Hasil Hasil Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat Persentase kelembaban pada kulit marmut kelompok blanko,

BAB BAB BAB BAB IV IV IV IV HASIL HASIL HASIL HASIL DAN DAN DAN DAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN 4.1 4.1 4.1 4.1 Hasil Hasil Hasil Hasil Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi Dari 300 ml ekstrak cair diperoleh hasil freezedryer dari kelopak bunga rosela yang berupa ekstrak kental sebanyak 47,3 gram, berwarna merah tua. 4.2 4.2 4.2 4.2 Hasil Hasil Hasil Hasil Formulasi Formulasi Formulasi Formulasi Dari formula krim diperoleh krim blanko yang berwarna putih, krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 berwarna merah jambu pucat, krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75 berwarna merah jambu, krim ekstrak kelopak bunga rosella 1 berwarna merah jambu gelap, dan krim vitamin C 2 berwarna putih. 4.3 4.3 4.3 4.3 Penentuan Penentuan Penentuan Penentuan Mutu Mutu Mutu Mutu Fisik Fisik Fisik Fisik Sediaan Sediaan Sediaan Sediaan 4.3.1 4.3.1 4.3.1 4.3.1 Homogenitas Homogenitas Homogenitas Homogenitas sediaan sediaan sediaan sediaan Homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan krim pada sekeping kaca lalu diratakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada krim blanko, krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5, krim ekstrak rosela 0,75, krim ekstrak rosela 1 dan krim vitamin C 2. Semua krim tidak didapatkan butiran-butiran pada kepingan kaca. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk pengukuran setiap minggu hingga minggu kedua belas. Dengan demikian maka sediaan krim dikatakan homogen. Universitas Sumatera Utara 4.3.2 4.3.2 4.3.2 4.3.2 Stabilitas Stabilitas Stabilitas Stabilitas sediaan sediaan sediaan sediaan Hasil pengamatan stabilitas dari masing-masing formula selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Tabel Tabel Tabel Tabel 4.1 4.1 4.1

4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan

selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu No Formula Pengamatan Selama 12 minggu 1-9 10 11 12 X Y X Y X Y X Y 1 Krim blanko - - - - - - - - 2 Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 - - - - - - + - 3 Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75 - - + - + - + - 4 Krim ekstrak kelopak bunga rosella 1 - - + - + - + - 5 Krim vitamin C 2 - - + + + + + + Keterangan : X : Perubahan Warna Y : Perubahan Bau - : Tidak Terjadi Perubahan + : Terjadi Perubahan Berdasarkan data Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sediaan krim blanko stabil selama penyimpanan 12 minggu, sedangkan krim ekstrak kelopak bunga rosela 0,5, 0,75, 1 serta krim vitamin C 2 terjadi perubahan warna. Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 mengalami perubahan warna pada minggu ke-12, sedangkan krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75, 1 dan vitamin C 2 terjadi perubahan warna sejak minggu ke-10 sampai minggu ke- 12. Pada penyimpanannya, sediaan krim ekstrak kelopak bunga rosella tidak mengalami perubahan bau, tetapi krim vitamin C 2 mengalami perubahan bau sejak minggu ke 10. Dari hasil pengamatan stabilitas diperoleh bahwa Universitas Sumatera Utara dengan penambahan antioksidan 0,1 tidak cukup untuk menstabilkan sediaan krim. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan antioksidan Ansel, 1989. Asam askorbat stabil dalam keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi dalam larutan yaitu asam askorbat teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat Kusharto dan Suhardjo, 1992. Sedangkan antosianin jika terlarut dalam suatu campuran akan teroksidasi perlahan-lahan Anonim, 2013, akibatnya terjadi perubahan warna pada krim ekstrak kelopak bunga rosella. Menurut Hayati dan kawan-kawan 2012, kestabilan antosianin juga dipengaruhi oleh suhu. Laju kerusakan degradasi antosianin cenderung meningkat selama proses penyimpanan diiringi dengan kenaikan suhu ruang. Degradasi termal menyebabkan hilangnya warna pada antosianin yang akhirnya terjadi pencoklatan. 4.3.3 4.3.3 4.3.3 4.3.3 pH pH pH pH sediaan sediaan sediaan sediaan pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari pengukuran yang dilakukan, diperoleh hasil pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 4. 2 dan 4.3. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pH sediaan krim yang telah selesai dibuat, Krim blanko mempunyai pH 6,2; krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 pH 5,9; ekstrak kelopak bunga rosella 0,75 pH 5,8; ekstrak kelopak bunga rosella 1 pH 5,4 dan krim vitamin C pH 5,5. Universitas Sumatera Utara Tabel Tabel Tabel Tabel 4.2 4.2 4.2

4.2 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat

No Formula pH Rata-rata I II III 1 Krim blanko 6,2 6,3 6,2 6,2 2 Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 6,0 5,9 5,9 5,9 3 Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75 5,7 5,8 5,8 5,8 4 Krim ekstrak kelopak bunga rosella 1 5,4 5,4 5,3 5,4 5 Krim vitamin C 2 5,5 5,6 5,4 5,5 Tabel Tabel Tabel Tabel 4.3 4.3 4.3

4.3 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12

minggu Formula pH rata-rata selama 12 minggu I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII B 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,1 6,1 6,1 6,1 ER 0,5 5,9 5,9 5,9 5,9 5,9 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,6 5,6 ER0,75 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,5 5,5 5,4 ER 1 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,3 5,3 5,2 5,1 5,1 5,0 4,9 VC 2 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,4 5,4 5,4 5,3 5,0 4,9 Keterangan: B : Krim blanko ER 0,5 : Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 ER 0,75 : Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75 ER 1 : Krim ekstrak kelopak bunga rosella 1 VC 2 : Krim vitamin C 2 Tabel 4.3 menunjukkan kondisi setelah penyimpanan 12 minggu pH yang diperoleh sedikit menurun jika dibandingkan dengan pH pada saat selesai dibuat. Krim ekstrak kelopak bunga rosella 1 dan krim vitamin C 2 Universitas Sumatera Utara menunjukkan penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan krim blanko. Hal ini disebabkan oleh kandungan vitamin C yang tinggi didalamnya sangat mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya serta lamanya penyimpanan. Menurut hayati dan kawan-kawan 2012, kestabilan senyawa antosianin akibat pengaruh pH selama proses penyimpanan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan dan tingkat keasaman sampel. Namun penurunan pH ini masih memenuhi pH fisiologis mantel asam kulit. Menurut Marchionini, stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai “mantel asam kulit” sauremantel. Pada umumnya pH fisiologis mantel asam kulit berkisar antara 4,5-6,5 sehingga bersifat asam lemah. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit untuk menetralisirnya dan kulit akan menjadi lelah karenanya. Kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif dan mudah terkena infeksi Tranggono dan Latifah, 2007. 4.3.4. 4.3.4. 4.3.4. 4.3.4. Tipe Tipe Tipe Tipe emulsi emulsi emulsi emulsi sediaan sediaan sediaan sediaan Penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan biru metil, apabila ketika diaduk biru metil terlarut atau homogen dengan krim maka emulsi tersebut adalah tipe ma. Hasil penelitian untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan biru metil dapat dilihat pada Tabel 4.4. Dari hasil uji tipe emulsi menunjukkan bahwa metil biru dapat larut dalam semua formula sediaan krim. Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi ma. Universitas Sumatera Utara Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.4 .4 .4 .4 Data penentuan tipe emulsi sediaan No Formula Kelarutan Metil Biru Larut Tidak larut 1 Krim Blanko √ - 2 Krim Ekstrak Kelopak Bunga Rosella 0,5 √ - 3 Krim Ekstrak Kelopak Bunga Rosella 0,75 √ - 4 Krim Ekstrak Kelopak Bunga Rosella 1 √ - 5 Krim Vitamin C 2 √ - 4.4 4.4 4.4 4.4 Penentuan Penentuan Penentuan Penentuan Aktivitas Aktivitas Aktivitas Aktivitas Anti-Aging Anti-Aging Anti-Aging Anti-Aging 4.4.1 4.4.1 4.4.1

4.4.1 Moisture

Moisture Moisture Moisture kelembaban kelembaban kelembaban kelembaban Hasil Pengukuran kelembaban dari semua kelompok marmut dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.1. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa semua kelompok marmut sebelum dilakukan penyinaran memiliki kadar air normal yaitu diatas 30 dan setelah dilakukan penyinaran dengan lampu UV dengan panjang gelombang 366 nm kadar air menurun hingga dibawah normal atau dehidrasi. Pada uji Anova, tidak adanya perbedaan yang signifikan p 0,05 antara kondisi sebelum penyinaran dan sesudah penyinaran, sedangkan pemulihan minggu pertama sampai minggu keempat didapatkan perbedaan yang signifikan p 0,05. Pada pemulihan setiap minggunya dapat dilihat bahwa kadar air setiap kelompok marmut meningkat. Dengan analisis Tukey didapatkan perbedaan yang signifikan pada pemulihan minggu 1 yaitu antara kelompok marmut krim blanko dengan krim ekstrak kelopak bunga rosella 1, krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 dengan krim ekstrak kelopak bunga Universitas Sumatera Utara rosella 1. Pada pemulihan minggu kedua ketiga dan keempat, terdapat perbedaan yang signifikan antara krim blanko dengan krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75, 1 dan krim vitamin C 2, juga antara krim 0,5 dengan krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75, 1 dan vitamin C 2. Krim blanko dan krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 belum mampu mengembalikan kulit kekondisi kulit normal tapi masih dalam kondisi kulit yang dehidrasi sampai minggu keempat. Sedangkan krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75 dan 1 menjadikan kulit kekelembaban normal. Hal yang sama juga terjadi pada krim vitamin C 2. Sinar UV merupakan penyumbang terbesar untuk pembentukan keriput. Timbulnya keriput disebabkan penurunan elastisitas kulit yang disebabkan oleh berkurangnya kandungan air pada kulit dan penebalan pada stratum korneum Barel, dkk., 2009. Untuk fungsi fisiologisnya, kulit memerlukan lemak dan air, keduanya berhubungan erat. Lapisan lemak di permukaan kulit dan bahan- bahan dalam stratum korneum yang bersifat higroskopis, dapat menyerap air, dan berada dalam hubungan yang fungsional, disebut Natural Moisturizing Factor. Kemampuan Stratum korneum untuk mengikat air sangat penting bagi fleksibilitas dan kelenturan kulit Tranggono dan Latifah, 2007. Kulit yang sehat memiliki ciri-ciri: tidak mudah menyerap air, larutan, atau benda padat. Kemampuan kulit dalam menyerap absorbsi sangat dipengaruhi oleh metabolisme, kelembaban dan ketebalan kulit Darmawan, 2013. Universitas Sumatera Utara Tabel Tabel Tabel Tabel 4.5 4.5 4.5

4.5 Persentase kelembaban pada kulit marmut kelompok blanko,

ekstrak kelopak bunga rosella 0,5, 0,75, 1, dan vitamin C 2 sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat. F O R M U L A M A R M U T Moisture Kelembaban Sebelum Penyinaran Sesudah Penyinaran Pemulihan Minggu I Pemulihan Minggu II Pemulihan Minggu III Pemulihan Minggu IV B 1 32 13 15 17 20 23 2 31 14 15 17 20 23 3 31 13 17 19 21 23 31,3 ± 0,57 13,3 ±0,57 15,6 ± 1,15 17,6±1,15 20,3±0,57 23 ± 0 ER 0,5 1 31 14 16 18 19 20 2 34 15 17 20 24 27 3 32 14 16 18 19 23 32,3 ± 1,15 14,3 ±0,57 1 6,3 ±0,57 18,6±1,15 20,6±2,88 23,3±3,51 ER 0,75 1 32 15 20 23 27 32 2 32 12 18 25 27 33 3 33 13 23 27 30 33 32,3 ± 0,57 13,3 ±1,52 20,3 ± 2,51 25 ± 2,00 28 ± 2,73 32,6±0,57 ER 1 1 34 15 27 30 31 34 2 34 13 19 25 32 34 3 32 15 23 28 32 34 33,3 ± 0,57 14,3 ±1,15 23 ± 4,00 27,6±2,51 31,6±0,57 34 ± 0 VC 2 1 32 14 17 25 30 33 2 34 14 18 24 29 32 3 33 15 17 23 27 32 33 ± 1,00 12,6 ±2,30 16,3 ± 2,08 22 ± 4,35 28 ± 2,64 32,3±0,57 Keterangan: B : Krim blanko ER 0,5 : Krim ekstrak kelopak rosella 0,5 ER 0,75 : Krim ekstrak kelopak rosella 0,75 ER 1 : Krim ekstrak kelopak rosella 1 VC 2 : Krim vitamin C 2 Parameter hasil pengukuran: 0-29 : Dehidrasi 30-50 : Normal 51-100 : Hidrasi Universitas Sumatera Utara Gambar Gambar Gambar Gambar 4.1 4.1 4.1

4.1 Grafik rata-rata kelembaban pada kulit marmut kelompok blanko,