Pengaruh media animasi terhadap hasil belajar siswa pada konsep asam-basa terintegrasi nilai

PENGARUH MEDIA ANIMASI
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA KONSEP ASAM-BASA TERINTEGRASI NILAI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:
ABDUL RAHMAN
NIM: 104016200426

OLEH
M. IKHWANUDIN AL FATAKH
NIM: 104016200442

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M


1

2

3

4

ABSTRAK

M. Ikhwanudin Al Fatakh (104016200442) Pengaruh Media Animasi Asambasa Terhadap Hasil Belajar (Kuasi Eksperimen di SMAN 1 Parung, Bogor),
Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Media Animasi Asam Basa Terhadap Hasil Belajar. Penelitian ini
dilakukan di SMAN 1 Parung, Bogor pada bulan Maret hingga bulan Mei 2009.
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil
secara purposive sampling dari 2 kelas yang berjumlah 32 dan 30 siswa dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Dalam
penelitian ini, tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek ke dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok
subjek yang sudah ada sebelumnya. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen
lebih tinggi (mean = 71,56 dan simpangan baku = 9,22) daripada kelompok
kontrol (mean = 61,13 dan simpangan baku = 10,7) dan dari hasil perhitungan uji
”t” diperoleh nilai t hitung sebesar 4,18 sedangkan t tabel pada taraf signifikansi
0,05 sebesar 2,000 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho yang
menyatakan ada pengaruh antara pembelajaran media animasi asam basa
terintegrasi nilai
terhadap hasil belajar diterima atau disetujui. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media animasi memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini dilakukan juga
integrasi nilai-nilai sains dalam konsep asam basa dan didapatkan hasil melalui
angket dengan perolehan nilai-nilai sains siswa, yaitu nilai religius 75,2% atau
kriteria baik.

Kata kunci: Pembelajaran Media Animasi, Hasil Belajar, Konsep Asam Basa.
Nilai-nilai sains.


i

ABSTRACT

M. Ikhwanudin Al Fatakh (104016200442) Animation Media influences Acid
basa on Students Learning Achievement (Quasy Experiment in SMAN 1
Parung Bogor). Chemical Education Studies Program, Department of
Educational Sciences, Faculty of Tarbiya and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta. This research aims to know
Effect of Animations Media influence Acid Basa on Students Learning
Achievement. This research was conducted at SMAN 1 Parung, Bogor on March
until May 2009. The research method esed quasy experiment, by purposive
sampling technique and there are 2 classes (30 and 32) students divided as 2
groups, which is experiment group and control group. The research instrument is
students learning achievement. The research did not take a randomisation to entry
subjek into experiment group and control group, but use a group whom already
preexists. Students learning achievement of experiment group is higher (mean =
71,56 and standard deviations = 9,22) than control group (mean = 61,13 and
standard deviations = 10,7 ) and “t” test was obtained that ”t” acquired
appreciative tCount as big as 4,18 meanwhile ttables on significant level 0,05 as big as

2,000 or tCount > t table . The result is Ho is refused which told that influence among
animations media learning acid base effect on students learning achievement has
been accepted. It showed learning acid base used a animations media gave
influence to students achievement. On this research did not only use animation
media but also integrated sciencetifical point in acid base concept. The writer took
it by questioner and the result is 75,2% or better criterion.

Key word: Learning Media Animation. Students Learning Achievement.
Concepts Acid Bases. The values of science.

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis mempunyai kekuatan
dan ketabahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Penulis menyadari skripsi ini yang berjudul: ”Pengaruh Media Animasi

Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Asam-Basa Terintegrasi Nilai”,
tidaklah mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya dukungan dan dorongan baik
moral, material, dan spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
beserta staf dan jajarannya.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA beserta staf dan
jajarannya.
3. Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si., Dosen pembimbing I, atas motivasi dan
pembelajarannya untuk menjadi guru dan peneliti yang baik.
4. Tonih

Feronika,

M.

Pd.,

Dosen


pembimbing

II,

atas

motivasi

dan

pembelajarannya untuk menjadi guru dan peneliti yang baik.
5. Dedi Irwandi, M, Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, atas segala
dukungan.
6. Drs. Ali Ghozali, M. Pd., Kepala SMAN 1 Parung, atas kesempatan yang telah
diberikan untuk melakukan penelitian.
7. Atih Sri Niswati, S.Pd., Guru Bidang Studi Kimia SMAN 1 Parung, Atas saran
dan bantuannya terhadap penulis dalam melakukan penelitian.
8. Kakanda tercinta Tanenji, MA., atas segala dukungan moral dan materi, selama
kuliah.
9. Yudhi Munadhi, M. Ag., atas segala dukungan moral dan materi selama penulisan

skripsi.
10. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
yang telah membelajarkan kami dengan penuh semangat dan keihlasan.

iii

11. Segenap keluarga tercinta, Bapak H. Marzuki, Ibu Shopiyah, kakak, dan adikku
tercinta yang dengan penuh keikhlasan mengiringi kehidupan ini menjadi lebih
baik.
12. Seluruh Mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia, kawan-kawanku
Achmad Syaefudin, Abdul Rahman, Priyo Agung Nugroho, Sadar, serta semua
pihak yang telah memberikan sumbangan kritik, saran, dan kebersamaan kepada
penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini.
Hanya doa dan harapan yang dapat penulis sampaikan. Semoga semua pihak
yang telah bekerja sama dan membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan pahala
dan kesejahteraan dari Allah SWT. Aamiin
Akhirnya, besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca yang budiman.

Jakarta, 2010


Penulis

iv

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 7
D. Perumusan Masalah ................................................................... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8


BAB II

DESKRIPSI TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ..... 9
A. Kajian Teoretis ........................................................................... 8
1. Media Animasi ..................................................................... 8
2. Hasil Belajar Belajar Siswa................................................... 13
3. Pengaruh Media Animasi dengan Hasil Belajar Siswa ........ 19
4. Peranan Guru dalam Media Pembelajaran ........................... 20
5. Pentingnya Nilai dalam Pembelajaran Sains ........................ 22
B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 36
C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 38
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................... 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 39
1. Populasi dan Sampel ............................................................. 39
2. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 40


v

D. Prosedur Peneltian ...................................................................... 40
E. Instrumen Penelitian .................................................................. 41
F. Variabel Penelitian ..................................................................... 42
G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 42
1. Tes ........................................................................................ 42
2. Angket .................................................................................. 43
H. Uji Coba Instrumen .................................................................... 44
1. Validitas Instrumen .............................................................. 44
2. Reliabilitas Instrumen .......................................................... 44
3. Tingkat Kesukaran ............................................................... 45
4. Daya Pembeda ...................................................................... 46
I. Teknik Analisis Data .................................................................. 47
1. Uji Normalitas ...................................................................... 47
2. Uji Homogenitas .................................................................. 49
3. Uji Hipotesis ........................................................................ 50
4. Perhitungan Data Angket ..................................................... 51
BAB IV


HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 52
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 52
1. Data Hasil Belajar
a. Pretest Kelompok Eksperimen ................................... 52
b. Pretest Kelompok Kelompok Kontrol ......................... 52
c. Posttest Kelompok Eksperimen .................................. 53
d. Posttest Kelompok Kelompok Kontrol........................ 54
B. Analisis Data Tes Hasil Belajar ................................................ 55
1. Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa ......... 55
2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa ............... 56
3. Pengujian Hipotesis ............................................................ 57
4. Uji Normal Gain ................................................................. 59
C. Analisis Data Angket ............................................................... 60
D. Interpretasi Data ....................................................................... 62

vi

E. Pembahasan .............................................................................. 64
F. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 67
BAB V

KESIMPULAN SAN SARAN ....................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69
LEMBAR UJI REFERENSI ........................................................................... 72
LAMPIRAN ...................................................................................................... 77

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................... 75
2. Modul Bahan Ajar................................................................................ 93
3. Instrumen Penelitian .......................................................................... 100
4. Lembar Jawab instrumen .................................................................... 108
5. Klasifikasi Validitas Butir Soal Instrumen Uji Coba......................... 109
6. Klasifikasi Tingkat Kesukaran........................................................... 111
7. Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................. 113
8. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrument ............................................ 115
9. Perhitungan Validitas Butir Soal........................................................ 116
10. Kisi-kisi Angket ................................................................................. 119
11. Angket ............................................................................................... 120
12. Analisis Data Angket ......................................................................... 122
13. Uji Analisis Data ................................................................................ 135

viii

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

3.1

Desain Penelitian...................................................................................... 39

3.2

Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ............................................. 45

3.3

Klasifikasi Indeks Kesukaran .................................................................. 46

4.1

Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen .................... 52

4.2

Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol ........................... 53

4.3

Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ................... 55

4.4

Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Kontrol .......................... 55

4.5

Hasil Uji Normalitas Pretest ................................................................... 57

4.6

Hasil Uji Normalitas Posttest .................................................................. 58

4.7

Hasil Uji Homogenitas Pretest ................................................................ 58

4.8

Hasil Uji Homogenitas Posttest .............................................................. 59

4.9

Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest ............................................ 60

4.10

Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest .......................................... 61

4.11

Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain ........................................... 62

4.12

Skor Perolehan Angket Siswa Angket Siswa .......................................... 63

4.13

Kriteria Perolehan Angket Siswa ............................................................ 63

4.14

Presentase Perolehan Angket Siswa ....................................................... 64

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional yaitu pembangunan Indonesia seutuhnya. Dalam bidang
pendidikan, pembangunan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia serta kualitas sumber daya manusia yang wujudnya adalah manusia yang
beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan sebagaimana dinyatakan dalam
tujuan pendidikan nasional.
Secara fakta pendidikan di Indonesia belum seratus persen mentuntaskan
semua peserta didiknya. Pada tahun ajaran 2008/2009 tingkat kelulusan baru
mencapai secara nasional 93,74%.1 Hal ini dikarenakan berbagai persoalan dan
kendala yang dihadapi. Minimnya anggaran pendidikan, kurangnya kontrol
pendidik terhadap peserta didik, kurangnya sarana dan prasarana, dan integritas
moral peserta didik.
Pendidikan di Indonesia dalam perkembangan pengetahuan, sikap dan
perilaku pelaku pendidikan di dalam dan di luar kelas/sekolah belum mencetak
pribadi manusia yang mengusung nilai-nilai kemanusiaan untuk dirinya sendiri
dan orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada fenomenafenomena perilaku insan pendidikan, seperti siswa dan guru dengan perilaku suka
membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri, penyimpangan wewenang yang
merugikan, hingga mengkonsumsi dan menjadi pengedar minuman keras dan
narkotika di sekolah, bahkan hal ini juga diperparah dengan sudah adanya gejala
peredaran adegan pornoaksi yang diperankan oleh pelajar atau para pendidiknya.
Kultur non-edukatif ini disebabkan oleh perhatian yang diberikan oleh
dunia pendidikan nasional dalam pengembangan nilai-nilai masih kurang dan

1

http://www.diknas.go.id/headline.php?id=3. diakses 2 Juni 2009. pukul 19.32 WIB.

1

2

masih terbengkalai dengan kenyataan pelaksanaan pembelajaran di sekolahsekolah lebih menekankan kecerdasan otak atau dimensi pengetahuan (cognitive
oriented) daripada moral sehingga menyebabkan peserta didik, bahkan guru
berupaya untuk mendapatkan prestasi maksimal dengan berbagai macam cara dan
tidak mempedulikan nilai-nilai moral. Misalnya, dengan melakukan perbuatan
mencontek dalam pelaksanaan ujian, melakukan kecurangan dengan cara
membiarkan peserta didik mencontek, dan membocorkan soal serta memberikan
jawaban yang seharusnya tidak boleh untuk dilakukan. Oleh karena itu,
pendidikan yang berlangsung di sekolah, seyogyanya menyediakan suatu wadah
terjadinya proses transformasi nilai dan norma-norma sebagai bagian dari
pembentukan kepribadian siswa secara seutuhnya, yaitu manusia yang tidak hanya
pandai secara akademik, sehingga menjadi orang yang mempunyai keahlian,
keterampilan dan kemampuan intelektual, tetapi juga mempunyai integritas moral
yang baik.
Sekolah sebagai institusi yang berperan aktif menanamkan nilai-nilai
kepada para peserta didik harus memberikan perhatian yang serius terhadap
pendidikan dengan pembelajaran yang bermuatan nilai. Penerapan pendidikan
dengan pembelajaran yang bermuatan nilai di sekolah harus melibatkan semua
unsur yang terlibat di sekolah. Iklim sekolah harus memberi peluang terjadinya
interaksi positif antara peserta didik dengan nilai-nilai yang diinternalisasikan,
baik melalui keteladanan personal, diskusi, maupun proses belajar mengajar yang
bermakna. Komunikasi pendidik dan peserta didik harus baik yang didasari pada
adanya penerimaan kedua pelah pihak.
Pendidikan yang bermuatan nilai dalam pembelajaran, bukan hanya
menjadi tugas dalam pola-pola pembelajaran yang terintegrasi dalam pendidikan
agama, sejarah, bahasa Indonesia dan pendidikan kewarganegaraan (PKn),
melainkan menjadi bagian dari semua usaha pendidikan dalam berbagai macam
mata pelajaran, misalnya mata pelajaran IPA seperti bidang studi kimia yang di
dalamnya juga terdapat kandungan nilai.

3

UNESCO

menyatakan

bahwa

pembelajaran

sains

seharusnya

diasosiasikan dengan nilai-nilai dalam membangun intelektual yang didasari sikap
jujur, tepat dan akurat, keterbukaan pemikiran, dan sikap kritis.2

Penjelasan

demikian, menegaskan bahwa pola pembelajaran sains mengandung sikap ilmiah
yang harus dibangun dan didasari dengan sikap keilmiahan yang positif, sehingga
pembelajaran sains yang diasosiasikan dengan nilai tersebut memberikan suatu
pemahaman dan penghayatan bagi peserta didik mengenai kandungan nilai-nilai
yang terdapat di dalam sains dan dapat menerapkan hasil pembelajaran sains yang
bertujuan untuk menata kehidupan menjadi lebih baik dengan menghargai dan
bersikap toleransi terhadap lingkungan secara positif.
Hal yang sama diungkapkan oleh Sumaji, bahwa pemberian mata
pelajaran IPA atau pendidikan IPA di sekolah harus bertujuan dan memiliki
orientasi agar siswa memahami/menguasai konsep-konsep IPA dan saling
keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih manyadari kebesaran dan
kekuasaan PenciptaNya.3 Pemberian yang memfokuskan tentang makna
mendalam kandungan nilai dalam mata pelajaran IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan ini akan memberikan, meningkatkan kesadaran dan membangun
pemahaman peserta didik untuk menghargai lingkungan alam sekitar secara lebih
bijak, humanis, dan jiwa religius yang tinggi. Sehingga proses pemecahan suatu
masalah dapat ditanggapi dengan cara atau metode yang tepat dan bertanggung
jawab.
Diah dalam jurnalnya mengatakan bahwa di dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) juga terdapat nilai-nilai kehidupan yang ingin
ditanamkan, antara lain keyakinan terhadap kebesaran Tuhan dan meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga, dan melestarikan

2

Mary Ratcliffe, Values in The Classroom-The ‘Enacted’ Curriculum, Available at:
http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR_Values_chap_nov_05.pdf. Accessed on
Nov 12, 2008, 1.30 pm, p. 2
3
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2003), hal. 35

4

lingkungan alam.4
Bertitik tolak dari hal tersebut, Peran guru sebagai pendidik sangat
penting, oleh sebab itu pendidik harus menggunakan pendekatan dan metode
pengajaran yang tepat untuk mencapai hasil belajar anak didik yang optimal,
maka penerapan suatu strategi dan metode dalam proses pembelajaran IPA-kimia
merupakan hal yang sangat penting dalam upaya membangun, menghayati dan
mengamalkan kandungan nilai-nilai sains yang terdapat dalam pembelajaran
kimia dengan meningkatkan kemampuan peserta didik secara konstruktif, yaitu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa
belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran,
seperti

untuk

menemukan

ide

pokok,

memecahkan

persoalan

atau

pengaplikasiannya dalam kehidupan. Dengan pembelajaran ini biasanya siswa
akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat
dimaksimalkan.
Selain integrasi nilai-nilai yang diperlukan dalam pembelajaran, di zaman
yang serba modern ini, semakin ketatnya persaingan global, semakin majunya
teknologi, dan mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari
semakin maju dengan ditemukannya teknologi-teknologi baru yang dapat
menunjang proses belajar mengajar, maka masyarakat Indonesia diharapkan lebih
kreatif lagi dalam persaingan globalisasi menghadapi negara-negara tetangga yang
semakin hari, semakin maju meninggalkan Indonesia.
Berbagai

cara

telah

dilakukan

oleh

pemerintah

dalam

upaya

meningkatkan teknologi pendidikan di Indonesia. Salah satunya dibentuknya
PUSTEKKOM (Pusat Teknologi dan Komunikasi) yang bertempat di Cipayung
Ciputat. PUSTEKKOM ini diharapkan dapat memajukan pendidikan Indonesia
dalam hal teknologi Informasi pendidikan. Teknologi Informasi sebagai media
yang menunjang terciptanya perangkat ajar. Dengan teknologi informasi maka
manusia dipermudah dalam memperoleh hal-hal yang dibutuhkan.

4

Anonim,

Tanamkan

Nilai-nilai

Kehidupan

Dengan

Keteladanan,

http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0&id=3205 5 Juni 2008, jam. 13.48 WIB

tersedia:

5

Tingkat daya serap dalam belajar setiap manusia berbeda satu dengan yang
lain. Hal tersebut tergantung dari kemampuan setiap manusia

untuk dapat

merekam informasi ke dalam media pengingat atau penyimpan data dalam hal ini
otak. Otak akan mudah menyimpan dan mengingat data menjadikannya informasi
jika dirawat dan dilatih terus menerus untuk mampu menyerap informasi.
Masa kanak-kanak adalah masa yang baik untuk melatih otak untuk dapat
mengolah data menjadi informasi. Pendidikan di masa kanak-kanak akan
menentukan masa depan anak, sehingga berkembanglah pendidikan khusus. Film
anak-anak seperti Dora the Explorer, The Wild thornberry, dan lainnya
merupakan film yang dapat dengan mudah mempengaruhi anak-anak. Film
tersebut membawa misi untuk mempelajari sesuatu dengan mengajak anak-anak
untuk menikmati cerita.
Lembaga riset dan penerbitan komputer, yaitu Computer technologi
Research (CTR), menyatakan bahwa orang yang mampu mengingat 20% dari
yang dilihat dan 30% dari yang didengar. Tetapi orang dapat mengingat 50% dari
yang dilihat dan didengar dan 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan
sekaligus.5 Dalam hal ini yang dapat mencakup penglihatan, pendengaran dan
sekaligus melakukan adalah pembelajaran melalui media multimedia animasi.
Sebuah gambar akan lebih berarti dari pada seribu kata.6 Belajar akan
lebih menyenangkan dan mudah diingat jika langsung diaplikasikan. Melalui
praktikum siswa dapat secara langsung memahami dan mengapliasikan teori-teori
yang disampaikan oleh pendidik. Melalui praktikum atau penggunaan media
animasi akan sangat menarik perhatian siswa, siswa akan lebih konsentrasi
memperhatikan proses yang terjadinya suatu proses melalui penggunaan media
animasi.
Melalui media animasi kegiatan pembelajaran yakni berupa sarana yang
dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong
motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan

5

Agus Suheri, Animasi Multimedia Pembelajaran, hal.27.
Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching; Mempraktikan Quantum Leraning di RuangRuang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2000), hal.67.
6

6

abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami.7 Yang paling
utama dari media adalah mendatangkan sesuatu yang besar menjadi kecil
(sederhana). Dalam pembelajaran kimia terdapat materi pokok tentang elektron,
tentang reaksi kimia yang pada dasarnya membutuhkan visualisasi bukan hanya
konsep semata yang abstrak, dengan demikian siswa dapat mengetahui bagaimana
setiap benda mempunyai elektron yang selalu bergerak, siswa juga mengetahui
bagaimana proses terjadi reaksi kimia dan hal lain yang abstrak.
Bertolak

pada

pengembangan

media

dalam

pembelajaran

yang

menggembirakan, menyenangkan, mudah dipahami, kreatif, sederhana, dinamis,
dan murah. Berdasarkan penjabaran di atas terdapat kesulitan yang dihadapi
dalam proses belajar yang dikaitkan dengan materi IPA, khususnya kimia, yaitu
adanya kesulitan untuk mempelajari aspek kimia, baik yang bersifat konkrit
maupun abstrak. Oleh karena itu, diupayakan untuk meningkatkan peranan
pembelajaran kimia melalui suatu media yaitu animasi. Tujuan dari media animasi
yang digunakan adalah untuk memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
materi yang diberikan lebih mudah ditangkap dan tidak membosankan, lebih
menarik, menggembirakan, menyenangkan, mudah dipahami, sederhana, kreatif,
dinamis, murah, dan mengandung nilai. Salah satu media animasi yang
diperkenalkan dalam penelitian ini adalah Animasi komputer.
Animasi merupakan media komputasi multimedia berbentuk software
dimana terdapat penggabungan antara teks, audio, gambar dan video. Prof. Dr.
Yucel gursac, menyatakan bahwa “animation is to create many stable images
which show an object in a movement and to direct us to think as if it moves by the
help of playing these images one after the other”.8 Animasi komputer dalam
pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang lebih menarik.
Animasi komputer juga dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium digital
yang mini. Selayaknya laboratorium yang kita kenal, dalam laboratorium bisa
mencoba berbagai percobaan reaksi kimia. Diharapkan dari media Animasi ini
7

Asnawir, M. Basyrudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 21.
Assist. Prof. Dr. Yucel Gursac. 3-d Computer Animation production process on Distance
Education Program through Television: Anadolu University The Open Educational Faculty
Model, 2001. p.57
8

7

dapat membantu meningkatkan peranan pembelajaran asam-basa, sehingga
membuat pelajaran asam-basa menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Animasi komputer mempunyai aspek kesederhanaan, dinamis, lebih
menarik, tidak membosankan, mengandung nilai, mudah dipahami dan siswa juga
dapat menerapkan ide-ide cemerlangnya untuk langsung dipraktekkan, sehingga
siswa lebih kreatif, inovatif, disamping itu juga ketika ide-ide itu gagal maka
dalam animasi komputer tidak mebahayakan, tidak seperti laboratorium nyata.
Kerja tim bisa diaplikasikan dalam animasi komputer ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian tentang
penerapan pendidikan nilai dalam pembelajaran IPA khususnya media animasi
pembelajaran kimia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat
menyadari dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran kimia
sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dalam diri siswa dan siswa lebih tertarik lagi
untuk mempelajari pelajaran kimia di sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis dapat
mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain:
1. Penerapan pembelajaran sains yang belum diintegrasikan dengan nilainilai secara optimal.
2. Pengembangan pembelajaran kurang mengkaitkan adanya hubungan
antara konsep pembelajaran dengan aplikasi dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Perangkat bantu pembelajaran berbasis teknologi informasi yang masih
kurang..
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka
masalah dalam penelitian ini harus dibatasi. Dalam penelitian ini media
pembelajaran yang digunakan adalah animasi. Sedangkan hasil belajar siswa
dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif (pengetahuan siswa pada konsep

8

asam-basa). Nilai-nilai sains yang dikembangkan adalah nilai religius.
D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
“Apakah penggunaan media animasi yang terintergasi nilai dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa?.”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media animasi
yang terintegrasi nilai terhadap hasil belajar.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi peneliti, menambah pengalaman tentang tata cara mengajar di
sekolah, untuk perbaikan dan pengembangan profesi dimana kelak peneliti
akan terjun secara langsung ke lapangan.
2. Bagi pendidik, memberikan gambaran informasi tentang penerapan media
animasi yang terintegrasi nilai dalam upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Memberi umpan balik kepada pendidik dalam menyusun suatu rancangan
pembelajaran kimia yang lebih bervariasi dan bermakna.
4. Memberikan salah satu alternatif bagi pendidik dan siswa untuk mengatasi
kejenuhan dalam proses pembelajaran kimia yang dilakukan selama ini
pada sebagian besar sekolah di Indonesia.

9

BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis
1. Media Animasi
a. Pengertian Media
Ditinjau dari prosesnya pendidikan adalah komunikasi, karena
dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan dan pesan
(message). Dalam berkomunikasi ada pesan yang disampaikan, pesan ini
dapat disampaikan melalui berbagai cara agar pesan yang dimaksud
sampai atau dimengerti oleh penerima pesan. Cara-cara menyampaikan
pesan ada bermacam-macam, ada yang melalui berbicara langsung,
melalui tulisan, dan lain sebagainya. Dalam pendidikan guru sebagai
penyampai pesan dan anak didik sebagai penerima pesan. Agar pesan
tersampaikan dengan baik, maka guru perlu media agar pesan dapat
diterima baik oleh anak didik.
Vernon S. Gerlach dalam bukunya menuliskan:
Instructional media play a key role in the design and use of systematic
intruction. A medium, broadly concieved, is any person, material, or event
that establishes condition which enable the leaner to acquire knowledge,
skills, and attitudes. In this sense, the teacher, the textbook, and the school
environment are media. In the context of this book, however, media will be
defined as “the graphic, photographic, electronic, or mecanical means for
aresting, processing, and reconstituting visual or verbal information.9
Jadi jelas diungkapkan bahwa media merupakan alat untuk
memperoleh pengetahuan itu sendiri, contoh dari media adalah grafik,
photo, dan alat elektronik. Kata “media” berasal dari bahasa latin medius

9

Vernon S. Gerlach and Donald P. Ely, Teaching & Media Asystematic approach, (New
Jersey : Prentice –Hall), hal. 241.

9

10

yang secara harfiyah berarti tengah, perantara atau pengantar.10 Media
adalah sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi atau pesan
antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Menurut Blake dan
Horalsen: “Media adalah saluran komunikasi atau medium yang
digunakan untuk membawa atau menyampaikan pesan, dimana medium
ini merupakan suatu jalan/ lalu lintas suatu pesan antara komunikator dan
komunikan.” Dari pernyataan di atas, sudah jelas bahwa media merupakan
suatu alat dimana alat tersebut dapat menyampaikan isi pesan.
Pakar media pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Yudhi
Munadi, mengungkapkan media dapat dipahami sebagai segala sesuatu
yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.11
Sementara itu, menurut Briggs, “Media pembelajaran adalah segala alat
fisik yang dapat menyediakan pesan serta dapat merangsang siswa untuk
belajar seperti buku, film kaset, film bingkai.” Manfaat dari media
pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman peserta didik akan materi
yang disampaikan oleh pendidik, secara efektif dan efiseien, tidak
memerlukan waktu yang lama untuk menyampaikan pelajaran, dan materi
yang dipelajari relatif banyak.
Dari berbagai tokoh yang mengartikan media pembelajaran, maka
dapat disimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya
dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

10

Azhar Arsyad, Media Pembelajara, Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2005, hal. 3.
Yudhi Munadi, Media Pembelajran; Sebuah Pendekatan Baru, Gaung Persada Press:
Ciputat. 2008, hal.7.
11

11

b. Fungsi Media
1) Sumber Belajar
Media sebagai penyalur, penyampai dan penghubung, yang
memudahkan terjadi proses belajar.
2) Fungsi Semantik
Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata
(simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami
anak didik (tidak verbalistik).
3) Fungsi manipulatif
Media mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi
keterbatasan indrawi. Media dapat menghadirkan objek atau
peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti
peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan lainlain.
4) Fungsi Psikologis
a) Fungsi Atensi, media dapat meningkatkan perhatian anak didik.
b) Fungsi Afektif, menggugah perasaan dan emosi, yang dapat
berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, dan
nilai-nilai.
c) Fungsi Kognitif, dapat memberikan gambaran yang repsentatif
dari sebuah peristiwa, atau objek.
d) Fungsi Imajinatif, media pembelajaran dapat meningkatkan dan
mengembangkan imajinasi anak didik.
e) Fungsi Motivasi, dengan media pembelajaran anak didik
temotivasi dalam belajarnya.
c. Animasi
Secara teknis media pembelajaran berfungsi sebagai sumber
belajar yang dipahami sebagai segala macam sumber yang ada diluar
diri seseorang (siswa) dan memungkinkan atau memudahkan
terjadinya proses belajar, baik secara individual maupun kelompok.
Dengan demikian, kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan
belajar siswa. Artinya, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat

12

menggantikan fungsi guru, terutama sebagai sumber belajar. Salah satu
media yang dapat menjalankan fungsi demikian tersebut adalah
program multimedia dalam hal ini adalah animasi komputer.
Animasi merupakan salah satu multimedia interaktif dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebab cukup efektif
meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan multimedia cocok
untuk mengajarkan suatu proses atau tahapan, misalnya penyerbukan
pada tumbuhan, pembelahan sel, proses orbit tata surya, reaksi kimia,
asam basa, dan lain sebagainya.
Pemanfaatan

multimedia

dalam

pendidikan

biasanya

menggunakan perangkat lunak atau software yang paling tersohor
adalah Macromedia Flash, power point, dream weaver, adobe image
ready dan software animasi lainnya. Dengan berbagai perkembangan
pada

software

dan

sejumlah

hardware

penunjangnya

telah

menyebabkan terjadinya perubahan besar pada trend metode cara
mengajar dengan multimedia saat ini.
Ada beberapa kelebihan dari multimedia animasi ini, yakni:12
1) Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada
secara fisik atau disitilahkan dengan imagery. Secara kognitif
pembelajaran

dengan

menggunakan

mental

imagery

akan

meningkatkan retensi siswa dalam mengingat materi-materi
pelajaran.
2) Memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media
seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu
kesatuan penyajian yang terintegrasi.
3) Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai
dengan modalitas belajarnya, terutama bagi mereka yang memiliki
visual, auditif, kinestetik atau yang lainnya.
4) Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama membaca
dan mendengarkan secara mudah.
12

Yudhi Munadi, Op. Cit. hal.150.

13

Untuk merancang dan memproduksi program animasi atau
multimedia, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Kriteria kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang
sesederhana mungkin sehingga siswa tidak perlu belajar komputer
terlebih dahulu.
2) Kriteria kandungan kognisi. Kandungan isi program harus
memberikan pengalaman kognitif yang dibutuhkan siswa.
3) Kriteria integrasi media, di mana media harus mengintegrasikan
beberapa aspek keterampilan lainnya yang harus dipelajari.
Pembelajaran integratif memberi penekanan pada pengintegrasian
berbagai

keterampilan

berbahasa,

mendengarkan,

berbicara,

menulis dan membaca.
4) Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai
tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah
kriteria.
5) Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan.
Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran
yang diinginkan siswa secara utuh. Sehingga pada waktu seorang
selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar
sesuatu.
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan program power
point, yang mana program ini telah dirancang sedemikian sehingga
program ini layak menjadi media pembelajaran animasi multimedia.
Pemanfaatan power point dalam penelitian menyebabkan kegiatan
pembelajaran menjadi sangat mudah, dinamis dan sangat menarik.
2. Hasil Belajar siswa
a. Konsep Belajar
Aktifitas belajar telah ada sejak manusia ada. Hampir di
sepanjang waktunya manusia melaksanakan ritual-ritual belajar.
Pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang

14

terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar.
Menurut pendapat yang tradisional, belajar hanyalah dianggap
sebagai pengumpul sejumlah ilmu saja. Ratna Willis dalam bukunya
Teori-teori Belajar menyatakan bahwa belajar adalah proses yang
dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan dimana terjadi
hubungan-hubungan antara simulasi-stimulus dan respon-respon.13
Menurut H.C Witherington, belajar adalah suatu perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari
reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu
pengertian. Sedangkan Gagne menyatakan “learning is relatively
permanent change in behavior that result from past experience or
purposeful instruction”.
Dari pengertian Gagne dapat digambarkan bahwa belajar
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Adanya kemampuan atau perubahan. Perubahan tingkah laku
bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan
nilai atau sikap (afektif).
2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap
atau dapat disimpan.
3) Perubahan tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
4) Perubahan adalah hasil dari suatu pengalaman atau terjadi akibat
interaksi dengan lingkungan.
Dari penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungannya dengan tujuan untuk mengumpulkan ilmu yang
pada akhirnya menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat
kognitif, psikomotor, dan afektif serta perubahan ini bersifat tetap.

13

Ratna Willis Dahar. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta, 1989, hal.12.

15

b. Konsep Hasil Belajar
Seseorang dikatakan belajar ketika terjadi perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari pengalaman. Maka kegiatan atau usaha untuk
mencapai perubahan tingkah laku itu hasil belajar. Hasil merupakan
peristiwa yang bersifat internal, dalam arti sesuatu yang terjadi diri
seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif
untuk kemudian berpengaruh pada tingkah laku.
Gagne menyatakan hasil belajar merupakan kemampuan
internal (capability) yang meliputi keterampilan, intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, keterampilan motoris dan sikap yang telah
menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang itu
melakukan sesuatu.
Hasil belajar yang diakibatkan karena adanya kegiatan belajar
untuk memperoleh pengetahuan dan perubahan tingkah laku ke arah
tercapainya hasil belajar. Baik atau buruknya hasil belajar tergantung
pada pengetahuan dan perubahan perilaku dari individu yang
bersangkutan terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Hasil belajar seseorang siswa dapat diketahui melalui tes dan
akhirnya memunculkan hasil belajar dalam bentuk nilai real atau nonreal. Seperti yang diungkapkan oleh Briggs yang menyatakan bahwa
hasil belajar adalah seluruh kecapakan dan hasil yang dicapai melalui
proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angkaangka atau nilai-nilai yang diukur dengan tes hasil belajar. Seseorang
siswa dikatakan telah memiliki hasil belajar yang baik ketika nilai
yang diperoleh siswa tersebut tinggi, atau sebaliknya.
Bloom, mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah
(domain) yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.14 Hasil belajar
dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori, yaitu pangetahuan,
pamahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
14

Anonym, Benjamin Bloom and the Taxonomy of Learning, http://oaks.nvg.org/taxopmybloom.html., diakses 2 juni 2009. Pukul 19.34 WIB.

16

Hasil

belajar tiap siswa berbeda satu sama lain. Hal ini

dikarenakan hasil belajar

ditentukan oleh kondisi belajar. Kondisi

belajar tersebut dapat berhasil dari dalam ataupun luar diri siswa.
Kondisi dari dalam diri siswa antara lain: keadaan fisik (Misalnya
sakit, sehat, lelah), keadaan psikis (misalnya senang, sedih, tertekan)
dan motivasi (tertarik atau tidak tertarik terhadap apa yang sedang
dihadapinya).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
mencapai hasil belajar. Syah secara umum menggolongkan faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:15
1) Faktor internal, meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis, yaitu:
a). Aspek Fisiologis, yakni aspek yang berhubungan dengan fisik
seseorang, seperti kondisi umum jasmanai dan tegangan otot yang
menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendinya dapat
mempengaruhi semangat dan instensitas peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran.
b). Aspek Psikologis, yakni aspek yang berhubungan dengan struktur
kejiwaan peserta didik. Aspek ini terdidi dari 5 faktor, yaitu
1) Inteligensi, yaitu kemampuan psiko-fisik untuk memberikan
reaksi terhadap rangsangan dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui cara yang tepat.
2) Sikap, yaitu gejala internal yang berdimensi afektif, berupa
kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara
positif maupun negatif.
3) Bakat, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

15

132.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet.3, hal.

17

4) Minat, berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
5) Motivasi, yaitu keadaan internal organisme baik manusia
maupun hewn yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
2) Faktor eksternal, terdiri atas dua macam, yaitu:
a). Lingkungan sosial, seperti lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
b). Lingkungan non sosial, yaitu gedung sekolah dan letaknya. Letak
rumah tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan siswa yang dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan siswa.
3) Faktor pendekatan belajar, media pembelajaran, yaitu jenis upaya
belajar siswa meliputi strategi, media dan metode yang digunakan
untuk melakukan kegiatan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang disoroti
dalam penelitian ini adalah faktor pendekatan belajar, yaitu dengan
mengembangkan model pembelarajan dengan media animasi sebagai
upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan, yaitu
aspek kognitif, afektif.
Pengembangkan

model

pembelajaran

ini

menggunakan

pembelajaran kelompok aktif yang mendorong setiap anggota kelompok
untuk memahami pembelajaran dengan baik. Selain itu, model
pembelajaran ini memberikan penghargaan terhadap setiap anggota
kelompok, dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki kontribusi
yang sama dalam memajukan kelompoknya. Sehingga dapat membantu
dan menjangkau seluruh siswa dalam meningkatkan pemahamannya
terhadap pembelajaran, minat dan motivasi yang baik dalam mengikuti
pembelajaran, serta meningkatakan kemampuan siswa dalam berinteraksi
sosial dengan teman sebayanya.

18

d. Pengukuran Hasil Belajar
Efektivitas pengalaman proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh siswa dalam mencapai hasil belajar diharapkan adalah memiliki
kemampuan lulusan yang utuh dan mencakup kemampuan kognitif,
psikomotorik, dan afektif atau perilaku. Kemampuan kognitif adalah
kemampuan berpikir secara hierarkis yang terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan
psikomotor berkaitan dengan kemampuan gerak dan banyak terdapat dalam
kegiatan praktek. Kemampuan afektif berkaitan dengan perilaku sosial,
sikap, minat, disiplin dan sejenisnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui
ketercapaian hasil belajar ini diperlukan indikator hasil belajar yang dapat
mengungkapkan kualitas pemahaman yang dimiliki oleh siswa, yakni
ketercapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik adalah berupa
penilaian.
Penilaian dalam pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar
siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik,
melakukan perbaikan, memotivasi guru dan siswa agar melaksanakan
pembelajaran dengan lebih baik dan bermakna. Penilaian untuk mengukur
hasil belajar ini adalah dapat menggunakan suatu alat ukur yang berbentuk
tes atau non tes. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus
dijawab oleh siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta
kemampuan penalarannya. Sedangkan, alat ukur yang berbentuk non tes
mencakup angket, skala sikap dan sebagainya.16
A test is a seto f tasks or question that usually is administered to a
group of classroom students in a specific time period. Tests typically
address the cognitive capabilities learned in a particular course, subject
area, or discipline. Included are recalling definitions and important term,

16

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Press, 2006), hal. 53

19

interpreting concepts and ideaa, and solving problem.17
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi (kognitif)
bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemiliha konsep dasar keilmuan
berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.
Penilaian untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif ini adalah
berbentuk tes, yang dapat mengukur kemampuan hierarkis berupa
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Penilaian terhadap hasil belajar afektif. Hasil belajar afektif adalah
berkaitan dengan aspek sikap, minat, disiplin dan nilai. Oleh karena itu,
pengukuran hasil belajar afektif ini lebih tepat dan sesuai bila menggunakan
pengukuran hasil belajar berupa non tes, misalnya angket, skala sikap,
kuisioner dan observasi.
3. Pengaruh Media Animasi dengan Hasil Belajar Siswa
Barbara Gross Davis dalam bukunya dituliskan:
“Increasingly, faculty members are using computer and interactive
multimedia to make their teaching more efficient, effective,
powerful, and flexible. Faculty members are also finding that
computers and multimedia tools can provide students with
individualized activities that accomodate differences in students’
levels of preparation. Computer can help you transform course
notes in overheads, create high-quality complex illustration, do
real-time calculation and processing, engage students in
interactive collaborations, and bring text, graphics, animation,
sound, and video into the calssroom.18
Sangat bermanfaat sekali media animasi bagi mahasiswa,
pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan fleksible. Hal ini menunjukkan
bahwa media animasi dapat diterapkan diberbagai disiplin ilmu. Dalam
pembelajaran dengan media animasi peserta didik akan mengalami dan
17

Margaret E. Gredler, Classroom Assesment and Learning, (university of South
Carolina:2001). The McGill Indonesia IAIN Development Project. p.21.
18
Barbara Gross Davis, Tools for Teaching, (San Francisco: JB Publisher), The McGill
Indonesia IAIN Development Project. 2000. hal.334.

20

mengkonstruksi pemahaman belajar mereka dalam bentuk kerja sama
dalam kelompok kecil untuk memutuskan kesimpulan penyelesaian
masalah yang diajukan. Dalam pembelajaran dengan media animasi akan
memahami pembelajaran secara lebih efektif dan bermakna, karena
masing-masing anggota kelompok me