4
merupakan penerapan hukum Archimedes. Selain itu, pembelajaran mengenai konsep fluida dapat dilakukan dengan eksperimen sederhana, misalnya:
mengamati proses gaya Archimedes dengan menggantungkan benda tetapi seluruhnya tetap di dalam air lalu ditimbang dengan neraca, sehingga siswa akan
merasa tertarik untuk melakukan percobaan, pengamatan, dan dari hasil pengamatan serta pemahamannya, dapat diterapkan kembali dalam kehidupan
sehari-harinya. Dengan demikian, pembelajaran Search, Solve, Create and Share SSCS dapat menjadikan pelajaran fisika lebih menarik, mudah dipahami, lebih
menekankan pada pengajaran proses dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Search, Solve, Create and Share SSCS terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Fluida Statis”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Dalam proses belajar mengajar, guru masih menggunakan metode
konvensional yaitu ceramah. 2.
Kurangnya percobaan-percobaan dalam pembelajaran fisika yang banyak bersifat mikroskopis dan abstrak.
3. Kurangnya kemampuan guru dalam mengorganisasi dan memformulasi model
pembelajaran yang dinilai dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.
4. Rendahnya hasil belajar fisika pada konsep fisika fluida statis.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka perlu dibatasi masalah sebagai berikut:
1. Model belajar yang diterapkan adalah model Search, Solve, Create and Share
SSCS yang diadaptasi oleh L. Pizzini.
5
2. Konsep yang digunakan pada penelitian ini, yakni materi fluida statis yang
dipelajari oleh kelas XI pada semester genap. 3.
Hasil belajar yang diukur, yakni hasil belajar pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi B. Bloom yang telah direvisi oleh Lorin W. Anderson dan David
Karthwohl. Ranah kognitif yang diukur pada penelitian ini adalah C1-C4.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh model Search, Solve, Create and Share SSCS
terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis? 2.
Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model Search, Solve, Create and Share SSCS?
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan model
Search, Solve, Create and Share SSCS?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh model Search, Solve, Create and Share
SSCS terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis. 2.
Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Search, Solve, Create and Share SSCS.
3. Mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan
model Search, Solve, Create and Share SSCS.
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, antara lain: 1.
Memberi sumbangan khususnya pada penerapan model-model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa.
2. Mengimplementasikan model Search, Solve, Create and Share SSCS pada
bahan ajar lain. 3.
Meningkatkan hasil belajar siswa. 4.
Mengembangkan model Search, Solve, Create and Share SSCS lebih profesional pada bidangnya.
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Pendekatan Problem Solving
Pemecahan masalah problem solving merupakan tipe tertinggi dalam tingkatan belajar.
1
Pemecahan masalah dapat dianggap sebagai manipulasi informasi secara sistematis, langkah demi langkah dengan mengolah informasi
yang diperoleh melalui pengamatan untuk mencapai suatu pemikiran sebagai respon terhadap problema yang dihadapi.
2
Untuk dapat memanipulasi informasi, informasi yang baru harus disatukan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki.
Jadi proses pemecahan masalah terdiri dari: 1 penyadaran adanya masalah; 2 perumusan masalah; 3 perumusan hipotesis; 4 pengumpulan data atau
informasi; 5 pengujian hipotesis-hipotesis; 6 penarikan kesimpulan dan 7 penerapan hasil pemecahan masalah dalam situasi baru.
3
Pada pembelajaran dengan metode pemecahan masalah, siswa dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan baik secara individu ataupun secara
kelompok. Belajar memecahkan masalah secara permanen mengembangkan kemampuan individu karena pemecahan masalah dapat diterapkan pada situasi
lain yang sama. Proses pemecahan masalah memberi kesempatan kepada peserta didik berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran karena pemecahan masalah
menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu. Selain itu, upaya mencari jawaban terhadap persoalan yang dihadapi memerlukan
kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan menjajaki bidang-bidang baru.
4
Gaigher, dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam pembelajaran fisika, guru biasanya hanya menekankan pada perhitungan dijawaban akhir siswa saja yang
1
Robert M. Gagne, The Conditions of Learning and Theory of Instruction Holt-Saunders Japan, 1977, p. 178.
2
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran Jakarta: Bumi Aksara, 1999, h. 117.
3
Hamalik. Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2001, h. 152.
4
Ibid