Penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai literature dan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Sebelum menulis skripsi yang berjudul “pengajuan praperadilan oleh pihak korban
terhadap syah atau tidaknya penangkapan yang dilakukan oleh penyidik kejaksaan dalam tindak pidana korupsi” , penulis telah melakukan pemeriksaan terlebih
dahulu bahwa belum pernah ada judul yang sama dengan skripsi ini. Hal ini terbukti telah disetujuinya ACC judul skripsi ini oleh sekeretaris Departemen
Hukum Pidana dan perpustakaan hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 13 Oktoer 2011. Bila ternyata suatu saat nanti ada judul yang sama dengan judul
skripsi saya ini, maka saya bersedia untuk mempertanggungjawabkannya.
L. Tinjauan Kepustakaan
5. Pengertian, Tujuan dan Wewenang Praperadilan
5.1. Pengertian Praperadilan
Praperadilan merupakan hal yang baru dalam dunia peradilan Indonesia. Praperadilan merupakan salah satu lembaga baru yang diperkenalkan KUHAP di
tengah-tengah kehidupan penegak hukum.
17
Praperadilan tidak ada diatur didalam ketentuan HIR
18
17
Harahap, M. Yahya, op.cit ,hlm. 1.
. Hal ini dapat dimengerti, bahwa perbedaan tersebut dapat terjadi oleh karena HIR diciptakan
dalam suasana zaman kolonial Belanda, yang pada dasarnya produk hukum serta perangkat-perangkat sarananya dibentuk sedemikian rupa sehingga
18
R. Soeparmono, op.cit, hlm.6.
menguntungkan pihak yang berkuasa, dalam hal ini pihak penjajah.
19
Karena didalam HIR tidak diatur ketentuan perihal praperadilan, dalam perkembangan
selanjutnya didalam KUHAP telah diatur tentang ketentuan-ketentuan praperadilan seperti tercantum dalam Pasal 1 butir 10 dan Bab X, bagian kesatu
dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 83 KUHAP.
20
Menurut Pasal 1 butir 10 KUHAP meyatakan : “Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan
memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang : a.
Sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan; c.
Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak
dilanjutkan ke pengadilan.”
Selain itu, lembaga praperadilan ini lahir dari inspirasi yang bersumber dari adanya Habeas Corpus
21
dalam sistem peradilan Anglo-Saxon, yang memberikan jaminan fundamental terhadap HAM khususnya hak kemerdekaan.
Habeas Corpus Act memberikan hak kepada seseorang untuk melalui surat perintah pengadilan menuntut menentang pejabat yang melakukan penahanan
atas dirinya. Hal itu untuk menjamin bahwa perampasan atau pembatasan kemerdekaan terhadap seorang tersangka atau terdakwa itu telah memenuhi
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku maupun jaminan HAM.
22
19
ibid, hlm. 8.
20
Ibid.
21
Bunyi surat perintah Harbeas Corpus ini adalah “Si tahanan berada dalam tahanan saudara. Saudara wajib membawa orang itu kedepan pengadilan serta wajib menunjukkan alasan
yang menyebabkan penahanannya” lihat buku Looeby loqman, Praperadilan di Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta:1984.hlm. 54.
22
Kaligis, O.C. Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana. Alumni. Bandung. 2006. hlm. 366.selanjutnya disebut buku I
5.2. Tujuan Praperadilan
Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa praperadilan merupakan lembaga baru dalam kancah penegakkan hukum di Indonesia.
Setiap hal yang baru, tentu mempunyai suatu maksud dan tujuan atau motivasi tertentu. Pasti ada yang hendak dituju dan dicapai. Tidak ada sesuatu
yang diciptakan tanpa didorong oleh maksud dan tujuan. Demikian pula halnya dengan pelembagaan Praperadilan. Ada maksud dan tujuan yang hendak
ditegakkan dan dilindungi.
23
Tujuan diadakannya praperadilan adalah secara umum sesuai dengan maksud dan tujuan dibentuknya KUHAP kerena dipandang bahwa HIR sudah
ketinggalan zaman, tidak sesuai lagi dengan kemajuan zaman dan perkembangan masyarakat semakin maju dan modern. Serta bertujuan demi tegaknya hukum,
kepastian hukum dan perlindungan hak asasi tersangka, sebab menurut sistem KUHAP setiap tindakan upaya paksa haruslah diturut sesuai dengan ketentuan-
ketentuan KUHAP. Setiap tindakan upaya paksa seperti penangkapan, penggeledahan, penyitaan, penahanan, penuntutan dan sebagainya yang dilakukan
bertentangan dengan hukum dan perundanng-undangan adalah suatu tindakan perkosaan atau perampasan hak asasi manusia
24
Dalam KUHAP sendiri dapat diketahui tujuan dari praperadilan melalui penjelasan pasal 80 KUHAP, yang memuat :
.
“Pasal ini bermaksud untuk menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran melalui sarana pengawasan horizontal”.
25
23
M. Yahya Harahap, op.cit, hlm.3
24
R.Soeparmono, Op.cit. hlm.15-16.
25
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana penyelidikan dan penyidikan, Sinar Grafika, Jakarta,2009, hlm. 65.
Untuk mengawasi dan menguji tindakan upaya paksa tersebut perlu
adanya lembaga yang diberi wewenang untuk menentukan sah atau tidaknya upaya paksa tersebut, mengawasi dan menguji upaya paksa yang dilakukan oleh
penyidik dan penuntut umum tersebut dilimpahkan kewenangannya kepada Praperadilan.
Jadi, lembaga Praperadilan merupakan alat uji apakah seseorang itu telah melalui proses awal penangkapan dan penahanan oleh aparatur penyidik secara
sah menurut Undang-undang atau satu penahanan dan atau penangkapan tersebut mengandung cacat hukum. Selain dari itu, Praperadilan juga dapat memeriksa dan
memutuskan sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan yang dilakukan oleh penyidik atau sah atau tidaknya penghentian penuntutan yang dilakukan oleh
penuntut umum.
26
Dengan adanya praperadilan ini, maka apabila seseorang dikenakan penangkapan, penahanan, dan atau tindakan-tindakan lain yang dilakukan secara
tidak sah, yaitu tidak memenuhi syarat yang ditentukan dalam undang-undang, maka tersangkaterdakwa atau keluarganya atau pihak lain yang dikuasakan
misalnya penasehat hukumnya, dapat meminta pemeriksaan dan putusan oleh hakim tidak sahnya penangkapanpenahanan serta tindakan-tindakan lain atas
dirinya tersebut. Kehadiran lembaga praperadilan memberi peringatan :
27
26
Pasal 1 butir 10 KUHAP
27
S. Tanusubroto, Peranan Praperadilan Dalam Hukum Acara Pidana, Alumni,