Potensi Pengembangan Ubikayu dan lndustri Tepung Tapioka Rakyat (ITTARA) Terhadap Pembangunan Wilayah Lampung

POTENSI PENGEMBANGAN UBIKAYU DAN INDUSTRl
TEPUNG TAPIOKA RAKYAT (ITTARA) TERHADAP
PEMBANGUNAN WILAYAH LAMPUNG

OLEH :
ROBET ASNAWI

.

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTAN!AN BOGOR
2002

ABSTRAK
ROBET ASNAWI. Potensi Pengembangan Ubikayu dan lndustri Tepung
Tapioka Rakyat (Ittara) terhadap Pernbangunan Wilayah Lampung. Dibimbing oleh
HERMANTO SIREGAR, ERNAN RUSTIADI, dan BAMBANG JUANDA.
Pembangunan sektor pertanian dalarn arti luas ditujukan untuk
rnenghasilkan produk-produk unggulan, menyediakan bahan baku bagi keperluan
industri, memperluas kesempatan kerja dan berusaha melalui upaya peningkatan
usaha pertanian secara terpadu yang berbasiskan pada agroindustri dan agribisnis

yang tangguh dan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan nilai
tambah yang pada akhimya dapat meningkatkan pendapatan petani yang
didukung dengan ketersediaan modal, tenaga kerja, faktor kelembagaan serta
sarana dan prasarana pendukung lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah
dan rnengkaji faktor-faktor yang mernpengaruhi usahatani ubikayu dan lttara,
potensi pengembangan, kelayakan, dan nilai tarnbah lttara, serta keragaan
perkembangan ubikayu dan lttara dalarn pembangunan wilayah Lampung, dan
berbagai rnasalah kelernbagaan dalarn pengembangan lttara.
Penelitian ini telah dilakukan di Kabupaten Larnpung Tengah pada bulan
Pebruari sampai Maret 2002. Petani responden yang dijadikan sampel berjumlah
100 orang berasal dari lokasi lttara dan non Ittara, sedangkan responden lttara
berjurnlah 20 unit didasarkan pada asal sumber perrnodalan yakni pemerintah,
swasta, dan swadaya rnasyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi usahatani ubikayu di lokasi lttara dan non lttara tidak sarna. Pada lokasi
Ittara, faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani ubikayu adalah luas lahan,
jurnlah bibit, jurnlah pupuk Urea, dan jurnlah pupuk SP-36, sedangkan pada lokasi
non lttara dipengaruhi oleh luas lahan dan jurnlah pupuk KC1 yang digunakan.
Usahatani ubikayu yang dilakukan di lokasi lttara menghasilkan produksi
(pendapatan) yang lebih tinggi dari lokasi non lttara. Semakin banyak jurnlah bahan

baku ubikayu dan jumlah minyak solar yang digunakan dalarn lttara dapat
meningkatkan produksi tepung tapioka yang dihasilkan.
Secara finansial pengembangan lttara layak untuk diusahakan. Hasil
analisis pengembangan wilayah menunjukkan bahwa komoditas ubikayu
merupakan sektor basis di Kabupaten Tulang Bawang, Larnpung Utar'a, Larnpung
Tengah, Way Kanan, dan Larnpung Timur. Komoditas i r i berkembang pada
Kabupaten-Kabupatentertentu di Propinsi Lampung tetapi harnpir tersebar merata
di dalam setiap Kabupaten yang menghasilkan ubikayu. Dibandingkan dengan
komoditas tanaman pangan lainnya, komoditas ubikayu memiliki laju perturnbuhan
produksi lebih cepat yakni 0.4436, dibandingkan dengan laju perturnbuhan secara
agregat di Propinsi Larnpung sebesar 0.0223. Pengolahan ubikayu menjadi tapioka
memberikan nilai tambah sebesar Rp.57,91,- per kg ubikayu segar. Beberapa
permasalahan dalam pengembangan lttara antara lain masih lemahnya
kemampuan SDM yang mengelola, lemahnya sektor kelembagaan dan perrnodalan
yang dimiliki. Dalam kaitannya dengan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainabiiity development), penanganan lirnbah padat tapioka lttara telah
dilakukan dengan memanfaatkan cnggok sebagai pakan ternak. Penanganan
limbah cair telah dilakukan secara sederhana dan aman untuk tanarnan
disekitarnya. Sedangkan limbah gas (udara) belurn ditangani secara benar dan
masih menimbulkan pencemaran udara.


SURATPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
POTENSI PENGEMBANGAN UBIKAYU DAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA
RAKYAT (ITTARA) TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH LAMPUNG
Adalah benar-benar rnerupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah
dipublikasikan.
Sernua surnber data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 16 Agustus 2002

W
I

~ L b eXTGdt

NRP. P I5500006lPWD


POTENSI PENGEMBANGAN UBIKAYU DAN INDUSTRI
TEPUNG TAPIOKA RAKYAT (ITTARA) TERHADAP
PEMBANGUNAN WILAYAH LAMPUNG

ROBET ASNAWI

Tesis
Sebagai salah saiu syarat untuk mernperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi llrnu Perencanaan Pernbangunan Wilayah dan Perdesaan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANiAN BOGOR
2002

Tesis

Potensi Pengembangan Ubikayu dan lndustri Tepung
Tapioka Rakyat (ITTARA) Terhadap Pembangunan
Wilayah Lampung


Nama

Robet Asnawi

NRP

P I 5500006

Program Studi

llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan

Menyetujui,
1. Komisi Pernbimbing

w

Dr. Ir. Hermanto Sireqar. M.Ec

Ketua

Dr. Ir. Bambang Juanda. M.S
Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, MSc
Tanggal Lulus : 16 Agustus 2002

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 1 Pebruari 1964 dari ayah
Alimudin (almarhum) dan ibu Aslah. Penulis merupakan putra kedua dari delapan
bersaudara.
Pendidikan di SD Negeri 2 Kotabumi diselesaikan pada tahun 1974 dan
pada tahun 1977 penulis lulus dari SMP Negeri 2 Kotaburni. Pada tahun 1981
penulis lulus dari SMA Negeri 5 Jakarta dan pada tahun yang sarna diterirna
sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung jurusan Budidaya
Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penuiis rnenjadi asisten rnata kuliah
Fisika Dasar dari tahun 1982 sampai 1984. Penulis


mendapatkan beasiswa

Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) di Fakultas Pertanian Universitas Lampung
dari tahun 1982 sampai 1985, dan pada tahun 1986 penulis mendapat gelar
Sarjana Perianian pada Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penulis bekerja sebagai Peneliti Madya di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Lampung di Bandar Lampung sejak tahun 1986. Pada tahun
1996 sampai 1999 -penulis dipercaya menjadi Pemirnpin Bagian Proyek
Pengembangan Sistern Usahatani (PPSUT) Lampung. Kemudian sejak tahun
2000, penulis rnendapatkan kesernpatan melanjutkan pendidikan ke program S2,
yaitu terdaftar sebagai mahasiswa program studi llmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan, Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor, melalui
. . ' sponsor beasiswa Participatory Asessrnent Agriculture Technology Project

(PAATP).
Penulis menikah dengan lr. Ratna Wylis Arief pada tanggal 12 Maret 1989,
dikaruniai dua orang putra dan seorang putri yang masing-masing bernama Rinaldi
Pradana Putra, Rizky Dwi Saputra, dan Ryzka Anisa Nurbaiti.


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul : Potensi Pengembangan
Ubikayu dan lndustri Tepung Tapioka Rakyat (Ittara) Terhadap Pernbangunan
Wilayah Lampung.
Pada kesempatan ini penulis rnengucapkan terirnakasih yang tak terhingga
kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec selaku Ketua Komisi Pernbimbing,
Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr, dan Bapak Dr. Ir. Barnbang Juanda,
M.S masing-masing selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan tulus
dan ikhlas telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan
pengarahan sehingga terselesaikan penulisan tesis ini.
2. Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku tim penguji di luar Komisi Pembimbing
yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, MSc, selaku Ketua Program Studi llmu

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Program Pasca
Sarjana IPB yang banyak memberikan birnbingan dalam penelitian ini.
4. Ayahanda Alimudin (almarhum), ayahanda H. Moch. Arief (almarhum),
ibunda Aslah, ibunda Maria, kakak-kakak, dan adik-adik yang telah banyak

rnernberikan do'a dan dukungan moril selama penulis mengikuti pendidikan
Pascasarjana (S2).
5. lstriku tercinta lr. Ratna Wylis Arief, serta ananda tersayang Rinaldi Pradana

Putra, Rizky Dwi Saputra, dan Ryzka Anisa Nurbaiti yang telah banyak
mernberikan dukungan rnoril dan do'a h~nggapenulis rnenyelesaikan studi .
6. Bapak Ir. Bambang Sudaryanto, M.S beserta staf Balai Pengkajian Tenologi

Pertanian (BPTP) Larnpung yang telah banyak membantu dalarn penelitian
ini.

7. Rekan-rekan rnahasiswa PWD angkatan 2000 dan 2001 terutama di JI.
Melati 5 Sindang Barang (Mus, Agus, Syafril, Pawana, Demy, Wahid, Aris,
Ocen; dll) yang telah banyak mernberikan dorongan dan saran dalarn
penelitian ini.
8. Pirnpinan proyek PAATP Jakarta beserta staf yang telah mernberikan

bantuan dana dalam penyelesaian studi dan penelitian ini.

9. Kepala Dinas Pertanian Propinsi Lampung, Kepala Dinas Pertanian


Tanaman

Pangan,

Kepala

Dinas

Perindustrian dan

Perdagangan

Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur beserta staf, serta Dr. Ir.
Wan Abbas Zakaria, MS, yang telah memberikan informasi dan literatur
dalam penelitian ini.
nara sumber/informan atas informasinya dan diskusinya.
10. S e l u ~ h
Bogor, 16 Agustus 2002
Robet Asnawi


DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

vii
...

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................

I

Vlll

PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ...............................................
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
I1

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
2.1. Tinjauan Agronomis Ubikayu ..............................................
2.2. Ruang Lingkup Agribisnis. Agroindustri. dan Kesempatan Kerja
2.3. Konsep dan Potensi Pengembangan lndustri Tepung Tapioka
Rakyat (Ittara) ................................................................
2.4. Kelembagaan dan Kernitraan ............................................
2.4.1. Kelernbagaan ...............................................................
2.4.2. Kemitraan ....................................................................
2.5. Review Terhadap Hasil-hasil Studi Terdahulu Tentang lndustri
Tapioka ........................................................................

Ill

KERANGKA PEMlKlRAN DAN HlOPOTESlS
3.1. Potensi Peranan lttara dan Kaitannya Dengan Pembangunan
Wilayah dan Perturnbuhan Ekonomi ..................................
3.2. Kerangka Pemikiran ..........................................................
3.3. Hipotesis

IV

..................

METODO PENELlTlAN
. .
4.1. Melode Anal~sis
.................................................................
4.1.1. Analisis Kelayakan Pengembangan lttara ...........................
4.1.1.1. Net Przsent Value (NPV) ..............................................
4.1.1.2. Internal Rate of Return (IRR) ........................................
4.1.1.3. Net BeneM Cosi Ratio (Net BIC) ....................................
4.1.2. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu Menjadi Tapioka
4.1.3. Analisis Kontribusi Pengembangan lttara Terhadap
Pernbangunan Ekonomi Wilayah .......................
4.1.4. Analisis Deskriptif ....................................................

..

4.2. Pengurnpulan Data..........................................................
4.2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ..........................................
4.2.2. Metode Penarikan Contoh .............................................
4.2.3. Jenis dan Surnber Data ................................................
4.3. Batasan Operasional ......................................
V

KARAKTERISTIK WILAYAH. RESPONDEN. SERTA ANALISIS
USAHATANI DAN PEMASARAN ........................................
5.1. Garnbaran Urnurn Wilayah Penelitian ...................................
. .
5.1.1. Prop~nsiLarnpung ..........................................................
5.1.2. Kabupaten Larnpung Tengah ...........................................
5.1.3. Kabupaten Larnpung Tirnur
5.2. Keadaan Urnurn Responden ............................................
5.2.1. Usia Petani Responden ..................................................
5.2.2. Pendidikan Petani Responden .........................................
5.2.3.Jurnlah Anggota Keluarga Petani Responden ......................
5.2.4. Pengalaman Berusahatani ...............................................
5.2.5. Luas Lahan dan Staius Kepernilikan .................................
5.3. Analisis Usahatani dan Pernasaran Ubikayu .......................
5.3.1. Analisis Fungsi Produksi Usahatani Ubikayu ......................
5.3.2. Analisis Fungsi Produksi !ttara .............................
5.3.3. Sisiern Pernasaran Ubikayu

VI

PENGEMBANGAN ITTARA DAN PERANANNYA TERHADAP
PEREKONOMIAN WILAYAH ....... :...........................................
6.1. lndustri Tepung Tapioka Rakyat (Ittara) ..............................
6.1.1. Potensi Pengembangan lttara
6.1.2. Bahan Baku Utarna ........................................................
6.1.3. Proses Pengolahan Ubikayu Menjadi Tapioka .....................
6.1.4. Potensi dan Peluang Pasar
6.1.5. Peningkatan Kesernpatan Kerja di Perdesaan .....................
6.1.6. Manfaat dan Darnpak Terhadap Lingkungan .......................
6.1.7. Analisis Nilai Tarnbah ....................................................
6.2.

Analisis Finansial lttara ...................................................

6.2.1 . Net Present Value (NPV) ...............................................
6.2.2. Internal Rate of Return (IRR: ...........................................

6.2.3. Benefit Cosf Ratio (BIC Ratio)
6.3.

Keberadaan dan Peran lttara ~ e r h a d a
Perekonomian
~
Wilaya

6.3.1. Analisis Location Quention (LQ) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ....
6.3.2. Pertumbuhan dan Penyebaran ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
6.4 . Aspek Kelembagaan Pola Kemitraan lttara ... . .. ...... ... ... ... ....

6.5.

VII

Ringkasan Utarna Hasil Analisis ...............................................

KESIMPULAN DAN SARAN ............... .........

............... .............

7.1.

Kesirnpulan

7.2.

Saran ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ........

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
Persentase Perkernbangan KontribusiIPangsa Relatif Sektor
Pertanian dan lndustri Terhadap PDRB Propinsi Larnpung,
Tahun 1994-1998.. ..........................................................
Persentase Jurnlah Penduduk yang Bekerja pada Masingrnasing Sektor Pernbangunan di Propinsi Larnpung, Tahun
1994-1998 .....................................................................
Potensi Penggunaan Lahan Untuk Pertanian di Propinsi
Larnpung, Tahun 1999 ...........................................
Perkernbangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Ubikayu di Propinsi Larnpung, Tahun 1991-2000...........
Perkernbangan Harga Ubikayu, Gaplek, dan Tepung Tapioka
pada Berbagai Tingkat Pernasaran di Propinsi Lampung,
Tahun 1995-2000 ...........................................................
Klasifikasi Tipe Mesin lttara yang Dikernbangkan di Propinsi
Larnpung ...................................................................
Analisis Nilai Tarnbah Pengolahan Ubikayu Menjadi Tepung
Tapioka.....................................................................
Beberapa Aspek dan Surnber Data
Luas Areal, Jurnlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di
Propinsi Larnpung Tahun 2000 ......................................
Jenis Penggunaan Lahan di Propinsi Larnpung, Tahun 2000 ...
Jurnlah Petani Responden Desa lttara dan Non lttara di
Propinsi Larnpung Berdasarkan Kelornpok Usia, Tahun 2002 ..
Penggolongan Petani Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Desa lttara dan Non lttara Propinsi Larnpung,
Tahun 2002 ...................................................................
Sebaran Jurnlah Anggota Keluarga Petani Responden Desa
lttara dan Non lttara di Propinsi Larnpung, Tahun 2002 ..........
Pengalaman Berusahatani Ubikayu Petani Responden Desa
lttara dan Non lttara di Propinsi Larnpung, Tahun 2002 ..........
Penggolongan Luas Lahan Petani Responden Desa lttara dan
Non lttara di Propinsi Larnpung, Tahun 2002 ........................

Tingkat Rata-rata Pendapatan dan Produksi Usahatani
Ubikayu Pada Lokasi lttara dan Non lttara di Propinsi Lampung
Tanun 2002 ..................................................................
Analisis Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Pendapatan
Usahatani Ubikayu di Propinsi Larnpung, Tahun 2002 ..
Analisis Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Usahatani Ubikayu
di Lokasi lttara dan Non lttara ....................................................
Tingkat Rata-rata Pendapatan dan Produksi ittara di Propinsi
Larnpung Tahun 2002 .....................................................
Analisis Faktor-faktor yang Mernpengamhi Pendapatan lttara
di Propinsi Larnpung, Tahun 2002 .....................................
Penyebaran Margin Pernasaran Ubikayu Pada Lokasi lttara
dan Non lttara di Propinsi Larnpung Tahun 2002 ...............
Rincian Keberadaan lttara di Propinsi Larnpung, Tahun 2000...
Analisis Niiai Tarnbah Pengolahan Ubikayu Menjadi Tepung
Tapioka ........................................................................
Hasil Analisis Finansial NPV, IRR, dan BIC Ratio lttara di
Propinsi Larnpung, Tahun 2002 ........................................
Hasil Analisis LQ Berdasarkan Luas Areal Tanarnan Pangan di
Propinsi Larnpung, Tahun 2000 ........................................
Nilai Localization lndex (LI) Tiap Sektor Tanarnan Pangan di
Propinsi Larnpung, Tahun 2000 ......................................
Nilai Specialization lndex (SI) Sektor Tanarnan Pangan Tiap
Kabupaten di Propinsi larnpung, Tahun 2000 ....................
Hasil Analisis Shift Share Produksi Tanarnan Pangan di
Propinsi Larnpung, Tahun 2000................................
Nilai Entropy Sebaran Kornoditas Antar Kabupaten (Hi) dan
Setiap Kabupaten (Hj) Berdasarkan Luas Areal Sektor
Tanaman Pangan di Propinsi Lampung, Tahun 1997-2000 .

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Penentuan Pilihan lnstitusi Melalui Analisis Ekonorni Biayabiaya Transaksi (Transaction Cost) . .. . .. . ... ... ... ...... ... ... ... .

2

Spektrum Kontinum Dari Kemungkinan Bentuk-bentuk
Organisasi Ekonomi Mulai Dari Sistem Pasar Sampai Kepada
Organisasi Berhirarki Secara Terintegrasi Vertikal ...... ... ... ... .

3

Kerangka Pernikiran Potensi Pengembangan lttara Terhadap
Pembangunan Wilayah Lampung ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ...

4

Saluran Pernasaran Ubikayu di Desa Non lttara

5

Saluran Pemasaran Ubikayu di Desa lttara

6

Proses Pengolahan Tapioka Pada lttara di Propinsi Larnpung

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Data Usahatani Ubikayu di Propinsi Lampung Tahun 2002

122

Data Produksi lttara di Propinsi Lampung Tahun 2002

124

Hasil Analisis Fungsi Produuksi Cobb-Douglass Usahatani
Ubikayu di Propinsi Lampung Tahun 2002 .......................
Hasil Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglass Usahatani
Ubikayu Pada Lokasi lttara di Propinsi Lampung Tahun 2002..
Hasil Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglass Usahatani
Ubikavu Pada Lokasi Non lttara di Prowinsi Larnouna Tahun
Hasil Analisis Fungsi Produksi lttara di Propinsi Lampung
Tahun 2002 ..................................................................
Hasil Analisis NPV, IRR, dan BIC Ratio lttara Sari Bumi
Lampung Tengah (dF 12 %) ...................................
Hasil Analisis NPV, IRR, dan BIC Ratio lttara Lestari Jaya
Lampung Timur (dF 12 %) .........................................
Hasil Analisis NPV, IRR, dan BIC Ratio lttara Harapan
Sejahtera Larnpung Timur (dF 12 %) .......................
Hasil Analisis NPV, IRR, dan B/C Ratio ttara Subur Jaya
Lampung Tirnur (dF 12 %) ........................................
Hasil Analisis NPV. IRR, dan B/C Ratio lttara di Propinsi
Lampung (dF 12 %) ................................................
Hasil Analisis NPV; IRR, dan B/C Ratio lttara Sari Bumi
Lampung Tengah (dF 17 %) ........................................
Hasil Analisis NPV, IRR, dan B/C Ratio lttara Lestari Jaya
Lampung Timur (dF 17 %) .........................................
Hasil Analisis NPV, IRR, dan B/C Ratio lttara Harapan
Sejahtera Lampung Timur (dF 17 %) .................................
Hasil Analisis NPV, IRR, dan B/C Ratio ttara Subur Jaya
Lampung Timur (dF 17 %) ...............................................
Hasil Analisis NPV: IRR, dan BIC Ratio lttara di Propinsi
Lampung (dF 17 %) ................................................
Hasil Analisis NPV, IRR, dan BIC Ratio lttara Sari Bumi
Larnpung Tengah (dF 22 %) ...................................
Hasil Analisis NPV, IRR, dan B/C Ratio lttara Lestari Jaya
Lampung Tirnur (dF 22 %) .........................................
...

v111

Hasil Analisis SI Luas Lahan Tanaman Pangan di Propinsi
Lampung Tahun 1997 ....................................... :.. ......
Hasil Analisis SI Luas Lahan Tanaman Pangan di Propinsi
Lampung Tahun 1998 ................................................
Hasil Analisis SI Luas Lahan Tanaman Pangan di Propinsi
Lampung Tahun 2000 ................................................
Hasil Analisis LI Luas Lahan Tanaman Pangan di Propinsi
Lampung Tahun 1997 ................................................
Hasil Analisis LI Luas Lahan Tanaman Pangan di Propinsi
Lampung Tahun 1997 ................................................
Hasil Analisis LI Luas Lahan Tanarnan Pangan di Propinsi
Lampung Tahun 1998 ....................................................
Hasil Analisis LI Luas Lahan Tanaman Pangan di Propinsi
Larnpung Tahun 2000 ....................................................
Hasil Analisis Shift Share Produksi Tanaman Pangan di
Propinsi Lampung Tahun 1997 dan 2000 ....................
Tabel Perhitungan Entropy Sebaran Komoditas di Setiap
Kabupaten Berdasarkan Luas Areal Tanaman Pangan di
Propinsi Lampung Tahun 1997 ..................................
Tabel Perhitungan Entropy Sebaran Komoditas di Setiap
Kabupaten Berdasarkan Luas Areal Tanaman Pangan di
Propinsi Lampung Tahun 1998 ........................................
Tabel Perhitungan Entropy Sebaran Komoditas di Setiap
Kabupaten Berdasarkan Luas Areal Tanaman Pangan di
Propinsi Lampung Tahun 1999 ........................................
Tabel Perhitungan Entropy Sebaran Komoditas di Setiap
Kabupaten Berdasarkan Luas Areal Tanaman Pangan di
Propinsi Lampung Tahun 2000 ..................................
Tabel Perhitungan Entropy Sebaran Komoditas Antar
Kabupaten Berdasarkan Luas Areal Tanaman Pangan di
Propinsi Larnpung Tahun 1997 .......................................
Tabel Perhitungan Entropy Sebaran Komoditas Antar
Kabupaten Berdasarkan Luas Areal Tanaman Pangan di
Propinsi Lampung Tahun 1998 ..................................
Tabel Perhitungan Entropy Sebaran Komoditas Antar
Kabupaten Berdasarkan Luas Areal Tanaman Pangan di
Propinsi Lampung Tahun 1999 .................................
Tabel Perhitungan Entropy Sebaran Komoditas Antar
Kabupaten Berdasarkan Luas Areal Tanaman Pangan di
Propinsi Lampung Tahun 2000 ...............................

I. PENDAHULUAN

1. I . Latar Belakang dan Masalah

Pernbangunan dan pengembangan sektor pertanian dalarn arti luas
ditujukan untuk rnenghasilkan produk-produk unggulan, rnenyediakan bahan baku
bagi keperluan industri, rnernperluas kesernpatan kerja dan berusaha rnelalui
upaya peningkatan usaha pertanian secara terpadu yang berbasiskan pada
agroindustri dan agribisnis yang tangguh dan bertujuan untuk rneningkatkan
efisiensi. efektivitas, dan nilai tambah yang pada akhirnya dapat rneningkatkan
pendapatan petani yang didukung dengan ketersediaan modal, tenaga kerja, faktor
kelernbagaan serta sarana dan prasarana pendukung lainnya (Buletin Agribisnis
Propinsi Larnpung, 1997).
Selarna Pelita VI sampai dengan Pelita Vll sektor pertanian telah
rnemberikan surnbangan yang cukup berarti dalarn perekonornian Indonesia,
walaupun dalarn dasawarsa terakhir ini terjadi perubahan struktur ekonorni yang
ditandai oleh penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB, narnun
surnbangannya terhadap devisa negara dan penyediaan lapangan kerja rnasih
cukup besar. terutarna di daerah-daerah tertentu seperti propinsi Larnpung. Data
kontribusi sektor pertanian dan industri terhadap PDRB serta penyerapan tenaga
kerja dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Persentase Perkembangan KontribusiIPangsa Relatif Sektor Pertanian
dan lndustri Terhadap Total PDRB Propinsi Lampung, Tahun 1997-2000.
Harga Berlaku

1997

1

38,57

13,13
7,52

17.65

2-94

12,48

-3,04

13,12

/
I

j

,

-

Lainnya Perubaha
n ("0)
(Oh)
48,30

4,52

63.74

-5,17

38,49

0,73

40,80

1

1

15.44
-25,25
2.31

Surnber : Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung (2000)
Tabel 2.

Persentase Jurnlah Penduduk Yang Bekerja Pada Masing-masing
Sektor Pembangunan di Propinsi Lampung, Tahun 1996-2000.

-

!

-1

Pertanian

Pertambangan

'

lndustri

Tahun

Lainnya

1

Total

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Larnpung (2000)

Pada Tabel 1 terlihat bahwa perkembangan kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB propinsi Lampung tahun

1996-2000 relatif

mengalami penurunan

dibandingkan dengan sektor industri. Walaupun demikian jumlah tenaga kerja yang
dapat diserap oleh sektor pertanian masih cukup besar dan menunjukkan
peningkatan selarna 3 tahun terakhir, dimana jumlah angkatan kerja di propinsi
Lampung tercatat sebesar 3,169 juta pada tahun 1998 rneningkat rnenjadi 3,875
juta pada tahun 2000, yang berarti hampir separuh tenaga kerja bergeiak di sektor
pertanian yaitu sebesar 2.653.446 jiwa dari total angkatan kerja sebesar 3.875.232

jiwa. Sehingga perlu adanya strategi dengan rnenerapkan sistem agribisnis dan
agroindustri yang dapat rneningkatkan lapangan kerja dan industrialisasi di
perdesaan yang pada akhirnya mampu rneningkatkan pendapatan petani
khususnya di daerah sentra produksi.
Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah pertanian yang cukup
besar di luar pulau Jawa. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2000
bahwa luas lahan di propinsi Lampung adalah 3.301.748 ha yang yang tersebar di
delapan kabupaten dan dua kotamadya. Potensi lahan penyangga program
swasembada pangan sebesar 2.748.283 ha (83,24 %) yang dapat dilihat pada
Tabei 3.

Tabel 3.

Potensi Penggunaan Lahan Untuk Pertanian di Propinsi Lampung,
Tahun 1999.

1

1I
t

No

:

1

'

Penggunaan Lahan
Sawah

2

iahan kerin.r;!t.ega!an.

3

Lidangihurna

4

Pekarangan

5

Lzilan berpotensi belum

Luas (ha)

i
I

I

i
i

dimanfaatkan

1

Jumlah

\!

Penggunaan (%)
0,67

22.324
4134.804

I

14,08

266.499

I

8,07

230.212

i

6.97

1.764.444

i

53,44
I

2,748,283

1

83,24

Surnber : Badan Pusat StaUstik Propinsi Larnpung (2000)

Pada Tabel 3 terlihat bahwa luas lahan yang belum dimanfaatkan sebesar
1.764.444 ha yang sebagian besar rnerupakan lahan tidur atau lahan rnarjinal.
Lahan tersebut berpotens~untuk ditanarn~tanaman pangan dan palawija, sehingga

diharapkan

rnarnpu

rnernelihara

ketahanan

pangan

serta

rneningkatkan

kesernpatan kerja dan pendapatan petani
Ubikayu rnerupakan salah satu kornoditas pertanian yang cukup berpotensi
untuk dikernbangkan di propinsi Larnpung. Hal tersebut disebabkan selain rnasih
luasnya lahan rnarjinal yang dirniliki dan belurn dirnanfaatkan, juga kondisi lahan
dan iklirn yang rnenunjang bagi perturnbuhan dan perkernbangan tanarnan ubikayu.
Ubikayu juga rnerupakan kornoditas yang rne~nilikinilai strategis yang tinggi dalarn
kaitannya dengan usaha pengembangan agroindustri khususnya industri-industri
pengolahan yang rnernerlukan bahan baku ubikayu untuk keperluan ekspor,
sehingga peranan usahatani ubikayu dalarn kaitannya dengan sistern agribisnis
dan agroindustri sangat besar terhadap pendapatan rnasyarakat, kesernpatan
kerja, devisa, dan penyediaan bahan baku industri serta pernbangunan wilayah.
Perkernbangan tanarnan ubikayu di propinsi Larnpung selarna kurun waktu 19912000 disajikan pada Tabel 4.

Perkernbangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubikayu di

Tabel 4.

Propinsi Larnpung, Tahun 1991- 2000.
Tahun
1991

Surnber :

i

Luas panen (ha)

j

Produksi (ton)

:

144.487

1

1.828.198

1

1

Produktivitas
(tonlha)
12.65

Dinas Pertanian Tanarnan Pangan Propinsi Larnpung (2001)

.
i

Pada Tabel 4 terlihat bahwa, perkembangan luas panen dan produksi ubikayu di
propinsi Larnpung cukup berfluktuasi, sehingga berpengaruh terhadap produktivitas
ubikayu. Selama kurun waktu tahun 1991-1998 produktivitas ubikayu tertinggi di
propinsi Larnpung dicapai pada tahun 1993 yaitu sebesar 13,48 tonlha, walaupun
demikian rata-rata produksi tersebut rnasih berada di bawah standar potensi hasil
yang seharusnya yaitu 30 tonlha untuk lahan kering (Wargiono, 1993).
Rendahnya produktivitas ubikayu di propinsi Larnpung antara lain
disebabkan keterbatasan penguasaan teknologi produksi, keterbatasan modal
usahatani, rnanajemen budidaya yang belum efisien, serta tidak adanya jaminan
pasar yang menyebabkan lemahnya insentif harga yang diterima petani akibat dari
posisi tawar (bargaining position) petani terhadap pabrik yang sangat rendah.
Selain itu adanya sistern atau struktur pasar yang belurn efisien dan cenderung
bersifat rnonopsoni, sehingga rnenyebabkan kurangnya rnotivasi petani untuk
meningkatkan produktivitas usahataninya (Zakaria, 1997). Perkembangan harga
ubikayu. gaplek, dan tepung tapioka di propinsi Lampung tahun 1995-2000 dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Perkernbangan Harga Ubikayu, Gaplek, dan Tepung Tapioka pada
Berbagai Tingkat Pemasaran di Propinsi Larnpung, Tahun 1995-

2000.

1

I

/
1

!

I

1

Tahun

Harga Ubikayu
(Rplkg)
Tk.petani : Tk.pabrik

1

Karga Gaplek
Harga Tepung Tapioka
(RpIkg)
(Rp/kg)
Tk.petani i Eksportir J Tk.pabrik ! Konsumen

I

1995
1996
1997
1998
1999

75.83 i 104,17
43.75 j 76,25 j
62.00
83,25
143.8 : 189.50 :
13d.W
157,W

/

!

!

173,57
120,00
72,OO
258;OO
288.00

:
j

j

i
i

231.00
185,75
748,OO
482,00
333,OO

i
/

1

--

840.67
585.75
716,50
2.096,OO
1251,OO

i

'

994,OO
9oo,oo
960,OO
3.337,OO
1.642.00

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung (2001)

0

Pada Tabel 5, terlihat adanya fluktuasi dan perbedaan harga yang besar antara
ubikayu, gaplek, dan tepung tapioka di berbagai tingkat pemasaran. Di tingkat
petani dan pabrik, harga ubikayu segar pada tahun 2000 masing-masing sebesar
Rp. 168,-/kg dan Rp. 189,-/kg, untuk harga gaplek di tingkat petani dan eksportir
masing-masing sebesar Rp. 231,001kg dan Rp. 331,-/kg. Sedangkan untuk harga
tepung tapioka di tingkat pabrik damn konsumen masing-masing sebesar Rp.
1.480,-/kg dan Rp. 1.803,-/kg. Dari data diatas dapat diketahui bahwa petani
menjadi pihak yang paling dirugikan dalam sistem pembentukan harga, dimana
harga yang rendah akan mengakibatkan pendapatan petani menjadi rendah
bahkan terkadang dirugikan. Pada tahun 1998 dimana harga ubikayu terendah
mencapai Rp.80,00/kg dengan hasil rata-rata 11$8 tonlha dan total biaya produksi
sebesar Rp. 86,16/kg petani tidak mendapatkan keuntungan bahkan mengalami
kerugian sebesar Rp. 71.9481ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I
Lampung, 1999).
Rendahnya harga ubikayu yang diterima oleh petani disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain mutu yang rendah. produksi yang tidak stabil, rantai
tataniaga yang panjang, biaya transportasi yang tinggi, serta yang lebih utama lagi
disebabkan oleh harga dan rafaksi ditentukan sepihak oleh pabrik yang
mengindikasikan bahwa posisi tawar petani rnasih rendah di dalam mengambil
keputusan baik mengenai harga. rafaksi, dan penimbangan hasil (Zakaria, 1997).
Permasalahan harga bukan hanya menjadi persoalan bagi petani ubikayu
tetapi juga bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan
penerimaan devisa melalui ekspor. Jika harga ubikayu sangat rendah maka petani
akan mengalami kerugian sehingga peningkatan pendapatan petani akan sulit
dilakukan dan berakibat pada menurunnya motivasi petani dalam meningkatkan
produktivitas usahataninya, sehingga penerimaan devisa berkurang sebagai akibat

7

dari rnenurunnya volume ekspor. Untuk itu perlu adanya usaha pengernbangan dan
pengelolaan ubikayu terutama yang berbasis agroindustri yang marnpu rnenjaga
keterjaminan pasar dan harga ubikayu sehingga dapat rnenumbuhkan motivasi
petani dalarn meningkatkan produktivitas usahatani dan pendapatan petani.
Dengan adanya perubahan harga ubikayu yang cukup tinggi seiring dengan
peningkatan nilai tarnbah dari kegiatan pengolahan ubikayu, maka prospek
pengernbangan industri menjadi ha1 yang sangat penting untuk dikembangkan,
khususnya jenis agroindustri yang bersifat langsung melibatkan petani dalarn
kegiatan pengelolaannya, sehingga peningkatan nilai tarnbah yang dihasilkan dapat
didistribusikan langsung kepada petani. Pengembangan industri pertanian
(agroindustri) pada intinya tetap bertitik tolak pada pernikiran untuk rneningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama di perdesaan. Hal tersebut dinyatakan oleh
Soekartawi (1991), bahwa dalarn banyak kegiatan beberapa peranan agroindustri
baik industri pengolahan hasil pertanian maupun industri rnesin dan peralatan
pertanian diantamnya marnpu rneningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan,
menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan devisa negara.
Dari beberapa perrnasalahan tersebut di atas, rnaka salah satu alternatif
yang dipilih oleh Pernda Propinsi Larnpung untuk rnengatasi berbagai rnasalah
dan rnernanfaatkan peluang di bidang pengembangan ubikayu adalah dengan
meningkatkan pengernbangan dibidang industri pengolahan ubikayu menjadi
produk yang merniliki nilai ekonorni tinggi seperti tepung tapioka. Kebijaksanaan
yang diambil sejak tahun 1998 adalah rnengembangkan suatu sub sistem
agroindustri pengolahan tapioka yang berbasis pada ekonorni rakyat dan
pemberdayaan rnasyarakat desa yang lebih dikenal dengan istilah lttara.
lndustri Tepung Tapioka Rakyat (Ittara) rnerupakan industri pengolahan
tapioka berskala kecil dengan kapasitas 1 sampai 5 ton tepung tapioka'per satu

S

kali giling. lttara yang dikembangkan oleh Pemda bersama instansi terkait dan
petani rnerupakan salah satu terobosan dibidang pengembangan teknologi dan
industri pengolahan ubikayu rnenjadi tapioka, rnengingat industri tersebut memiliki
keunggulan diantaranya menggunakan teknologi dan proses yang cukup
sederhana serta modal investasi yang relatif kecil dengan rnanajemen usaha yang
tidak rurnit (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dati I Larnpung, 1999). Pada
Tabel 6, dirinci beberapa klasiiikasi mesin lttara yang dikernbangkan di Propinsi
Lampung.

Tabel 6. Klasifikasi Tipe Mesin lttara yang Dikembangkan di Propinsi Lampung.

I

Klasifikasi
ltiara
Tipe P.
TipeB

1

1
I

i

Tipe C

Nilai lnvestasi
(Rp)
275.000.000

1

i

1

Bahan Baku Ubikayu
i
Segar (kg)
10.000-20.OOO

I

100.000.000
40.000.000

5.000-10.000
1.000-5.000

1

Kapasitas
(kglhari)
2.500-5.000
1.000-2.500

1

250-1.000

I
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lampung (2001)

Pengembangan dan pengoperasian lttara yang dikelola oleh kelompok tani
bertujuan agar petani melalui Koperasi Unit Desa (KUD) tidak menjual ubikayu
basah melainkan berupa tepung tapioka yang niemberikan nilai tambah yang tinggi
sehingga petani diharapkan akan menerima harga ubikayu yang layak.
Pengembangan industri pengolahan tapioka rakyat antara petani melalui
kelompok tani yang tergabung dalam KUD. diharapkan dapat meningkatkan
pemberdayaan petani ubikayu dengan rnemperkuat pembentukan harga ubikayu
melalui kegiatan pengolahan, selain ttu dampak sosial ekonomi pengembangan
lttara diharapkan marnpu menumbuhkan motivasi petani dalarn usaha per~ingkatan

9

produktivitas usahataninya dan rnenstirnulir turnbuhnya industri skala perdesaan
lain yang dapat diusahakan petani sehingga dapat rnernberikan kontribusi positif
terhadap peningkatan pendapatan petani, rnernperluas kesernpatan kerja, yang
pada akhirnya peningkatan kesejahteraan petani ubikayu dapat tercapai.
Keberhasilan suatu kegiatan agroindustri yang dirnulai dari proses pra
produksi, pengolahan hasil, dan pernasaraan tidak terlepas dari peranan sistern
kelernbagaan yang ada baik kelernbagaan pernerintah, swasta rnaupun rnasyarakat
(petani) itu sendiri. Kelancaran kegiatan tersebut

akan tercapai rnelalui

penyernpurnaan fungsi kelernbagaan yang ada dan dapat rnendorong kegiatan
berproduksi yang pada akhirnya akan rnernperluas kesernpatan kerja dan
rneningkatkan pendapatan. Kegiatan produksi, pengolahan tapioka dan pernasaran
rnerupakan suatu konsep sistern pertanian dan agroindustri. Sistern agroindustri
yang baik diharapkan akan lebih rnendorong petani untuk rneningkatkan
produktivitas usahataninya sehingga terjadi peningkatan pendapatan petani,
perturnbuhan ekonorni, dan rnerniliki darnpak terhadap pernbangunan wilayah di
propinsi Larnpung.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, rnaka dalarn penelitian ini akan dikaji
beberapa perrnasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ~lsahataniubikayu rnelalui pengernbangan industri tepung tapioka
rakyat (Ittara) rnenguntungkan untuk diusahakan.
2. Bagairnana sistern kelernbagaan dalarn proses produksi, pengolahan tapioka.
dan sistern pernasarannya.
3. Bagairnana

keragaan

perkernbangan

pernbangunan wilayah di Propinsi Larnpung.

ubikayu

dan

lttara

terhadap

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui :
1. Kinerja finansial dan ekonomi usahatani ubikayu dan industri tepung tapioka

rakyat (Ittara) terrnasuk tingkat pendapataan dan nilai tambah produk.
2. Sistem kelernbagaan dalam proses produksi, pengolahan tapioka, dan sistem
pemasarannya.
3. Keragaan perkembangan ubikayu dan lttara dalam pernbangunan wilayah di

Propinsi Larnpung.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan inforrnasi bagi
pengambil kebijakan dalam pengembangan lttara di propinsi Lampung, baik dari
proses produksi, pernasaran, sistem kelernbagaan yang ada, maupun peranannya
terhadap pendapatan petani, kesernpatan kerja, dan pernbangt~nanwilayah di
Propinsi Larnpung.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Agronomis Ubikayu
Ubikayu (Manihot esculenta Grantz)

yang iebih dikenal dengan nama

daerah singkong merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang tergolong
dalam family Euphorbiaceae, dengan ciri-ciri pohon kecil dan batang berkayu.
Ubikayu merupakan tanaman daerah tropis yang rnempunyai daya adaptasi yang
cukup tinggi baik terhadap iklim yang kurang baik, maupun jenis lahan yang kurang
subur (Wargiono dan Barret, 1996). Untuk mendapatkan hasil yang tinggi, ubikayu
harus ditanam di daerah yang merniliki penyinaran penuh minimal 10 jam per hari.
Tanaman ini dapat tumbuh di segala jenis tanah terutama Latosol, Alluvial, dan
Podsolik serta memerlukan curah hujan tahunan optimum 760 sampai 1.050 mm.
Di Inodesia, ubikayu dapat ditanam didataran sampai ketinggian kira-kira 1.500 m
dari permukaan laut, suhu minimum 10°C dan kelembaban rata-rata 65 % (Balai
lnformasi Fertanian Lampung, 1998).
Perkembangbiakan ubikayu umumnya dilakukan dengan setek walaupun
tanaman ini dapat juga dikernbangbiakan dengan biji yang kegunaan utamanya
untuk pemuliaan tanaman. Bagian batang yang baik untuk keperluan bibit adalah
batang yang sudah berkayu, berumur 7-15 bulan, diambil 1-3 m dari batang untuk
setek dengan panjang setek kira-kira 25 cm.
Ubikayu terkenal sebzgai tanaman yang banyak menghisap unsurhara dari
tanah dan semakin meningkat ses~iai dengan pertambahan umurnya. Untuk
mendapatkan hasil yang tinggi perlu dilakukan pemupukan terutama Urea, ZA: dan
TSP. Pemberian pupuk dilakukan sebanyak dua kaii yakni pada waktu tanam

diberikan 113 dosis N dan K2@ serta seluruh p~lpukP205, kemudiaii setelat:
berumur 2-3 bulan diberikan pupuk susulan berupa 213 dosis N dan KzO.

I?

Pemberian pupuk dilakukan dengan cara menugal kira-kira 10 cm dari tanarnan
kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 60-120 kg N per
ha, 30 kg PzOsper ha, dan 50 kg KzO per ha.
Pemanenen ubikayu yang tepat adalah pada saat karbohidrat atau
kandungan tepung dalam umbi dan produksi dalam keadaan optimal, yang ditandai
daun yang rnenguning dan banyak yang rontok, umur tanaman telah rnencapai 714 bulan tergantung varietas yang ditanam (Ditjen Tanaman Pangan 1989 diacu
dalam Sentosa 1996).

2.2. Ruang Lingkup Agribisnis, Agroindustri, dan Kesempatan Kerja
Agribisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh dan tidak dapat terpisah
antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya mulai dari proses produksi,
pengolahan hasil, pemasaran dan aktifitas lain yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian (Soekawati, 1991). Menurut Hernanto (1989), sebagian agribisnis terdiri
dari sekior industri, yaitu industri hulu yang rnenghasilkan sarana produksi
pertanian dan industri hilir yang mengolah hasil-hasil pertanian rnenjadi produk
baru.

Kesatuan antara industri huiu dan industri hilir dikenal dengan istilah

agroindustri.
Menurui Hasyim dan Zakaria (1995). agroindustri adalah suatu kegiatan
pengolahan bahan baku melalui transformasi dengan menggunakan perlakuan fisik
dan kimia. penyimpanan, pemasaran dan distribusi. Ciri penting dari agroindustri
adalah kegiatannya tidak tergantung musirn. memiliki rnanajemen usaha yang
modem. skala usaha yang optimal dan efisien, serta inampu menciptakan nilai
tambah yang tinggi. Selcnjutnya menurut Moelgini (1993), agroindustri rnerupakan
bagian

(subsistem)

dari

sisteni

agribisnis

yang

mernproses

dan

rnentransformasikan produk mentah hasil pertanian menjadi barang setengah jadi

l?.

atau barang jadi yang dapat langsung dikonsumsi dan digunakan dalam proses
produksi, dimana komponen agroindustri terdiri dari bahan mentah, bahan
pembantu, tenaga kerja, modal, manajemen, teknologi, dan fasilitas penunjang
yang dipengaruhi oleh kebijakan dalam pelaksanaan sistem agroindustri.
Lokasi berlangsungnya kegiatan agroindustri dapat terjadi di tiga tempat,
yaitu: (1) dalam rumah yang dilakukan oleh anggota rumah tangga petani penghasil
bahan baku, (2) dalam bangunan yang menempel atau terpisah dari rumah tempat
tinggal tetapi masih dalam satu pekarangan dengan menggunakan tenaga kerja
khususnya yang berasal dari dalam keluarga, dan (3) dalam perusahaan kecil,
sedang, maupun besar yang menggunakan buruh upah dan modal yang lebih
intensif dibandingkan dengan industri rumah tangga, baik dilakukan secara
perorangan maupun sistem kerjasama atau

kemitraan (Soeharjo.

1990).

Ditambahkan oleh Lukmana (1993), pengembangan agroindustri diarahkan agar
dapat menciptakan keterlibatan yang erat antara sektor pertanian dan sektor
industri yang dapat mendorong peningkatan nilai tambah dan menumbuhkan
kegiatan ekonomi, khususnya di perdesaan. Pengembangan suatu usaha di
perdesaan ditujukan untuk membantu petani dalam rangka meningkatkan
pendapatannya rnelalui nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan pengolahan
sekaligus memperluas kesernpatan kerja. Bertambahnya lapangan kerja akan
menyerap angkatan kerja yang ada sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Menurut Wirosuharjo j1986), penyerapan tenaga kerja adalah jumlah
lowongan pekerjaan yang tersedia dan ditawarkan kepada tenaya iterja yang
memburuhkan pekerjaan. Lowongan pekerjaan ini dapat ditempati oleh tenaga
Sangir
kerja yang sesuai dengan golongan pekerjaan yang ditawarkan. Sela~~jutnya
(1989 diacu dalam Burniat 1998) mengatakan bahwa penyerapan tenaga kerja
pengertiannya sering disamakan dengan kesempatan kerja. Kesempatan kerja

I4

adalah kondisi dirnana seseorang penduduk dapat melakukan kegiatan untuk
rnernperoleh imbalan jasa atau penghasilan dalarn jangka waktu tertentu.
Kesernpatan kerja juga dapat diartikan sebagai lapangan pekerjaan yang terdapat
dalam rnasyarakat atau peluang yang ada bagi tenaga kerja yang membutuhkan
pekerjaan (Soeharjo, 1990).
Menurut Djojohadikusumo (1983 diacu dalam Siturnorang et a/. 1996),
perluasan kesempatan kerja dapat dilakukan dengan mernperluas kegiatan
ekonorni yang akan meningkatkan kegiatan produksi dan penggunaan salah satu
input produksi yang utarna yaitu tenaga kerja. Salah satu wujud dari kegiatan
ekonorni adalah dikernbangkannya agroindustri.

Selanjutnya Baharsyah (1989

diacu dalam Burniat 1998) rnenyatakan bahwa pilihan strategis untuk rnernperluas
kesempatan kerja antara lain melalui pengembangan agroindustri, karena dengan
adanya agroindustri di suatu wilayah berarti mengurangi pengangguran sehingga
agroindustri berperan juga dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani.

2.3. Konsep dan Potensi Pengernbangan lndustri Tepung Tapioka Rakyat (Ittara)

Kembalinya

perhatian

banyak

pihak

terutama

pernerintah

dalarn

pengembangan sektor pertanian bukan tidak ada alasannya. Ketika ekonorni
nasional mengalami krisis, sektor pertanian diharapkan dapat menjadi sektor
andalan yang rnarnpu rnenyelarnatkan perekonornian nasional. Sektor pertanian
akan rnarnpu rnenjadi penyelarnat bila dilihat sebagai sustu sistem yang terkait
antara sistem agribisnis dengan industri pengolahan (agroindustri). Jika sektor
pertanian hanya berputar atau dikelola pada sub sistem usahataninya saja tanpa
ditunjang oleh sistern-sistern lainnya seperti agroindustri, pemasaran, dan lain-lain
maka sektor ini tidak akan memberi rnanfaat yang berarti bagi petani.

I5

Beberapa

permasalahan

umum

yang

dihadapi

petani

dalam

mengembangkan usahataninya antara lain adalah keterbatasan penguasaan
teknologi produksi, keterbatasan modal, dan rantai tataniaga yang relatif panjang
sehingga menyebabkan pendapatan petani menjadi rendah. Hal ini juga menimpa
petani ubikayu di propinsi Lampung yang merupakan salah satu daerah penghasil
ubikayu terbesar di luar Jawa.
Untuk

rnengatasi

ha1 tersebut,

maka

Pemda

Propinsi

Lampung

mengeluarkan kebijakan mengenai industrialisasi yang berbasis pertanian terutama
di perdesaan baik industri yang berskala besar maupun berskala kecil yang lebih
banyak tumbuh di daerah perdesaan. Apalagi Propinsi Lampung dicanangkan
sebagai bumi agribisnis dengan komoditi unggulan jagung dan ubikayu yang
memiliki prospek pengembangan yang sangat luas dan ditunjang oleh tersedianya
lahan; tenaga kerja, modal kerja, dan teknologi usahatani yang pada akhirnya
diharapkan industrialisasi dalam agroindustri akan lebih berpihak kepada petani
sebagai pelaku utarna proses produksi.
Salah satu aiternatif yang cukup layak untuk dilaksanakan dalarn
mewujudkan terealisasinya kebijakan pemerintah tersebut adalah pengembangan
industri pengolahan ubikayu rakyat menjadi tapioka berskala kecil atau yang
dikenal dengan sebutan lttara pada daerah-aaerah sentra produksi ubikayu di
propinsi

Lampung.

Pengembangan

lttara

diharapkan

mampu

menumbuhkembangkan ekonomi perdesaan dan me~nberikanpengaruh sosial
ekonomi yang positif yang diharapkan dapat rneningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani.
Dalam konsepnya. pembangunan lttara seharusnya dilaksanakan secara
kemitraan antara petani, kelompok tani industri kscil (pabrik lttara) dan pengusaha
pada industri hilir. Adanya kemitraan tersebut diharapkan dapat mengurangi

I0

kelernahan-kelernahan yang rneliputi surnberdaya rnanusia, teknologi, modal, dan
pemasaran. Kemitraan yang dikembangkan diharapkan merupakan hubungan
sinergis yang saling menguntungkan antara kelornpok tani (rnitra tani) sebagai
pemasok bahan baku dengan pabrik lttara sebagai mitra media, serta industri hilir
sebagai mitra industri, kemudian Pernda rnelalui Dinas Pertanian, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Koperasi, dan Perguruan Tinggi yang
bertindak sebagai penghubung (fasilitator) antar mitra (badan mediator)
Beberapa konsep pendirian lttara antara lain adalah :
1. Merupakan industri pengolahan ubikayu rakyat rnenjadi tapioka yang berskala
kecil.
2. Modal investasi relatif kecil
3. Teknologi dan proses produksi cukup sederhana.

4. Manajemen usaha yang tidak rumit dan mudah diterapkan
Tujuan dan manfaat pendirian lttara, antara lain adalah :
1. Meningkatkan nilai tambah produk
2. Meningkatkan pendapatan petani ubikayu rnelalui peningkatan produksi dan

rnutu ubikayu serta pembentukan harga ubikayu yang layak.
3. Mendorong petani untuk melaksanakan usahatani dengan pola agribisnis dalarn

usaha pemberdaysan petani.
4. Membuka kesempatan kerja di perdesaan.

5. Menstirnulir turnbuhnya kegiatan ekonorni yang lain di perdesaan yang dapat
mernberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani.
6. Menekan intewensi pengusaha besar terhadap ubikayu dalarn rnenentukan
i

harga jual.

2.4. Kelernbagaan dan Kemitraan
2.4.1. Kelernbagaan
Kaitan kelernbagaan diartikan sebagai keeratan rnanajemen antara
perusahaan rurnah tangga, perusahaan-perusahaan industri kecil dengan
perusahaan-perusahaan lain yang berskala lebih besar. Hubungan antar lernbaga
itu bersifat saling rnelengkapi, dimana beberapa perusahaan industri kecil (Ittara)
dengan

rnanajemen

yang

terpisah

rnempunyai

hubungan

yang

saling

menguntungkan dengan perusahaan-perusahaan besar, rnisalnya dalam ha1
membeli bahan baku, pembagian lokasi pemasaran dan penentuan harga jual
biasa. Bentuk ini sangat efektif diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang
rnenghasilkan barang-barang sejenis maupun perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan barang komplementer.
Pengertian lain dari kelernbagaan yaitu rnerupakan aturan seperangkat
tingkah laku yang mengatur pola hubungan dan pola tindakan.

Kelernbagaan

sangat penting dalarn pembangunan nasional karena rnempunyai kontribusi yang
besar dalarn rnernecahkan masalah aktual yang dihadapi oleh rnasyarakat,
terutarna dalarn proses pernbangunan yang rnengkoordinasikan para pernilik input
dalam proses menghasilkan output dan mendistribusikan daripada output tersebut.
Koperasi rnerupakan suatu kelembagaan yang efektif bagi industri kecil dan
rnerupakan saiah satu wadah kegiatan usaha ekonorni yang menjadi unsur penting
untuk rnenghadapi giobalisasi ekonorni (Swasono, 1994).
Menurut Anwar (2000) rnenyatakan bahwa kelernbagaan (instit~tion)~
sebaga~aturan main (rule of the game) dan organisasi, berperan penting dalarn
mencatur

penggunaanlalokasi sumberdaya

secara

efisien.

rnerata,

cian

berkelanjutar; (sustainable). Langkah awal guna mencapai efisiensi dalam alokasi
sumberdaya