Tabel 2.4 Lanjutan
No Prinsip Indikator
4. Lingkungan
Kepedulian akan perlunya konservasi Mengatur pembuangan sampah dan limbah
Ketersediaan air bersih 5.
Politik Meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal
Peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas Menjamin hak-hak dalam pengelolaan SDA
2.3 Wisata Kota sebagai Alternatif Pembangunan Kota
Pengertian wisata kota dapat mengacu pada fasilitas yang disediakan, kegiatan yang dilakukan, budaya maupun kehidupan masyarakat yang ada. Bila dilihat dari
fasilitas yang disediakan, kota wisata dapat dilihat sebagai suatu pemukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntutan wisatawan untuk menikmati,
mengenal dan menghayatimempelajari kekhasan kota dengan segala daya tariknya, dan tuntutan kegiatan hidup masyarakatnya kegiatan hunian, interaksi sosial,
kegiatan adat setempat dan sebagainya, sehingga dapat terwujud suatu lingkungan yang harmonis, yaitu rekreatif dan terpadu dengan lingkungannya Nugroho, 2004.
Dipandang dari perspektif kehidupan masyarakatnya, pariwisata perkotaan merupakan suatu bentuk pariwisata dengan objek dan daya tarik berupa kehidupan
kota yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, lingkungan fisik dan budayanya, sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan,
khususnya wisatawan asing.
Universitas Sumatera Utara
Model wisata kota dalam konteks pembangunan pariwisata memiliki nilai pemanfaatan lingkungan sosial, pelestarian kebudayaan masyarakat serta memiliki
semangat pemberdayaan komunitas lokal. Secara sosiologis maupun antropolis, bentuk pariwisata perkotaan lebih meletakkan masyarakat sebagai subyek, atau
pelaku pariwisata itu sendiri. Strategi pengembangan wisata kota sebagai alternatif pembangunan kota
dengan terus menerus dan secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas yang ada disuatu daerah untuk memenuhi dua tujuan berikut Nungroho, 2004 yaitu
membantu menentukan daerah tujuan wisata baru dan menarik perhatian agar dikunjungi, dan untuk mengembangkan citra hijau yang sesuai dengan lingkungan
daerah tersebut. Lebih dari sekedar itu, pengembangan strategi pariwisata yang berdasar
kepada berbagai warisan sejarah yang unik, serta ciri khas tempat lainnya, merupakan elemen-elemen yang dapat menjamin keunggulan bersaing suatu proyek pariwisata
pedesaan. Agar pembangunan pariwisata kota dapat efektif berjalan dengan baik, maka pandangan dan harapan masyarakat setempat perlu selalu dipertimbangakan.
Hal ini bukan berarti bahwa masyarakat memiliki hak veto, tetapi pembangunan pariwisata perkotaan tidak akan dapat berkembang dalam situasi
dimana penduduk setempat merasa dieksploitasi, terancam, dan dilanda oleh kegiatan pariwisata tersebut.
Nungroho 2004 juga menjelaskan tentang strategi melibatkan peran serta masyarakat setempat dapat dilakukan antara lain dengan menginformasikan kepada
Universitas Sumatera Utara
penduduk setempat tentang apa yang akan terjadi jika pariwisata perkotaan masuk dalam lingkungan mereka, menjaga dialog dengan dan diantara mereka, menghargai
pendapat dan melibatkan masyarakat setempat dalam pengambilan keputusan, meningkatkan kesadaran pariwisata serta dampaknya terhadap daerah setempat,
mendorong hubungan antar wisata dan penduduk setempat, dan melindungi masyarakat setempat dari melimpahnya kegiatan pariwisata.
Pendapat lain juga dikemukakkan oleh Gunawan 2005 yang berpendapat bahwa sama halnya dengan kota, pariwisata memiliki dimensi yang bersifat fisik dan
tangible, tetapi juga sarat dengan dimensi non fisik dan intagible. Arti pariwisata yang intangibles, antara lain adalah kebanggan yang diciptakan terhadap kota yang
banyak dikunjungi masyarakat dari luar. Kota yang dikenal dan terkenal menjadi suatu kebanggaan bagi warga maupun pemerintah kota. Arti penting pariwisata bagi
pembangunan kota bisa dilihat dari segi politik, sosial-budaya, dan ekonomi Gunawan, 2005.
Secara politik, jumlah kunjungan wisatawan mempunyai arti penting sebagai tolak ukur keberhasilan pariwisata yang dapat dipahami oleh masyarakat luas maupun
oleh legislatif dengan mudah. Di dalam sistem kepemerintahan otonomi yang sekarang berlaku di Indonesia, jumlah kunjungan ini mempunyai arti penting untuk
mempengaruhi keputusan dan persetujuan anggaran untuk sektor pariwisata. Makin banyak kunjungan, makin besar anggaran akan dialokasikan bagi sektor pariwisata.
Universitas Sumatera Utara
Aspek sosial-budaya, pariwisata juga memiliki arti penting. Dalam banyak kasus, kunjungan ke kota secara signifikan juga diwarnai dengan kunjungan
kekeluargaan dan pertemanan sebagai ekspresi sosial-budaya. Dari aspek ekonomi, saat ini makin banyak negara-negara berkembang
mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan, didasarkan kepada kecenderungan global yang menunjukkan pergeseran kunjungan pariwisata
international ke negara-negara berkembang. Dalam konteks nasional makin banyak juga kota-kota yang menyadari bagaimana pariwisata telah memberikan kontribusi
yang sangat berarti bagi perekonomian kota. Kontribusi ini diperoleh sejogyanya bukan dari perijinan, namun dari kegiatan ekonomi yang ditimbulkan serta pajak
usaha serta retribusi. Salah satu strategi untuk mengembangkan pariwisata perkotaan yang sejalan
dengan pembangunan kota adalah membangun sarana khusus untuk fungsi-fungsi pelayanan tertentu yang potensial untuk mengundang kunjungan secara langsung
maupun tidak langsung. Pariwisata telah berkembang sedemikian rupa menjadi bagian dari kebutuhan dasar sesudah kebutuhan pokok, sandang, pangan, dan papan
serta kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Pendekatan pariwisata dalam pembangunan kota hendaknya juga
diartikan sebagai pemanfaatan fungsi pariwisata untuk mengarahakan pengembangan dan bukan hanya untuk memanfaatkan apa yang ada bagi pariwisata. Namun perlu
diingat, agar pariwisata yang diukur dengan jumlah kunjungan tidak menjadi tujuan
Universitas Sumatera Utara
akhir, tetapi menjadi kendaraan untuk mencapai perkembangan kota yamg diinginkan, berkelanjutan dan mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.
2.4 Penelitian Terdahulu