Growth Performance of Giant Gourami Osphronemous goramy Juvenile to Recombinant Growth Hormone by Immersion and Different Aquarium-rearing Period.

KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAME YANG DIBERI
PERENDAMAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN DENGAN
MASA PEMELIHARAAN BERBEDA DI AKUARIUM

WAHYUNI FANGGI TASIK

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Kinerja
Pertumbuhan Benih Ikan Gurame yang Diberi Perendaman Hormon
Pertumbuhan Rekombinan dengan Masa Pemeliharaan Berbeda di
Akuarium” adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Wahyuni Fanggi Tasik
C151090251

RINGKASAN
WAHYUNI FANGGI TASIK. Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Gurame yang
Diberi Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan dengan Masa
Pemeliharaan Berbeda di Akuarium. Dibimbing oleh: ALIMUDDIN, DINAR TRI
SOELISTYOWATI, dan MIA SETIAWATI
Pertumbuhan yang lambat pada ikan gurame merupakan permasalahan
utama dalam pengembangan budidayanya. Waktu pemeliharaan yang lama sudah
tentu akan meningkatkan resiko dan biaya produksi. Oleh karena itu, diperlukan
suatu teknologi untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan gurame. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kinerja pertumbuhan benih ikan gurame terhadap
perendaman dalam hormon pertumbuhan rekombinan ikan gurame (rOgGH)
dengan dosis 120 mg/L selama 60 menit pada stadia benih (2 hari setelah mulai

makan) dan pada saat yang sama juga untuk mengevaluasi lama pemeliharaan
yang tepat dalam akuarium.
Hasil aplikasi rOgGH menunjukkan adanya peningkatan level ekspresi
mRNA IGF-I sesaat setelah perendaman yaitu sebesar 208,3% dibandingkan
dengan kontrol (sebelum direndam) dan setelah 24 jam kembali pada level awal.
Demikian, pada analisis aktivitas enzim lipase tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada ikan yang telah direndam dalam rOgGH dan kontrol BSA yaitu
masing-masing 0,055 unit/menit.g bobot tubuh dan 0,053 unit/menit.g bobot
tubuh. Selanjutnya, ditemukan adanya perubahan pemanfaatan pakan serta
penyimpanan lemak, protein dan karbohidrat. Hasil menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan (P < 0,05) untuk nilai retensi nutrien antara perlakuan
perendaman dalam rOgGH dengan perlakuan kontrol BSA. Ikan yang telah
direndam dalam rOgGH memiliki retensi lemak yang lebih tinggi (15,92±0,37%)
jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol BSA (6,52±0,38%). Untuk retensi
protein, perlakuan perendaman dalam rOgGH juga memiliki nilai yang lebih
tinggi yaitu 23,58±2,33% jika dibandingkan dengan kontrol BSA yang memiliki
nilai retensi sebesar 19,75±1,00%. Perlakuan perendaman dalam rOgGH memiliki
nilai retensi karbohidrat (diwakili oleh kandungan BETN dalam tubuh) yang lebih
kecil yaitu sebesar 2,86±0,21% jika dibandingkan dengan kontrol BSA
10,63±0,92%.

Pengamatan terhadap nilai efisiensi pakan menunjukkan bahwa perlakuan
perendaman dalam rOgGH tidak memberikan pengaruh yang signifikan secara
statistika(P>0,05) dibandingkan dengan kontrol BSA pada ketiga jenis pakan.
Pada pakan cacing, nilai efisiensi pakan yang didapatkan untuk ikan yang
direndam dalam rOgGH adalah 14,8±5,6% dan ikan kontrol BSA adalah
12,7±5,0%. Demikian juga halnya dengan pakan pelet halus/crumble masingmasing 51,6±17,8% dan 41,9±13,6%, serta pelet kecil berukuran sekitar 2mm
adalah 66,8±9,0% dan 54,8±10,0%. Perlakuan yang memberikan pengaruh yang
signifikan adalah lama pemeliharaan dalam akuarium, terlihat ikan yang
dipelihara selama 2 minggu dalam akuarium memiliki nilai efisiensi pakan yang
tertinggi untuk pakan cacing dan pelet halus/crumble yaitu sebesar 17,7±2,8% dan
60,5±7% jika dibandingkan dengan ikan yang dipelihara selama 3 dan 4 minggu
dalam akuarium dengan nilai efisiensi yang didapat masing-masing sebesar

15,6±2,1% dan 7,9±4,4% untuk pakan cacing serta 30,7±5,0% dan 49,0±16,5%
untuk pakan pelet halus/crumble. Efisiensi pakan pelet ketiga perlakuan lama
perendaman dalam akuarium tidak memberikan pengaruh yang signifikan
(P>0,05).
Perendaman dalam rOgGH diharapkan dapat meningkatkan laju
pertumbuhan ikan, tetapi hasil yang didapatkan ternyata tidak berbeda (P > 0,05)
dengan ikan kontrol BSA yaitu sebesar 8,7±0,3% dan 8,4±0,3%. Lama

pemeliharaan dalam akuarium terlihat memberikan pengaruh yang signifikan (P <
0,05) terhadap laju pertumbuhan ikan, terlihat kelompok ikan yang dipelihara
selama 2 minggu dalam akuarium memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat
yaitu sebesar 8,7±0,2% jika dibandingkan dengan kelompok ikan yang dipelihara
selama 3 dan 4 minggu dengan nilai masing-masing sebesar 8,3±0,1% dan
8,6±0,5%.
Hasil penelitian juga menunjukkan perendaman dalam rOgGH tidak
memberikan pengaruh yang signifikan (P > 0,05) jika dibandingkan dengan nilai
kelangsungan hidup ikan yang direndam dalam BSA (kontrol) yaitu rata-rata nilai
kelangsungan hidup (KH) masing-masing sebesar 58,9±17,9% dan 57,9±14,6%.
Lama pemeliharaan dalam akuarium memberikan pengaruh yang signifikan (P <
0,05) dengan nilai KH tertinggi terdapat pada ikan yang dipelihara selama 2
minggu dalam akuarium yaitu sebesar 75,5±10,2% jika dibandingkan dengan ikan
yang dipelihara selama 3 dan 4 minggu dengan nilai KH sebesar 55,4±5,8% dan
44,4±11,0%.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian rOgGH
melalui perendaman dengan dosis 120 mg/L sebanyak 1 kali di awal pemeliharaan
dapat meningkatkan ekspresi IGF-I dan mengarahkan sistem metabolisme untuk
lebih memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi sehingga lebih banyak
lemak dan protein yang disimpan. Dari percobaan yang sama juga dapat

disimpulkan bahwa ikan gurame sudah mampu dipindahkan ke kolam sejak umur
2 minggu setelah perendaman (16 hari setelah habis kuning telur) dan dapat
beradaptasi terhadap pemaparan yang lebih cepat pada lingkungan kolam yang
tidak terkontrol sehingga mampu memberikan hasil nilai derajat kelangsungan
hidup di atas 70%.
Kata kunci: hormon pertumbuhan rekombinan, perendaman, waktu pemeliharaan,
pertumbuhan, jalur metabolisme, gurame

SUMMARY
WAHYUNI FANGGI TASIK. Growth Performance of Giant Gourami
Osphronemous goramy Juvenile to Recombinant Growth Hormone by Immersion
and Different Aquarium-rearing Period. Supervised by ALIMUDDIN, DINAR
TRI SOELISTYOWATI, and MIA SETIAWATI
Slow growth of giant gourami became the main problem in cultivation of
this commodity. Long rearing period surely would increase the risk and cost of
production. Therefore, a technology is required to enhance growth rate of giant
gourami. The aims of this experiment were to analyse growth performance of
giant gourami to the recombinant giant gourami growth hormone (rOgGH)
immersion at a dose of 120 mg/L for 60 minutes at juvenile stage and to evaluate
the proper aquarium-rearing period. After immersed, fish were reared in aquarium

for 2 weeks, 3 weeks and 4 weeks before moved to fish pond (aquarium-rearing
period became the second factor on this experiment, in term to design a proper
method to apply this technology). There were 3 replications for every treatment.
RT-PCR analysis showed that IGF-I mRNA expression level increased
just after rOgGH immersion about 208,3% compared with control. However,
lipase analysis showed no differences between treated fish and control fish that is
0,055 unit/minute.g body weight and 0,053 unit/minute.g body weight for each
group. Furthermore, treatment of rOgGH also altered the utilization of dietary and
stored lipid, protein and carbohydrates. The results showed significant differences
(P0,05) compared with BSA control for 3
types of feed. For tubifex worms, the feed efficiency value that reached was
14,8±5,6% (rOgGH) and 12,7±5,0% (BSA). So that crumble feed, 51,6±17,8%
(rOgGH) and 41,9±13,6% (BSA), for small feed (2mm) 66,8±9,0% (rOgGH) and
54,8±10,0% (BSA). Treatment that gave a significant affect was aquarium-rearing
period, it showed that fish which reared in aquarium for 2 weeks had a higher feed
efficiency value for tubivex worm and crumble feed that were ,7±2,8% and
60,5±7% if compared with fish which reared in aquarium for 3 and 4 weeks with
efficiency value for each were 15,6±2,1% and 7,9±4,4% for tubifex worms and
30,7±5,0% and 49,0±16,5% for crumble feed.
Growth acceleration were expected in this immersion treatment, but results

showed that there were no differences between rOgGH treated fish and BSA
control fish (8,7±0,3% and 8,4±0,3%). Aquarium-rearing period seemed to be the
effecting-factor which gave significant affect (P0,05) if compared with BSA control for survival rate (58,9±17,9% and
57,9±14,6% for each group). Aquarium-rearing period seemed to have significant
affect (P