PERAN ASEAN DALAM PENANGANAN PENGUNGSI ROHINGYA DARI MYANMAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Perkembangan

Islam

di

kawasan

Asia

Tenggara,

pada

awalnya

disebarluaskan melalui jalur kegiatan dagang dengan jalan damai, terbuka dan

tanpa pemaksaan yang dilakukan atas interaksi masyarakat di wilayah tersebut
dengan para pedagang yang berasal dari Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat dan
lain-lain. Untuk mempermudah proses islamisasi ini, maka pedagang muslim
memanfaatkan penduduk di daerah pesisir untuk jalur penyebarannya1.
Dalam masa ini, mayoritas islam di kawasan Asia Tenggara berkembang
pesat secara damai di negara Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Sedangkan di negara lain pada kawasan tersebut, islam berkembang sebagai
kelompok minoritas diantara mayoritas agama lain (seperti di Thailand, Filipina
dan Myanmar). Adapun, sebutan minoritas muslim disini bukan saja diartikan atas
jumlah yang relatif kecil melainkan perbedaan tradisi dan budaya muslim dengan
agama mayoritas yang berkembang pesat di negara tersebut.
Pada suatu tatanan masyarakat nilai-nilai agama dipandang sebagai sarana
ritual untuk mengatur kehidupan pemeluknya, dimana dalam suatu negara
multikultural hal ini menjadi perbedaan ideologi yang memaknai pertentangan

1

http://www.pdfking.net/BAB-XVI-ISLAM-DI-ASIA-TENGGARA--PDF.html. Diakses
tgl 16 maret 2009


kaum minoritas dalam mencari identitas agamanya. Dengan adanya hal tersebut
akan memicu konflik yang dilandasi atas keinginan kaum minoritas untuk
mendapatkan kesejajaran dan perlakuan yang sama dengan kelompok mayoritas di
negara tersebut. Hal ini mengakibatkan pemerintah yang menginginkan kelompok
mayoritas sebagai identitas bangsa melalukan tindakan yang melanggar hak asasi
manusia seperti yang terjadi pada pengungsi Rohingya yang tidak hanya
mengundang reaksi masyarakat international namun juga mengundang reaksi nongoverment international.
Kemudian, dalam perkembangan institusionalisasinya ASEAN masih
mempunyai banyak tugas untuk menangani berbagai ancaman yang dihadapi
dunia khususnya Asia Tenggara, yang berkembang jauh pada persoalan keamanan
komprehensif yang menyangkut aspek – aspek seperti : ekonomi; sosial budaya;
lingkungan hidup; pangan; penyebaran senjata nuklir, biologi, kimia; teroris;
ancaman dari organisasi kejahatan transnasional dalam bidang narkotika dan
illegal human trafficking; bahkan isu – isu lain seperti demokratisasi dan HAM.
Isu – isu keamanan seperti inilah yang disebut isu keamanan non-tradisional yang
membutuhkan beberapa solusi penyelesaian sebagai upaya meningkatkan
kerjasama dalam bidang ekonomi, sosbud serta politik keamanan.
Namun, dalam perkembangan organisasi tersebut, ASEAN hanya terfokus
dengan kerjasama di bidang ekonomi sehingga lemah dalam penanganan masalah
lain. Hal ini terbukti pada saat pelaksanaan KTT ASEAN ke- 14 yang lalu, hampir

keseluruhan topik masalah yang dibahas adalah persoalan tentang perekonomian.
Sedangkan, negara – negara anggota ASEAN juga menghadapi persoalan rumit

lain yang menunjukkan keterkaitan antara masalah politik seperti demokratisasi
dan hak asasi manusia, ekonomi, dan sosial, sebagaimana yang terjadi pada
persoalan pengungsi Rohingya di Myanmar.
Persoalan pengungsi Rohingya merupakan isu sensitif yang menjadi
masalah internal Myanmar saat ini. Persoalan ini memunculkan pemahaman
tentang keberadaan “Negara” sebagai pihak yang memiliki tanggungjawab untuk
mengatasi berbagai ancaman keamanan dan keterlibatan peran aktor non negara
seperti kelompok masyarakat dan individu dalam berkontribusi bagi pencapaian
keamanan pada tingkat komunitas.
Adapun, mengenai jumlah pengungsi Rohingya dari Myanmar, yang saat ini
makin banyak keberadaannya di beberapa wilayah negara seperti di Thailand,
Malaysia dan juga Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Menteri Luar
Negeri Indonesia, Hasan Wirayuda menyebutkan

bahwa terdapat 391 orang

Rohingya yang melarikan diri ke Indonesia. Pemerintah Indonesia menempatkan

sebanyak 193 pengungsi Rohingya yang sampai di Aceh pada 7 Januari 2009 di
pulau We, Sabang. Sisanya, pengungsi yang sampai pada 3 Februari 2009
sebanyak 198 orang ditempatkan di Kecamatan Indirayo, Aceh Timur2.
Sedangkan, data resmi terakhir dari pemerintah Thailand menyebutkan
jumlah pengungsi Rohingya yang berada di wilayahnya di tahun 2008 sebanyak
4.886 3. Kemudian, jumlah pengungsi Rohingya yang berada di wilayah Malaysia

2

3

Indonesia Perpanjang Izin Pengungsi Rohingya. Berdasarkan data dari
www.vivanews.com . Diakses pada Senin, 16 Maret 2009, 20:46 WIB.
Thailand, Pengakuan Pengungsi Muslim Rohingya Dengan Sadis. Republika,

sebanyak 5100 – 8000 orang dengan sebagian besar tinggal di lingkungan sekitar
Kuala Lumpur, tetapi ada juga yang berada di pemukiman di Penang, Kelantan
dan yang lain di semenanjung Malaysia4.
Yang lebih menyedihkan lagi, nasib para pengungsi Rohingya yang sampai
di negara tempat mereka singgah belum jelas sebab pengungsi tersebut tidak

mempunyai kewarganegaraan. Apakah mereka pengungsi politik atau pengungsi
ekonomi. Apabila mereka tergolong sebagai pengungsi ekonomi, negara yang
menjadi tujuan para pengungsi Rohingya harus memulangkan mereka ke negara
asal.
Negara-negara anggota ASEAN perlu untuk melakukan tekanan politik pada
junta militer Myanmar agar menghentikan kekerasan terhadap kelompokkelompok minoritas dan kelompok yang pro demokrasi di Myanmar serta
mendesak junta militer Myanmar agar tidak melakukan berbagai pelanggaran
HAM lainnya. Sebelumnya ASEAN memiliki agenda-agenda penting seperti
penanganan masalah internal displaced person, orang-orang terusir dan buruh
migran. Dengan begitu peran ASEAN yang lebih nyata lagi masih ditunggu dalam
penanganan kasus Rohingya ini.
Kegagalan ASEAN dalam menyelesaikan hal tersebut hanya akan menjadi
penghalang proses institusionalisasi ASEAN. Inilah yang bisa disebut tantangan
dan masalah terbesar bagi pelaksanaan piagam ASEAN. Maka dari itu penulis

4

18 Januari 2009.
Berdasarkan data dari Ric.rohingyainfo.com dan Surabaya Pos, Senin 16
Februari 2009.


tertarik untuk mencermati lebih lanjut mengenai hal ini. Sikap konservatif
ASEAN selama ini hendaknya bisa dilepas dengan mengganti langkah yang lebih
berani dan lebih inovatif. Dengan begitu, operasionalisasi ASEAN setelah
memiliki legal personality bisa dianalisis apakah mampu atau tidak dalam
menyelesaikan persoalan – persoalan baru selain masalah ekonomi, misalnya pada
persoalan ( isu – isu ) keamanan.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil suatu rumusan masalah,
yaitu bagaimana peran ASEAN dalam penanganan pengungsi Rohingya dari
Myanmar ?

1.3

Telaah Pustaka

1.3.1 Penelitian Terdahulu
Menurut Burmese Rohingya Association in Japan (BRAJ) dalam
penelitiannya yang berjudul ”The Ethnic Rohingyas of Arakan: Living Under the

Oppressive Claws of a Tyrannical Regime in Burma”

5

menyebutkan bahwa

5 Burmese Rohingya Association in Japan( BRAJ). 2006. The Ethnic Rohingyas
of Arakan:Living Under the Oppressive Claws of a Tyrannical Regime in
Burma. Lihat di
http://www.rohingya.org/index.php?option=com_content&task=view&id=70&

daerah Arakan, Myanmar merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan
negara Bangladesh, dimana dihuni oleh dua kelompok yang terdiri dari mayoritas
Etnis Budha (Rakhine) dan minoritas Etnis Muslim (Rohingya) dengan total
penduduk Rohingya sebesar 1,5 juta jiwa.
Dengan latar belakang Etnis Rohingya yang berkembang dari beberapa
kelompok etnis Bengali dengan campuran keturunan etnis yang berbeda (Arab,
Persia, Turki, Mughal, Belanda, Portugis, Rohang ) mereka merupakan penduduk
asli Arakan, dan bukan warga migran seperti yang telah dituduhkan oleh
pemerintah militer Myanmar.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya monumen bersejarah yang
mengatakan bahwa pada abad ke-17 kawasan Arakan, Myanmar didatangi oleh
beberapa kelompok dagang beretnis Arab yang kemudian banyak mempengaruhi
kebudayaan Dinasti Mrauk Oo yang berdiri dari abad ke-15 sampai ke-17 dengan
budaya islam.6
Kemudian, beberapa bukti historis keberadaan etnis inilah yang ditolak
realitasnya oleh rezim militer Myanmar pada waktu itu sedang merayakan
kemerdekaannya dari Inggris dan menuduh kaum etnis Rohingya sebagai imigran
gelap yang berasal dari Bangladesh. Hal ini pula yang menyebabkan diambilnya
hak-hak politis, sosial dan budaya dari kaum etnis Rohingya.

Itemid=27 Diakses Pada Tanggal 03 Juli 2010
6 Ibid; par. 5.

Bentuk-bentuk kekejaman yang dilakukan pihak militer Burma terhadap
kaum etnis Rohingya sampai saat ini yakni berupa penolakan pemberian
kewarganegaraan, larangan bepergian, pembatasan dalam kegiatan ekonomi dan
pendidikan, kriminalisasi (pembunuhan, penyiksaan, pelecehan seksual, dan
penahanan), kerja paksa, pengusiran, kerusuhan anti Rohingya, penghacuran serta
penistaan agama.

Organisasi PBB mengupayakan untuk memulangkan para pengungsi
kembali ke Arakan, namun hal ini ditolak oleh mayoritas etnis Rohingya yang
memilih menetap di Bangladesh karena sikap negatif rezim militer Myanmar yang
berkuasa terhadap kaum Muslim. Akan tetapi, karena adanya tekanan dari
Bangladesh untuk kembali ke Myanmar atau pindah keluar, menyebabkan banyak
etnis Myanmar yang mencoba keberuntungan untuk keluar dari Bangladesh dan
berlayar ke negara lain.7
Walaupun kerjasama antar negara ASEAN di sektor ekonomi dapat
memainkan peran kunci dalam pendirian dan pemeliharaan perdamaian dan
stabilitas, namun kerjasama ekonomi tersebut tidak akan bertahan lama tanpa
diikuti peningkatan kerjasama di bidang politik dan keamanan (security road
towards peace, stability and prosperity) yang mendukung pencapaian tujuan
ASEAN untuk memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan dan

7 Abdullah, Zakaria. 2010. Minoritas yang Paling Teraniaya di Muka Bumi
Rohingya dari Arakan, Myanmar. Lihat di
http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=2086&type=4
Diakses
pada
tanggal 03 Juli 2010.


aturan hukum yang baik serta melindungi hak-hak manusia serta kebebasan
fundamental.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Sismanto dengan judul penelitian
“Prakira Wacana Indonesia Menyongsong ASEAN Community 2020” 8, ia
berpendapat bahwa dinamika kawasan Asia Tenggara tidak dapat dilepaskan dari
eksistensi ASEAN baik dari segi positif maupun negatif. Hingga saat ini ASEAN
masih memiliki makna bagi negara-negara Asia Tenggara, tetapi makna ASEAN
di mata masyarakat di seluruh kawasan pada umumnya, dan masyarakat sipil pada
khususnya, belum mendapatkan suatu bentuk yang kokoh ataupun jelas. Menurut
Sismanto, ternodanya kredibilitas ASEAN di mata negara-negara partner akan
menghambat kesempatan kerjasama yang akan meningkatkan pembangunan di
kawasan.
Dalam penelitiannya, Sismanto memberikan gambaran perkembangan
terakhir dalam ASEAN. Ia menilai memburuknya situasi politik di Myanmar
disebabkan oleh dominasi militeristik para junta yang telah melecehkan hasil
pemilu demokratis yang memilih Aung San Syu Kii. Ia juga menilai bahwa aliran
pengungsi hanyalah salah satu dampak langsung yang dirasakan paling berat.
Masyarakat sipil dari dalam dan seputar Myanmar berupaya keras untuk
mendorong proses demokratisasi. Proses-proses tersebut semakin memperkuat

tuntutan reformasi ASEAN yang selama ini dipandang bersembunyi di balik
prinsip tidak turut campur (non-interference principle).
8 Sismanto, M.KPd. Prakira Wacana Indonesia Menyongsong ASEAN
Community 2020. Pdf Diakses dari http://www.csis.or.id/papers/wps054.pdf.
Diakses pada tanggal 17 Jan 2010.

Penelitian yang peneliti bahas dengan judul Peran ASEAN dalam
penanganan pengungsi Rohingya dari Myanmar berbeda dengan penelitian ”The
Ethnic Rohingyas of Arakan: Living Under the Oppressive Claws of a Tyrannical
Regime in Burma” diatas. Dalam penelitian yang penulis lakukan ini,
memfokuskan pada peningkatan kerjasama keamanan dalam menanggulangi isuisu keamanan non-tradisional yang terjadi di Myanmar. Dimana isu-isu keamanan
yang menyangkut demokrasi dan hak asasi manusia diatasi dengan konsep
keamanan secara komprehensif sebagai perwujudan kerjasama ASEAN Regional
Forum untuk mengatasi ancaman demi kepentingan bersama. Contoh bentuk
pelanggaran HAM pada etnis rohingya seperti misalnya pada tahun 2000 Aung
San Suu Kyi menyatakan bahwa 145 anggota NDL (Liga Nasional untuk
Demokrat) ditahan oleh junta dan di paksa mundur dari organisasi. Dan pada akhir
tahun 2000 NDL kehilangan 263 orang perwakilannya dalam pemilu : 91 orang
mengundurkan diri, 31 orang meninggal dunia, 72 orang dipecat, dan 108 orang
diasingkan oleh junta. Bentuk – bentuk kekerasan junta terhadap muslim rohingya
yang lainnya yakni : Penolakan pemberian kewarganegaraan, larangan berpergian
bagi mereka dari satu desa ke desa lain (untuk pergi keluar desa mereka harus
mendapat izin dari otoritas lokal, yang tentu saja sangat sulit untuk dilakukan),
pekerja paksa, menolak memberikan izin usaha bagi etnis Rohingya, Junta
menerapkan pajak yang sangat tinggi bagi etnis Rohingya yang mayoritasnya
adalah petani dan nelayan dll9.

9

Rahman, A. Zainuddin. 2000. Problematika Minoritas Muslim Di Asia
Tenggara: Sejarah Minorotas Muslim Di Filiphina, Thailand, dan Myanmar.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Prakira Wacana
Indonesia Menyongsong ASEAN Community 2020, namun level analisa yang
digunakan berbeda. Dalam penelitian yang terdahulu level analisa yang digunakan
adalah negara sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan group of state
sebagai level analisanya.
Dalam penelitian ini, peneliti membahas respon ASEAN dalam penanganan
pengungsi Rohingya dari Myanmar. Hal ini akan digunakan untuk melihat
relevansi ASEAN dalam menyelesaikan persoalan – persoalan baru selain
masalah ekonomi, misalnya pada persoalan pengungsi (Non-traditional Security).

1.3.2. Landasan Teori dan konsep
Menurut John Ravenhill, region merupakan suatu daerah

tempat

berlangsungnya regionalisme yang berupa wilayah dengan batas geografis
maupun sebatas konstruksi sosial yang ditentukan oleh anggotanya.10 Dalam
regionalisme, region dijadikan kemungkinan untuk menerima perubahan dan
mengintensifkan resistensi dari tekanan kompetisi kapitalisme global. Hal ini
kemudian terjadi pada akhir Perang Dunia yang membuat dominasi super power
hilang sehingga kekuatan regional mulai mencoba mendominasi.

Jakarta: Puslitbang Politik dan Kewilayahan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
10
John, R. 2008. Global Political Economy. Second Edition. USA: Oxford
University Press. Hlm. 173.

Regionalisme saat ini mencakup kerjasama yang tidak hanya terfokus
pada satu kawasan tertentu dengan kesamaan permasalahan, namun lebih pada
cakupan keseluruhan kawasan dengan fokus permasalahan ekonomi, sosial dan
budaya, politik serta keamanan. Adanya kerjasama ini dilandasi oleh hubungan
yang dibina antar negara se-kawasan dengan kepentingan dan permasalahan yang
sama serta memiliki kedekatan geografis. Adapun, negara yang terasosiasi pada
salah satu organisasi yang bekerjasama secara regional mengharapkan tingkat
ketergantungan atas permasalahan dan kepentingan yang sama semakin
mendapatkan manfaat dari kelebihan yang dimiliki oleh negara lain.
Interdependensi antar region inilah yang memunculkan konflik keamanan
dari dalam sekaligus ancaman intervensi dari luar. Interdependensi adalah ciri
khusus yang jelas terlihat dalam regionalisme. Terdapat 3 pandangan utama
tentang interdependensi dan kerjasama dalam teori ini.11 Pandangan pertama,
neofungsionalisme berpendapat bahwa peningkatan interdependensi akan
memunculkan kerjasama yang pada akhirnya menghasilkan integrasi politik.
Pandangan kedua, neoliberal-institusionalisme memandang keberadaan institusi
sebagai jawaban atas kebutuhan collective action. Institusi ini penting mengingat
banyaknya keuntungan yang dapat diberikan kepada negara-negara yang
tergabung di dalamnya. Pandangan ini kemudian fokus pada pola interaksi
strategis yang dilakukan para aktor untuk meningkatkan kerjasama. Pandangn
ketiga, menitikberatkan pada identitas regional sehingga lebih memandang
11 Drs. P. Anthonius Sitepu, MSi. Konsep Integrasi Regionalisme Dalam Studi
Hubungan Internasional. Diakses dari library.usu.ac.id/download/fisip/fisipanthonius3.pdf. Pada Kamis, 2 September 2010

regionalisme dari tatanan sosial daripada ekonomi. Aliran ini disebut
kontruktivisme, membangun konstruksi sosial untuk meningkatkan integrasi dan
kohesi regional.
Maraknya perkembangan teknologi dan transportasi membuat jarak
semakin pendek. Membuat globalisasi menjamah seluruh dunia, bahkan ke tempat
- tempat terkecil sekalipun. Ditengah meningkatnya persaingan global itu,
regionalisme secara alami mulai tumbuh ”Secara alami, globalisme membuat
negara-negara yang berdekatan wilayahnya ingin bersekutu. Pertumbuhan
globalisme tetap berjalan, tapi perkembangan regionalisme lebih pesat lagi,” kata
Peter Petri, Pakar Finansial Internasional dari Universitas Brandeis, Amerika12
Siap atau tidak, regionalisme akan terus bertumbuh selaras jalannya dunia yang
semakin mengglobal.
Selain itu juga tidak bisa dilepas dari adanya ancaman terhadap keamanan
regional. Ancaman memiliki 2 sisi makna bagi terciptanya stabilitas kawasan. Di
satu sisi, ancaman dapat mengganggu keamanan regional. Namun di sisi lain,
ancaman justru dapat menciptakan kerjasama regional untuk menghilangkan
ancaman tersebut. Lepas dari hal itu, ancaman dapat diminimalisasi sehingga tetap
tercipta kerjasama regional namun tidak mengganggu keamanan regional. Secara
umum, ada empat kategori ancaman yang dapat mengancam keamanan regional.

12

Christine Susanna Tjhin. Menjalin Demokrasi Lokal dengan Regional :
Membangun Indonesia, Membangun ASEAN. Diakses dari
http://www.csis.or.id/papares/wps054 Pdf. Pada tanggal 17 Jan 2010.

Tiga ancaman pertama diungkapkan oleh Hettne sedangkan yang lain oleh
Snyder.13 Ancaman tersebut yakni:

a. Balance of Power Contest
Yakni ancaman yang muncul karena adanya keinginan antara negaranegara di kawasan untuk menguasai aspek-aspek tertentu, misalnya sumberdaya
dan hegemoni. Hal tersebut menyebabkan para aktor saling berlomba dalam
memenangkan kepentingannya dan tidak menempuh upaya kerjasama.

b. “Grass fire” Conflicts
Yakni ancaman yang berupa konflik yang terjadi antar negara karena
permasalahan-permasalahan lokal. Misalnya permasalahan politik, ekonomi dan
etnis yang melibatkan issue di negara lain. Pada umumnya, konflik ini didorong
oleh dua hal : masalah pemicu dan permasalahan mendasar yang memang sudah
ada dan menjadi sengketa. Misalnya, masalah perebutan wilayah.

c. Interstate atau Intrastate Conflicts
Yakni ancaman regional yang berupa konflik internal di suatu negara
tertentu di dalam kawasan tersebut. Meskipun demikian, konflik tersebut memiliki
13 Wiwien Apriliani, Kevinder, Muhammad Fitriady. Teori Regionalisme – Studi
Keamanan Internasional. Html. March 25, 2008

potensi untuk mempengaruhi hubungan dengan negara lain yang memiliki
hubungan tidak langsung terhadap konflik. Misalnya konflik etnis minoritas di
satu negara dimana etnis tersebut menjadi etnis mayoritas di negara yang lain.
d. Transnational Threats
Ancaman ini tidak berasal dari isu keamanan tradisional seperti layaknya
ketiga ancaman di atas. Ancaman ke empat ini merupakan konflik yang berasal
dari masalah lingkungan, ketidakadilan ekonomi, politik, sosial, kesehatan dan
juga isu-isu migrasi. Ancaman ini tidak memerlukan penanganan secara militer.
Namun jika tidak ditangani akan mengancam kawasan secara keseluruhan, tidak
hanya satu negara saja.
“Social conflict is a struggle over values or claims to status, power, and
scarce resources, in which the aims of the conflict groups are not only to gain the
desired values, but also to neutralise, injure, or eliminate rivals”
"konflik sosial adalah suatu perjuangan atas nilai atau klaim status, kekuasaan,
dan sumber daya langka, di mana tujuan dari kelompok konflik tidak hanya untuk
mendapatkan nilai yang diinginkan, tetapi juga untuk menetralkan, melukai, atau
menghilangkan saingan" (Coser,1967).14
Adanya perkembangan teknologi pada masa ini menyebabkan isu-isu
keamanan yang muncul di kawasan regional tidak hanya mencakup isu keamanan

14 Arya Hadi Dharmawan. 2006. Konflik Sosial dan Resolusi Konflik. Lihat di
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:EiA4BCAQX38J:www.psp3ipb.or.id/
uploaded/Makalah_KONFLIK_SOSIAL___ARYA_HADI_DHARMAWAN_2007.pdf+interst
ate+konflik&hl=id&gl=id Diakses Pada Tanggal 17 Agustus 2010

tradisional namun lebih pada isu-isu yang mencakup keamanan non-tradisional.
Dimana dalam hal penanganan masalah keamanan tersebut tidak dapat
diselesaikan dengan cara yang konvensional atau melalui jalur perang. Hal ini
disebabkan oleh beragamnya aktor yang terlibat dalam masalah keamanan ini
yang disertai dengan keterlibatan beberapa pihak yang berkepentingan atas
konflik yang menyepelekan kepentingan dan kebutuhan manusia.
Dalam

mengimplementasikan

permasalahan

yang

mencakup

keseluruhan aspek kebutuhan manusia secara menyeluruh, maka diperlukan
konsep keamanan yang secara menyeluruh dapat mengatasi ancaman tersebut
melalui perpaduan diplomasi dan militer. Keamanan secara menyeluruh atau
secara komprehensif ini merupakan salah satu konsep keamanan yang melindungi
hak-hak manusia untuk mendapatkan kesamaan dalam memperoleh informasi, tata
pemerintahan yang baik, ikut berpartisipasi dalam demokrasi, dan berpeluang
memperoleh pendidikan serta pekerjaan untuk berkembang.
Adapun, tujuan dari dibentuknya organisasi non-government di kawasan
Asia Tenggara difungsikan untuk membangun hubungan antar negara dalam satu
kawasan diatas norma atau hukum-hukum yang berlaku. Kemudian, acuan pada
pengertian tentang konflik sosial yang terjadi di negara Myanmar tersebut
merupakan kasus pengungsi kelompok minoritas muslim Rohingya yang dapat
digolongkan

dalam

interstate

conflict

dengan

ancaman

regional

yang

menimbulkan isu-isu keamanan non-tradisional dengan cakupan adanya batasan
demokrasi dan pelanggaran hak asasi manusia yang merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia. Sebagaimana dengan konsep kejahatan non-traditional,

maka isu keamanan ini tidak dapat diatasi dengan hal-hal yang bersifat militer saja
namun penyeleseaiannya lebih pada kegiatan diplomasi. Sehingga, dalam hal ini
diperlukan konsep keamanan yang berkembang mengarah secara comprehensive
security sesuai azaz yang melindungi kebutuhan manusia secara menyeluruh.
Sehingga dengan penerapan konsep keamanan tersebut secara bersama-sama antar
negara se-kawasan dapat pula berfungsi untuk meminimalkan ancaman keamanan
secara domestik.
1.4. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peran ASEAN adalah variabel dependen, dimana
akan berfungsi sebagai unit analisa sebagaimana fenomena yang diangkat oleh
penulis. Sedangkan, penangangan ASEAN terhadap pengungsi Rohingya adalah
variabel independen yang berfungsi sebagai unit eksplanasi sebagaimana penulis
akan menjelaskan fenomena tersebut sejajar sehingga memiliki hubungan dengan
fenomena dari variabel dependen.
1.5. Argumen Dasar
Argumen sementara peneliti dari penelitian ini adalah bahwa ASEAN
sebagai organisasi regional di Asia Tenggara menggunakan comprehensive
security (keamanan secara menyeluruh) dalam penanganan masalah pengungsi
Rohingya Myanmar, yakni melindungi hak-hak manusia untuk mendapatkan
kesamaan dalam memperoleh informasi, tata pemerintahan yang baik, ikut
berpartisipasi dalam demokrasi, dan berpeluang memperoleh pendidikan serta
pekerjaan untuk berkembang. Comprehensive security dipilih sebab mencakup
tidak hanya isu keamanan tradisional namun lebih pada isu-isu yang mencakup

keamanan non-tradisional. Dimana dalam hal penanganan masalah keamanan
tersebut tidak dapat diselesaikan dengan cara yang konvensional atau melalui jalur
perang.

1.6. Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best,1982:119). Penelitian ini
juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini penelitian tidak
melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian.15
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka
melalui sumber-sumber berita yang terkait dengan obyek penelitian yang terdiri
atas data-data yang diperoleh penulis dari buku-buku, artikel-artikel, jurnal-jurnal,
dan tulisan-tulisan yang saling berkaitan.
1.6.3 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa data yang menyangkut
kegiatan reduksi, penyajian data dan kesimpulan dengan langkah-langkah yang

15

http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163penelitian-deskriptif.html

meliputi kegiatan pemilihan data yang relevan dengan tujuan dan tema penelitian,
menyederhanakan data tanpa pengurangan makna yang kemudian dipahami dan
dijelaskan melalui pemikiran yang logis.
1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan atas ruang lingkup penelitian digunakan agar pembahasan
masalah berkembang pada fokus penelitian yang tepat dan tidak keluar dari
kerangka permasalahan yang ditentukan. Adapun batasan masalah dari penelitian
ini adalah peran ASEAN dalam penanganan pengungsi Rohingya dari Myanmar.
1.7 Sistematika Penulisan
1. Pada Bab I, penulis akan menjelaskan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, dan
metode penelitian.
2. Pada Bab II, penulis akan menjelaskan tentang latar belakang sejarah kaum
minoritas Rohingya di Myanmar.
3. Pada Bab III, penulis akan menjelaskan mengenai Demokratisasi dan HAM
Myanmar di mata ASEAN.
4. Pada Bab IV, penulis akan menjelaskan tentang ASEAN dan peranannya di
Myanmar.
5. Pada Bab V, penulis akan menuliskan penutup yang berisi kesimpulan dan
saran dari penelitian ini.

PERAN ASEAN DALAM PENANGANAN PENGUNGSI
ROHINGYA DARI MYANMAR

SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1
Jurusan Hubungan Internasional

Disusun Oleh :
DWI ARIDYA NURFADILLAH
NIM : 05260102

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Judul Skripsi

: Dwi Aridya Nurfadillah
: 05260102
: Hubungan Internasional
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
: PERAN ASEAN DALAM PENANGANAN PENGUNGSI
ROHINGYA DARI MYANMAR
Disetujui
DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I

Pembimbing II

Victory Pradhitama, M.Si

M. Syaprin Zahidi, S.IP

Mengetahui
Dekan
FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Ketua Jurusan
Hubungan Internasional

Dyah Estu Kurniawati, M.Si

LEMBAR PENGESAHAN

Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Judul Skripsi

: Dwi Aridya Nurfadillah
: 05260102
: Hubungan Internasional
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
: PERAN ASEAN DALAM PENANGANAN PENGUNGSI
ROHINGYA DARI MYANMAR
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian
Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional
Dan dinyatakan LULUS

Pada Hari
Tanggal
Tempat

: Rabu
: 20 April 2011
: Jurusan Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Malang

Mengesahkan,
Dekan FISIP – UMM

Dr.Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :
1. Victory Pradhitama, M.Si

(

)

2. M. Syaprin Zahidi, S.IP

(

)

3. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si

(

)

4. M. Qobidl Ainul Arif S.IP, MA

(

)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama

: Dwi Aridya Nurfadillah

Nim

: 05260102

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan

: Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Peran ASEAN dalam penanganan pengungsi Rohingya dari
Myanmar.
Pembimbing : 1. Victory Pradhitama, M.Si
2. M. Syaprin Zahidi, S.IP

Kronologi Bimbingan
Tanggal

Paraf

Tanggal

Pembimbing I
11 Maret 2009
ACC Judul Skripsi
09 November 2010
ACC Seminar Proposal
26 Oktober 2010
ACC BAB I
21 Maret 2011
ACC BAB II
21 Maret 2011
ACC BAB III
21 maret 2011
ACC BAB IV
12 April 2011
ACC Ujian Skripsi

Paraf
Pembimbing II

11 Maret 2009
ACC Judul Skripsi
09 November 2010
ACC Seminar Proposal
26 Oktober 2010
ACC BAB I
27 Maret 2011
ACC BAB II
27 Maret 2011
ACC BAB III
27 Maret 2011
ACC BAB IV
12 April 2011
ACC Ujian Skripsi

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Dwi Aridya Nurfadillah

Tempat, tanggal lahir : Lumajang, 22 Maret 1987
NIM

: 05260102

Jurusan

: Hubungan Internasional

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :
PERAN ASEAN DALAM PENANGANAN PENGUNGSI ROHINGYA
DARI MYANMAR

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkkan sumbernya
dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Malang, 20 April 2011
Yang menyatakan

Dwi Aridya Nurfadillah

! "
#$$

%
&

%
'

'
(

)
&
%

* +

, -./". ) * ,
"

*

#
&
)

&
&
&

0

%

&
&

"

*

#

1 )

%

1

.

2

3

1
1
1

2)

"
&

&

&

&

&

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji syukur terpanjatkan hanya kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat karunia-Nya hingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “PERAN ASEAN DALAM
PENANGANAN PENGUNGSI ROHINGYA DARI MYANMAR” dengan
baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
S-1 pada jurusan Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak
mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, bantuan baik moril
maupun materiil dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Victory Pradhitama, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, terimakasih
banyak atas bimbingan dan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Dan dari bapak, penulis belajar bahwa melakukan penelitian itu
tidaklah mudah.
3. Bapak M. Syaprin Zahidi, S.IP selaku Dosen Pembimbing II, terimakasih atas
segala arahan dalam penulisan skripsi ini. Ini niy, teman 1 angkatan yang
sekarang jadi dosen pembimbingku, Salut buat anda.
4. Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si selaku dosen penguji I dan Bapak
Qobidl Ainul Arif S.IP, MA selaku dosen penguji II yang telah meluangkan

waktunya, memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini
5. Segenap Dosen Pengajar jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
banyak memberikan ilmu dan pelajaran berharga. “Ternyata kuliah di UMM
harus penuh perjuangan !”.
6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Malang.
7. Bapak dan Ibuku atas motivasi, materi, do’a yang tiada henti, dukungannya
selama ini serta kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. Gelar
kesarjanaan ini Arry persembahkan khusus buat Bapak dan Ibu.
8. Keluarga mbak Aning dan Mas Iwan yang telah memberikan dorongan dan
motifasi tiada henti.
9. Adik-adikku tersayang yang selalu mendoakanku. De’ Agam di Jakarta dan
ade’Aditya.

Kalianlah

yang

membuat

aku

terdorong

untuk

segera

menyelesaikan pendidikan ini.
10. Buat keponakanku Wanda dan Byan yang bisa menghibur disaat saat ku jenuh
mengerjakan skripsi ini.
11. Keluarga besar Andhika, terimakasih segala doa dan semangat yang diberikan.
Arry senang bisa diterima di keluarga ini.
12. Bank Sentral Arta Jaya yang telah menerima Arry sebagai karyawan meskipun
masih dalam proses pengerjaan skripsi. Terimakasih kepada Direksi dan
kepala cabangku Bpk. Samsul Diafarin, SE yang selalu membimbing dan
memberi dukungan.
13. Teman-teman di BPR Sentral Arta Jaya yang selalu memberikan
semangatnya.

14. Teman- temanku di tempat kerja lama (PT. Araya Megah Abadi Golf) yang
masih tetap menjalin komunikasi meskipun Arry ga kerja disono. Terimakasih
smua ledekan kalian karena belum lulus. Ledekan kalian membuatku semakin
termotifasi untuk menyelesaikan skripsi ini Guys.
15. Teman-teman HI UMM angkatan 2005. Terutama angkatan 2005 kelas C.
Yeyen Angga Reny yang uda jadi teman 1 kampus, 1 jurusan, 1 kelas, 1 kos
dan 1 kamar. Susah senang ngerjain tugas bareng-bareng. Ayoooooo... cepet
lulus juga.
16. Teman-teman di kosan Araya, terimakasih untuk doa dan tumpangannya kalo
Arry datang ke malang.
17. Sahabatku Dynar, makasih say atas tumpangan kosannya waktu ku ujian.
Terimakasih juga uda sampek jelek dengerin crita-critaku. Kapan ya kita
kumpul-kumpul lagi.
18. Buat Aa’ Budi Satria Andhika terima kasih untuk semuanya, kebaikan dan
kesabaran Aa’ ngga bisa disebut satu-satu. Semoga kita sama-sama sukses
dalam cita & cinta.
Penulis

menyadari

dalam

penulisan

skripsi

ini

masih

jauh

dari

kesempurnaan, baik dalam penyusunan maupun penyajiannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan yang dapat membangun sehingga akan menjadi
bahan pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya.
Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Wabilahi taufiq walhidayah
Wassalamu’alaikum wr.wb
Malang, 20 April 2011
Penulis
(Dwi Aridya Nurfadillah)

DAFTAR ISI

Lembar Cover
Lembar Persetujuan ......................................................................................... i
Lembar Pengesahan ........................................................................................ ii
Berita Acara Bimbingan Skripsi ...................................................................... iii
Pernyataan Orisinalitas .................................................................................... iv
Abstraksi ......................................................................................................... v
Motto ............................................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................ viii
Daftar Isi .......................................................................................................... ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2.

Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.3.

Telaah Pustaka
1.3.1. Penelitian terdahulu .................................................................... 5
1.3.2. Landasan teori dan konsep ......................................................... 9

1.4.

Variabel Penelitian ............................................................................... 15

1.5.

Argumen Dasar ..................................................................................... 15

1.6.

Metode Penelitian
1.6.1. Jenis Penelitian ........................................................................... 16
1.6.2. Teknik pengumpulan data .......................................................... 16
1.6.3. Teknik Analisa Data ................................................................... 16
1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 17

1.7.

Sistematika Penulisan ........................................................................... 17

BAB II ROHINGYA
2.1.

Latar belakang sejarah etnis Rohingya ................................................. 18

2.2.

Respon Internasional terhadap problematika Rohingya di Myanmar .. 26

2.3.

Respon internasional dalam penyelesaian konflik etnis Rohingya ...... 35

BAB III DEMOKRATISASI DAN HAK ASASI MANUSIA MYANMAR DI
MATA ASEAN
3.1.

Myanmar di mata ASEAN .................................................................... 40

3.2.

Intervensi ASEAN ................................................................................ 46

BAB IV ASEAN DAN PERANANNYA DI MYANMAR
4.1.

Peran ASEAN terhadap pelanggaran HAM ......................................... 55

4.2.

Peran ASEAN terhadap pengungsi Rohingya ...................................... 57

BAB V PENUTUP
5.1.

Kesimpulan ........................................................................................... 62

5.2.

Saran ..................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
ASEAN.2007.ASEAN: Selayang Pandang.Jakarta: Direktorat Jenderal Kerjasama
ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Hlm. 9.
Rahman, A. Zainuddin. 2000. Problematika Minoritas Muslim Di Asia Tenggara:
Sejarah Minorotas Muslim Di Filiphina, Thailand, dan Myanmar. Jakarta:
Puslitbang Politik dan Kewilayahan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Hlm. 50.
Sri, Nuryanti. 2000. Problematika Minoritas Muslim Di Asia Tenggara:
Minoritas

Muslim

di

Filipina,

Thailand

dan

Myanmar

(Masalah

Diskriminasi Sosial dan Budaya). Jakarta: Puslitbang Politik dan
Kewilayahan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hlm. 60-62.
Dhurorudin, Mashad. 2000. Problematika Minoritas Muslim Di Asia Tenggara:
Gerakan Resitensi Minoritas Muslim Di Filipina, Thailand dan Myanmar.
Jakarta: Puslitbang Politik dan Kewilayahan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Hlm. 189.
Ratna, S. Inayati. 2006. Menuju Keamanan Komprehensif Di Negara-Negara
ASEAN. Jakarta: Pusat Penelitian Politik-LIPI. Hlm. 1-2.
Direktorat Jendral Kerjasasama ASEAN. 2007. ASEAN Selayang Pandang.
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Hlm 3.

Internet / Website
http ://www.vivanews.com. Diakses pada Senin, 16 Maret 2009, 20:46 WIB
http :// Ric.rohingyainfo.Diakses pada Senin, 16 Februari 2009, 15:30 WIB
http://www.rohingya.org/index.php?option=com_content&task=view&id=70&Ite
mid=27 Diakses Pada Tanggal 03 Juli 2010, 09:13 WIB
http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=2086&type=4
Diakses pada tanggal 03 Juli 2010, 09:33 WIB
http://www.csis.or.id/papers/wps054.pdf. Diakses pada tanggal 17 Jan 2010,
23:37 WIB
http://www.csis.or.id/papers/wps054 Pdf. Pada tgl 17 Jan 2010, 23:27 WIB
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:EiA4BCAQX38J:www.p
sp3ipb.or.id/uploaded/Makalah_KONFLIK_SOSIAL___ARYA_HADI_DH
ARMAWAN_2007.pdf+interstate+konflik&hl=id&gl=id

Diakses

Pada

Diakses

Pada

Tanggal 17 Agustus 2010, 21:10 WIB
http://www.scribd.com/doc/10316826/Metode-Penelitian-Sosial
Tanggal 17 Agustus 2010, 21:20 WIB
Drs. P. Anthonius Sitepu, MSi. Konsep Integrasi Regionalisme Dalam Studi
Hubungan Internasional. Diakses dari library.usu.ac.id/download/fisip/fisipanthonius3.pdf. Pada Kamis, 2 September 2010, 21:45 WIB
Media Massa / Koran :
Thailand Perlakukan Pengungsi Muslim Rohingya Dengan Sadis. Republika.
Minggu, 18 Januari 2009