LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENURUNKAN STRES PADA PENDERITA LUPUS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bertambahnya

usia

bumi

tentunya

berbanding

lurus

dengan

bertambahnya permasalahan yang mengikuti kehidupan manusia. Permasalahan
yang ada bersifat komplek dan memiliki keterikatan yang erat antara satu dengan
yang lainnya. Misalnya, masalah dari aspek fisiologis memiliki keterkaitan

dengan aspek psikologis.
Dari aspek fisiologis, banyak bermunculan jenis penyakit-penyakit baru
yang belum pernah dijumpai pada masyarakat sebelumnya. Salah satunya adalah
penyakit lupus. Lupus dalam bahasa kedokterannya disebut sebagai systemic
lupus erythematosus adalah penyakit penyimpangan antibodi. Penyakit lupus
sebenarnya telah dikenal seabad yang lalu. Sebelum dilakukan penelitian secara
mendalam di bidang medis, diduga penyakit ini diakibatkan oleh gigitan anjing
hutan. Oleh karena itu disebut lupus, yang dalam bahasa latinnya berarti anjing
hutan (Indarpuri, 2009).
Menurut Zubairi sebagai dokter pemerhati lupus, lupus adalah suatu
penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh atau antibodi penderita lupus
yang seharusnya melindungi tubuh, malah merusak sistem tubuhnya sendiri
(http://odapus.multiply.com). Sedangkan menurut dr. Rachmat ahli hematodologi
dari RS Hasan Sadikin Bandung yang juga sebagai dokter pemerhati lupus,
menjelaskan lupus adalah penyakit autoimun yang terjadi karena sistem kekebalan
tubuh bereaksi berlebihan dan justru mengganggu kesehatan tubuh. Dimana
seharusnya, sistem imun bertugas melindungi tubuh manusia dari serangan
antigen (http://www.keluargasehat.com).
Jumlah penderita lupus berdasarkan data terakhir di seluruh dunia
sebanyak 5 juta orang. Jumlah ini diperkirakan bertambah 100.000 kasus tiap

tahun.

Di

Indonesia

sendiri

jumlahnya

belum

dapat

dipastikan

(http://odapus.multiply.com). Lupus lebih banyak menyerang wanita, dengan

1


2

jumlah persentase sebesar 90 % lebih banyak wanita dibanding pria. Hal ini
diperkirakan karena pengaruh faktor hormon (http://beritatop.blogspot.com). Dan
pada umumnya penyakit ini menyerang di usia produktif antara usia 14 s/d 40
tahun, namun saat ini lupus juga menyerang anak-anak yang baru berusia 6 tahun
dan wanita menopause usia 60 tahun (Indarpuri, 2009).
Gejala awal yang sering timbul dari penyakit lupus adalah ruam merah
simetris pada wajah berbentuk seperti kupu-kupu, penebalan berbentuk koin pada
kulit yang sering terkena matahari dan hipersensitif terhadap sinar matahari,
sariawan yang hilang timbul, nyeri sendi, nyeri dada saat menarik nafas, kejangkejang, terdapat kelainan darah, kelainan sistem kekebalan tubuh, tes ANA atau
anti

nuclear

antibody

dan

DNA


menunjukkan

abnormalitas

(www.beritatop.blogspot.com). Gejala yang ditimbulkan tergantung sistem tubuh
mana yang terkena lupus. Namun gejala umumnya adalah demam, rasa lelah
berkepanjangan, rambut rontok, dan pegal-pegal otot (http://www.suarakaryaonline.com).
Saat ini dikenal ada tiga jenis lupus, yaitu discoid lupus menyerang kulit,
lupus systemic menyerang organ tubuh (hati, paru-paru, jantung, ginjal), drug
induced lupus yaitu lupus yang ditimbulkan karena mengkonsumsi jenis obat
tertentu (Indarpuri, 2009).
Pada acara temu pemerhati lupus yang diadakan di RS Hasan Sadikin
Bandung pada tanggal 5 November 2010 lalu, dijelaskan belum diketahui secara
pasti apa yang menjadi faktor utama seseorang bisa terkena penyakit lupus. Tetapi
ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa menderita penyakit ini,
diantaranya faktor genetik, lingkungan, hormonal, dan stres. Dari faktor genetik
terdapat sebuah artikel menuliskan bahwa lupus tidak diturunkan, hanya 5 - 10%
pasien lupus yang diturunkan dalam keluarga. Sebagian besar pasien lupus tidak
mempunyai


saudara

ataupun

orang

tua

yang

juga

menderita

lupus

(www.tribunnews.com).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belum dapat dipastikan
apa yang menjadi faktor utama yang menyebabkan seseorang menderita penyakit

lupus. Tapi, untuk faktor pencetus flare up atau kambuhnya penyakit ini salah
satunya sangat dipengaruhi oleh stres yang dialami oleh penderita lupus. Itu

3

artinya penyakit ini tidak hanya berhubungan dengan aspek fisiologis saja, tetapi
juga psikologis. Karena salah satu yang menyebabkan munculnya stres adalah
faktor psikologis. Hal ini senada dengan penjelasan yang diungkapkan oleh dr.
Singgih, yang merupakan salah satu dokter pemerhati lupus di RS Saiful Anwar
Malang dan juga sebagai wakil ketua dari komunitas pemerhati lupus di kota
Malang bernama Parahitha. Ia mengatakan timbulnya stres pada penderita lupus
dapat menyebabkan kambuhnya penyakit ini, dengan gejala umum munculnya
bercak-bercak merah pada kulit. Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor
kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan,
terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres (Indarpuri, 2009).
Karena stres berlebihan merupakan salah satu hal yang harus dihindari, pada
kesempatan acara pemberian throphy malam lilin memperingati hari lupus
sedunia di Jakarta 9 Mei 2010 lalu, Menkes menganjurkan kepada penderita lupus
agar menghindari stres (http://www.depkes.gov.id). Stres merupakan pemicu
aktifnya lupus, karena pada saat stres daya tahan menurun dan akhirnya

menimbulkan infeksi (Savitri, 2005).
Stres yang dialami oleh para penderita lupus sangat mungkin terjadi.
Walaupun sumber stres atau stresor yang menyebabkan munculnya stres tersebut
berbeda. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai tingkat ambang stres yang
tidak sama. Ada stresor yang berasal dari keluarga, keadaan ekonomi, pekerjaan,
dan respon yang diberikan juga berbeda. Berbedanya cara individu merespon
setiap munculnya stresor dipengaruhi oleh faktor latar belakang sosial, latar
belakang pendidikan, kesehatan, budaya, dan penghayatan terhadap agama
(Pedak, 2009). Menderita penyakit membawa tuntutan fisik dan psikologis bagi
orang yang mengalaminya. Yang artinya menderita lupus juga menjadi sebuah
stresor bagi penderitanya. Hal ini mungkin terjadi dengan pola hidup yang
berubah pada saat mereka didiagnosa lupus, belum lagi keluarga yang tidak dapat
menerima keadaan mereka, dikucilkan kerabat, dipecat dari pekerjaan, terjadinya
perubahan fisik pada saat lupus kambuh atau flare up. Ini semua adalah masalah
psikologis yang terjadi pada penderita lupus dan tentunya harus ditangani secara
baik. Jika tidak akan menjadi lingkaran setan yang akan membawa dampak yang
sangat membahayakan bagi penderita lupus.

4


Dari sebuah tulisan di artikel diketahui bahwa sebanyak 60 % penderita
lupus mengalami depresi. Depresi dan gangguan psikologis lainnya diawali
dengan rasa stres berkepanjangan. Hal ini disebabkan akibat deraan rasa lelah
berkepanjangan, insomnia, nyeri, kehilangan gairah seksual atau penurunan
kemampuan untuk bekerja sehari-hari. (http//odapus.multiply.com). Gangguan
psikologis itu umumnya berupa rasa sedih yang berkepanjangan karena terjadinya
perubahan

dalam

diri

penderita

lupus

sehingga

menyebabkan


depresi

(www.lifestyle.okezone.com). Dan pada artikel yang sama juga disampaikan,
semua penyakit menahun pasti punya aspek kejiwaan, termasuk penyakit lupus,
karena apabila penyakit kambuh atau flare up maka terkadang timbul ruam
berwarna merah di wajah yang menganggu mereka, yang bisa membuat para
penderita lupus merasa malu. Rasa marah, kecewa, terkadang menutup diri,
emosi, dan lebih sensitif dan hal ini sering dialami penderita lupus. Pasien lupus
banyak mengalami gangguan psikiatrik. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian
terbaru, dari 180 penderita lupus di RSHS atau Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung yang diteliti sekitar 40 persenya mengalami depresi. Depresi itu terjadi
karena cemas, ketakutan, bingung dan lain-lain (http://www.keluargasehat.com).
Stres merupakan pemicu aktifnya lupus. Odapus seperti berada pada lingkaran
setan. Ia sakit karena stres, di sisi lain lupus merupakan penyakit kronik yang
menyebabkan seseorang merasa rendah diri, terbatas kegiatan, merasa dikucilkan,
hingga berujung pada gangguan psikologis seperti depresi (Savitri, 2005).
Stres yang dialami oleh penderita lupus rentan terjadi mengingat penyakit
ini merupakan salah satu jenis penyakit kronis. Pengobatan lupus sendiri atau
steroid mengakibatkan tingginya emosional penderita, belum lagi dari segi
psikologisnya. Penyakit yang tak kunjung sembuh dan pengobatan yang terasa

lama, perubahan bentuk tubuh (moon face, sesullite, bentuk tubuh yang tidak
proporsional lagi) semua menjadikan akumulasi trauma emosional bagi penderita
lupus. Dan ini semua adalah masalah psikologis yang terjadi pada penderita lupus
dan tentunya harus ditangani secara tepat.
Fenomena di atas diawali dari stres yang dialami oleh para penderita
lupus. Pedak (2009) menjelaskan stres adalah respon yang tidak spesifik dari
tubuh terhadap tuntutan yang diterimanya, suatu fenomena universal dalam

5

kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, dimana setiap orang
mengalaminya. Dari definisi stres diatas dapat disimpulkan stres adalah suatu
respon yang diberikan oleh tubuh terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan
dan mempengaruhi kondisi psikis dan fisiologis seseorang.
Gejala psikologis individu yang mengalami stres, antara lain ditandai
dengan perasaan selalu gugup, cemas, peka, dan mudah tersinggung, gelisah,
kelelahan yang hebat, enggan melakukan kegiatan, kemampuan kerja dan
penampilan menurun, perasaan takut, pemusatan diri yang berlebihan, hilangnya
spontanitas, mengasingkan diri dari kelompok (http://journal.uny.ac.id).
Untuk mengurangi atau menurunkan stres, individu melakukan tingkah

laku penyesuaian atau coping behavior. Jika individu merasa tidak berdaya atau
tidak tahu lagi harus berbuat apa dalam menghadapi stres, akan timbul reaksi
panik berkepanjangan yang bisa menjurus pada timbulnya gangguan jiwa
(Wirawan, 1995). Sehingga harus dilakukan manajemen stres secara baik dan
tepat.
Ide (2008) menjelaskan manajemen stres bertujuan mengurangi kadar
atau tingkat stres dengan cara belajar atau meminta bimbingan orang lain agar
dapat menghadapi masalah, dan mengurangi ketegangan dalam diri melalui
berbagai macam teknik. Dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
relaksasi.
Relaksasi merupakan alat yang sesuai untuk mengendalikan stres karena
teknik tersebut membantu orang mempertahankan keseimbangan mereka pada
saat dihadapkan pada tantangan-tantangan hidup (Sintawati, 2010). Dan salah satu
tantangan tersebut adalah menderita penyakit lupus.
Mulyono (2005) menjelaskan beberapa keuntungan yang diperoleh dari
latihan relaksasi diantaranya relaksasi membuat seseorang lebih mampu
menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stres. keterampilan relaksasi
sangat

berguna untuk

mengembangkan kemampuan tetap tenang atau

menghindari kecemasan saat menghadapi kesulitan, selalu rileks akan membuat
seseorang memegang kendali hidup. Latihan relaksasi akan banyak membantu
penderita untuk dapat mengontrol kerja organ-organ tubuh, meminimalkan

6

serangan dan menyimpan energi penderita. Inilah salah satu teknik yang dapat
digunakan oleh para penderita lupus, untuk mereduksi stres yang mereka alami.
Ada bemacam-macam bentuk relaksasi. Antara lain relaksasi otot
progresif, pernapasan diagfrahma, imagery training, biofeedback dan hypnosis.
Relaksasi otot progresif adalah teknik manajemen stres yang cukup sering
digunakan untuk mereduksi stres. Hal ini dikarenakan relaksasi otot progresif
merupakan jenis relaksasi termurah, mudah untuk dilakukan secara mandiri
(http//ugm.ac.id.pdf). Selain itu relaksasi otot progresif didukung secara empiris
dapat direspon ketegangan tingkat tinggi, seperti insomnia, mengurangi
ketegangan sakit kepala, pengobatan tambahan pada kanker dan manajemen
penyakit kronis (McCallie, 2006). Dan alasan ini juga yang menjadi pertimbangan
peneliti menggunakan relaksasi otot progresif sebagai teknik manajemen stres
dalam penelitian ini.
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu bentuk relaksasi yang
mengkombinasikan latihan nafas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan
relaksasi otot. Penegangan otot-otot tertentu, kemudian merileksasikannya
(http://www.eprints.ums.ac.id).

Relaksasi

otot

progresif

bertujuan

untuk

mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan.
Dalam relaksasi otot progresif, seseorang diminta untuk menegangkan otot
dengan ketegangan tertentu, dan setelah itu mengendorkannya (Mulyono, 2005).
Selain beberapa alasan di atas, penggunaan relaksasi otot progresif pada
penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suryaning
Saptarini yang berjudul manajemen stres untuk menurunkan tingkat stres pada
penderita psoriasis. Yang mana teknik manajemen yang digunakan adalah
relaksasi otot progresif. Berdasarkan hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa
terapi manajemen stres dengan teknik relaksasi otot progresif dapat mengurangi
stres pada penderita psoriasis sehingga meminimalisir kekambuhan atau
perburukan kondisi penyakitnya. Hasil penelitian ini memperjelas bahwa
hubungan antara psoriasis dengan stres sangat erat. Pada penderita psoriasis stres
adalah faktor penting dalam mendorong dan memperburuk penyakitnya. Stres
pada penderita psoriasis mengakibatkan efek psikologis yang memperburuk
sehingga memperparah kondisi penyakit. Artinya ketika tingkat stres penderita

7

psoriasis turun maka diikuti pula oleh perbaikan kondisi penyakitnya yang
ditandai dengan menipisnya psoriasis. Perlu diketahui, bahwa psoriasis sama
halnya dengan lupus yang mana kekambuhannya dipicu oleh tingginya stres yang
dialami oleh penderita. Kondisi inilah yang nantinya diharapkan terjadi pula pada
penderita lupus, turunnya stres setelah diberikannya relaksasi otot progresif yang
menjadi faktor pemicu kambuhnya lupus. Selain itu Prof. Kenneth anggota klinis
senior Stanford

Center

Research

in

Disease Prevention

menyebutkan

pengendalikan stres bukan hanya membantu seseorang untuk bertahan terhadap
peristiwa-peristiwa hidup yang menyebabkan stres, tetapi juga mengurangi
pengaruh-pengaruh stres kronis, perawatan yang lebih berat karena stres kronis
mungkin tidak memberikan kesempatan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pulih
(Sintawati, 2010). Menghadapi stres berarti memberi individu yang bersangkutan
pelajaran agar lebih terampil di kemudian hari dengan kemungkinan
mengembangkan berbagai kemampuan dan strategi mengatasi stres yang serupa.
Eratnya hubungan munculnya kekambuhan penyakit lupus antara faktor
psikologis dan fisiologis menyebabkan penanganan yang harus diberikan tentunya
tidak hanya dari segi medis saja, tetapi juga psikologis. Untuk meminimalisir
tingkat kekambuhan yang diakibatkan oleh stres, maka perlu diberikan intervensi
ataupun perlakuan secara psikologis agar para penderita lupus dapat mengelola
stres secara baik dan benar.. Dengan adanya penelitian sebelumnya yang
menggunakan relaksasi otot progresif sebagai cara untuk mereduksi stres pada
penderita penyakit kronis, maka peneliti ingin mengetahui apakah relaksasi otot
progresif dapat mereduksi stres pada penderita penyakit lupus, sehingga peneliti
merasa masalah ini penting untuk diangkat pada penelitian yang berjudul Latihan
Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurunkan Stres pada Penderita Lupus.
Sekali lagi dengan harapan latihan relaksasi otot progresif ini dapat dijadikan
alternatif solusi untuk menurunkan stres pada penderita lupus. Dan tentunya tidak
menutup kemungkinan dapat diterapkan pada penderita penyakit-penyakit kronis
lainnya.

8

B. Rumusan Masalah
Apakah latihan relaksasi otot progresif dapat menurunkan stres pada
penderita lupus ?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah relaksasi otot progresif dapat menurunkan
stres pada penderita lupus.

D. Manfaat Penelitian
Diangkatnya masalah ini dalam penelitian diharapkan dapat memberikan
manfaat. Diantaranya :
1. Manfaat Praktis
Memberikan alternatif solusi dalam menurunkan stres pada para
penderita lupus, yang menjadi salah satu faktor pemicu kambuhnya atau flare
up penyakit lupus.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam pengembangan
teknik manajemen stres yang tepat pada pasien dengan penyakit kronis
tertentu.

9

LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENURUNKAN
STRES PADA PENDERITA LUPUS

SKRIPSI

Oleh :
Siska Triana Niagara
07810039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
i

i

ii

iii

iv

MOTTO

Bismillah…….
Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah segala
urusan dikembalikan (Al – Hadid : 5)
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
(Imam Syafi’i)

v

PERSEMBAHAN

Untuk Sang Kholik :
Engkau Didekati Dengan Ilmu
Ini Salah Satu Caraku Untuk MendekatiMu Ya Rabb

Untuk Orang Tuaku Tercinta:
Selalu Ikhlas Memanjatkan Doa Untuk Kami Anak-anak Kalian
Setiap Hembusan Nafas adalah Doa Yang Selalu Mengiringi
Langkah Kami Anak-Anak Kalian
Terima Kasih Papa Mama, Membahagiakan Kalian Adalah Salah
Satu Tujuan Terbesar Hidupku.

Untuk Abang Dan Adikku Tersayang:
Dari Kalian Aku Belajar Menjadi Manusia Mandiri
Dari Kalian Aku Belajar Menjadi Diri Sendiri
Motivasi, Semangat, Serta Dukungan, Di saat Yang Lain Menjauh
Karena Aku Jatuh, Kalian Senantiasa Mengulurkan Tangan
Membantuku Untuk Bangkit
Terima Kasih Bang Harry Dan Rudi, Aku Ingin Menjadi
Muslimah Tangguh Yang Hadir Di Tengah-Tengah Kalian.

vi

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kekuatan dan kesempatan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Latihan Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurunkan Stres Pada Penderita
Lupus.” Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademis dalam
penyelesaian

program

Strata

Satu

(S-1)

Fakultas

Psikologi,

Univesitas

Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyelesaian skripsi tersebut, tentunya begitu banyak pihak
yang terlibat dan membantu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Bapak Tulus Winarsunu, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan dukungan kepada Penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.

2.

Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si selaku Dosen pembimbing I sekaligus
sebagai Dosen wali, yang telah sabar dan begitu telatennya membimbing, selalu
menumbuhkan motivasi dan keyakinan di dalam diri penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.

3.

Ibu Diana Savitri Hidayati, M. Psi selaku Dosen pembimbing II, dengan jiwa
muda memberikan insprisasi dan pencerahan bagi Penulis.

4.

Bapak Shohib, S.Psi, M.Si, Bapak Zainul Anwar M.Si, Ibu Dra. Djudiah, M.Si,
Ibu Yuni Nurhamida, M.Si, Ibu Lindayani, M.Si dan seluruh dosen Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, yang selalu memberikan
motivasi kepada Penulis.

5.

Untuk keluarga Penulis, Tony Niagara dan Yurni Malik selaku orang tuaku
tercinta yang senantiasa mendoakan dan mencurahkan kasih sayangnya, Harry
Sanjaya T.E.N selaku abang dan Rudini Maulana F.A.W.N selaku adik yang
selalu memberikan dukungan dan semangat untuk membuat Penulis tetap sabar
dalam menjalani proses penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada keluarga Bapak Damai Putra di Bandung, terima kasih atas penerimaan
dan supportnya.
vii

7.

Kepada pihak yayasan Syamsi Dhuha Foundation terutama kepada Ibu Dian
Syarief yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melakukan
penelitian di yayasan Syamsi Dhuha Foundation.

8.

Teman-teman ODAPUS (Orang dengan Lupus) dan Low vision, tak terkecuali
kedua subyek penelitian yang begitu luar biasa. Kebersamaan singkat dengan
kalian mampu memberikan suatu makna yang begitu dalam bagiku. Care for
lupus, your caring saves lives.

9.

Kepada Prof. Handono Kalim, dr. Rachmad Gunadi, dr. Singgih Wahono dan
dokter pemerhati lupus lainnya, terima kasih atas pengetahuan tentang lupus
yang selama ini disharekan.

10. Kepada teman-temanku di Lembaga Dakwah Kampus, specially for LISFA yang
selalu membuatku lebih dekat padaNya.
11. Kepada M. Affandes, mbak Indah BK, mas Kukuh, mbak Lenggang, kak
Hamka, mbak Gery, akh Teguh terima kasih untuk masukan dan kebaikannya
yang telah meminjamkan berbagai literatur yang sangat menunjang dalam
penyelesaian skripsi ini.
12. Kepada seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi, khususnya kelas A, F
angkatan 2007 dan KKN-39. Terima kasih untuk semangat dan motivasinya.
13. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu Penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, masih begitu banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu Penulis sangat membuka diri untuk menerima
setiap masukan atau pun kritik yang membangun demi perbaikan di masa
mendatang.
Pada akhirnya Penulis hanya bisa berharap, semoga kiranya skripsi ini bisa
bermanfaat untuk semua pihak.
Wa’alaikumusalam wr wb
Malang,
Peneliti

Siska Triana Niagara
viii

2011

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................

ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................

iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................

v

KATA PENGANTAR................................................................................

vi

INTISARI

.........................................................................................

viii

ABSTRACT

.........................................................................................

ix

DAFTAR ISI

.........................................................................................

x

DAFTAR TABEL ......................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................

8

C. Tujuan Masalah .......................................................................................

8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres .........................................................................................................

9

1. Pengertian Stres ..................................................................................

9

2. Model-model stres kesehatan .............................................................

10

3. Karakteristik stres ...............................................................................

11

4. Sumber stres .......................................................................................

12

5. Faktor penyebab gangguan fisik yang disebabkan oleh stres.............

15

6. Jenis stres ............................................................................................

16

7. Gejala stres .........................................................................................

17

ix

B. Relaksasi Otot Progresif ..........................................................................

18

1. Pengertian relaksasi otot progresif .....................................................

18

2. Keuntungan relaksasi .........................................................................

19

3. Jenis-jenis relaksasi otot progresif .....................................................

20

4. Persiapan dalam latihan relaksasi otot progresif ................................

21

5. Langkah-langkah dalam melakukan relaksasi otot progresif .............

23

6. Saran-saran dalam pelaksanaan relaksasi otot progresif ....................

24

C. Lupus ......................................................................................................

25

1. Pengertian penyakit lupus ..................................................................

25

2. Penyebab penyakit lupus ....................................................................

26

3. Kriteria diagnostik penyakit lupus .....................................................

27

4. Jenis-jenis penyakit lupus ...................................................................

28

D. Hubungan lupus, Stres, dan Relaksasi Otot Progresif ............................

29

E. Kerangka Berpikir ...................................................................................

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................

33

B. Variabel Penelitian ..................................................................................

33

C. Definisi Operasional................................................................................

33

D. Subjek Penelitian.....................................................................................

33

E. Metode Pengumpulan Data .....................................................................

34

1. Self report ...........................................................................................

34

2. Wawancara .........................................................................................

34

F. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................

36

1. Tempat penelitian ...............................................................................

36

2. Waktu penelitian.................................................................................

36

G. Prosedur Penelitian..................................................................................

36

1. Tahap persiapan penelitian .................................................................

36

2. Tahap pra terap ...................................................................................

36

3. Tahap terapi ........................................................................................

36

4. Tahap pasca terapi ..............................................................................

37

5. Tahap Follow up .................................................................................

37

x

H. Rancangan Analisis Data ........................................................................

37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskrisi Subyek Penelitian .....................................................................

39

B. Gambaran Kasus .....................................................................................

39

1. Subjek IR ............................................................................................

39

2. Subjek EM ..........................................................................................

42

C. Pelaksanaan Intervensi (Latihan Relaksasi Otot Progresif) ....................

44

1. Subyek IR ...........................................................................................

44

2. Subyek EM .........................................................................................

48

D. Hasil dan Analisis Data ...........................................................................

52

1. Subyek IR ...........................................................................................

52

2. Subyek EM .........................................................................................

58

E. Hasil dan Analisis Keseluruhan Subyek .................................................

63

1. Tingkat stres IR dan EM ....................................................................

63

2. Tingkat keseringan stres IR dan EM ..................................................

67

F. Pembahasan .............................................................................................

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................

74

B. Saran ........................................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 3.1

: Waktu penelitian ........................................................... 36

Tabel 3.2

: Tahapan penelitian ........................................................ 36

Tabel 4.1

: Diskripsi subyek penelitian ........................................... 39

Tabel 4.2

: Tingkat stres IR ............................................................. 52

Tabel 4.3

: Tingkat keseringan gejala stres IR ................................ 54

Tabel 4.4

: Tingkat stres EM ........................................................... 58

Tabel 4.5

: Tingkat keseringan gejala stres EM .............................. 61

Tabel 4.6

: Tingkat stres IR dan EM ............................................... 63

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 4.1

: Grafik perkembangan tingkat stres IR .......................... 52

Gambar 4.2

: Grafik perkembangan tingkat stres EM ........................ 58

Gambar 4.3

: Grafik perkembangan tingkat stres IR dan EM ............ 64

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

......................................................................................... 78
Jadwal Pelaksanaan terapi .............................................. 79

Lampiran 2

......................................................................................... 80
Informed Concent Subyek IR ......................................... 81
Informed Concent Subyek EM ....................................... 82

Lampiran 3

......................................................................................... 83
Guide Interview .............................................................. 84
Hasil Wawancara Subyek IR ......................................... 87
Hasil Wawancara Subyek EM ........................................ 98

Lampiran 4

......................................................................................... 109
Self Report Tingkat Stres IR .......................................... 110
Self Report Tingkat Stres EM ........................................ 111

Lampiran 5

......................................................................................... 112
Grafik Perkembangan Tingkat Stres IR ......................... 113
Grafik Perkembangan Tingkat Stres EM ....................... 114

Lampiran 6

......................................................................................... 115
Self Report Tingkat Keseringan Gejala Stres IR ........... 116
Self Reort Tingkat Keseringan Gejala Stres Em ............ 117

Lampiran 7

......................................................................................... 118
Modul pelaksanaan relaksasi otot progresif ................... 119
Panduan Kelompok Otot Yang Direlaksasi ................... 120
Instruksi Relaksasi Otot Progresif .................................. 123

xiv

DAFTAR PUSTAKA
Alkaf, I. (2002). Mengobati stres dengan dzikir dan doa. Semarang : Alina Press.
Ariyanto, G. (2006). Peniru ulung yang harus ditaklukkan. Diakses 18 Oktober 2010
dari http://www.gesitariyanto.com.
Erliana, E., Haroen, H., Susanti, D,R. (2008). Perbedaan tingkat insomnia lansia
sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif di BPSTW ciparay
bandung. (Bab 2). Diakses 29 Januari 2011 dari http//ugm.ac.id.pdf.
Fausiah, F. & Widury, J. (2005). Psikologi abnormal klinis dewasa. Jakarta : UI
Press.
Goliszek, A. (2005). Manajemen stres. Jakarta : PT Bhuana ilmu popular.
Hardjana, A.M. (1994). Stres tanpa distres seni mengolah stres. Yogyakarta :
Penerbit kanisius
Hartono, LA. (2007). Stres & stroke. Yogyakarta : Kanisius.
Hartono, T,D. (2006). Ribuan orang di indonesia menderita lupus. Diakses 18
Oktober 2010 dari http://www.odapus.multiply.com.
Hawari, D. (2006). Stres, cemas, dan depresi. Jakarta : FKUI.
Hernanto, D. (2006). Lupus si penyakit seribu wajah. Diakses 18 Oktober 2010 dari
http://beritatop.blogspot.com.
Ide, P. (2008). Yoga stres. Jakarta : PT Elex media komputindo.
Indarpuri, I. (2009). Mengapa anakku harus mengidap lupus. Yogyakarta : Qiyas.
Iwan. (2010). Pola hidup sehat odapus. Diakses 25 Oktober 2010 dari
http://www.tribunnews.com
Kazdin, A.E. (1992). Research design in clinical psychology. America : Library of
congress.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Lima juta orang menderita
lupus. Diakses 24 Oktober 2010 dari http://www.depkes.gov.id.
Mccallie, S,M., Blum, M,I., Hood, & J, C. (2006). Relaksasi otot progresif journal of
human perilaku di lingkungan social : volume 3. 13 Juli 2006 pp 51-66.
Mulyono, R. (2005). Terapi marah. Jakarta : Studia press.

xv

National Safety Council. (2004). Manajemen stres. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran.
Nevid, J.S, Rathus, S.A, & Greene, B. (2003). Psikologi abnormal. Jakarta :
Erlangga.
Niven, N. (2002). Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat & professional
kesehatan lain. Jakarta : Penerbit buku kedokteran.
Firzani, H, Alfian, Farida, I, & Pamungkas, W.W. (2006). Palu godam pemangsa
organ. Diakses 18 Oktober 2010 dari http://www.odapus.multiply.com.
Pedak, M. (2009). Metode supernol menaklukkan stres. Bandung : Hikmah.
Safira, T. & Saputra, N.E. (2009). Manajemen emosi. Jakarta : Bumi aksara.
Saleh, R. (2005). Memahami sistemic lupus eremathosus. Diakses 18 Oktober 2010
dari http://www.panduankesehatan.blogspot.com.
Saptarini, R. (2010). Manajemen stres untuk menurunkan tingkat stres pada
penderita psoriasis (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur).
Sarwono, S.W. (1992). Psikologi lingkungan. Jakarta : Grasindo.
Savitri, T. (2005). Aku dan lupus. Jakarta : Puspa swara.
Sintawati, H. (2009). Taklukkan stres untuk selamanya. Jakarta : Interaksara
Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta : Grasindo.
Soendari, T & Tambunan, L,I. (2008). Konsep diri orang yang mengalami penyakit
lupus. Diakses 20 Oktober 2010 dari http://www.lifestyle.okezone.com.
Subandi, M.A. (2002). Psikoterapi pendekatan konvensional dan kontemporer.
Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Sukadiyanto. (2010). Stres dan cara menguranginya. Diakses 22 Oktober 2010 dari
http://journal.uny.ac.id.
Sundberg, N.D, Winebarger, A.A, & Taplin, J.R. (2000). Psikologi klinis.
Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Syarifah. (2009). Terapi reiki untuk mengatasi traumatic depression desease.
Diakses 20 Januari 2011 dari http://www.eprints.ums.ac.id.

xvi

Tugiyo. (2008). Mengenal lupus si penyakit misterius. Diakses 25 Oktober 2010 dari
http://www.beritatop.blogspot.com
Waspadai bila nyeri sendi dan terjadi kelainan kulit. (2006). Diakses 18 Oktober
2010 http://www.suarakarya-online.com.
Wiramihardja, S.A. (2005). Pengantar psikologi abnormal. Bandung : Refika
aditama.

xvii