96
5.2.5. Penggunaan Input Faktor
Tenaga kerja dari masing-masing pola usahatani akar wangi baik pola petani, introduksi dan konservasi curahan tenaga kerja terkonsentrasi pada
pengolahan tanah, penyiangan tanaman dan panen. Curahan tenaga kerja dari ketiga pola usahatani akar wangi dpat dilihat pada tabel 30. tenaga kerja
diusahatani jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tenaga kerja di pabrik penyulingan akar wangi oleh karena diproses pengolahan yang dibutuhkan adalah
tenaga kerja terampil khusus yang mengerti cara pengolahan di pabrik.
Tabel 30. Curahan Tenaga Kerja pada Pola Usahatani Akar Wangi Monokultur
pada Areal Penelitian HOK Tahun.
Pola usahatani
Pengolahan tanah
Tanam Pemupuk an
Penyiang an
Panen Angku tan
Total
Pola petani Pola introduksi
Pola konservasi
140 180
225 125
120 184
12 30
65 160
150 210
90 95
110 30
29 45
557 604
839
Dari Tabel 30 terlihat bahwa curahan tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan tanah dan penyiangan yang paling besar. Khusus pola konservasi
banyak juga teralokasi curahan tenaga kerja pada kegiatan pengolahan tanah 225 HOK. Proses pengangkutan hasil panen dari areal usahatani ke pabrik
penyulingan membutuhkan curahan tenaga kerja setiap pola usahatani sebesar 29- 45 HOK. Pada umumnya curahan tenaga kerja angkutan pada pengusahaan
tanaman akar wangi adalah tenaga kerja luar keluarga.
5.2.6 Analisis usahatani
Struktur biaya usahatani pada pola usahatani akar wangi secara umum dapat dibedakan atas biaya sarana produksi berupa pembelian bibit, pupuk, obat-
obatan, peralatan dan lain-lain. Serta biaya tenaga kerja mulai dari penglahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, panen sampai pengangkutan ke
pabrik penyulingan. Biaya lain-lain yang dimaksud dalam penelitaian ini adalah biaya untuk pajak-pajak dan bahan pembantu lapangan. Secara umum struktur
biaya usahatani akar wangi di kabupaten Garut dapat dijelaskan pada Tabel 31.
97
Tabel 31.
Biaya Usahatani Akar Wangi pada ketiga Pola Usahatani di Kabupaten Garut.
Biaya Rp Ha Thn Pola
usahatani Sarana
produksi Tenaga kerja
Lain-lain Total biaya
RpHa Thn
Pola petani Pola
introduksi Pola
konservasi 1.736.000
1.953.000 2.170.000
5.784.000 6.507.000
7.230.000 55.000
60.000 60.000
7.575.500 8.520.000
9.460.000 Dari Tabel 31 dapat diketahui bahwa proporsi biaya untuk tenaga kerja
adalah lebih besar dibanding biaya untuk saran produksi. Pola usahatani yang paling banyak yang paling banyak mengeluarkan biaya uasahatani akar wangi
adalah pola konservasi sebesar Rp 9.460.000 pertahun, dan pola petani dengan biaya terendah adalah sebesar Rp 7.575.000 pertahun.
5.2.7. Produksi Usahatani
Hasil penelitian menunjukkan produksi pertahun dari setiap pola usahatani akar wangi berbeda menurut produksi akar wangi ha tahun dan umur panen
yang yng mana panen umur 10 bulan dan 14 bulan akan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Umur 14 bulan adalah umur tanaman yang terbaik untuk dipanen.
Produksi per pola usahatani juga berbeda oleh karena sumber bibit varietas lokal dan komposit disamping juga ada perlakuan yang berbeda tiap
pola usahatani. Produksi akar wangi pada pola petani, introduksi dan konservasi masing-masing dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32.
Rataan Produksi Akar Wangi di Kabupaten Garut
Produksi kg ha thn Pola usahatani
Akar wangi Ket
Pola petani Pola introduksi
Pola konservasi 14700
12900 18400
Berat akar segar Berat akar segar
Berat akar segar Dari Tabel 32 terlihat bahwa tingkat produksi yang dicapai tertinggi pada
pola usahatani konservasi sebesar 18400 kg ha tahun. Hal ini cukup tinggi bila
98 dibandingkan dengan pola petani. Keunggulan pola konservasi adalah dari segi
bahan tanaman bibit dan pemberian pupuk organik sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Masih rendahnya produksi yang dicapai pada pola
petani adalah karena belum diterapkannya teknologi pembuatan tanaman lorong Alley Cropping sehingga pada saat hujan, terjadi erosi permukaan run off yang
mana hal ini mengakibatkan pencucian unsur hara yang tinggi dan mengakibatkan produksi akar wangi menjadi lebih rendah.
5.2.8. Pendapatan Usahatani