1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan suatu bangsa, dengan pendidikan perkembangan dan
kelangsungan hidup bangsa tersebut akan terjamin. Dengan adanya pendidikan seseorang dapat mengembangkan potensi dalam dirinya yang
dapat bermanfaat untuk masyarakat, bangsa dan negara. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam Husaini 2009:11 yang berbunyi : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keverdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap perkembangan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang
berkualitas akan memberikan kontribusi yang besar dalam pencapaian keberhasilan pembangunan. Salah satu kunci keberhasilan pembangunan
dalam suatu negara adalah kualitas pendidikan di negara tersebut. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan suatu negara perlu meningkatkan
kualitas pendidikan yang didalam pendidikan tersebut dituntut untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi.
Syaiful Sagala mengatakan bahwa pendidikan adalah “suatu keseluruhan usaha mentransformasikan ilmu, pengetahuan, ide, gagasan, norma,
hukum dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu, baik secara struktural formal, serta informal dalam suatu sistem pendidikan nasional”.
Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah
pendidikan yang
berlangsung secara
teratur, bertingkat
dan berkesinambungan. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan
yang dilakukan secara tertentu tetapi tidak mengikuti peraturan yang ketat. Universitas sebagai lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan
bagi mahasiswa. Sebagai penyelenggara pendidikan formal, universitas mengadakan kegiatan secara berjenjang dan berkesinambungan. Di
samping itu universitas sebagai lembaga pendidikan formal juga berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswanya
sehingga mahasiswa mendapatkan prestasi belajar yang semaksimal mungkin.
Akan tetapi banyak hal yang membuat prestasi pendidikan ini makin mengalami keterpurukan yang diakibatkan dari penerapan sistem
pendidikan nasional maupun kurang tepatnya langkah-langkah yang digunakan mahasiswa untuk belajar. Data terakhir badan PBB yang
membawahi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan UNESCO tentang indeks pembangunan pendidikan atau education development
index EDI menunjukkan, Indonesia berada di posisi ke-69 dari 127 negara. Indeks yang dikeluarkan pada 2011 ini jauh menurun dari tahun
sebelumnya. Indonesia terus mendapat prestasi yang rendah dalam uji
berstandar internasional atas prestasi belajar akademik, bahkan setelah memperhitungkan kondisi sosial ekonomi. Di tahun 2003, Indonesia
mendapat posisi ke-33 dari 45 negara dalam Third International Mathematics Science Study TIMSS. Di tahun 2006, Program for
International Student Assessment PISA, yang menilai seberapa baik kesiapan prestasi peserta didik dalam menghadapi kehidupan, Indonesia
mendapat peringkat 50 dari 57 negara dalam bidang ilmu pengetahuan. Seperti yang diungkapkan Prof. Muhammad Syukur seorang Guru Besar
Universitas Sumatera Utara USU, kendala yang dihadapi saat ini adalah kurangnya partisipasi mahasiswa untuk mendukung prestasi mereka
sehingga mengakibatkan tidak semua bahasan atau materi dapat terserap mahasiswa. Berdasarkan
hasil penelitian Lembaga Penyelidikan
Pendidikan Unpanj menyebutkan bahwa salah satu rendahnya kualitas mahasiswa karena rendahnya cara belajar di SMA yang akhirnya terbawa
sampai ke jenjang Perguruan Tinggi. Hal itu bertolak belakang dengan perkuliahan di Perguruan Tinggi yang menuntut efektif belajar tinggi.
Seorang mahasiswa diharuskan menguasai pokok perkuliahan melalui materi yang diterangkan dosennya.
Disisi lain banyak mahasiswa yang kesulitan menyelesaikan kuliah secara tepat waktu. Hal ini disebabkan oleh persiapan kuliah yang kurang
dan ketrampilan belajar yang rendah semenjak masuk ke Perguruan Tinggi Kecenderungan ini karena banyak mahasiswa yang mengutamakan
kegiatan perkuliahan saja dan mengabaikan persiapan dan tindak lanjut kuliahnya. Proses perkuliahan menjadi tidak menarik, materi sukar untuk
dipahami, dan tugas-tugas kuliah tidak selesai sesuai dengan batas waktu
pengumpulannya Satgassus, 2011:2. Hal tersebut akan mengakibatkan penguasaan materi yang rendah dan menjatuhkan motivasi dalam belajar
di kelas. Akibatnya akan berdampak negatif terhadap prestasi belajar yang mengecewakan di Perguruan Tinggi. Temuan berikutnya menyatakan
sebesar 56 mahasiswa menyatakan bahwa mereka tidak selalu belajar setiap hari. Untuk mengatasi kesulitan dalam memahami mata kuliah, 76
mahasiswa memilih membaca buku, berdiskusi dan menggabungkan keduannya untuk menambah pemahamanya.
Hasil penelitian Azharie Hasan yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember 2006 itu menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di
bawah negara Malasyia dan Singapura. Kenyataan yang terjadi, prestasi belajar yang dicapai oleh para mahasiswa kurang optimal. Bank Dunia
juga mendesain penelitian melalui video situasi pembelajaran di kelas. “yang terjadi peningkatan kualitas pendidikan di kelas dan sekolah
ternyata tak berjalan seperti yang diharapkan. Prestasi siswa tak meningkat signifikan.” jelas Mae, ketika itu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
mahasiswa yang mengambil UP ujian perbaikan pada beberapa mata kuliah. Selama ini banyak kasus yang sudah melekat pada diri seorang
mahasiswa, mulai dari kegagalan dalam perkuliahan seperti gagal lulus dimata kuliah tertentu dan harus mengulang tahun depan, indeks prestasi
rendah atau dibawah rata-rata bahkan hingga keterlambatan didalam kelulusan akademik.Sumber:
www.klikwebcenter.com Usaha pemerintah untuk meningkatkan prestasi belajar anak dan
generasi muda khususnya mahasiswa. Umumnya melalui pelayanan
bidang pendidikan, merupakan usaha yang mendasar. Usaha pemerintah tersebut di antaranya adalah kebijakan tentang wajib belajar, perubahan
kurikulum pendidikan dasar dan menengah, perbaikan sistem seleksi mahasiswa, perbaikan sistem pendidikan profesional guru, baik guru
sekolah dasar, guru sekolah menengah, maupun guru PAUD, peningkatan kemampuan profesional guru dan dosen serta berbagai usaha lainnya,
seperti dengan meningkatkan minat belajar dan selalu mengulang materi yang telah diajarkan. Dengan usaha ini diharapkan mahasiswa mampu
mengembangkan bermacam-macam ketrampilan dan sikap belajar yang mendukung positif terhadap penguasaan materi perkuliahan. Jadi sebagai
seorang mahasiswa mengikuti kuliah bukan sekedar mencari nilai saja tetapi serangkaian aktivitas yang bermanfaat bagi masa depan, dengan
meningkatnya prestasi belajar maka akan diikuti dengan peningkatan nilai IPK, yang nantinya akan mampu bersaing dalam dunia kerja. Mahasiswa
harus belajar dengan baik yaitu belajar dengan tertib, mengatur waktu belajar, mengikuti kuliah, membaca buku, membuat ringkasan, dan
menghafal pelajaran Ginting, 2003:144-145. Sehingga prestasi belajar yang akan dicapai bisa sesuai harapan dan tentunya akan memuaskan.
Baik untuk diri sendiri, Universitas, Bangsa dan Negara, sehingga mampu meningkatkan prestasi Indonesia di mata dunia.
Menurut Staf Ahli Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud Prof. Dr. Kacung Marijan, mencari masalah dalam dunia
pendidikan di Indonesia akan sangat mudah, mengingat kompleksnya
persoalan di Tanah Air. Selain angka putus sekolah, pendidikan di Indonesia juga menghadapi berbagai masalah lain, mulai dari faktor
internal dan faktor eksternal. Salah satu keberhasilan pendidkan ditunjukkan dengan prestasi akademiknya, diharapkan para pelaku
pendidikan dapat meningkatkan prestasinya agar mampu bersaing dengan negara lain. Pada kenyataanya ditemukan tuntutan prestasi akademik pada
peserta didik semakin tinggi sementara daya belajarnya biasa-biasa saja. Hal inilah yang menyebabkan tingkat keberhasialn peserta didik
mahasiswa dalam prestasi akademik kurang sebagaimana yang diharapkan.
Melihat dari berbagai sumber diatas memang pendidikan di negara kita masih terbilang rendah, meskipun ada beberapa prestasi
menggembirakan yang diraih anak bangsa diajang olimpiade pendidikan tingkat dunia, namun itu hanya dimilki beberapa individu saja, belum
mampu dimiliki peserta didik di Indonesia seutuhnya rata-rata. Hal ini juga yang terjadi di kalangan mahasiswa pendidikan akuntansi UMS
angkatan 20102011, prestasi yang diperoleh mahasiswa secara merata kurang memuaskan, ada yang mencapai prestasi yang tinggi ada juga yang
memperoleh prestasi yang rendah. Hal ini dilihat dari IPK yang tidak merata, jika IPK dibawah 2,75 bisa dikatan prestasi yang diraih mahasiswa
rendah. Mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda yang mela\ksanakan pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan prestasi yang
lebih tinggi sehingga bisa membawa perubahan untuk diri dan bangsanya.
Prestasi itu dapat ditingkatkan salah satunya dengan minat belajar yang tinggi dan melaksanakan kontinuitas belajar.
Menurut Muhibbin Syah 2010:129, Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seorang individu terdiri dari tiga macam, yakni :
faktor internal faktor dari dalam individu, faktor eksternal faktor dari luar individu, dan faktor pendekatan belajar approach to learning. Dari
faktor-faktor tersebut ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu kurangnya minat belajar dan juga kontinuitas belajar.
Keberhasilan pendidikan akan tercapai apabila prestasi belajar yang dihasilkan dalam proses pendidkan tersebut memuaskan. Prestasi belajar
yang dihasilkan tentunya tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Adanya faktor minat belajar ini bisa mempengaruhi prestasi belajar
mahasiswa. Karena meskipun seorang mahasiswa memiliki minat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap merasakan kemalasan,dan
mengalami keengganan. Minat memegang peranan penting dalam kehidupannya dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap,
minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, individu yang berminat terhadap sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan
berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Lemahnya minat belajar maka akan menurunkan kegiatan belajar. Menurut Slameto
2003:180 Minat adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minatnya. Bisa dikatakan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang
terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat
mengandung unsur kognisi mengenal, emosi perasaan, dan konasi kehendak. Oleh sebab itu, minat dianggap sebagai respon yang sadar,
sebab jika tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dalam hal ini motivasi merupakan komponen pendukung minat belajar
mahasiswa. Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila mahasiswa mengetahui
betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka mahasiswa akan merasa haus untuk
menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang dosen mampu membuat mahasiswanya merasa membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa
membutuhkan ilmu maka tanpa disuruh pun mahasiswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat mahasiswa untuk menunutut ilmu sangat
tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar yang akan berdampak pada prestasi belajar mahasiswa.
Selain faktor intern minat belajar mahasiswa dalam prestasi belajar yaitu kontinuitas belajar. Dalam definisi belajar telah diketahui bahwa
belajar merupakan suatu proses, yang tentu saja bertahap dan memerlukan
waktu yang lama. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan diperlukan usaha dalam kegiatan belajar, usaha tersebut misalnya
melakukan kegiatan secara kontinu atau berkelanjutan. Proses belajar yang berlangsung secara kontinu akan membantu seseorang untuk memahami
suatu materi sehingga dapat menunjang prestasi belajar yang dihasilkan. Kontinuitas berasal dari kata ‘kontinu’ yang berarti berkesinambungan,
berkelanjutan, terus menerus. Menurut Alwi 2005:591 “Kontinuitas adalah kesinambungan, kelangsungan, kelanjutan, keadaan kontinu”.
Sedang menurut Reber 2010:203, “Continuity atau kontinuitas sebuah karakteristik sistem atau proses sedemikian rupa sehingga menampilkan
pentahapan berturut-turut dan berkelanjutan”. Dalam kontinuitas belajar, seorang individu atau dalam hal ini
seorang mahasiswa mempunyai peranan langsung dalam pencapaian prestasi belajar yang baik. Hal ini dikarenakan dalam menumbuhkan
kemauan mahasiswa untuk belajar diperlukan kesadaran diri sendiri untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan yang diinginkannya, sehingga
mahasiswa mempunyai keinginan untuk belajar secara terus menerus dan teratur agar mendapatkan prestasi yang baik. Apabila mahasiswa telah
memiliki keinginan untuk belajar secara teratur maka mahsiswa akan lebih banyak menyerap materi daripada mahasiswa yang belajarnya tidak
teratur. Mahasiswa memiliki keterbatasan menyerap materi yang banyak dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, diperlukan adanya keteraturan
dalam belajar agar materi tersebut dapat selalu lekat dalam ingatan seorang individu.
Kontinuitas belajar bukan merupakan bakat atau bawaan seorang individu, tetapi kontinuitas belajar merupakan kebiasaan dalam belajar
kebiasaan tersebut dapat dilatih. Membiasakan diri untuk kontinu dalam belajar memerlukan tekat dan kesabaran karena dengan adanya tekat yang
kuat akan memunculkan semangat dari dalam diri sehingga ketika melakukan sesuatu kita akan merasa mudah dan ringan. Membiasakan diri
untuk kontinu dalam belajar juga membutuhkan kesabaran karena belajar dilakukan secara terus menerus, rutin, dan berkesinambungan. Jadi
mahasiswa memerlukan waktu untuk belajar setiap harinya. Kesabaran disini dapat diartikan sabar dalam meluangkan waktu, tenaga dan fikiran.
Apabila minat
belajar dikembangkan
bersamaan dengan
kontinuitas belajar di dalam dirinya, maka besar kemungkinan akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan seperti misalnya prestasi belajar.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR DAN KONTINUITAS BELAJAR PADA
MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN 20102011 FKIP UMS”.
B. Pembatasan Masalah