Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

24 memisahkan diri dari lingkungan sosial Desa Brambang dan melakukan aktivitas bertani serta melangsungkan kehidupan ngalas di alas brambang. Petani ngalas menggunakan modal sosial yang sebelumnya dimiliki selama dalam ranah Desa Brambang., menggunakan modal pengetahuan, tenaga, lahan dan kekayaan alam yang dimiliki alas brambang. Petani ngalas memiliki kebiasaan yang diperoleh dalam ranah sebelumnya yaitu Desa Brambang. Kebiasaan yang sebelumnya terbiasa dilakukan dalam ranah Desa Brambang menyebabkan petani ngalas mengalami disposisi atas keberadaannya dalam ranah baru yaitu alas brambang dan petani ngalas mengalami proses berpikir antara kebiasaan lama dan hal baru yang di peroleh dalam ranah alas brambang. Perubahan kebiasaan tersebut membentuk sikap baru dan penggunaan modal yang dipengaruhi oleh ranah alas brambang. Sikap baru yang membentuk kebiasaan baru inilah yang disebut praktik petani ngalas dan menyebabkan petani ngalas mengalami keterbatsan kehidupan sosial.

2.9 Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu merupakan acuan yang dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan merupakan sumber informasi yang digunakan untuk membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya. Tinjauan penelitian terdahulu yang dapat dijadikan bahan perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh kami sebagai peneliti yang pertama dilakukan oleh Nur Indah Kurnia pada tahun 2009 yang berjudul “Rasionalitas Petani Tetelan di Zona Rhabilitasi Hutan Taman Nasional Meru Betiri” dan yang kedua dilakukan oleh Nila Eka Sari pada tahun 2013 yang berjudul “Praktik Perajin Tobos”. Untuk lebih jelasnya, akan dipaparkan dalam penjelasan berikut. 25 2.9.1 Skripsi Nur Indah Kurnia Tahun 2009 yang berjudul “Rasionalitas Petani Tetelan di Zona Rehabilitasi Hutan Taman Nasional Meru Betiri” Peneliti ini menjelaskan tentang lahan tetelan atau hutan TNMB yang dulunya merupakan zona rimba kini menjadi zona rehabilitasi karena penjarahan yang telah dilakukan oleh masyarakat penyangga hutan TNMB. Dalam pengelolaan hutan, TNMB menjalin kemitraan dengan masyarakat yang telah membabat hutan untuk mewujudkan reboisasi hutan. Petani tetelan diwajibkan untuk menanam, merawat dan menjaga tanaman pokok serta diberi hak untuk mengambil hasil dari tanaman pokok dan memanfaatkan lahan jika tanaman pokok telah tumbuh besar sedangkan tanah dan pohon tetap milik TNMB. Terdapat dua macam petani tetelan dilihat dari kepentingannya terhadap pengolahan lahan tetelan yaitu: petani tetelan yang mengutamakan tanaman pokok dan petani tetelan yang mengutamakan tanaman pangan . Petani tetelan yang mengutamakan tanaman pokok bertujuan untuk mencari keuntungan dari penjualan buah tanaman pokok. Mereka akan menanam, merawat, dan menjaga serta menentukan jenis tanaman pokok yang akan ditanam di lahan tetelannya. Jenis petani kedua adalah petani tetelan yang mengutamakan serta lebih perhatian tanaman pangannya daripada tanaman pokok. Petani ini kurang menanam, merawat dan menjaga tanaman yang diwajibkan. Mereka takut tanaman pokok merimbuni lahannya sehingga tidak dapat menanam tanaman pangan. Tingkahlaku mereka ditakutkan akan menutup peluang dan mengancam peluangnya untuk mencapai tujuan berikutnya yang sangat bernilai yaitu tetap memiliki hak kelola atas lahan tetelan. Oleh karenanya mereka harus memiliki strategi agar kedua kepentingan dapat tercapai. Lahan tetelan adalah sumber daya berharga yang mereka miliki walaupun hanya mengolah lahan saja. mereka memanfaatkan sumberdaya tersebut dengan sebaik mungkin, memikirkan dan memperhitungkan untung rugi yang akan mereka hadapi. Tindakan rasional berdasarkan pada pertimbangan secara sadar dan pilihan bahwa putusan dari pergolakan akalnya direalisasikan secara nyata. Tingkah laku 26 setiap petani juga dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap fungsi hutan. Rasionalitas dapat dipengaruhi oleh sejarah aktor, pengetahuan, tujuan, cara, motif dan penilaian mempengaruhi tujuan yang akan dicapai sedangkan sejarah dan pengetahuan aktor mempengaruhi cara untuk mencapai tujuan yang telah petani pilih. Penafsiran dan pengertian segala unsur yang mempengaruhi tujuan dan cara aktor dimana unsur-unsur tersebut yang mula-mula hanya ada di kepala mereka jadikan sebagai aksi yang dapat disebut dengan tindakan berdasarkan rasionalitas. Setiap aktor memikirkan cara untuk menyiasati masalahnya dan menilai cara tesebut untuk mencapai tujuan yang telah mereka pilih. Hal ini dilakukan agar petani tetelan tidak mengalami kerugian dan tetap dapat mengolah lahan tetelan. Kenyataan tersebut menarik perhatian untuk diteliti lebih mendalam karena jika tindakan petani tetelan dalam mengolah lahan tetelan di hutan TNMB diteruskan dapat menimbulkan dampak buruk dalam jangka panjang bagi keberlangsungan kehidupan banyak makhluk. Dalam penelitian di atas pengelolaan lahan hutan memang sudah jelas atas dasar kerja sama antara pihak perhutani dengan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama dan masyarakat juga melakukan penanaman lahan hutan sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga penelitian di atas terfokus pada kerjasama antar perhutani dengan masyarakat. Berbeda dengan penelitian saya, karena penelitian saya lebih fokus kepada kehidupan sosial petani ngalas di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso. Hal itulah yang membuat penelitian ini setidaknya menjadi layak untuk dikaji. 2.9.2 Skripsi Nila Eka Sari Tahun 2013 yang berjudul “Praktik Perajin Tobos”. Penelitian ini dilakukan oleh Nila Eka Sari pada tahun 2013 yang berlokasi di Desa Jabewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi. Dimana penelitian ini mengkaji tentang praktik perajin tobos di Desa Jambewangi. Perajin tobos merupakan setiap orang yang melakukan pekerjaan sebagai pencari bambu atau iratan atau menganyam menjadi tobos. 27 Fokus kajian dalam penelitian ini yang pertama adalah kehidupan sehari-hari pada yang dilakukan perajin tobos dalam relasinya terhadap agen-agen yang ada disekitarnya. Kedua, modal yang erat kaitannya dengan praktik perajin tobos dalam melakukan pekerjaannya dan menjaga relasi para perajin dengan berbagai pihak yang berwenang atas hutan dimana perajin tobos memanfaatkan sumberdaya alamnya. Ketiga, posisi perajin tobos dalam membangun relasi guna memperoleh bahan baku bambu. Keempat, praktik perajin tobos. Persamaan penelitian ini terletak pada praktik sosial. dimana, praktik sosial yang terjadi dipengaruhi oleh habitus, modal dan ranah. Penelitian di atas dan penelitian ini sama-sama meneliti tentang praktik sosial. Dan perbedaannya, penelitian terdahulu di atas lebih fokus pada kehidupan sehari-hari pada yang dilakukan perajin tobos dalam relasinya terhadap agen-agen yang ada disekitarnya, modal yang erat kaitannya dengan praktik perajin tobos dalam melakukan pekerjaannya dan menjaga relasi para perajin dengan berbagai pihak yang berwenang atas hutan dimana perajin tobos memanfaatkan sumberdaya alamnya, posisi perajin tobos dalam membangun relasi guna memperoleh bahan baku bamboo, praktik perajin tobos. Sedangkan penelitian ini mengangkat permasalahan kehidupan sosial petani ngalas dengan fokus kajian keterbatasan kehidupan sosial petani ngalas dengan sesama petani ngalas di alas brambang dan masyarakat di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso. Sedangkan. Dimana subjek penelitian terdahulu adalah perajin tobos yang bertempat tinggal dan merupakan angggota masyarakat di Desa Jabewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi dan subjek penelitian ini adalah petani ngalas yang tinggal menetap di alas brambang selama melakukan aktivitas bertani dan masyarakat di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso. 2 8

2.10 S