BAB I PEMERIKSAAN UDARA

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahun sekitar tiga juta orang meninggal
karena polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang
meninggal setiap tahun di dunia. Seribu lima ratus jiwa orang
meninggal sebelum waktu terjadi di kota-kota Asia. Angka mordibitas
(angka kesakitan) sebagai dampak dari polusi udara jauh lebih tinggi
lagi. Kehidupan yang produktif diperpendek oleh masalah kesehatan
yang disebabkan oleh menghirup udara kotor. Enam dari 15 kota yang
paling terpolusi di dunia terdapat di Asia. Posisi yang paling tinggi
adalah Katmandu (Nepal), Diikuti New Delhi (India), dan pada posisi
ketiga adalah Jakarta (Indonesia) bersama dengan Chongqing
(China), kemudian Calcutta (India). Sepertiga dari pencemaran
karbondioksida didunia dikeluarkan di daerah ini (sugiarto,2006).
Indonesia, polusi udara mengakibatkan 16000 kematian dini
setahun, 1 dari 10 orang yang menderita infeksi pernafasan, dan 1dari
10 orang menderita atsma (sugiarto,2006). Sekitar 70% dari polusi

udara di Indonesia berasal dari pencemaran udara yang dikeluarkan
dari kendara bermotor, sedangkan sisanya 30% berasal dari
pencemaran industry.

2

Permasalah

pencemaran

udara

di

Indonesia

sangat

mengkhawatirkan di beberapa kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar. Kota Makassar yang

memiliki tingkat perkembangan kendaraan yang sangat pesat.
Sehingga

diketahui

data

dari

Badan

Pusat

Statistik,

2007

memaparkan jumlah kendara bermotor di kota Makassar pada tahun
2007 sebanyak 660.000 unit dan setiap tahunnya bertambah sekitar
16%. Sehingga diperkirakan pada tahun 2008 meningkat sebesar

871.200 unit belum termasuk kendaraan yang berasal dari luar.
Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat vital bagi
kehidupan manusia. Akan tetapi, karena seiring dengan perkembangan zaman
yang diikuti oleh beragamnya aktifitas manusia, kualitas udara cenderung
mengalami penurunan. Beragam aktifitas manusia seperti kegiatan industri,
transportasi, dan kegiatan lainnya memiliki peranan yang signifikan dalam
mendorongnya terjadi pencemaran udara. Kualitas udara di dalam ruangan
juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang, karena dimana orang
tersebut berada setiap harinya juga merupakan penggambaran dari kualitas
lingkungannya. Suhu, kelembapan, kebisingan, pencahayaan, dan debu
merupakan komponen yang ada di dalam suatu ruangan.
Seperti pada peraturan no Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri, maka standar yg digunakan
tersebut menjadi acuan standar keadaan komponen udara di dalam ruangan.

3

Pengukuran yang tepat, penggambaran keadaan yang detail, dan pengamatan
yang hati-hati dapat memberikan hasil yang maksimal dalam pengukuran

kondisi udara di dalam ruangan. Sehingga dapat terwujud diketahuinya
kualitas udara bersih dan sehat di dalam ruangan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui
Suhu, kelembapan, kebisingan, pencahayaan, dan debu dalam ruangan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hasil pengukuran suhu pada ruangan
b. Mengetahui hasil pengukuran kelebapan pada ruangan
c. Mengetahui hasil pengukuran kebisingan pada ruangan
d. Mengetahui hasil pengukuran pencahayaan pada ruangan
e. Mengetahui hasil pengukuran debu total pada ruangan.
C. Prinsip
1. Suhu
Prinsip kerja dari thermometer adalah dengan memanfaatkan
perubahan fisik pada benda akibat terjadinya perubahan suhu
(Supandi, 2014).

2. Kelebapan
Prinsip kerja dari hygrometer yaitu dengan menggunakan dua

thermometer. Thermometer pertama dipergunakan untuk mengukur

4

suhu udara biasa dan yang kedua untuk mengukur suhu udara
jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas yang
basah). Thermometer bola kering membiarkan tabung air raksa
dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya.
Sedangkan thermometer bola basah membuat tabung reaksi dibasahi
agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/titik jenuh, yaitu: suhu
yang diperlukan agar air dapat berkondensasi.
3. Kebisingan
Prinsip kerja dari sound level meter ialah didasarkan pada getaran yang
terjadi. Apabila ada objek atau benda yang bergetar, maka akan
menimbulkan terjadinya sebuah perubahan pada tekanan udara yang
kemudian akan ditangkap oleh system peralatan, lalu selanjutnya
jarum analog akan menunjukan angka dari tingkat kebisingan yang
dinyatakan dengan nilai dB.
4. Pencahayaan
Pengukuran intesitas pencahayaan ini memakai alat lux meter yang

hasilnya dapat langsung dibaca. Alat ini mengubah energy cahaya
menjadi

energy

listrik

dalam

bentuk

arus

digunakan

untuk

mengerakkan jarus skala. Untuk alat digital, energy diubah menjadi
angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
5. Debu total

High volume sampler mempunyai prinsip kerja dimana udara yang
mngandung partikel debu di hisap mengalir melalui kertas filter

5

dengan menggunakan motor putar kecepatan tinggi. Dimana debu
menempel pada kertas filter yang nantinya akan diukur kosentrasinya
dengan cara kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan sesudah
sampling disamping itu juga dicatat diflowrate dan waktu lamanya
sampling sehingga didapt kosentrasi debu tersebut.