PEMISAHAN KOMPONEN PADAT DAN KOMPONEN CAIR DIGESTATE

PEMISAHAN KOMPONEN PADAT DAN KOMPONEN CAIR
DIGESTATE

Oleh

Rizki Ramadhani Siregar
ABSTRAK

Limbah ternak sapi dapat dimanfaatkan untuk memproduksi biogas yang dapat
digunakan sebagai energi alternatif dan dapat mengurangi efek rumah kaca. Hasil
samping buangan digester biogas (digestate) ini berwujud lumpur yang
menyulitkan dalam pengemasan dan pengangkutan sehingga perlu dipisahkan
menjadi bagian padat dan bagian cair. Penelitian ini bertujuan memisahkan
komponen padat dan cair digestate.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan,
Jurusan Teknik Pertanian, UNILA. Pengujian dilakukan menggunakan metode
pengendapan, penyaringan (filtrasi), dan pemerasan (pressing). Parameter yang
diamati meliputi total solid dari digestate, fraksi padat dan cair setelah pemisahan,
dan kinerja alat pemisah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa digestate memiliki kandungan total solid
9,77% dan air 90,23%. Komponen padat memiliki kandungan N 0,02%, P 2,89

ppm dan K 466,01 ppm, sedangkan komponen cair mengandung N 0,38%, P
161,65 ppm dan K 937,51 ppm. Penelitian juga mengungkapkan bahwa metode
pengendapan dan penyaringan tidak efektif dan tidak efisien dalam pemisahan
komponen padat dan cair digestate. Pemisahan digestate menggunakan metode
pengendapan memerlukan waktu yang sangat lama. Pengendapan selama 6 bulan
dapat mengendapkan 5,15% dari total solid 9,7%. Pemisahan menggunakan
filtrasi tidak berhasil dilakukan karena filter segera tersumbat. Metode pemisahan
mekanis menggunakan alat pres mampu memisahkan komponen padat dan cair
digestate secara efektif. Komponen padat dan cair digestate berhasil dipisahkan
dengan perbandingan 64,7% : 33,8% (cair : padat) dengan persentase kehilangan
1,5%.
Kata kunci : digestate, pengendapan, penyaringan, dan pemerasan

SEPARATION OF SOLID AND LIQUID COMPONENTS OF DIGESTATE

by

Rizki Ramadhani Siregar
ABSTRACT


Cattle manure can be used to produce biogas which can be utilized as an
alternative energy and to reduce the greenhouse effect. Byproduct of biogas
digester effluent (digestate) form slurry mud which made it so difficult for
packaging and transport that needs to be separated into a solid part and the liquid
portion. This study aimed at separating the solid and liquid components of
digestate.
The study was conducted at the Water and Land Resources Engineering Lab,
Department of Agriculture Engineering, the University of Lampung. Experiment
was carried out using three methods, namely precipitation (sedimentation),
filtration, and mechanical pressing. Parameters to be observed included total solid,
solid and liquid fractions after separation, and performance of the separator.
Results showed that digestate has a total solid content of 9.77% and 90.23%
water. Solid component contained 0.02% N, P 2.89 ppm, and K 466.01 ppm;
while the liquid component contained 0.38% N, P and K 937.51 161.65 ppm ppm.
The study also revealed that the sedimentation and filtration methods were
ineffective for separation of solid and liquid components of digestate. Digestate
separation using precipitation method requires a very long time. Precipitation for
6 months precipitated 5,15% out of the 9.7% total solid. Separation using a
filtration was not successful because the filter is clogged soon. Mechanical
separation method using a press was capable of separating solid and liquid

digestate components effectively. Solid components and liquid digestate
successfully separated with a ratio of 64.7%: 33.8% (liquid: solid) with the
percentage loss of 1.5%.
Keywords : digestate, sedimentation, filtration, and pressing

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 6 Mei 1989, putra ke-3 dari
empat bersaudara pasangan Bapak Ahmad Tawab Siregar B.Sc., dengan Ibu Sri
Harningsih Sardi.

Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD Negeri 142457 Batunadua Padang
Sidimpuan, Sumatera Utara, lulus tahun 2001; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) di SLTP Negeri 2 Padang Sidimpuan Sumatera Utara, lulus tahun 2004,
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kisaran Asahan Sumatera
Utara, lulus tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai
mahasiswa di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama masa studi
penulis juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian
(HIMATEKTAN) periode 2008−2009 dan organisasi Raga Pecinta Alam

(RAGAPALA) sampai sekarang.

Pada tahun 2010 penulis melakukan kegiatan Praktik Umum selama 40 hari di
Balai Pengolahan Sumber Daya Air kota Bandung dengan judul “Mempelajari
Sistem Irigasi Permukaan Daerah Irigasi Ciheulang di Balai Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai Citarum Propinsi Jawa Barat”.

Ku persembahkan karya kecil ini sebagai wujud bakti, cinta,
kasih, dan sayangku kepada:
Bapak dan Ibu
Abang dan adik
Seluruh keluarga besarku
Serta almamater tercinta
Terima kasih karena sebagian ilmuku telah aku dapatkan di sini

... Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.

(QS. Al-Mujadalah:11)

‫ماَهَب َِهَدعَ ََ َدَ َرَرَا َن َن مَاَهَ َب َِهَدعَ َ َة َرخَ ََ َدَ َر َن َن مَاَ َهَب َِ َهََد َع ََي دَا ََ َدَ َر َن‬
َ
Barangsiapa yang menginginkan (kebahagian) hidup di dunia
maka hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa yang
menginginkan (kebahagian) hidup di akhirat maka hendaklah
ia berilmu, dan barangsiapa yang menghendaki keduakeduanya maka hendaklah ia berilmu.
"Jika seseorang bepergian dengan tujuan mencari ilmu,
maka Allah akan menjadikan perjalanannya seperti
perjalanan menuju surga"
- Nabi Muhammad SAW Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk
tenang dan sabar.
-Umar Bin KhattabBagi orang berilmu yang ingin meraih kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat, maka kuncinya hendaklah ia mengamalkan
ilmunya kepada orang-orang.
(Syaikh Abdul Qodir Jailani).
Kecerdasan nampak seperti sesuatu yang membuat manusia
hidup tanpa pendidikan, sedang pendidikan membuat manusia
hidup tanpa menggunakan kecerdasannya.

-Albert Edward WKecerdasan dan karakter adalah tujuan sejati pendidikan.
- Martin Luther King Jr"Tidak penting seberapa lambat Anda berjalan, selama Anda
tidak berhenti"
-Confucius-

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan atas berkat rahmat Allah SWT skripsi ini dapat
diselesaikan.

Skripsi ini berjudul “ Pemisahan Komponen Padat dan Cair Digestate” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada
jurusan Teknik Pertanian Fakutas Pertanian Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1.

Ir. Oktafri, M.Si., selaku pembimbing utama dan pembimbing akademik, atas
bimbingan, saran, kritik, dan perhatian dalam proses penyelesaian skripsi ini

serta selama masa kuliah penulis.

2.

Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku pembimbing kedua, selaku penggagas ide
penelitian ini, dan selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian atas bimbingan,
perhatian, motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

3.

Dr. Ir. Sigit Prabawa, M.Si., selaku penguji utama, serta pembimbing yang
selalu meluangkan waktu untuk penulis.

4.

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

5.


Ibu dan Bapak, abang-abang dan adikku yang telah mengingatkan untuk terus
menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.

2

6.

Bapak Saimin Manud yang telah memberikan waktu, bahan penelitian, dan
kesediaannya dalam membantu pelaksanaan penelitian ini.

7.

Teman-teman angkatan 2007 yang telah memberikan semangat, pengalaman,
dan kebersamaannya selama ini.

8.

Kakak tingkat dan adik tingkat yang telah memberikan bantuan, pelajaran,
dan suasana kebesamaan selama ini.


Penulis berharap semoga Allah membalas semua kebaikan mereka terhadap
penulis dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Bandarlampung,

November 2014

Penulis

R izki R amadhani Siregar

1

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii1
DAFTAR TABEL ............................................... Error! Bookmark not defined.i
DAFTAR GAMBAR ....................................... xError! Bookmark not defined.ii
I. PENDAHULUAN ........................................


Error! Bookmark not defined.

A.

Latar Belakang ...................................

Error! Bookmark not defined.

B.

Tujuan Penelitian ................................

Error! Bookmark not defined.

C.

Manfaat Penelitian ..............................

Error! Bookmark not defined.


D.

Hipotesis .............................................

Error! Bookmark not defined.

II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................

Error! Bookmark not defined.

A.

Biogas dan Digester Biogas................

B.

Digestate ............................................... Error! Bookmark not defined.

C.

Error! Bookmark not defined.

a.

Definisi .......................................... Error! Bookmark not defined.

b.

Karakteristik .................................. Error! Bookmark not defined.

c.

Potensi ........................................... Error! Bookmark not defined.

d.

Permasalahan Digestate ................ Error! Bookmark not defined.

Pemisahan dengan Metode Pengendapan........... Error! Bookmark not

defined.

2

D.

Pemisahan dengan Metode Penyaringan/Filtrasi Error! Bookmark not

defined.
E.

Pemisahan dengan Metode Pemerasan/Pressing.............. Error!
xiv

Bookmark not defined.
III. METODOLOGI PENELITIAN ................... Error! Bookmark not defined.
A.

Waktu dan Tempat ............................... Error! Bookmark not defined.

B.

Bahan dan Alat ..................................... Error! Bookmark not defined.

C.

Metode Penelitian ................................. Error! Bookmark not defined.
a.

Persiapan Alat dan Bahan ............. Error! Bookmark not defined.

b.

Rancangan Alat ............................. Error! Bookmark not defined.

c.

Desain Fungsional ......................... Error! Bookmark not defined.

d.

Pelaksanaan Pengujian .................. Error! Bookmark not defined.

e.

Pengamatan ................................... Error! Bookmark not defined.

f.

Analisis Data ................................. Error! Bookmark not defined.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................... Error! Bookmark not defined.
A.

Karakteristik Digestate ......................... Error! Bookmark not defined.

B.

Pemisahan Digestate ............................ Error! Bookmark not defined.

C.

a.

Metode Pengendapan .................... Error! Bookmark not defined.

b.

Metode Penyaringan/Filtrasi ......... Error! Bookmark not defined.

c.

Metode Pemerasan/Pressing ......... Error! Bookmark not defined.

Kandungan Hara Digestate................... Error! Bookmark not defined.
a.

Digestate Cair................................ Error! Bookmark not defined.

b.

Digestate Padat.............................. Error! Bookmark not defined.

D.

Kriteria Hasil Pemisahan ...................... Error! Bookmark not defined.

E.

Kinerja Alat .......................................... Error! Bookmark not defined.

3

a.

Drum Pengendapan ....................... Error! Bookmark not defined.

b.

Saringan Bertingkat....................... Error! Bookmark not defined.

c.

Alat Pemeras/Pressing........ Error! Bookmark not defined.
xv

F.

Nilai Ekonomis Digestate.......... Error! Bookmark not defined.

G.

Analisis Biaya....................................... Error! Bookmark not defined.

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ............................................... Error! Bookmark not defined.
B.

Saran ..................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ......................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.

1

DAFTAR TABEL

Tabel

Teks

1. Area pertanian organik dengan sertifikasi PAMOR ..

Halaman
Error! Bookmark not

defined.
2. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis basah Error! Bookmark
not defined.
3. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis kering .................. Error!
Bookmark not defined.
4. Kandungan hara beberapa pupuk kandang (dalam %) . Error! Bookmark not
defined.
5. Kandungan NPK digestate dalam bentuk padat dan cair .... Error! Bookmark
not defined.
Lampiran
6. Analisis biaya produksi pengolahan digestate. ............. Error! Bookmark not
defined.
7. Analisis kandungan Total solid digestate pada empat fraksi. ................ Error!
Bookmark not defined.
8. Pengujian alat pemeras/pressing digestate. .... Error! Bookmark not defined.
9. Penjadwalan kegiatan produksi pupuk organik digestate. .. Error! Bookmark
not defined.

1

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Teks

Halaman

1.

Tahap pembentukan biogas ........................

Error! Bookmark not defined.

2.

Digester biogas ...........................................

Error! Bookmark not defined.

3.

Manfaat Digestate ........................................ Error! Bookmark not defined.

4.

Diagram alir penelitian................................. Error! Bookmark not defined.

5.

Rancangan drum pengendapan .................... Error! Bookmark not defined.

6.

Rancangan saringan bertingkat digestate ..... Error! Bookmark not defined.

7.

Saringan bertingkat digestate ....................... Error! Bookmark not defined.

8.

Rancangan alat pemeras digestate ............... Error! Bookmark not defined.

9.

Empat fraksi pengendapan digestate............ Error! Bookmark not defined.

10. Grafik total solid digestate ........................... Error! Bookmark not defined.
11. Grafik total solid digestate setelah 6 bulan .. Error! Bookmark not defined.
12. Alat pemeras digestate ................................. Error! Bookmark not defined.
Lampiran
13. Pengadukan digestate pada metode pengendapan .... Error! Bookmark not
defined.
14. Penyaringan digestate dengan saringan bertingkat .... Error! Bookmark not
defined.
15. Penimbangan komponen cair digestate ........ Error! Bookmark not defined.
16. Penimbangan komponen padat digestate ..... Error! Bookmark not defined.

2

17. Pemerasan digestate ....................... Error! Bookmark not defined.

xviii

18. Digestate cair hasil pressing .......... Error! Bookmark not defined.
19. Digestate padat hasil pressing.....................

Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian organik di masa sekarang ini mulai digemari dan digalakkan di
Indonesia. Berdasarkan definisinya, pertanian organik merupakan pertanian yang
menggunakan pupuk dan pestisida organik. Pada tahun 2011 luas area pertanian
organik tersertifikat adalah 90.135,30 hektar dari jumlah area keseluruhan
225.062,65 hektar (Tabel 1). PAMOR adalah Penjaminan Mutu Organis
Indonesia, sebuah penjaminan partisipatif yang dikembangkan oleh Aliansi
Organis Indonesia (Statistik Pertanian Organik Indonesia, 2011, dalam
Mayrowani, 2012).

Tabel 1. Area pertanian organik dengan sertifikasi PAMOR
No.

Tipe Area Organik

Luas (Ha)

1.

Area tersertifikat

2.

Area dalam proses sertifikasi

3,80

3.

Area dengan sertifikat PAMOR

5,89

4.

Area tanpa sertifikat
Jumlah

Sumber: SPOI, 2011, dalam Mayrowani, 2012

90.135,30

134.717,66
225.062,65

2

Kekhawatiran masyarakat akan akibat buruk penggunaan bahan kimia menjadi
alasan utama pertanian organik semakin digemari. Banyak penelitian yang
mengungkapkan bahwa kandungan sayur dan buah hasil pertanian kimia
menimbulkan banyak masalah pada bidang kesehatan konsumen hasil pertanian,
bahkan Ratchel Carson secara dini sudah memperingatkan bahaya yang
ditimbulkan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan. Penulis buku Silent
Spring tersebut, yang merupakan salah satu ahli biologi kelautan mengungkapkan
bahwa pestisida sebagai salah satu paket pertanian modern memiliki dampak yang
bersifat toksik bagi organisme lain dan mengganggu ekologi tanaman (Suwantoro,
2008). Kerusakan lingkungan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia
juga membawa dampak yang sangat merugikan bagi para petani. Hal ini akan
berbanding terbalik jika penggunaan pupuk dan pestisida kimia diganti dengan
pupuk dan pestisida organik.

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik yang
berasal dari tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi
tanaman. Sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal
dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah.

Pupuk organik dikenal dengan nama pupuk kandang, dan yang paling sering
ditemui adalah pupuk kandang kotoran ternak seperti sapi, ayam, kambing, dan
hewan peternakan lainnya.

3

Limbah kotoran ternak sapi dapat dimanfaatkan sebagai biogas untuk menyalakan
kompor, lampu, dan sebagainya. Pemanfaatan energi biogas dengan digester
biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca,
mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan
panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan
pupuk cair (Hozairi dkk., 2012).

Bahan keluaran dari digester biogas (digestate) mempunyai sifat seperti kompos,
akan tetapi berwujud seperti lumpur sehingga menyulitkan dalam pengemasan dan
pengangkutan, untuk memudahkan pengemasan sludge perlu dipisahkan menjadi
bagian padatan dan cairan(Wahyuni dan Jamil, 2008).

Pemisahan pupuk cair dan padat juga dilakukan untuk mempermudah dalam
pemakaian di lahan pertanian, selain itu pemisahan ini juga bertujuan untuk
meningkatkan nilai ekonomis pupuk tersebut karena lebih mudah dalam
pengemasan dan penyimpanan. Jika sudah terpisah dalam kemasan tentu akan
lebih menarik saat dipasarkan.

Metode pengendapan, metode penyaringan serta metode pemerasan merupakan
cara untuk memisahkan cairan dan padatan digestate yang sederhana
dibandingkan dengan pemisahan digestate yang pernah dilakukan sebelumnya,
yaitu dengan sentrifusi, sehingga mudah diaplikasikan oleh para peternak sapi
skala rumah tangga. Harapannya agar setiap peternak mampu menyediakan
pupuk organik. Pembuangan kotoran sapi dari digester biogas mengandung air
yang cukup banyak karena pada saat memasukkan kotoran sapi ke dalam digester
dicampur dengan air untuk mempercepat proses biogas itu sendiri.

4

Digestate yang sudah terpisah akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para petani
untuk memanfaatannya sebagi pupuk di lahan pertanian mereka, baik itu dalam
bentuk padatan maupun cairan. Pupuk hasil digestate ini juga bisa menambah
pengahasilan bagi para peternak sapi selain dari produk utamanya, biasanya
mereka hanya mengandalkan daging sapi saja. Potensi nilai ekonomis ini
seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin agar menarik minat masyarakat
luas tentang digestate yang dulunya dikenal sebagai limbah dari limbah
peternakan.

Untuk mendapatkan pupuk organik padat dan cair hasil pembuangan digester
biogas perlu dilakukan kajian dalam hal pemisahan pupuk cair dan padat. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk dapat menjadi pertimbangan di masa
yang akan datang.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tujuan sebagai berikut:
1. Memisahkan komponen cair dan komponen padat dari pembuangan
digester biogas kotoran sapi (digestate) dengan metode pengendapan,
penyaringan/filtrasi, dan pemerasan (pressing).
2. Menentukan metode yang paling tepat di antara ketiga metode tersebut.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

5

1. Didapatkannya pupuk cair dan pupuk padat dari pembuangan digester
biogas kotoran ternak sapi.
2. Termanfaatkannya pembuangan digester biogas kotoran sapi sebagai
pupuk organik.
3. Mempermudah proses menghasilkan produk pupuk organik yang bisa
dipasarkan.
4. Solusi para peternak sapi untuk mengelola limbah ternak bernilai
ekonomis.

D. Hipotesis

Digestate bisa dipisahkan dengan menggunakan metode pengendapan,
penyaringan, dan pemerasan/pressing.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biogas dan Digester Biogas

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik seperti kotoran manusia, hewan, limbah domestik
(rumah tangga), sampah biodegradable, atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah
metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) (Wikipedia, 2014).

Pembentukan biogas dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi
tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik.
Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan
pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur
bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman komponen
monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi
bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula
sederhana pada tahap ini akan menghasilkan asam asetat, propionat, format,
laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hydrogen, dan amoniak.
Tahap metanogenik adalah tahap/proses pembentukan gas metan. Sebagai
ilustrasi dapat dilihat salah satu contoh bagan perombakan serat kasar (selulosa)
hingga terbentuk biogas (Gambar 1).

7

Selulosa
(C6H10O5)n + nH2O
selulosa

1. Hidrolisis

n(C6H12O6)
glukosa

Glukosa
(C6H12O6)n + nH2O
glukosa

2. Pengasaman

CH3CHOHCOOH
asam laktat
CH3CH2CH2COOH + CO2 + H2
asam butirat
CH3CH2OH + CO2
etanol

Asam Lemak dan
Alkohol

3. Metanogenik

4H2 + CO2
2H2O + CH4
CH3CH2OH + CO2
CH3COOH +CH4
CH3COOH +CO2
CO2 + CH4
CH3CH2CH2COOH + 2H2 + CO2
CH3COOH +CH4

Metan + CO2
(Sumber: FAO, 1978, dalam Sutarno dan Feris, 2007)
Gambar 1. Tahap pembentukan biogas
Kotoran dari 2 ekor ternak sapi atau 6 ekor ternak babi menghasilkan kurang lebih
2 m3 biogas per hari, kesetaraan 1 m3 biogas dengan sumber energi lain yaitu
sama dengan 0,46 kg LPG atau 0,62 liter minyak tanah atau 3,5 kg kayu bakar
(Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009).

Komponen utama biogas adalah CH4 (metana) ± 60 %, CO2 (karbon dioksida) ±
38 %, dan (N2, O2, H2, & H2S) ± 2 %. Biogas yang dihasilkan dari digester
dialirkan melalui pipa ke penampungan dan ke kompor biogas. Selain biogas,
hasil samping dari digester adalah sludge/digestate yang masih bisa dimanfaatkan
sebagai pupuk (Gambar 2).

8

Gambar 2. Digester biogas (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009)
Digester biogas adalah suatu alat pengolah bahan buangan/limbah organik
menjadi biogas. Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang menggantikan
bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara.

Untuk mengasilkan biogas dari sebuah digester, cara pengoperasian unit
pengolahan (digester) biogas skala rumah tangga tidak berbeda jauh dengan unit
digester lainnya. Langkah-langkah dalam pengoperasian digester adalah sebagai
berikut:
1. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan
biogas)
2. Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian (inlet)
sebanyak 2000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas
di dalam digester.
3.

Setelah kurang lebih 10 hari biogas yang terbentuk di dalam digester
sudah cukup banyak. Pada sistem pengolahan biogas yang menggunakan
bahan plastik, penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras

9

karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan
sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
4. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu
sebanyak kurang lebih 20 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan
bahan biogas berupa lumpur/sludge secara otomatis akan keluar dari
lubang pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas.
Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan sebagai
pupuk kandang/pupuk organik, baik dalam keadaan basah (cair) maupun
kering (padat) (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009).

B. Digestate

a. Definisi

Digestate adalah limbah dari pembuangan digester biogas yang berbentuk
lumpur/sludge. Digestate sering disebut juga dengan bio-slurry. Berdasarkan
jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya, digestate termasuk dalam
koloid dengan nama sol (gel). Satu kelompok dengan sol belerang, sol emas, cat,
tinta, kanji, lotion, putih telur, air lumpur, semir cair, dan lem cair. Digestate
sering disebut dengan sludge atau lumpur dikarenakan bentuknya yang bersifat
lumpur dan sulit dipisahkan.

Digestate dapat diartikan slurry atau lumpur yang dihasilkan dari campuran
kotoran dan air yang mengalami proses anaerob di reaktor. Bio-slurry mengalir
keluar dari outlet melalui overflow. Bio-slurry terdiri dari sebagian besar berupa
cairan (Anonim, 2011).

10

b. Karakteristik

Terdapat dua jenis digestate, yaitu cair dan padat. Digestate cair memiliki pH
7,9–8,3 dan tingkat kelembaban 90–93%. Digestate cair berwarna coklat/hijau
gelap, tidak mengeluarkan gelembung (bubble), tidak berbau, dan tidak
mengundang lalat. Jika digunakan langsung pada lahan, digestate cair memiliki
kandungan nitrogen efektif 100%. Jika dikeringkan dalam keadaan ternaungi dari
sinar matahari langsung, kandungan nitrogen efektif 85%. Digestate yang
dikeringkan dengan sinar matahari langsung hanya mengandung nitrogen efektif
sebesar 65%.

Digestate padat berwarna coklat gelap dengan ukuran yang tidak seragam, tidak
berbau, dan tidak mengundang lalat ataupun hama serangga seperti rayap.
Teksturnya lengket dan tidak mengkristal serta memiliki kapasitas menahan air
lebih baik. Secara fisik, biologi dan kimiawi, digestate padat lebih baik
dibandingkan dengan pupuk kandang (Anonim, 2011).

Hasil samping dari perlakuan digester dapat dimanfaatkan sebagai pupuk atau
pengondisi tanah untuk aplikasi pertanian atau sebagai bahan konstruksi seperti
agregat, ubin, atau balok yang permeable terhadap air untuk aplikasi teknik sipil.
Perkembangan yang cepat akan daur ulang dan pemanfaatan hasil samping dari
perlakuan lumpur limbah diperkirakan akan berlanjut pada masa yang akan dating
(Anonim, 2011).

Digestate mempunyai sifat seperti kompos, tetapi karena bentuknya lumpur
menyulitkan dalam pengemasan dan pengangkutan. Dengan demikian perlu

11

adanya pemisahan komponen padat dan komponen cair agar lebih praktis dalam
pengemasan dan penyimpanannya.

Menurut Williams dan Sandra (2011), digestate memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Bervariasi sesuai dengan bahan masukan dan kondisi tindakan.
2. Bahan kering rendah (biasanya antara 1–8% padatan).
3. Kadar air yang tinggi (92−99% cairan).
4. Materi tercerna misalnya lignin dan puing-puing sel.
5. Memiliki nutrisi anorganik (amonium-N dan P).
6. Mungkin mengandung unsur-unsur yang berbahaya misalnya logam berat.
7. Dapat dipisahkan menjadi serat dan fraksi cair.
8. Digolongkan sebagai limbah atau non-limbah.

c.

Potensi

Unsur hara yang ada dalam pupuk organik cair sebagian dapat langsung diserap
tanaman dan cepat terurai. Menurut Suzuki dkk., dalam penelitiannya di Vietnam
tahun 2001 (dalam Wahyuni dan Jamil, 2008), digestate yang berasal dari biogas
sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai mineral yang
dibutuhkan oleh tumbuhan seperti Fospor (P), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca),
Kalium (K), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).

Digestate dapat dijadikan pupuk organik, walaupun bentuknya berupa lumpur
(slurry). Lumpur dari biogas yang telah hilang gasnya merupakan pupuk organik
yang kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman seperti N, P, dan K.

12

Kandungan N, P, dan K dari lumpur yang dihasilkan dari biogas lebih meningkat
jika dibandingkan dari kotoran ternak yang langsung digunakan sebagai pupuk,
karena lumpur (slurry) dari biogas telah mengalami proses fermentasi.
Kandungan unsur hara pupuk organik padat dari limbah biogas dengan bahan
baku feses sapi, sebagai berikut: N 1,106%; P 0,2%; dan K 0,04% (Winarto,
2010). Sedangkan menurut Hidayati dkk. (2008) dalam Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, kandungan N-total, P2O5 dan K2O pada
lumpur dari substrat feses sapi perah berturut-turut sebagai berikut N (0,82%),
P2O5 (0,20%) dan K2O (0,82%) (Anonim, 2011).
Digestate cair maupun padat dikelompokkan sebagai pupuk organik karena
seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak dan
telah berfermentasi. Ini menjadikan digestate sangat baik untuk menyuburkan
lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya. Kandungan rata-rata
nitrogen digestate dalam bentuk cair lebih tinggi daripada dalam bentuk padat.
Perbandingan antara nutrisi pada digestate menunjukkan kandungan nitrogen
cenderung lebih tinggi dibandingan fosfor dan kalium, kecuali pada digestate babi
dalam bentuk padatan (Anonim, 2011).

Biogas sendiri memiliki nilai ekonomis yang bila dibandingkan dengan gas LPG
mampu menghemat biaya pembelian gas dalam kehidupan masyarakat. Namun,
pupuk digestate padat dan cair juga memiliki nilai ekonomis tinggi yang tidak
kalah dengan biogas yang menjadi produk utama dalam hal ini.

13

Analisis digestate yang dilakukan oleh program BIRU (biogas rumah) pada tahun
2011 menunjukkan kandungan C-organik, N-total, C/N, P2O5, dan K2O (Tabel 2
dan Tabel 3).

Tabel 1. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis basah
Analisis berbasis basah (%)
No.

Jenis digestate

Bahan
C-org

N-tot

C/N

P 2 O5

K2O

organik
1.

Digestate babi

-

52.28

2.72

21.43

0.55

0.35

2.

Digestate sapi

-

47.99

2.92

15.77

0.21

0.26

Sumber: Anonim, 2011
Tabel 2. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis kering
Analisis Berbasis Kering (%)
No.

Jenis digestate

Bahan
C-org

N-tot

C/N

P 2 O5

K2O

organik
1.

Digestate babi

65.88

15.60

1.57

9.97

1.92

0.41

2.

Digestate sapi

68.59

17.87

1.47

9.09

0.52

0.38

3.

Kompos/digestate
54.50

14.43

1.60

10.20

1.19

0.27

sapi
Sumber: Anonim, 2011

Analisis berbasis basah merupakan analisis yang ditujukan untuk mengetahui
kandungan nutrisi dalam bentuk cair, sedangkan analisis berbasis kering yaitu
analisis yang ditujukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam bentuk
padatan. C-organik merupakan kandungan karbon (C) di dalam bahan organik,

14

C/N yaitu perbandingan antara kandungan karbon (C) organik dengan nitrogen
(N) total.

Kandungan lain dari digestate adalah asam amino, asam lemak, asam organik,
asam humat, vitamin B-12, hormon auksin, sitokinin, antibiotik, nutrisi mikro
seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn) dan molybdenum (Mo)
(Sumber: Anonim, 2011).

Kandungan dari digestate ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
sebagai pupuk dan aktivator, pestisida, bahan pangan, dan media tanam/budi daya
(Gambar 3).

Manfaat Digestate

Pupuk&Aktivator

1. Pupuk Organik
2. Pupuk Hayati
3. Bio Aktivator
4. Pengatur
Pertumbuhan

Pestisida

1. Bio- Fungisida
2. Bio- Insektisida
3. Pelindung
Benih

Bahan Pakan

1. Ayam
2. Bebek
3. Ikan
4. Kelinci
5. Cacing
Tanah

Media Budidaya

1. Hidroponik
2. Budidaya
Jamur

Gambar 3. Manfaat Digestate (Anonim, 2011)
Menurut Wiliams dan Sandra (2011), potensi pasar untuk digestate adalah sebagai
berikut:
1. Aplikasi lahan misalnya pupuk.
2. Conditioner tanah.

15

3. Dikonversi ke kompos.
4. Media tumbuh tanaman.
5. Proyek regenerasi tanah.
6. Bahan bangunan (dipres menjadi blok).
7. Dikeringkan dan dibuat untuk digunakan sebagai bahan bakar padat atau
pupuk kering.

d.

Permasalahan Digestate

Jumlah digestate yang dikeluarkan per ekor sapi adalah 0,08 m3/ekor/hari, dengan
jumlah kotoran basah 0,034 m3. Sisa kotoran padat yang terkumpul di dalam bak
pengendapan setelah agak kering dapat dijadikan kompos (Rachmawati dkk.,
2008).

Digestate (lumpur sisa pembuatan biogas) sudah mempunyai sifat seperti kompos,
tetapi karena bentuknya lumpur akan menyulitkan dalam pengemasan dan
pengangkutan. Dalam hal ini, sebaiknya digestate dipisahkan menjadi bagian
padatan dan cairan. Bagian padatan disebut pupuk organik padat dan bagian
cairan disebut pupuk organik cair (Siregar, 2009).

Permasalahan yang terjadi di peternakan warga biasanya tidak dimanfatkannya
sludge pembuangan digester biogas (digestate) sebagai pupuk organik, yang mana
umumnya langsung dibiarkan mengalir ke saluran pembuangan menuju tempat
penampungan akhir. Menurut Peraturan Pemerintah RI No 82 tahun 2001 yang
dimaksud dengan air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan
yang berwujud cair. Dilihat dari hal tersebut, digestate merupakan limbah sisa

16

dari digester biogas yang perlu dikelola lebih lanjut agar tidak mencemari
lingkungan di sekitarnya.
Pemisahan dengan Metode Pengendapan

Dalam proses sedimentasi hanya partikel-partikel yang lebih berat dari air yang
dapat terpisah, misalnya lumpur. Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel
dari fluidanya (air) yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi atau centrifugal (Rushton
et al, 1996 dalam Setiawan dan Bayu, 2010).

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi proses sedimentasi antara lain adalah
ukuran partikel padat, densitas partikel padat, dan kekentalan fluida. Faktor lain
yang mempengaruhinya yaitu bentuk partikel padat dan orientasinya, distorsi
partikel padat yang bisa berubah bentuk, persinggungan atau benturan antar
partikel padat untuk yang berkonsentrasi tinggi, kedekatan partikel padat terhadap
dinding kolam sedimentasi, dan arus konveksi likuida. Bhargava dan Rajagopal
(1990) mendapatkan kolerasi antara kurva pemisahan (pengendapan) total dengan
distribusi ukuran partikel dan berat jenis partikel padat (Haryati, 2010).

C. Pemisahan dengan Metode Penyaringan/Filtrasi

Filtrasi adalah operasi pemisahan campuran heterogen antara fluida dengan
partikel-partikel padatan oleh media filter yang meloloskan fluida tetapi menahan
partikel-partikel padatan, dengan cara melewatkan fluida melalui suatu media
penyaring atau septum yang dapat menahan padatan. Fluida mengalir melalui
media filter karena adanya perbedaan tekanan pada media tersebut. Oleh karena
itu, berdasarkan filter yang digunakan, filter terdiri atas dua macam, yaitu filter

17

yang beroperasi pada tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer di sebelah
hulu filter yang disebabkan oleh adanya gravitasi atau disebut filtrasi gravitasi,
dan yang beroperasi dengan tekanan atmosfer di sebelah hulu dan vakum di
sebelah hilir atau disebut dengan filtrasi sistem vakum (Pinalia, 2011).

Filtrasi adalah suatu prose pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang
membawanya menggunakan suatu media berpori atau bahan berpori lain untuk
menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid.
Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter sehingga akan
terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang kedalaman media
yang dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan untuk memisahkan
partikulat semua ukuran termasuk di dalamnya algae, virus, dan koloid-koloid
tanah (Selintung dan Syahrir, 2012).

D. Pemisahan dengan Metode Pemerasan/Pressing

Teknik pemerasan dapat digunakan untuk mengekstrak suatu senyawa organik
yang berbentuk cairan atau padatan dari bahan yang berbentuk padatan. Metode
pemerasan mempunyai keunggulan yaitu tidak meninggalkan residu pelarut dalam
bahan yang diekstrak dan sangat cocok diterapkan pada industry makanan
(Damayanti, 2013)

18

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan September 2014 di
Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian (DAMP) dan Laboratorium
Teknik Sumber Daya Air dan Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandarlampung.

B.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kotoran sapi hasil pembuangan
digester biogas(digestate). Alat yang digunakan untuk metode pengendapan yaitu
lima buah drum plastik 120 liter, pipa paralon ukuran 0,75 inch, tongkat
pengaduk, 4 buah cawan, oven, desikator, timbangan, dan gayung. Untuk metode
penyaringan yaitu ember, 3 buah potongan paralon 4 inch, dan 3 buah saringan
dengan mesh berbeda. Untuk metode pemerasan (pressing) digunakan besi siku,
besi pipa, besi behel, besi plat, las listrik, gerinda, besi cuter, baut, dan mur yang
kemudian dirancang menjadi sebuah alat press.

C. Metode Penelitian
a.

Persiapan Alat dan Bahan

Penelitian ini dimulai dengan tahap-tahap seperti yang diberikan dalam gambar 4.

19

Mulai

Permasalahan

Tinjauan Literatur

Pengumpulan
digestate

Penyediaan Alat

Perancangan Alat

Drum Pengendapan

Saringan Bertingkat

Pengambilan Data

Pencatatan dan
Analisis Data

Selesai
Gambar 1. Diagram alir penelitian

Alat Press

20

Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan digestate sebagai bahan penelitian
yang akan diproses menjadi pupuk padat dan cair, kemudian mempersiapkan
bahan-bahan material alat untuk dirancang sebagai drum pengendapan, saringan
bertingkat, dan alat pemeras digestate. Bahan material dirancang menjadi sebuah
alat pemeras digestate. Desain alat pemeras ditentukan dengan fungsi paling
efektif dalam hal keberhasilan alat serta efesiensi.

b.

Rancangan Alat

Perancangan alat pengendapan ini menggunakan drum plastik yang dirangkai
sedemikian rupa yang mampu mengendapkan komponen padat dan mengalirkan
komponen cair hingga pada drum III, yang berarti drum I dan drum II memiliki
dua fase komponen padat dan komponen cair, dan drum III memiliki komponen
cair yang sempurna.

Drum I

Drum II

Drum III
Gambar 2. Rancangan drum pengendapan
Pada penyaringan bertingkat, rancangan alat disusun sebanyak 3 saringan dengan
mesh screen yang berbeda, yaitu mesh 60, mesh 80, dan mesh 100. Harapannya,

21

cairan yang keluar pada ember penampungan lebih bersih dari komponen padat
digestate.

Gambar 3. Rancangan saringan bertingkat digestate
Screen saringan dipasang pada setiap ujung bawah paralon, dan disambung pada
ujung atas paralon lainnya sampai semua paralon tersambung bertingkat. Selain
menggunakan paralon sebagai alat penyaring digestate ini, dirancang juga alat
penyaring menggunakan ember cat bekas (Gambar 7).

Gambar 4. Saringan bertingkat digestate

22

Rancangan alat pemeras digestate didesain menggunakan tenaga manusia untuk
memeras bahan yang akan diperas dan dapat memisahkan komponen padat dan
komponen cair yang akan menjadi bahan pupuk organik (Gambar 8).

Gambar 5. Rancangan alat pemeras digestate
Rancangan alat pemeras ini memiliki dimensi rangka 1 m x 0,45 m, bak tempat
meletakkan bahan yang akan diperas 0,45 m x 0,5 m. Tinggi bak dengan kaki
adalah 0,20 m dan diantara keduanya diberi plat untuk mengalirkan komponen
cair ke wadah pengemasan. Plat penekan menyatu dengan tongkat handle dengan
panjang 50 cm dan lebar 45 cm, dan panjang handle adalah 130 cm. Di bagian
atas plat penekan diberi engsel yang berfungsi untuk menyesuaikan letak plat
dengan permukaan atas bahan yang akan diperas, tujuannya untuk mengurangi
kehilangan gaya tekanan karena tidak meratanya plat dengan permukaan bahan.
Pada pangkal tongkat handle didesain dengan menggabungkan tongkat pada tiang
penopang handle yang disatukan dengan baut agar mudah saat menaikkan dan
menurunkan tongkt handle untuk memberi tekanan pada bahan yang akan diperas.

23

c.

Desain Fungsional

Desain fungsional pada drum pengendapan yaitu:
- Drum I berfungsi sebagai tempat pengendapan digestate.
- Drum II berfungsi sebagai tempat pengendapan digestate lanjutan.
- Drum III berfungsi sebagai tempat komponen cair digestate.
- Pipa paralon berfungsi untuk mengalirkan komponen cair dari drum I ke
drum II dan dari drum II ke drum III.
Desain fungsional pada alat penyaringan yaitu:
- Ember/paralon berfungsi sebagai tempat pengumpanan digestate yang
akan disaring yang disusun bertingkat.
- Screen berfungsi sebagai penyaring digestate.
- Pipa pvc (pada ember penyaringan) berfungsi sebagai tempat screen
dipasang.
Desain fungsional pada alat pressing yaitu:
- Rangka berfungsi sebagai kaki untuk menopang semua komponen alat.
- Rak pemeras sebagai tempat meletakkan bahan yang akan diperas.
- Tongkat handle sebagai pemberi tekanan pada plat penekan.
- Plat penekan berfungsi untuk menekan bahan.
- Corong keluaran berfungsi untuk mengalirkan komponen cair ke dalam
wadah yang telah disediakan.

d. Pelaksanaan Pengujian

Pengujian dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja alat. Bertujuan untuk
mengetahui efektivitas dan efisiensi alat dalam proses pengendapan,

24

penyaringan/filtrasi, dan pemerasan/pressing. Keberhasilan sedimentasi
komponen padat yang mengendap dengan metode pengendapan, penyaringan
komponen padat yang tersaring serta komponen cair yang lolos dari screen
saringan, serta keberhasilan komponen cair yang tidak mengandung padatan yang
dialirkan dengan metode pemerasan.

e. Pengamatan

Pada metode pengendapan, pengamatan dilakukan pada drum pengendapan
dengan menghitung total solid yang mengapung pada permukaan digestate,
dengan demikian akan diketahui penurunan total solid yang terdapat di permukaan
digestate.

Pada metode penyaringan, pengamatan dilakukan pada keberhasilan lolosnya
komponen cair dari screen dengan mesh yang berbeda, dan hasil cairan yang
sedikit mengandung padatan digestate.

Pada metode pemerasan/pressing, pengamatan dilakukan pada hasil perasan
digestate yang meliputi jumlah komponen padat dan cair yang terpisah, kapasitas
alat dalam memeras digestate, dan analisis biaya alat.
1. Jumlah komponen cair dan padat digestate
Hasil pemisahan ini akan diukur dan dihitung persentase komponen padat dan
komponen cairnya, kemudian pada komponen padat akan dihitung berapa
persentase komponen cair yang masih tersisa.
2. Kapasitas alat dalam memeras digestate

25

Dilakukan percobaan pengendapan, penyaringan dan pemerasan/pressing
digestate dengan volume yang berbeda untuk menentukan kapasitas ideal alat
yang paling efektif dan efisien.
3. Analisis Biaya
Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui komponen yang akan dihitung untuk
memberikan informasi tentang nilai ekonomi teknik dari alat dan produktivitas
alat dalam menghasilkan keuntungan pembuatan pupuk organik digestate.

Komponen biaya tetap alat yang dihitung hanyalah biaya penyusutan, dihitung
menggunakan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut:
P–S
D=

…………………………….…. (1)

N
D
P
S
N

= Biaya penyusutan tiap tahun (Rp/tahun)
= Harga Awal (Rp)
= Harga Akhir (Rp)
= Perkiraan Umur Ekonomis (Tahun)

Untuk biaya tidak tetap alat, meliputi biaya perbaikan/perawatan dan biaya
operator alat. Biaya pemeliharaan/perawatan dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
1.2
PPa =
100
PPa
P
S
Wt

=
=
=
=

P-S
x

x Wt ….……… (2)

100 Jam

Biaya perbaikan dan pemeliharaan pertahun (Rp/tahun)
Harga pembelian alat (Rp)
Nilai akhir alat, 10% dari harga pembelian awal (Rp)
Jam kerja pertahun (jam/tahun)

Analisis biaya pemerasan digestate dihitung dengan asumsi jam kerja 8 jam
sehari, dengan latar belakang penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung

26

Selatan, maka Upah operator (Uop) berdasarkan UMR Lampung Selatan pada
tahun 2014 yaitu Rp. 1.402.500/bulan atau sebesar Rp. 54.000,-/hari, untuk biaya
operator bisa dihitung dengan persamaan berikut:
BO = Wt x Uop …..………………………. (3)
BO
Wt
Uop

= Biaya Operator (Rp/tahun)
= Jam kerja pertahun (jam/tahun)
= Upah operator/jam (Rp/jam)

Biaya total dihitung dengan persamaan :
B = BT + BTT …………………………..… (4)
B
BT
BTT

= Biaya Total (Rp/tahun)
= Biaya Tetap pertahun (Rp/tahun)
= Biaya Tidak Tetap pertahun (Rp/tahun)

Sumber bahan baku digestate ini yaitu dari peternak yang memanfaatkan digester
biogas, dengan asumsi bahan didapatkan seharga Rp. 0 atau dengan kata lain tidak
dibeli. Setelah dipisahkan antara pupuk padat dan cari, pupuk organik akan
dikemas dalam botol air mineral dan plastik. Biaya pengemasan produk yang
diperlukan sebesar Rp. 10.000 setiap pengemasan untuk pembelian plastik
kapasitas 5 kg, sedangkan untuk botol plastik didapatkan dengan biaya Rp 0
karena hanya menggunakan botol air mineral bekas.

f.

Analisis Data

Data-data hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh selanjutnya dianalisis
serta disajikan dalam bentuk hasil dan pembahasan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1.

Digestate memiliki fraksi padat (Total solid) 9, 77 %, dan fraksi cair (total
liquid) 90, 23%.

2.

Metode pengendapan dan penyaringan tidak efektif dan tidak efisien dalam
pemisahan komponen padat dan cair digestate.

3.

Metode yang paling efektif dan efisien dari ketiga metode yang dilakukan
adalah dengan cara pemerasan (pressing).

4.

Komponen padat dan cair digestate yang berhasil dipisahkan memiliki
persentase 64,7% : 33,8% dengan persentase kehilangan 1,5%.

B. Saran

1.

Digestate bisa diolah menjadi pupuk organik padat dan cair, oleh sebab itu
penanganan yang lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan nilai ekonomi
digestate.

2.

Rancangan alat pemeras pada penelitian ini masih memiliki kekurangan,
diperlukan penyempurnaan alat agar lebih efektif dan efisien.

3.

Untuk mengetahui kualitas dari pupuk digestate ini perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh pemberian pupuk digestate pada tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tentang Bio-Slurry. National Biogas Rumah (BIRU). 27 April
2014 http://www.biru.or.id/index.php/digestate/.
Damayanti, C. 2013. Ekstraksi Senyawa Organik. 19 Desember 2014
http://chotnidadamayanti.blogspot.com/2013/12/ekstraksi-senyawaorganik.html.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2009. Pemanfaatan Limbah dan Kotoran
Ternak Menjadi Energi Biogas. Hal. 1–4. Seri Bioenergi Perdesaan. .
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Departemen Pertanian.
Haryati, S. 2010. Studi Pengaruh Waktu Pengendapan dan Konsentrasi Awal
Partikel Padat Limbah dari Outlet Flokulator Terhadap efisiensi Pengendpan
Limbah pada Sistem Utilitas PUSRI-III. Jurnal Purifikasi, Vol 11. No. 1 :
61–70.
Hidayati, Y. A., E. T. Marline. A. K. Tb. Benito, dan E Harlie. 2008. Analisis
Kandungan N, P dan K pada Lumpur Hasil Ikutan Gasbio (Sludge) yang
Terbuat dari Feses Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Bandung. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIII, No.6 : 299-303
Hozairi, Bakir dan Buhari. 2012. Pemanfaatan Kotoran Hewan Menjadi Energi
Biogas untuk Mendukung Pertumbuhan UMKM di Kabupaten Pamekasan.
Prosiding InSINas 2012 : EN93–EN98. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat - Universitas Islam Madura. Pamekasan
Madura.
Mayrowani, H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. Forum
Penelitian Agro Ekonomi Vol. 30 No. 2 : 91– 108.
Pinalia, A. 2011. Kajian Metode Filtrasi Gravitasi dan Filtrasi Sistem Vakum
untuk Proses Penyempurnaan Rekristalisasi Amonium Perkolat. Majalah
Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 3 : 113–121.

Rachmawati, S., T. B. Murdiati, dan J. Djuariah. 2008. Upaya Penanganan
Limbah Kotoran Ternak Sapi Perah Melalui Bak Penampungan. Jurnal.
Hal. 975–981. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.

Selintung, M., dan S. Syahrir. 2012. Studi Pengolahan Air Melalui Media Filter
Pasir Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung). Prosiding Hasil Penelitian
Fakultas Teknik Vol. 6 : 1-10
Setiawan A., dan H. N. Bayu. 2010. Karakteristik Proses Klarifikasi dalam
Sistem Nitrifikasi Denitrifikasi untuk Pengolahan Limbah Cair dengan
Kandungan N-NH3 Tinggi. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.
Siregar, Y. K. S. 2009. Analisis Kelayakan Pengusaha Sapi Perah dan
Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos.
Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Suriadikarta, D. A., dan D. Setyorini. 2005. Baku Mutu Pupuk Organik dalam
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. (Editor R.D.M. Simanungkalit, D. A.
Suriardikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, W. Hartatik). Balai Bsar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor : 231244
Sutarno dan F. Feris. 2007. Analisis Prestasi Produksi Biogas (CH4) dari
Polythilene Biodigester Berbahan Baku Limbah Ternak Sapi. LOGIKA Vol.
4 No. 1 : 31–37
Suwantoro, A. A. 2008. Analisis Pengembangan Pertanian Organik di
Kabupaten Magelang. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Program
Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang
Syamsuddin, A., R. Mappangaja, dan A. Natsir. 2011. Analisis Manfaat
Program Biogas Asal Ternak Bersama Masyarakat (BATAMAS) Kota
Palopo. Hal. 1-18. Palopo.
Wahyuni, S dan J. Musanif. 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair dan Pupuk
Organik Padat dari Keluaran Digester Biogas. Hal. 1–10. Jakarta.
2014 pukul 05:31:36 Wib.

3

Williams, J dan E. Sandra. 2011. Digestates: Characteristics, Inaugural
Processing and Utilisation. Hal. 1–33. Bio-Methane Regions Event
Training the Trainers. University of Glamorgan. South Wale.
Winarto, F. 2010. Penambahan Tepung Darah dalam Pembuatan Pupuk
Organik Padat Limbah Biogas dari Feses Sapi dan Sampah Organik
Terhadap Kandungan N, P dan K. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil
Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.