Semua variabel stasioner pada derajat yang sama, yaitu derajat satu lampiran 2. Oleh karena itu uji kointegrasi dapat dilakukan melalui uji Johansen
Cointegration Test dengan menggunakan panjang lag optimum 2.
Tabel 6. Johansen Cointegration Test
Hypothesized No. of CEs
Eigenvalue Trace Statistic
Critical Value
5 Critical
value 1 None 0.619113
243.4015 192.89 204.95
At most 1 0.473803
171.0075 156.00
168.36 At most 2
0.357543 122.8515
124.24 133.57
At most 3 0.300267
89.66737 94.15
103.18 At most 4
0.272321 62.88810
68.52 76.07
At most 5 0.230248
39.04598 47.21
54.46 At most 6
0.141412 19.41949
29.68 35.65
At most 7 0.099644
7.984564 15.41
20.04 At most 8
0.001494 0.112156
3.76 6.65
Sumber: Lampiran 6 Catatan :signifikan pada taraf nyata 5 dan 1
Tabel 6.
menunjukkan hasil
Johansen Cointegration Test yang digunakan
untuk mengetahui jumlah persamaan kointegrasi yang terdapat di dalam sistem. Jika Trace Statistic Critical Value maka persamaan tersebut terkointegrasi.
Dengan demikian Ho = non kointegrasi dengan hipotesis alternatifnya H =
kointegrasi. Jika Trace Statistic Critical Value maka kita tolak Ho atau terima H
yang artinya terjadi kointegrasi. Hasil uji Johansen menunjukkan terdapat dua persamaan kointegrasi r = 2 yaitu saat nilai Trace Statistic lebih besar daripada
nilai kritisnya. Diketahui r = 2 maka model yang digunakan adalah VECM.
4.2 Integrasi Indeks Harga Saham Gabungan Dengan Indeks Bursa Saham
Regional
Integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua pembatasan-
pembatasan yang dibuat terhadap bekerjanya perdagangan bebas dengan jalan memasukkan semua bentuk-bentuk kerja sama dan unifikasi. Integrasi dapat
dipakai sebagai alat untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nasional Djamalius dalam Hanie 2006,
sedangkan menurut Zarwin dalam Hanie 2006, integrasi adalah sebagai proses dan alat yang dipakai oleh sebuah kelompok negara untuk meningkatkan
kesejahteraan bersama. Integrasi ini dapat terwujud apabila ada kerja sama antar negara, baik itu negara lemah maupun kuat.
Selain itu menurut Atmadja 2005 dalam jurnalnya berjudul “Are The Five Asean Stock Price Indices Dynamically Interacted ?
” yang meneliti interaksi dinamis antara indeks harga saham yang terdapat di lima negara ASEAN, yaitu
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand menunjukkan adanya interaksi dinamis jangka pendek diantara pasar saham tersebut. Implikasi penting
yang mungkin perlu diperhatikan dari penemuan ini adalah bahwa diversifikasi portofolio saham pada lima pasar saham tersebut agaknya tidak akan secara
signifikan mengurangi tingkat resiko investasi. Hal ini dikarenakan oleh tingginya tingkat integrasi diantara pasar saham tersebut.
Menurut Oemar 2007, persaingan di tingkat ASEAN juga didasari oleh suatu kepastian hukum dan persaingan yang sehat di antara pelaku bisnis di
kawasan ASEAN. Perlunya dikembangkan sistem hukum yang efektif untuk mendorong peningkatan persaingan kegiatan bisnis di kawasan tersebut.
Dalam pasar yang terintegrasi, menurut Oemar 2007 seperti AFTA Asean Free Trade Area memerlukan hukum khusus persaingan yang mengatur
perjanjian horizontal dan vertikal, posisi dominan serta penyalahgunaan posisi dominan di kawasan ASEAN. Melalui hukum persaingan Asean akan bisa
mendorong perubahan ekonomi ke arah yang lebih baik, menjamin kepastian hukum dan memberikan persaingan sehat bagi semua pelaku bisnis.
Pendirian Asean antara lain bertujuan untuk memperkuat integrasi ekonomi ditingkat regional. Dalam kondisi seperti itu, diperlukan satu sistem
hukum untuk mendorong pelaksanaan liberalisasi investasi dan perdagangan di kawasan Asean. Singapura dan Vietnam merupakan negara yang telah
mengembangkan hukum persaingan di negara mereka masing-masing sejak tahun 2004 dan mulai berlaku efektif pada bulan Juli 2005.
Beberapa negara anggota Asean seperti Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar yang selama ini menganut sistem ekonomi tertutup sudah mulai masuk
ke ekonomi pasar. Dalam sistem ekonomi pasar, maka diperlukan kepastian hukum persaingan supaya tidak ada diskriminasi terhadap pelaku usaha yang akan
melakukan kegiatan bisnis di kawasan Asean Oemar, 2007. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasar saham Indonesia, Singapura
memiliki tingkat integrasi yang tinggi. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan yang menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan atau hubungan integrasi
yang tinggi antara pasar saham Indonesia dan Singapura. Integrasi IHSG dengan Indeks Bursa Saham Regional dalam penelitian ini
adalah penyatuan bursa-bursa saham. Selain dilihat dari faktor harga saham juga dilihat dari faktor tingkat inflasi dan faktor tingkat suku bunga. Negara yang
dianalisis selain Indonesia dan Singapura adalah Hongkong. Adanya penyatuan
atau integrasi ini dapat mempengaruhi perkembangan pasar modal di masing- masing negara.
Harga saham, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap ketiga faktor tersebut di negara lainnya. Misalnya harga
saham di Hongkong Hangseng mengalami penurunan, begitupun dengan harga saham di Singapura STI yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham
di Indonesia IHSG.
4.3 Hasil Estimasi Model Vector Error Correction