
58
59
60
61
61
64
64
65
66
66
67
68
69
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 1a.
Lampiran 1b.
Lampiran 2.
Lampiran 2a
Lampiran 2b.
Lampiran 3.
Lampiran 3a
Lampiran 3b.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Lampiran 25.
Lampiran 26.
Lampiran 27.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1...............................
Bahan Ajar-1 .....................................................................
Lembar Kerja Siswa-1.......................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2...............................
Bahan Ajar-2 .....................................................................
Lembar Kerja Siswa-2.......................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III.............................
Bahan Ajar-3 .....................................................................
Lembar Kerja Siswa-3.......................................................
Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ...............
Instrumen Keterampilan Proses Sains ...............................
Deskriptor Keterampilan Proses Sains ..............................
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ...........
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .....................................
Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-1)..............................
Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-2)..............................
Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-3)..............................
Tabulasi Perhitungan Uji Reliabilitas................................
Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas
Kontrol...............................................................................
Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas
Eksperimen .......................................................................
Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif
Gabungan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..............
Rekapitulasi Nilai KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol .
Rekapitulasi Nilai KPS Pra-pembelajaran Kelas
Ekperimen..........................................................................
Rekapitulasi Nilai KPS Pasca-pembelajaran Kelas
Kontrol...............................................................................
Rekapitulasi Nilai KPS Pasca-pembelajaran Kelas
Ekperimen..........................................................................
Tabulasi Pengelompokkan Data Kemampuan Berpikir
Kreatif................................................................................
Deskripsi Statistik..............................................................
Uji Normalitas ...................................................................
Uji Homogenitas................................................................
Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji T) .........................................
Uji Hipotesis......................................................................
Uji Lanjut...........................................................................
Dokumentasi......................................................................
x
85
95
97
101
111
114
118
128
129
133
139
141
143
147
149
154
159
163
166
167
168
170
171
172
173
174
176
177
181
182
183
186
187
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia yang
diperlukan dalam menjalani kehidupan. Melalui pendidikan diharapkan seseorang
mampu mempersiapkan dirinya untuk bertanggungjawab baik terhadap diri
sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang–undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
juga merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa. Maju dan
berkembangnya suatu negara tergantung dari kualitas pendidikannya. Adanya
pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas pula, sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Tuntutan kualitas pendidikan tersebut sepatutnya dicapai melalui
proses pendidikan, terutama proses pendidikan formal di sekolah.
Sains sebagai salah satu pendidikan yang diajarkan di sekolah merupakan
suatu pengetahuan yang dapat diterima secara umum sebagai suatu produk ilmiah
dimana dalam penemuannya melalui penyelidikan yang terstruktur. Pengajaran
sains merupakan proses aktif yang berlandaskan konsep konstruktivisme yang
berarti bahwa sifat pengajaran sains adalah pengajaran yang berpusat pada siswa
1
2
(student centered instruction). Pengajaran yang demikian akan membuat proses
kegiatan belajar mengajar menjadi tidak hanya searah. Hal ini sesuai dengan
Permendikbud No. 69 tahun 2013 yang menyatakan perubahan pembelajaran
teacher centered menjadi student centered dengan penekanan pola belajar sendiri
menjadi belajar kelompok berbasis team, sehingga akan terjadi pembelajaran
interaktif.
Sebagai bagian dari sains, fisika memiliki sumbangan besar dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, karena fisika memiliki struktur pengetahuan yang
diperoleh melalui metode yang teruji. Berdasarkan BSNP (2006) ada dua
pertimbangan mengapa fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata
pelajaran tersendiri. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik,
mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir sehingga berguna untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan
yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan
sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai
salah satu aspek penting kecakapan hidup. Pada dasarnya pembelajaran fisika
perlu disesuaikan dengan cara fisikawan terdahulu dalam memperoleh
pengetahuan. Pembelajaran fisika dalam pelaksanaannya harus diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
penguasaan yang lebih mendalam. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran fisika
3
lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan berpusat pada siswa.
Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil dari pembelajaran tersebut akan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya masih banyak proses
pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran (Teacher
Center Learning).
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di salah satu MTs
menunjukkan bahwa pembelajaran masih dominan pada pemberian informasi
dengan metode ceramah dan komunikasi berlangsung satu arah. Selain itu
penugasan dilakukan guru dengan memberikan latihan soal-soal kepada siswa.
Proses pembelajaran menjadikan guru sebagai pemeran utama atau dengan kata
lain pembelajaran berpusat pada guru. Pengetahuan fisika yang diperoleh selama
pembelajaran cenderung hanya secara teori. Kegiatan tersebut menimbulkan
sebagian besar siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran dan memicu siswa
menjadi pasif. Uraian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berlangsung
dengan menerapkan pembelajaran konvensional.
Hal ini sejalan dengan permasalahan dalam penelitian Khalid dan Azeem
(2012) bahwa pembelajaran di tingkat universitas juga masih terbiasa
menggunakan pembelajaran yang menekankan pada penjelasan teori dan hapalan
yang mencirikan penerapan pembelajaran tradisional. Penelitian lain oleh Abdi
(2014) menyebutkan bahwa pembelajaran di kelas tradisional sering terlihat kelas
didominasi instruksi langsung, pemberian informasi yang secara sepihak dan
sebagian besar siswa tidak terlibatkan dalam pembelajaran. Adapula Indahwati
dkk (2012) yang menemukan permasalahan di salah satu SMP bahwa dalam
4
penyampaian
pembelajaran
biasanya
guru
masih
menggunakan
metode
pembelajaran ceramah yang bersifat yang monoton.
Kegiatan pembelajaran seperti di atas menimbulkan sebagian besar siswa
kurang tertarik mengikuti pelajaran dan memicu siswa menjadi pasif. Dampak
dari hal itu yakni kurangnya kemampuan bertanya siswa. Pengetahuan fisika yang
diperoleh selama pembelajaran cenderung hanya secara teori. Hasil belajar yang
diperoleh pembelajaran tersebut biasanya hanya untuk kemampuan kognitif saja.
Selain itu dalam pembelajaran kegiatan praktikum jarang dilakukan. Penggunaan
alat-alat dalam laboratorium masih kurang optimal dikarenakan alat yang belum
memadai. Selain itu, kegiatan praktikum dengan menggunakan alat sederhana
juga masih jarang dilaksanakan. Hal tersebut menyebabkan kurang terlatihnya
kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis dan melakukan percobaan.
Kemudian tentu saja kemampuan memperoleh dan menganalisis data hasil
percobaan serta menyimpulkan hasil percobaan juga tidak diperoleh siswa. Uraian
tersebut menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan meneliti yang dimiliki oleh
siswa. Hal yang sama terdapat dalam penelitian Azizah dan Parmin (2012) yang
menemukan permasalahan mengenai kemampuan meneliti mahasiswa. Menurut
informasi yang mereka peroleh sebenarnya mengenai teori telah diperoleh
mahasiswa tersebut sebelumnya, namun belum pernah melakukan latihan meneliti
sehingga mahasiswa merasa tidak mampu mengerjakan tugas meneliti. Adapula
Sarwi dan Khanafiyah (2010) melakukan penelitian untuk menghasilkan model
pengembangan laboratorium inkuiri melalui eksperimen inkuiri terbuka yang dari
penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai metode ilmiah melalui kerja
ilmiah laboratorium.
5
Masalah keterampilan meneliti ini tentunya harus diatasi. Salah satunya
adalah melalui pemilihan model pembelajaran. Upaya melakukan perbaikan atau
memilih model pembelajaran yang sesuai sudah menjadi tugas seorang guru
dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang dipilih hendaknya
melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat berdampak pada
kemampuan meneliti siswa. Model pembelajaran inquiry training adalah model
yang cocok dipilih untuk mengatasi hal tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah seorang guru MTs di tempat penelitian akan dilaksanakan diperoleh
informasi bahwa dalam pembelajaran belum pernah menerapkan model
pembelajaran tersebut. Melalui model pembelajaran ini diharapkan kemampuan
meneliti siswa dapat dilatih dan ditingkatkan.
Kemampuan meneliti siswa dapat dikembangkan melalui proses
pembelajaran aktif yang melibatkan siswa. Para siswa hendaknya dilatih untuk
mengembangkan keterampilan proses khususnya keterampilan proses sains.
Kurangnya kemampuan meneliti siswa di MTs tempat penelitian akan dilakukan
menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa masih rendah.
Penelitian mengenai keterampilan proses sains tersebut telah banyak
dilakukan sebelumnya. Salah satunya oleh Ergul et al (2011) yang memfokuskan
penelitian pada tingkat keterampilan proses sains siswa sekolah dasar. Selain itu,
adapula penelitian Rahayu dkk (2011) yang mengidentifikasi ada masih
kurangnya keterampilan proses siswa di SMP Negeri 1 Getasan. Kemudian
pentingnya keterampilan proses sains dalam pembelajaran juga melatarbelangi
penelitian yang telah dilakukan Hilman (2014).
6
Melalui penerapan model pembelajaran inquiry training diharapkan
mampu mengatasi keterampilan proses sains siswa. Hal tersebut dikarenakan
kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan model tersebut dilakukan melalui kegiatan
mengajukan kegiatan bertanya dimana pertanyaan hanya dapat dijawab dengan
kata “ya” dan “tidak”. Selain itu kegiatan model ini juga melalui kegiatan
eksperimen yang membuat siswa dapat mencoba berbagai cara untuk
menyelesaikan eksperimen yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan hal itu kemampuan
berpikir kreatif siswa menjadi hal yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa. Hal yang menjadi permasalahan sebelumnya
mengenai keterampilan proses sains siswa berdampak pada kurangnya
kemampuan berpikir kreatif siswa. Barrow (2010) dalam penelitiannya
memaparkan masalah yang berkaitan dengan kreativitas. Menurut informasi yang
diperolehnya, melalui kreativitas seseorang akan mencapai jalan menuju
penemuan ilmiah sehingga kreativitas perlu ditingkatkan. Penelitian lain yang
mengangkat masalah berpikir kreatif dilakukan oleh Cheng (2010), ia
menyebutkan bahwa para guru memiliki sedikit pengalaman mengajarkan
kreativitas. Hal ini menyebabkan kurangnya pengembangan berpikir kreatif siswa
dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang
berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa MTs”.
7
1.2.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Proses pembelajaran fisika masih berpusat pada guru
2. Pembelajaran yang diterapkan masih pembelajaran konvensional
3. Pelaksanaan praktikum masih jarang dilaksanakan
4. Hasil kegiatan pembelajaran yang diukur masih menekankan pada hasil
belajar kognitif
5. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah
6. Keterampilan proses sains siswa masih rendah
1.3.
BATASAN MASALAH
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di MTs Al Washliyah Medan Krio tahun ajaran
2015/2016.
2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model
pembelajaran inquiry training.
3. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir
kreatif siswa.
4. Hal yang diamati dalam penelitian adalah keterampilan proses sains siswa.
8
1.4.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran
inquiry training lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains
siswa dengan pembelajaran konvensional?
2. Apakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kreatif
di atas rata–rata lebih baik dibandingkan dengan
keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif di bawah rata-rata?
3. Apakah ada interaksi model pembelajaran inquiry training dan
kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses
sains siswa?
1.5.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan model
pembelajaran inquiry training lebih baik atau tidak dibandingkan dengan
keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif
di atas rata–rata lebih baik atau tidak
dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif di bawah rata-rata.
9
3. Untuk mengetahui interaksi model pembelajaran inquiry training dan
kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses
sains siswa.
1.6.
MANFAAT PENELITIAN
1.6.1. Manfaat Praktis :
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Memberikan informasi
kepada sekolah tentang kelebihan model
pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
2.
Membantu guru dalam menambah wawasan untuk menerapkan model
pembelajaran yang relevan.
1.6.2. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Memodifikasi model pembelajaran inquiry dengan memasukkan variabel
lain dalam penelitian selain kemampuan berpikir kreatif.
2.
1.7.
Sebagai referensi penelitian lanjutan.
DEFENISI OPERASIONAL
Istilah yang digunakan dalam penelitian ini dibuat defenisi operasionalnya
sebagai berikut :
Model pembelajaran inquiry training adalah suatu model pembelajaran
berdasarkan proses ilmiah yang membawa siswanya ke dalam latihanlatihan. Adapun tahapan dalam pelaksanaan model pembelajaran inquiry
10
training meliputi menghadapkan pada masalah, pengumpulan data–
verifikasi, pengumpulan data–eksperimen, mengolah dan merumuskan
suatu penjelasan serta analisis proses inquiry.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menciptakan sesuatu,
memberikan gagasan-gagasan dan melihat hubungan-hubungan yang baru
menggunakan sesuatu yang telah ada dengan cara yang baru dan langka.
Adapun indikator berpikir kreatif meliputi berpikir lancar, berpikir luwes,
berpikir orisinal dan berpikir terperinci.
Keterampilan proses sains adalah keterampilan dalam melakukan
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains dengan menerapkan metode
ilmiah untuk memperoleh fakta, konsep maupun pengembangan konsep.
Adapun indikator keterampilan proses sains meliputi mengobservasi,
mengumpulkan
dan
mengorganisasi
data,
mengidentifikasi
dan
mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis, merumuskan
penjelasan, dan menarik kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’
Academic Achievement in Science Course.Universal Journal of Educational
Research. 2 (1) : 37-41
Anggraini, D. P. 2015. Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa
Sma Negeri 1 Stabat. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Azizah, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training untuk Mengembangkan
Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal (USEJ),
1 (1) : 1-11
Barrow, L. H. 2010. Encouraging Creativity with Scientific Inquiry.Creative
Education, 1 (1) : 1-6
BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
Cheng, V. 2010. Teaching creative thingking in regular science lessons :
Potentials and obstacles of three different approaches in an Asian context.
Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 11 (17) : 1-21
Dahar, R. W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Deta, U. A. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas,
Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Indonesia 9 (2011) : 28-34
Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z., Gocmencelebi, S. & Meral, S. 2011.
The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School
Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of
Science and Education Policy (BJSEP), 5 (1) : 48-68
Foster, B. 2004. Terpadu Fisika SMA Jilid 2B. Jakarta : Erlangga
Giancoli, G. C 2007. Fisika jilid 1. Jakarta : Erlangga
Halliday, D., Resnick, H. & Walker, J. 2010. Fundamental of Physics. United
States of America : John Wiley & Sons
Hewitt, G. P. 2006. Conceptual Physics Tenth Edition. City College of San
Fransisco : Pearson Addison Wesley
82
83
Hilman. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Mind Map
terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA. Jurnal
Pendidikan Sains, 2 (4) : 221-229
Indahwati, T., Sunarno, W., & Sajidan. 2012. Penerapan Model Inquiry Training
Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau dari Tingkat
Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri, 1
(3) : 258-265
Joyce, B. & Weil, M. 2003. Models of Teaching Fifth Edition. New Delhi :
Prentice Hall, Private Limited
Kanginan, M. 2004. Fisika untuk SMA kelas XI Semester 2. Jakarta : Erlangga
Khalid, A. & Azeem, M. 2012. Constructivist Vs Traditional : Effective
Instructional Approach in Teacher Education. International Journal of
Humanities and Social Science. 2 (5) : 170-177
Knigh, D. R. 2008. Physics for Scientists and Engineers Second Edition. City
College of San Fransisco : Pearson Addison Wesley
Kuspriyanto, B. 2013. Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Teknologi Pendidikan, 6 (2)
Munandar, U. 2009. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta : Rineka
cipta
Pointing, H. J. & Thomson, J. J. 1925. A Text Book of Physics. London : Charles
Griffin and Company, Limited
Puspita, D, Rohima, I. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu : untuk SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. 2011. Pembelajaran Sains dengan
Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7
(2011) : 106-110
Ramadhani, I. 2015. Efek Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Strategi
Think Talk Write Dan Kreativitas Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA Negeri 1 Babalan. Tesis tidak diterbitkan.
Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Sahyar. 2015. Konsep dan Teori Sains Fisika. Medan : Unimed Press
Sarwi & Khanafiyah, S. 2010. Pengembangan Keterampilan Kerja Ilmiah
Mahasiswa Calon Guru Fisika Melalui Eksperimen Gelombang OpenInquiry. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6 (2010) : 115-122
84
Silitonga, P., Harahap, M.B., & Derlina. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran
Inquiry Training dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains. Jurnal
Pendidikan Fisika, 5 (1) : 44-50
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta :
Rineka Cipta
Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Suyanto & Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta : Esensi Erlangga
Group
Tawil, M. & Liliasari. 2014. Keterampilan-keterampilan Sains dan Implesentasi
dalam Pembelajaran IPA. Makasar : UNM
Tim Pascasarjana Unimed. 2014. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis dan
Disertasi. Medan : Program Pascasarjana Unimed
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
Kencana Predana Media Group