California Bearing Ratio CBR

Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan blow dan penetrasi dari konus kerucut logam yang tertanam pada tanahlapisan pondasi karena pengaruh penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus, pembacaan penetrometer diubah menjadi pembacaan yang setara dengan nilai CBR. Berdasarkan hasil dari penelitian yang lampau, banyak hubungan DCP dan CBR digambarkan pada rumus berikut ini: LogCBR = a + b log DCPI Dimana: DCPI = nilai DCP mmblow. a = nilai konstanta antara 2,44 – 2,60 b = nilai konstanta antara 1,07 – 1,16 Transport And Road Research Laboratory mengembangkan prosedur pengujian lapis perkerasan dengan DCP, menggunakan beberapa hubungan sebagai berikut : - Van Buuren, 1969, Konus 60 o , Log CBR = 2,632 – 1,28 Log DCP - Kleyn Harden, 1983, Konus 30 o , Log CBR = 2,555 – 1,145 Log DCP - Smith Pratt, 1983, Konus 30 o , Log CBR = 2,503 – 1,15 Log DCP - TRL, Road Note 8, 1990, Konus 60 o , Log CBR = 2,48 – 1,057 Log DCP . Sampai saat ini alat DCP yang sudah banyak dikenal dan digunakan adalah DCP yang diperkenalkan oleh TRL yang dilaporkan pada Overseas Road Note 31, grafik hubungan yang digunakan adalah perumusan dari Smith Pratt, 1983 untuk konus 30 o dengan persamaan Log CBR = 2,503 – 1,15 Log DCP dan TRL, 1990, untuk konus 60 o dengan persamaan Log CBR = 2,48 – 1,057 Log DCP, sebagai berikut : Gambar 2.5. Grafik Ketentuan Untuk Konversi Hasil Uji DCP Dengan Konus 30° dan 60°. Hal penting yang harus diperhatikan adalah pembacaan penetrasi saat uji DCP harus mencapai kedalaman 800mm, dengan catatan bahwa pembacaan penetrasi awal pada 0 pukulan sangat jarang tepat berada pada kedalaman 0 mm. Untuk mendapatkan nilai indeks DCP, jumlah pukulan yang diperlukan untuk mencapai kedalaman 800 mm sangat diperlukan. Biasanya, bila tidak mencapai kedalaman 800 mm, catatan pembacaan penetrasi akan menyimpang karena berdasarkan pembacaan penetrasi terakhir atau perkiraan jumlah penetrasi tertentu yang diinginkanGreen Plessis,2009. Tetapi harus ditekankan bahwa nilai CBR yang ditetapkan demikian merupakan nilai setempat. Telah diketahui benar-benar bahwa kapasitas dukung dari setiap tanah dapat dinaikkan besar sekali, pada dasarnya dengan dua cara: i dengan pemadatan dan ii dengan menggunakan drainase yang tepat. Pada umumnya kerapatan setempat dari setiap tanah asli berkisar antara 75 - 85 dan dengan pemadatan, kerapatan dapat dinaikkan sampai 90 - 100 dari kerapatan maksimum. Dengan cara ini kapasitas dukung dapat ditingkatkan. Jadi nilai CBR yang diperoleh dari sumber bahan tempat yang potensial dengan menggunakan DCP dapat dianggap aman. Selama pengujian DCP, harus juga diperhatikan mengenai kondisi drainase di lapangan. Kebanyakan tanah adalah peka terhadap drainase dan khususnya tanah dengan CBR yang rendah - tanah liat, lumpur, pasir halus sampai medium, yang mengandung lempung danatau lumpur – sangat tergantung pada kadar airnya. Jika tanah semacam itu pada kondisi kenyang air karena drainasenya jelek, maka beberapa tanah tersebut hampir kehilangan sama sekali seluruh kapasitas dukungnya. Kerikil, pasir dan bahkan lumpur atau pasir berlempung adalah kurang mudah diserang dan dapat bertahan terhadap kondisi drainase yang jelek. Masalah ini akan terlihat pada saat pembacaan DCP diplotkan dalam grafik hubungan kedalaman penetrasi dan jumlah pukulan, ketika sudut kemiringan grafik pada lapisan tertentu tampak jauh lebih kecil dibandingkan lapisan lainnya.