Analisis Investasi Ekonomi Sektor Unggulan Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS INVESTASI EKONOMI SEKTOR UNGGULAN KOTA MEDAN

OLEH

LYDIA SISKA MARGARET HUTAGALUNG 100501131

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

ANALISIS INVESTASI EKONOMI SEKTOR UNGGULAN KOTA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis investasi ekonomisektor unggulan Kota Medan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam peningkatan pembangunan ekonomi Kota Medan. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2013. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Klassen Tipology dan melalui nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR)

Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa ada 3 sektor ekonomi Kota Medan yang menjadi sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat atau dengan kata lain yang menjadi sektor unggulan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Dan hasil analisis ICOR menunjukkan nilai ICOR Kota Medan bahwa nilai rata-rata nilai ICOR Kota Medan yaitu sebesar 5.48 hal ini menggambarkan bahwa untuk memperoleh penambahan satu unit output dalam periode tersebut dibutuhkan investasi fisik sebanyak 6,95 unit.

Kata kunci: Sektor unggulan, Tipologi Klassen, investasi dan ICOR (Incremental Capital Output Ratio)


(3)

ABSTRACT

ANALISIS INVESTASI EKONOMI SEKTOR UNGGULAN KOTA MEDAN

This study aim to analyze the economic investment of the leading sectors of Medan as information and consideration in improving the economic development of the city of Medan. This study uses secondary data time series (time series) of the Gross Regional Domestic Product (GDP) of Medan and North Sumatra Province in 2009-2013. The analytical tool used in this study, which analyzes Tipology Klassen and through the value of Incremental Capital Output Ratio (ICOR).

Klassen Typology analysis results showed that there were three economic sectors Medan city into sectors which developed and grew rapidly, or in other words the leading sectors, namely trade, hotels and restaurants, construction and services sector. And analytical results show the value of ICOR that ICOR of Medan City that the average value of ICOR value of Medan that is equal to 5.48 this case illustrates that in order to obtain the addition of one unit of output in the period required physical investments as much as 6.95 units.

Key words: Leading sectors, Typology Klassen, investment and ICOR (Incremental Capital Output Ratio)


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang karena kasihNya telah memberikan pengetahuan dan ketekunan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan doa, waktu, moril, dan material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, terlebih kepada:

1. Kedua orangtua yang sangat penulis cintai ayahanda M.H Hutagalung dan ibunda N.R Br Siahaan yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis selama ini. Juga kepada seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan semangat dan doa.

2. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec Selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si Selaku Sekertaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Selaku Ketua Progam Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, Selaku Sekertaris Progam Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Prof.Dr. Ramli, SE,MS, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran, dan masukan dari awal penulisan hingga skripsi ini selesai dengan sangat baik.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, sebagai dosen penguji I dab Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si, sebagai dosen penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendukung penyelesaian proses administrasi yang dibutuhkan selama ini. Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini bermanfaat. Terima kasih

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFRTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Invetasi ... 6

2.1.2 Teori Pembangunan Dan Pengembangan Ekonomi Daerah ... 8

2.1.3 Pendapatan Regional ... 11

2.1.4 Teori Basis Ekonomi ... 13

2.1.5 Metode Tipologi Klanssen ... 15


(7)

2.2 Penelitian Terdahulu ... 17

2.3 Kerangka Konseptual ... 1

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 22

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 22

3.3 Defenisi Operasional ... 22

3.4 Model Analisis Data ... 23

3.4.1 Analisa Tipologi Klassen ... 23

3.4.2 Analisis Icor ... 25

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 28

4.2 Sektor Ekonomi Kota Medan ... 30

4.2.1 Kontribusi Sektor Ekonomi Dan Sub-Sektornya dari PDRB Kota Medan ... 30

4.3 Analisis Tipologi Klassen ... 39

4.4 Investasi Ekonomi ... 46

4.5 Analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio) ... 51

4.6 Investasi Ekonomi Pada Sektor Unggulan Kota Medan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60


(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 17 3.1 Bagan Tipologi Klassen ... 25 4.1 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)... 40 4.2 Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan

2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (Persen) .. 41 4.3 Laju Pertumbuhan Dan Kontribusi Sektor PDRB Kota

Medan Dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013

(Dalam %) ... 42 4.5 Indikator Makro Ekonomi Kota Medan ... 54


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Sektor Ekonomi ... 19

2.2 Hubungan Investasi Dan Sektor Unggulan ... 20

2.3 Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi ... 21

2.4 Kerangka Konseptual ... 21

4.1 Rata-Rata Kontribusi PDRB Kota Medan Menurut LapanganUsaha ... 31

4.2 Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian Dan Pertamban- gan Dan Penggalian Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2009-2013... 32

4.3 Perkembangan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran, Pengangkutan Dan Komunikasi Serta Sub-Sektor PDRB Kota MedanTahun 2009-2013 ... 35

4.4 Perkembangan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun2009-2013 ... 37


(10)

4.5 Perkembangan Kontribusi Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan Dan Jasa-Jasa Serta Sub-Sektor PDRB Kota


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No lampiran Judul Halaman

1 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)... 66 2 Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan

2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (Persen) .. 66 3 Laju Pertumbuhan Dan Kontribusi Sektor PDRB Kota

Medan Dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013

(Dalam %) ... 67 4 Indikator Makro Ekonomi Kota Medan ... 67


(12)

ABSTRAK

ANALISIS INVESTASI EKONOMI SEKTOR UNGGULAN KOTA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis investasi ekonomisektor unggulan Kota Medan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam peningkatan pembangunan ekonomi Kota Medan. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2013. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Klassen Tipology dan melalui nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR)

Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa ada 3 sektor ekonomi Kota Medan yang menjadi sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat atau dengan kata lain yang menjadi sektor unggulan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Dan hasil analisis ICOR menunjukkan nilai ICOR Kota Medan bahwa nilai rata-rata nilai ICOR Kota Medan yaitu sebesar 5.48 hal ini menggambarkan bahwa untuk memperoleh penambahan satu unit output dalam periode tersebut dibutuhkan investasi fisik sebanyak 6,95 unit.

Kata kunci: Sektor unggulan, Tipologi Klassen, investasi dan ICOR (Incremental Capital Output Ratio)


(13)

ABSTRACT

ANALISIS INVESTASI EKONOMI SEKTOR UNGGULAN KOTA MEDAN

This study aim to analyze the economic investment of the leading sectors of Medan as information and consideration in improving the economic development of the city of Medan. This study uses secondary data time series (time series) of the Gross Regional Domestic Product (GDP) of Medan and North Sumatra Province in 2009-2013. The analytical tool used in this study, which analyzes Tipology Klassen and through the value of Incremental Capital Output Ratio (ICOR).

Klassen Typology analysis results showed that there were three economic sectors Medan city into sectors which developed and grew rapidly, or in other words the leading sectors, namely trade, hotels and restaurants, construction and services sector. And analytical results show the value of ICOR that ICOR of Medan City that the average value of ICOR value of Medan that is equal to 5.48 this case illustrates that in order to obtain the addition of one unit of output in the period required physical investments as much as 6.95 units.

Key words: Leading sectors, Typology Klassen, investment and ICOR (Incremental Capital Output Ratio)


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. (Tandelilin,2001).

Investasi tersebut dianggap sebagai salah satu sektor yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi dapat berkembang karena adanya pertambahan faktor-faktor produksi, terutama penambahan peralatan produksi dan perbaikan faktor-faktor produksi tersebut. Pengerahan atau mobilisasi dana tabungan guna menciptakan bekal investasi dalam jumlah yang memadai dibutuhkan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.(Todaro,2004).

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebuah daerah, sumber-sumber pembiayaan bisa berasal dari ekspor, bantuan luar negeri, investasi asing dan tabungan domestik.Adapun alokasi modal yang kita kenal sebagai investasi, umumnya berasal dari dua sumber yakni PMDN dan PMA. Investasi yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.


(15)

Peningkatan investasi tidak hanya menaikkan permintaan agregat, tetapi juga menaikkan penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, investasi meningkatkan stok kapital dan setiap penambahan stok kapital akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output yang pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi tertentu, sangatlah diperlukan adanya perkiraan kebutuhan investasi dengan benar. Bila salah dalam menentukan perkiraan kebutuhan investasi, dipastikan pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai akan meleset dari target yang telah ditetapkan.

Sebelum suatu investasi dilakukan harus dikaji terlebih dahulu secara mendalam,karena pada dasarnya sebuah investasi membutuhkan dana yang cukup besar dan hasil dari investasi sendiri baru dapat dirasakan pada tahun-tahun pertama saja.Keberhasilan suatu investasi berarti keberhasilan perencanaan pembangunan. Sebaliknya bila suatu investasi itu gagal dilakukan atau tidak tepat sasaran yang diinginkan berarti pembangunan itu gagal yang berate merupakan kegagalan perencanaan pembangunan.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi dalam


(16)

daerah tersebut. Dalam melakukan investasi pada suatu Negara atau daerah perlu adanya pemahaman terhadap peluang investasi dan potensi investasi di daerah tersebut.

Atau dalam hal ini melakukan pengembangan ekonomi lokal sebagai salah satu indikator menentukan peluang dan potensi investasi.Pengembangan ekonomi lokal didasarkan pada kemampuan lokalitas, faktor internal, dan pertumbuhan ekonomi lokal dengan menggunakan potensi sumber daya alam setempat. Dalam menentukan potensi ekonomi yang dimiliki pada suatu Negara ataupun daerah perlu mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis ataupun unggulan yang memiliki potensi daya saing kompetitif dan komperatif.

Inovasi dan perbaikan kualitas yang berkelanjutan, serta efisiensi menjadi kunci dalam membangun produk unggulan.Produk unggulan yang berbasis pada potensi daerah berguna untuk mengoptimalkan potensi daerah tersebut.Prioritas pada sektor potensial menjadi strategi utama dalam menentukan peluang investasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan investasi yang tepat pada sektor potensial adalah potensi sumber daya alam, diamana potensi sumber daya alam dapat menunjang pengembangan daerah tertentu, misalnya potensi pada sektor pertanian, pariwisata, pertambangan, industry atau jasa.

Selanjutnya adalah dengan memperhatikan sumber daya alam, manusia, dimana sumber daya alam manusia adalah penunjang dari partisipasi masyarakat dalam pemilihan investasi sektor potensialnya dan sumber daya lainnya. Kemudian perlunya penggabungan dari potensi-potensi yang dimiliki, sebaiknya diarahkan atau


(17)

diprogamkan dalam kerangka pembangunan sektor-sektor yang memiliki potensi dengan keunggulan komparatif dan sektor-sektor yang akan mendukung keunggulan komparatif.

Kota Medan sebagai ibukota provinsi sumatera utara memiliki daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi, karena kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di indonesia,dengan ditinjau dari luas wilayah, jumlah penduduk,aktivitas perindustrian,maupun perdagangan barang dan jasa.

Kota Medan juga berperan sebagai pusat kegiatan ekonomi yang memiliki potensi dan daya tarik di sumatera utara, sehingga merupakan pasar potensial bagi kegiatan investor, di samping itu Kota Medan memiliki berbagai macam keunggulan baik di sektor pertanian, industri, pariwisata, kelautan dan jasa. Yang harus digali dan dikembangkan lagi untuk kemajuan Kota Medan.

Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengkaji tingkat investasi sektor unggulan ekonomi Kota Medan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi khususnya di Kota Medan.Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam skripsi ini penulis ingin membahas tentang “Analisis Investasi Ekonomi Sektor Unggulan Kota Medan“

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(18)

1. Bagaimana mengidentifikasi sektor unggulan di Kota Medan berdasarkan klasifikasi sektor primer, berkembang, potensial, dan berapa besar investasi pada sektor unggulan tersebut?

2. Berapa besar tingkat investasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2014, 2015, dan 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi sektor unggulan di Kota Medan berdasarkan klasifikasi sektor primer, berkembang, potensial, dan terbelakang dan mengetahui seberapa besar investasi pada sektor unggulan tersebut.

2. Mengetahui berapa besar investasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2014, 2015 dan 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan studi dan ilmu tambahan bagi penulis yang ingin melanjutkan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai bahan masukan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai investasi 3. Sebagai penambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi

Investasi juga diartikan sebagai suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang. Investasi tercipta dari pendapatan yang di tabung atau dari penanaman modal baik secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai pihak dengan tujuan memperbesar output dan meningkatkan pendapatan di kemudian hari. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk perluasan usaha dan peralatan baru, dan hal itu menyebabkan persediaan modal bertambah (Mankiw, 2007:186).

Dalam perhitungan pendapatan nasional, investasi meliputi hal-hal:’’ Seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah dan tempat tinggal, pertambahan dalam nilai stok barang-barang berupa bahan mentah, barang yang belum selesai di proses dan barang jadi”. (Sukirno,1994).

Investasi dapat dilakukan oleh Pemerintah maupun rumah tangga dan perusahaan/swasta.Investasi yang dilakukan pemerintah baik pemerintah pusat dan daerah yang bertujuan untuk penyediaan sarana barang-barang publik. Barang-barang publik ini dibiayai oleh Pemerintah karena sangat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaannya dan karena itulah rumah tangga maupun swasta tidak akan mampu


(20)

membiayainya. Investasi perusahaan adalah investasi yang dilakukan oleh pengusaha yang bertujuan mencari keuntungan sebanyak mungkin. Pihak swasta pada umumnya tidak akan mau berinvestasi pada pengadaan barang publik karena biayanya yang sangat besar, dan waktu pengembaliannya yang lama jadi tidak menguntungkan mereka secara langsung.

Menurut konsep ekonomi mikro penambahan asset perusahaan untuk meningkatkan skala operasi diartikan sebagai investasi. Asset yang dimaksud mencakup asset seperti bangunan, mesin, peralatan dan sejenisnya dan asset lancar seperti uang dan asset lain yang dapat segera diuangkan. Sedangkan dalam konsep ekonomi makro, investasi dapat diartikan sebagai penambahan fisik atas barang-barang modal tetap dan perubahan stok (sesuai perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)/ PDRB.

Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi. Untuk memahami proses investasi, seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi yang akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan keputusan investasi yang akan dibuat.

Adapun beberapa alasan orang untuk melakukan investasi,antara lain adalah: • Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana


(21)

mempertahankan tingkat pendapatanya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

• Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain,seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

• Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong pertumbuhan investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.1.2 Teori Pembagunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pembangunanekonomidaerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu prosesyang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah meningkat dalam jangka panjang (Arsyad, 1992). MenurutBlakely (1989), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untukmenciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industrialternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk


(22)

menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmupengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad, 1999).

Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah yaitu tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luarnegeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam prosespembangunan perekonomiannya, Kenyataannya bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda (Kuncoro, 2004).

Menurut teori ekonomi Neo Klasik, ada dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi daerah. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang memiliki upah tinggi menuju daerah yang memiliki upah rendah.

Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya.Dalam kaitan ini daerah memiliki hak otonom.Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir, 2002).


(23)

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah.Dalam arti ekonomi pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok tanam, masa perdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas kerja.

Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting. Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar.


(24)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi.Suatu masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi.

2.1.3 Pendapatan Regional

Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat dimanfaatkansebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan.Untuk dapat mengukurseberapa jauh keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang ekonomi salah satualat yang dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayahadalah melalui penyajian angka-angka pendapatan regional.Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang danjasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah selamasatu tahun (Sukirno, 1985:17).Sedangkan menurut Tarigan (2007:13), pendapatanregional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkatpendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.

Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional, diantaranya adalah:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto mencakup


(25)

komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, yaitu:

a. Pertanian.

b. Pertambangan dan Penggalian. c. Industri Pengolahan.

d. Listrik, Gas dan Air Bersih. e. Bangunan/Konstruksi.

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran. g. Pengangkutan dan Komunikasi.

h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. i. Jasa- Jasa

Aggregat PDRB

Secara teoritis agregat PDRB dibedakan menjadi :

a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku yaitujumlah nilai produksi, nilai pendapatan atau pengeluaran yangdinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yangbersangkutan

b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yangdinilai berdasarkan tahun dasar.


(26)

2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar.

PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan. Penyusutan yang dimaksud di sini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lainnya) karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan penyusutan keseluruhan.

3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor.

Jika pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas Dasar Harga Pasar, maka didapatkan Produk Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan.

2.1.4 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout.Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis.Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri.Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut.Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas


(27)

tumbuh).Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2007).

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan lapangan kerja (Lincolin, 1999).

Studi basis ekonomi regional umumnya berupaya untuk mengenali aktivitas-aktivitas ekspor wilayah, sebagai bahan dalam meramalkan pertumbuhan ekonomi pada aktivitas–aktivitas itu dan mengevaluasi dampak dari kenaikan dari aktivitas ekspor atas aktivitas-aktivitas ekonomi lainnya.Basis ekonomi dari sebuah komunitas terdiri atas aktivitas-aktivitas produksi yang mampu menciptakan pendapatan dan kesempata kerja lebih besar pada masyarakat sehingga menjadi tumpuan dalam perekonomian di wilayah tersebut.

Semua kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan basis maka akan masuk kedalam sektor jasa (service) atau pelayanan, tetapi untuk tidak menciptakan pengertian yang keliru tentang arti service disebut saja sektor non basis. Sektor non basis (economic non-base) adalah sektor ekonomi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi-konsumsi lokal.Dengan demikian, sektor ini sangat terikat dengan kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar definisi diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan kegiatan perekonomian wilayah,bahkan dapat melebihi pertumbuhan alamiah dari


(28)

ekonominya adalah sektor basis, karena dari sektor basis inilah yang akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi diwilayah tersebut.

Dalam teori basis ekonomi ini, lebih memusatkan pada kegiatan-kegiatan basis atau ekspor, tetapi tidak melihat pentingnya impor. Suatu peningkatan dalam kesempatan kerja dan pendapatan basis mungkin hanya mempunyai suatu efek pengganda yang sangat terbatas terhadap kegiatan bukan basis jika sebagian besar dari pendapatan ekstra mengalir keluar wilyah dalam bentuk pengeluaran untuk impor. Yang sangat penting dalam hal ini, bahwa suatu perekonomian dapat bertambah tidak hanya dengan peningkatan ekspor dari industri basis tetapi juga dengan mengganti barang-barang impor dari industri basis dengan barang-barang hasil produksi wilayah yang bersangkutan.

2.1.5 Metode Tipologi Klassen

Tipologi Klassen pada dasarnya digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah. Menurut Tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang prima, berkembang, potensial dan terbelakang. . (Tri Widodo, 2006; 120)

Analisis ini mendasarkan pengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan menggunakan analisis tipologi klassen, suatu sektor dapat dikelompokan ke dalam empat kategori, yaitu: (1) sektor prima, (2) sektor potensial, (3) sektor berkembang, dan (4) sektor terbelakang. (Tri Widodo, 2006; 120)


(29)

2.1.6 ICOR

ICOR (Incremental Capital Output Ratio) adalah ukuran yang menyatakan besarnya tambahan modal yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit pengeluaran.ICOR juga merupakan rasio antara penambahan modal dengan penambahan pengeluaran.Rasio ini menunjukan efisensi penggunaan modal yang ditambahkan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu Negara.Untuk dapat menghitung berapa investasi yang harus dikeluarkan agar dicapai penambahan GDP tertentu, maka penambahan modal dinyatakan sebagai investasi dan penambahan pengeluaran dinyatakan sebagai penambahan GDP.

Pengkajian menegenai ICOR menjadi sangat menarik karena ICOR dapat merefleksikan besarnya produktifitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bias dicapai.Secara teoritis hubungan ICOR dengan pertumbuhan ekonomi dikembangkan pertama kali oleh R.F.Harrod dan Evsey Domar (1939-1947).Namun karena kedua teori tersebut banyak kesamaanya, maka kemudian kedua teori tersebut lebih dikenal sebagai teori Harrod Domar. Pada Rasio Modal-Output yaitu :

(i). Rasio Modal-Output atau Capital Output Ratio (COR) atau yang sering disebut Average Capital Output Ratio (ACOR), yaitu perbandingan antara kapital yang digunakan dengan output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. COR atau ACOR ini bersifat statis karena hanya menunjukkan besaran yang menggambarkan perbandingan modal dan output.


(30)

(ii). Ratio Modal - Output Marginal atau Icremental Capital Output Ratio (ICOR) yaitu suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan capital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikan/menambah satu unit output baik secara fisik maupun secara nilai (uang). Konsep ICOR ini lebih bersifat dinamis karena menunjukkan perubahan kenaikan/penambahan output sebagai akibat langsung dari penambahan capital.

Sebenarnya ICOR dapat dibagi ke dalam Net ICOR (ICOR bersih) dan Adjusted ICOR (ICOR yang disesuaikan).Net ICOR mengiterprestasikan ICOR yang telah bersih dari perubahan-perubahan yang telah terjadi pada faktor-faktor lain seperti tambahan tenaga kerja, kemampuan teknologi dan lain sebagainya.Konsep ini mempertimbangkan ICOR dengan suatu asumsi cateris paribus yaitu bahwa pasokan faktor-faktor lain dianggap tetap. Sedangkan Adjusted ICOR mengasumsika bahwa investasi diikuti oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor lain.

Menurut Lincoln Arsyad (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai ICOR adalah apabila :

1. Ketersediaan sumberdaya alam terbatas dan pertumbuhan penduduk rendah. 2. Inovasi hitech dan sifat teknologi padat modal.

3. Laju investasi tinggi dan komposisi investasi terbesar berupa proyek barang publik. 4. Tingkat efisiensi faktor produksi modal rendah.

5. Kualitas ketrampilan manajerial dan organisasional rendah. 6. Tingginya suku bunga


(31)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian dapat dilihat melalui Tabel 2.1 berikut:

Table 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama, Tahun,

Judul Variabel

Metode

Analisis Hasil

1 Analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio) Kota Semarang 2010

PDRB, investasi (PMTB)

Menggunakan analisis ICOR

ICOR pada tahun 2009 Kota Semarang sebesar 6,95 artinya untuk meningkatkan satu unit output dibutuhkan investasi sebesar 6,95 unit.

Nilai ini menunjukkan kondisi perekonomian yang relative menjanjikan, khususnya bagi iklim investasi di Kota Semarang

2 ST.Nadira 2012 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat Periode 2004-2009 PDRB Kabupaten Mamuju dan PropinsiSulawesi Barat tahun 2004-2009 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.

Analisis Shift Share,Analisis Location Quotient (LQ)

1. Terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabuapetn Mamuju dari sektor primer ke sektor sekunder. 2. Bahwa sektor basis di

Kabupaten Mamuju yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan persewaan dan sektor jasa-jasa.

3. Komoditi-komoditi pertanian yang

merupakan sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan


(32)

pada perekonomian Kabupaten Mamuju dapat dijumpai pada komoditi bahan tanaman pangan yaitu padi, jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai

3 Margareta Hutasoit 2009 Analisis Efisiensi Investasi di Propinsi Sulawesi Selatan Nilai PDRB Sulawesi Selatan periode tahun 2000-2009, Pendapatan Per kapita Analisis Efisiensi Investasi dengan menggunakan ICOR, Analisis Kebijakan Pendukung Masuknya Investasi dengan menggunakan Content Analysis

1. Investasi yang masuk ke Provinsi Sulawesi Selatan dari periode 2000-2009 tergolong efisien.

2. kebijakan yang ditempuh dalam menarik investor adalah dengan mempermudah

pengurusan izin usaha, membangunan sarana dan prasarana

pendukung dan

penciptaan iklim usaha yang kondusif, seperti mempermudah izin usaha dengan

memberikan informasi yang transparan


(33)

2.3 Kerangka Konseptual

Seperti telah dijelaskan dalam teori-teori diatas, bahwa sektor unggulan sangatlah berperan penting dalam meningkatkan perekonomian suatu wilayah. Untuk menentukan sektor unggulan suatu wilayah dapat dianalisis dari sektor-sektor perekonomian yang dibagi ke dalam Sembilan sektor-sektor, yaitu:

Gambar 2.1 Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industry pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air

minum

5. Bangunan dan Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Asuransi, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

9. Jasa-Jasa


(34)

Investasi memegang peranan penting dalam mendorong perekonomian suatu wilayah. Suatu daerah yang mempunyai potensi wilayah yang baik dan mempunyai daya tarik akan mengundang para investor untuk mau menanamkankan modal nya pada daerah tersebut, dengan demikian akan tercipta suatu iklim investasi yang kondusif bagi daerah tersebut. Sektor unggulan dan komoditi unggulan adalah salah satu daya tarik bagi kaum investor untuk berinvestasi pada daerah tersebut.Sektor unggulan dan komuditi unggulan dapat menggunakan analisis LQ dan Shift Share.Setelah sektor unggulan dan komuditi unggulan yang dimiliki suatu daerah sudah ditentukan barulah kemudian dapat diidentifikasi potensi dan peluang investasi untuk daerah tersebut.

Gambar 2.2

Hubungan Investasi dan Sektor Unggulan

Investasi dalam suatu daerah sangatlah berpengaruh dan memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Iklim investasi yang baik atau kondusif akan mempengaruhi pada tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Untuk itu suatu daerah perlu meningkatkan daya tarik daerah tersebut agar iklim investasi pada dapat tetap kondusif dan meningkat. Dengan demikian pertumbuhan

Sektor Unggulan 1. Primer

2. Berkembang 3. Potensial 4. terbelakang


(35)

ekonomi akan tetap terjaga dan meningkat. Bukan hanya dalam kurun waktu tertentu saja tetapi juga perlu dipertahankan dan meningkatkan nilai investasi yang diperlukan pada masa-masa yang akan datang agar pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat.

Gambar 2.3

Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Dengan demikian terdapat sebuah garis yang berhubungan anatar sektor unggulan suatu daerah, investasi, dan pertumbuhan ekonomi. Proses itu dapat digambarkan dalam kerangka konseptual pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual

INVESTASI Pertumbuhan

Ekonomi

2014 2015 2016

SEKTOR UNGGULAN

INVESTASI PERTUMBUHAN


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Metode berhubungan dengan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran atau tujuan penelitian.

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengkaji analisis investasi ekonomi sektor unggulan di Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data PDRB Kota Medan dari tahun 2009 sampai 2013, PDRB Sumatera Utara dari tahun 2009 sampai 2013, data investasi Kota Medan dari tahun 2009 sampai 2013 dan data ICOR Kota Medan dari tahun 2009 sampai 2013. Semua data-data tersebut diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistika) dan BPMP (Badan Penanaman Modan dan Promosi).


(37)

1. Sektor unggulan (sektor basis) adalah sektor yang memiliki peranan yang relatif besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi suatu wilayah (PDRB).

2. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah besarnya Produk Domestic Bruto (PDB) suatu daerah. PDRB menyajikan data PDB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, yang disajikan dalam bentuk rupiah maupun persentase. Berdasarkan data beberapa tahun terakhir baik data yang dihimpun secara langsung (data primer) maupun data yang dikutip dari administrasi instansi/ dinas/ lembaga pemerintah maupun swasta (data sekunder). 3. Investasi adalah komitmen atas dana atau sumber daya lainnya yang ada pada saat

ini dengan tujuan akan mendatangkan keuntungan di masa mendatang.

4. ICOR (Incremental Capital Output Ratio) adalah ukuran yang menyatakan besarnya tambahan modal yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit pengeluaran.

5. Pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang yang merupakan salah satu indicator keberhasilan pembangunan.

3.4Model Analisis Data 3.4.1 Analisa Tipologi Klassen

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah.Tipologi klassen pada


(38)

dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indicator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.

Analisis Tipologi klassen dilakukan dengan cara membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional yang membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah dengan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau PDB per kapita (secara nasional). Hasil dari analisis Tipologi Klassen akan menunjukan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor,subsektor,usaha atau komoditi pembentuk variable regional suatu daerah.

Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral (yang dapat diperluas tidak hanya di tingkat sektor tapi juga subsektor,usaha ataupun komoditi) menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut :

1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini bias dilambangkan dengan gi lebih besar dari g dan si lebih besar dari s. Sektor dalam kuadran I dapat pula diartikan sebagai sektor yang potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar daripada daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.


(39)

2. Sektor potensial adalah sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional, tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

3. Sektor berkembang adalah Kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi dari nilai pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional, tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

4. Sektor terbelakang adalah sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional dan sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB yang lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

5.

Matrix Tipologi Klassen Rerata Kontribusi sektoral thd

PDRB Rerata Laju

Pertumbuhan Sektoral

Ysektoral ≥ YPDRB YSEKTORAL < YPDRB

rsektoral ≥ r PDRB Sektor Prima Sektor Berkembang rsektoral < rPDRB Sektor Potensial Sektor Terbelakang


(40)

Table 3.1

Bagan Tipologi Klassen Keterangan:

Ysektor : nilai sektor ke i YPDRB : rata-rata PDRB

rsektor : laju pertumbuhan sektor ke i rPDRB : laju pertumbuhan PDRB 3.4.2 Analisis ICOR

Incremental capital output ratio( ICOR ) adalah suatu besaran yang menunjukan tambahan capital ( investasi ) baru yang dibutuhkan untuk menaikan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang ( nominal ).

Pada dasarnya teori tentang ICOR ditandai oleh dua macam kosep Rasio Modal-Output,yaitu :

i. Rasio Model-Output atau Capital Output Ratio (COR) atau yang sering disebut sebagai Average Capital Output Ratio (ACOR), yaitu perbandingan anatara kapital yang digunakan dengan output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. COR atau ACOR ini bersifat statis karena hanya menunjukan besaran yang menggambarkan perbandingan modal dan output.

ii. Rasio Modal-Output Margina atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yaitu suatu besaran yang menunjukan besarnya tambahan kapital (investasi)


(41)

baru yang dibutuhkan untuk menambahkan/menaikan satu unit output baik secara fisik maupun secara nilai (uang). Konsep ICOR ini lebih bersifat dinamis karena menunjukan perubahan kenaikan/penambahan output sebagai sebagai akibat langsung dari pertambahan kapital.

Dari pengertian pada butir (ii), maka ICOR dapat diformulasikan sebagai berikut :

ICOR = ∆K / ∆Y ……….. (1)

dimana ∆K = perubahan kapital ∆Y = perubahan output

Dari rumus (1) didapatkan pengertian bahwa ICOR merupakan statistik yang menunjukan kebutuhan perubahan stok kapital untuk menaikan satu unit output.

Dalam perkembangannya data yang digunakan dalam menghitung ICOR bukan lagi hanya pertambahan barang modal baru atau perubahan stok kapital, melainkan investasi (I) yang ditanam baik oleh swasta ataupun pemerintah sehingga rumusan ICOR dimodifikasi menjadi :

ICOR = I / ∆Y ……….. (2) dimana I = Investasi

∆Y = perubahan output

Rumus (2) dapat diartikan sebagai banyaknya kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mendapatkan 1 unit output.


(42)

Pada kenyataannya pertambahan output bukan hanya disebabkan oleh investasi, tetapi juga oleh faktor-faktor lain diluar investasi seperti pemakaian tenaga kerja, penerapan teknologi dan kemampuan kewiraswastaan. Dengan demikian untuk melihan peranan investasi terhadap output berdasarkan konsep ICOR maka peranan faktor-faktor selain investasi diasumsikan konstan (Cateris Paribus).


(43)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Propinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peran Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Kota medan terletak antara 3°.27’ - 3°.47’ Lintang Utara dan 98°.35’ - 98°.44’ Bujur Timur. Dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota medan berbatasan dengan sebelah utara, selatan, Barat dan Timur dengan Kabupaten deli Serdang.Kota Medan merupakan salah satu dari 30 daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara.Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain.

Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar.Secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang


(44)

didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

Secara administratif, wilayah Kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.

Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis.

Sebahagian besar dari dataran rendah merupakan tempat pertemuan dua suangaibesar yang membelah kota Medan yakni sungai Babura dan sungai Deli yang sekaligussebagai sarana pengendalian banjir untuk kota Medan. Kota Medan yang memilikikeunggulan komparatif dari lokasi geografi tersebut masih ditambah dengan posisi kotayang dilintasi 2 sungai yang menjadi jalur perdagangan di zaman Belanda.


(45)

Maka kotaMedan pertumbuhan ekonominya sejak dahulu sudah termasuk menjadi kota pentingyang ada di luar Pulau Jawa.

Di gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

4.1 Sektor Ekonomi Kota Medan

4.1.1 Kontribusi Sektor Ekonomi dan Sub Sektornya terhadap PDRB Kota Medan Dalam penyusunan PDRB sektoral, sektor ekonomi maupun sub sektor ekonomi disesuaikan dengan kalasifikasi lapangan usaha Indonesia yaitu dibagi menjadi 9 sektor ekonomi yaitu terdiri dari:

1. Sektor Pertanian,

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian, 3. Sektor Industri Pengolahan,

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, 5. Sektor Bangunan/Konstruksi,

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi,

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta 9. Sektor Jasa-jasa.

Adapun perkembangan ekonomi Kota Medan secara sektoral dan peranannya pada setiap sektor ekonomi adalah:


(46)

Gambar 4.1

Rata-rata Kontribusi PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha

Sumber: BPS Kota Medan data diolah 1. Sektor Primer

Dalam sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian dan penggalian, pada tahun 2013 sektor primer ini memberikan kontribusinya terhadap perekonomian Kota Medan sebesar 2,27%, mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 2012 yaitu sebesar 2,45% dan merupakan sektor yang paling kecil peranannya terhadap perekonomian di Kota Medan.

Pertanian 2% Pertambangan dan Penggalian 0% Industri Pengolahan 13%

Listrik, Gas dan Air Bersih

1%

Bangunan 11%

Perdagangan, Ho tel dan Restoran

27% Pengangkutan

dan Komunikasi 20% Keuangan, Perse

waan dan Jasa Perusahaan

15%

Jasa-jasa 11%


(47)

Adapun peranan setiap sektor (lapangan usaha) dikelompok primer adalah sebagai berikut:

a. Pertanian dimana sektor ini meliputi kegiatan pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda biologis (hidup) yang diperoleh dari alam dengan tujuan untuk dikomsumsi. Sektor pertanian ini mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan dan hasil-hasilnya dan perikanan.

b. Pertambangan dan penggalian, yang ada hanya sub sektor penggalian saja, dimana baik pertumbuhan maupun distribusinya dari tahun ke tahun cenderung menurun.

Dibawah ini merupakan grafik perkembangan sektor dan sub sektor pertanian dan penggalian

Gambar 4.2

Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian dan Pertambangan & Penggalian, Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2009-2013

Sumber : Data diolah 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8

2009 2010 2011 2012 2013

Perikanan

Peternakan dan Hasil-Hasilnya

Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan b. Pertambangan dan penggalian


(48)

2. Sektor Sekunder

Sektor sekunder merupakan s

menjadi

dari sektor industri, sektor listrik, gas dan air dan sektor bangunan. Dalam proses produksinya, industri pada sektor ini umumnya mengonsumsi

besar, memerluka

dari sektor sekunder ini adalah:

a. Sektor Industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang menurun untuk setiap tahunnya. Adapun pembagian pada tiap-tiap sub sektor adalah: sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sub sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sub sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan laiinya, sub sektor industri kertas dan barang cetakan, sub sektor pupuk, kimia dan barang dari karet, sub sektor semen dan barang galian bukan logam, sub sektor logam dasar besi dan baja, sub sektor alat angkutan, mesin dan peralatannya.

Nilai produksi dari sektor industri yang paling besar disumbang oleh sub sektor makanan, minuman dan tembakau, kemudian diikuti oleh sub sektor alat angkutan mesin dan peralatan lainnya, selanjutnya sub sektor logam dasar dan baja. Ke-3 sub sektor ini trend produksinya mengalami kenaikan.Tapi pada sub-sektor semen dan barang galian bukan logam, kemudian sub pupuk kimia dan barang dari karet, serta barang hasil hutan naiknya relative lambat dan hampir


(49)

stagnan.Kondisi ini sesuai dengan perkembangan produksi hutan dimana bahan kayu semakin langka, karena semakin ketatnya peraturan dalam mengambil hasil hutan, karena berdampak pada tingginya kerusakan alam dan lingkungan hidup.Terakhir adalah sub sektor dari TPT (tekstil, barang kulit dan alas kaki) serta kertas dan barang cetakan yang nilainya paling kecil.

b. Sektor listrik, gas dan air bersih dimana sektor ini merupakan penunjang dari kegiatan produksi dan sebagai infrastruktur yang mendorong proses produksi sektoral maupun untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sub-sektor berikutnya adalah listrik dan air bersih yang dikelola oleh negara yakni

PLN untuk listrik dan PAM TIRTANADI sebagai BUMD, dimana kapasitas produksi kedua sektor ini kecenderungannya mengalami kenaikan, walaupun supply dari produk tidak sesuai dengan demand sebagai representasi kebutuhan masyarakat dan dunia usaha di Medan.

Sedangkan sub sektor gas produksinya masih 50% dari produksi listrik, karena secara nasional, bahwa Indonesia masih kekurangan pasokan gas di dalam negeri. Hal ini juga yang membuat hambatan dalam produksi industri manufaktur yang membutuhkan gas sebagai bahan utama dalam menggerakkan produksi.Jadi krisis energi yang melanda perekonomian secara nasional ternyata jauh lebih buruk yang terjadi di kota Medan, selain kekurangan pasokan gas pada industri juga terjadi kekurangan listrik yang sangat untuk RT dan industri.


(50)

c. Sektor bangunan salah satu sektor andalan untuk mendorong pertumbuhanekonomi dan selalu dituntut untuk tetap meningkatkan kontribusinya melalui tolak ukurterhadap PDB nasional.

Gambar 4.3

Perkembangan Kontribusi Sektor Industri Tanpa Migas, Listrik, Gas dan Air Bersih dan Sektor Bangunan Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun

2009-2013

Sumber: Data diolah

3. Sektor Tersier

Sektor tersier ini merupakan sektor yang paling besar kontribusinya terhadap perekonomian Kota Medan. Sektor-sektor yang termasuk dalam sektor tersier adalah:

a. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan untuk setiap tahunnya mengalami peningkatan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

2009 2010 2011 2012 2013

a. Industri Tanpa Migas

Makanan , Minuman& Tembakau

Tekstil, Brg.dari Kulit & Alas Kaki

Brg. Dari Kayu & Hasil Hutan

Kertas & Barang Cetakan

Pupuk, Kimia & Brg. Dari Karet

Semen & Brg. Galian Bukan Logam


(51)

b. Sektor pengangkutan dan komunikasi yang kontribusi nya rata-ratadalam 5 tahun terakhir mencapai 20,068%, dengan kontribusi terbesar disumbang olehsubsektor pengangkutan udara, kemudian jalan raya dan jasa penunjang angkutan,kemudian sub sektor komunikasi yang traffictnya cukup tinggi di Medan.Kehadiran tower dari beberapa provider penyedia jasa komuniaksi nirkabelcukup banyak, dan naiknya jumlah pengguna data berbasis internet, menujukkansemakin tingginya jalur komunikasi di kota Medan. Penggunaan ini masih didukungdengan kota Medan sebagai pusat pendidikan tinggi di wilayah Sumatera BagianUtara, dimana jumlah universitas dan sekolah tinggi cukup banyak dibanding dengankota Padang, Banda Aceh dan Pekan Baru. Institusi pendidikan tinggi cukup banyakmembutuhkan jaringan komunikasi internet.

Dari ke-3 jenis pengangkutan yaitu darat termasuk basis rel kereta, laut dan udara, ternyata pengguna angkutan udara jauh lebih besar produksinya. Bandara di kota Medan sebelum pindah ke Kuala Namu Deli Serdang, masuk sebagai kategori Bandara dengan frekwensi penerbanagan yang sangat padat, dan bandara Medan menjadi bandara dengan istilah jalur gemuk dalam bisnis penerbangan di Indonesia, karena jumlahpenumpangnya bertambah sangat signifikan dari waktu ke waktu

c. Sektor keuangan dan sektor jasa denganrata-rata perkembangan kontribusinya mencapai 14,904%. Kontribusi tertinggidisumbang oleh sub sektor sewa bangunan, perbankan dan jasa perusahaan. Sedangkanyang paling rendah adalah sub sektor jasa penunjang keuangan. Untuk sektor ini,biasanya pemerintah kota


(52)

Medan tidak bisa membuat aturan sendiri, karena bisniskeuangan akan tunduk dengan regulasi pemerintah pusat baik dari Bank Indonesiamaupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang sekarang sudah berdiri sendiri.Kebijakanuntuk sektor keuangan dan moneter itu merupakan bagian dari wewenang daripemerintah pusat melalui BI.

Dibawah ini dapat dilihat grafik perkembangan untuk ke 3 sektor tersier beserta kontribusi setiap sub sektornya.


(53)

Gambar 4.4

Perkembangan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi Serta Sub-Sektor


(54)

PDRB Kota Medan Tahun 2009-2013 Sumber: Data diolah

Gambar 4.5 0

5 10 15 20 25 30 35

2009 2010 2011 2012 2013

a. Perdagangan, hotel & Restoran

Pedagangan Besar & Eceran

Hotel Restoran

b. Pengangkutan dan Komunikasi

a) Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan jalan raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan

b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi


(55)

Perkembangan Kontribusi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Jasa-Jasa Serta Sub-Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2009-2013

4.3 Analisis Tipologi Klassen 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

2009 2010 2011 2012 2013

a. Keuangan, Persewaan dan Jasa Persewaan 1. Bank

2. Lembaga Keuangan Bukan Bank

3. Jasa Penunjang Keuangan

4. Sewa Bangunan 5. Jasa Perusahaan b. Jasa-Jasa a)Pemerintahan

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan

2. Jasa Pemerintahan Laiinya

b) Swasta

1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah Tangga


(56)

Dalam rangka membangun daerah, pemerintah daerah perlu membuat prioritas kebijakan.Penentuan prioritas kebijakan diperlukan agar pembangunan daerah dapat lebih terarah serta berjalan secara efektif dan efisien, dibawah kendala keterbatasan anggaran dan sumberdaya yang dapat digunakan.Untuk menentukan prioritas kebijakan ini, khususnya kebijakan pembangunan ekonomi, diperlukan analisis ekonomi (struktur ekonomi) daerah secara menyeluruh.

Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha atau komoditi prioritas unggulan suatu daerah. Dalam hal ini analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan sektor subsektor, usaha atau komoditi prioritas unggulan suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi atau secara nasional. Hasil Tipologi Klassen akan menunjukkan pertumbuhan dan pangsa sektor subsektor, usaha atau komoditi prioritas unggulan suatu daerah.

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk melakukan klasifikasi terhadap sektor-sektor ekonomi Kota Medan berdasarkan besarnya kontribusi dan laju pertumbuhannya.Laju pertumbuhan ekonomi terhadap PDRB di Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara.

Dibawah ini merupakan data PDRB Kota Medan atas dasar harga konstan selama tahun 2009-2013 terdapat sektor-sektor yang continue memberikan


(57)

konstribusi yang cukup besar bagi perekonomian Kota Medan. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas,dan air bersih, sektor bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.

Tabel 4.1

PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)

Sumber: BPS Kota Medan

Dari data diatas dapat diperoleh bahwa sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan meberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor-sektor yang laiinya. Jika dianalisis dari tingkat laju pertumbuhan setiap sektor-sektor ekonomi yang terdapat di Kota Medan maka akan dapat dilihat sektor-sektor yang prima,

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 765.95 771.33 792.91 807.46 834.42

Pertambangan dan Penggalian 0.57 0.55 0.55 0.55 0.53 Industri Pengolahan 4591.6 4792.16 4960.71 5144.02 5332.92 Listrik, Gas dan Air Bersih 464.92 497.66 519.21 532.92 555.27

Bangunan 3748.68 4005.47 4308.77 4612.72 4952.4

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8824.16 9584.51 10415.33 11320.12 12384.75 Pengangkutan dan Komunikasi 6866.78 7346.13 7914.57 8573.81 7856.49 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4720.84 5133.72 5599.45 6085.01 6642.54

Jasa-jasa 3446.55 3690.69 4065.04 4442.71 4753.22


(58)

potensial, berkembang dan terbelakang dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen. Dan dari hasil analisis ini nantinya akan dapat diketahui bahwa sektor apa yang sebaiknya diberikan modal (investasi) untuk pengembangan sektor ekonomi, sehingga tingkat PDRB Kota Medan akan mengalami peningkatan yang lebih besar.

Selain itu dibawah ini adalah data pertumbuhan PDRB Kota Medan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

Tabel 4.2

Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (persen)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 4.18 0.7 2.8 1.84 3.34

Pertambangan dan Penggalian 0.46 -2.86 -0.6 -0.82 -2

Industri Pengolahan 1.71 4.37 3.51 3.7 3.67

Listrik, Gas dan Air Bersih 5.06 7.04 4.33 2.64 4.19

Bangunan 8.22 6.85 7.57 7.05 7.36

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.47 8.62 8.67 8.69 9.4 Pengangkutan dan Komunikasi 9.22 6.98 7.74 8.33 -8.47 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.92 8.75 9.07 8.67 9.16

Jasa-jasa 7.42 7.08 10.14 9.29 6.99

Sumber: BPS Kota Medan

Dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, dapat dilasifikasikan masing-masing sektor ekonomi daerah sebagai sektor yang prima, berkembang, potensial dan terbelakang.

Tabel 4.3

Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013 (Dalam %)


(59)

Sumber :BPS Kota Medan yang diolah

Selama masa periode analisis tahun 2009-2013, dapat dilihat bahwa sektor yang memiliki rata-rata kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota Medan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 27.204% , lalu diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 20.068% dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 14.904%. Sedangkan sektor yang mempunyai rata-rata kontribusi paling kecil adalah pertambangan dan penggalian yang tidak memberikan kontribusi (0%) terhadap PDRB Kota Medan. Hal ini dapat terlihat semakin banyaknya kebutuhan listrik, gas dan air bersih, industri pengolahan dan hotel berbintang dan restoran di kota Medan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota Medan digerakkan oleh seluruh kelompok sektor yaitu primer, sekunder dan tersier secara simultan.

Berdasarkan laju petumbuhan ekonominya, sektor yang memiliki pertumbuhan yang paling tinggi adalah sektor perdagangan hotel dan restoran yaitu

Sektor Ekonomi

Kota Medan Sumatera Utara

Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Pertumbuhan Kontribusi Pertumbuhan Kontribusi

Pertanian 2.572 2.074 4.818 23.194

Pertambangan dan Penggalian -1.164 0 4.31 1.162

Industri Pengolahan 3.392 12.936 3.322 21.162

Listrik, Gas dan Air Bersih 4.652 1.338 5.52 0.728

Bangunan 7.41 11.222 7.16 6.892

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.77 27.204 7.012 18.746

Pengangkutan dan Komunikasi 4.76 20.068 8.578 10.042

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7.714 14.904 10.008 7.824


(60)

sebesar 8.77%, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa yaitu sebesar 8.184%. Sedangkan sektor yang memiliki pertumbuhan paling rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki rata-rata pertumbuhan yang negatif sebesar -1.164%.

Selain itu jika dilihat data pada Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah referensi, sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata paling besar adalah sektor pertanian dengan kontribusi rata-rata 23.194% kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi rata-rata sebesar 21.162%. Sedangkan sektor yang menyumbangkan kontribusi rata-rata selama periode analisis tahun 2009-2013 yang paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih dengan kontribusi sebesar 0.728%. Hal ini berbanding timbal balik jika dibandingkan dengan kontribusi rata-rata sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kota Medan.

Berdasarkan laju pertumbuhan ekonominya, sektor yang memiliki laju pertumbuhan paling tinggi adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan laju pertumbuhan sebesar 10.008%, kemudian diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yakni sebesar 8.578%. Sementara sektor yang memiliki laju pertumbuhan paling rendah yaitu sektor industri pengolahan yakni sebesar 3.322%.

Berdasarkan data pada tabel diatassektor-sektor dalam PDRB Kota Medan tahun 2009-2013 dapat diklasifikasikan berdasarkan analisis TipologiKlassen yang hasilnya ditunjukkan pada tabel dibawah ini.


(61)

Klasifikasi Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2009-2013 berdasarkan Tipologi Klassen

Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen terhadap PDRB Kota Medan tahun 2009-2013 sebagaimana pada tabel diatas sektor yang dikategorikan sebagai sektor prima (Kuadran I) yaitu sektor maju dan tumbuh pesat adalah sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Hal ini juga dapat terlihat melalui besarnya laju pertumbuhan dan kontribusi yang diberikan dan

Tumbuh Cepat (rik ≥ rip)

Tumbuh Lambat (rik < rip) SEKTOR PRIMA

1. Bangunan 2. Perdagangan,

Hotel & Restoran 3. Jasa-Jasa

SEKTOR POTENSIAL 1. Listrik, Gas & Air

Bersih

2. Pengangkutan dan Komunikasi

3. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan SEKTOR BERKEMBANG 1. Industri Pengolahan SEKTOR TERBELAKANG 1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian

Tumbuh Cepat (rik ≥ rip)

Tumbuh Lambat (rik < rip)

K ont ri bus i B es ar (ki k K ont ri bus i K ec il (ki k < ki p) K ont ri bus i K ec il (ki k < ki p) K ont ri bus

i B

es

ar

(ki


(62)

selalu mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya terhadap peningkatan PDRB Kota Medan. Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan termasuk ke dalam sektor potensial (kuadaran II), yaitu sektor yang mempunyai kontribusi rata-rata tinggi namun tertekan. Jika dianalisis maka sektor-sektor ekonomi di Kota Medan lebih banyak yang masuk ke dalam kategori sektor maju tapi tertekan (jenuh). Sektor yang tergolong ke dalam sektor berkembang (kuadran III) adalah sektor industri pengolahan yang memiliki rata-rata pertumbuhan yang cukup tinggi tetapi memiliki kontribusi rata-rata yang kecil.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian yang seharusnya menjadi sektor primer di Kota Medan selama periode analisis 2009-2013 tergolong ke dalam sektor terbelakang (kuadran IV), walaupun sektor pertanian bukan penyumbang tekecil dalam PDRB kota Medan. Jika dibandingkan dengan daerah laiinya, hal ini sungguh sangat jauh berbeda dengan Kota atau Kabupaten laiinya, dimana sektor pertanian biasanya akan menjadi sektor yang layak untuk dikembangkan. Hal ini sejalan jika dilihat dari nilai rata-rata pertumbuhan sektor pertanian hanya sebesar 2.572% dan sektor pertambangan dan penggalian yang tidak memberikan kontribusi terhadap bahkan memiliki laju pertumbuhan yang negative yang berbanding timbal balik dengan pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara .

Hal ini dikarenakan memang Kota Medan memang bukan daerah pertanian sehingga struktur PDRB Kota Medan didominasi oleh subsektor tersier.Kualitas


(63)

perekonomian daerah terkait erat dengan aspek ketenagakerjaan dan kemiskinan.Peningkatan kualitas perekonomian daerah seogianya dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan menyerap angkatan kerja sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan semakin berkurang, karena ketersediaan kesempatan kerja yang menjamin perolehan pendapatan.

Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa struktur atau pola perekonomianKota Medan telah bergeser dari sektor pertanian (agraris) ke sektor sekunder atau sektor jasa yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan.Hal ini sejalan dengan fenomena di daerah perkotaan dimana mata pencaharian penduduk mengarah kepada sektor-sektor non aggraris. Gejala ini bisa dipahami karena beberapa faktor yang menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di daerah perkotaan sangat sempit sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan pertanian yang cukup luas serta lahan diperkotaan merupakan barang berharga dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi ekonomis dimungkinkan untuk kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan industri, pertokoan ataupun permukiman.

4.4 Investasi Ekonomi

Sumantoro (1983) mendefinisikan tujuan investasi ditinjau atas dasar kepentingan investor dan kepentingan pemerintah.Tujuan investasi dari kepentingan investor berorientasi ekonomis yaitu; kesempatan berusaha untuk memperoleh keuntungan, menanamkan modal dengan harapan memperoleh nilai tambah yang


(64)

lebih besar dari modal yang ditanamkan, berusaha menjaga sekaligus menghindar dari kerugian yang disebabkan oleh merosotnya nilai uang.Sedangkan tujuan investasi dilihat dari kepentingan pemerintah melibatkan kepentingan masyarakat luas, baik individu maupun pihak swasta nasional maupun swasta asing.Investasi diarahkan untuk pembiayaan kegiatan pembangunan secara makro terkait dengan public utility.

Melalui perencanaan investasi yang baik, akan mampu meningkatkan Kota Medan menjadi pusat kegiatan investasi. Setelah diketahui potensi investasi maka dapat dikembangkan investasi berikutnya sehingga dapat mendorong investasi lain berkembang. Investasi selalu terkait dengan kegiatan transaksi dan distribusi barang dan jasa.Konsekuensi untuk dapat menarik investor melakukan investasi pemerintah perlu memiliki data tentang potensi investasi.Perencanaan dan pelaksanaan investasi perlu didasari oleh kajian potensi investasi yang memadahi.

Menurut hasil analisa yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara (BPMP) adapun potensi investasi pada Kota Medan yaitu: a. Pengolahan sampah

Sampah penduduk Medan yang besar berpotensi untuk dikonversi sebagai sumber energi dan pupuk.Timbulan sampah penduduk tetap : 1.261 ton/hr, timbulan sampah penduduk komuter : 170 ton/hr,timbulan yang dilayani : 1.145


(65)

ton/hr,volume sampah terangkat : 807 ton, dan peluang yang diperoleh adalah pengolahan tenaga listrik, pengolahan pupuk yang berlokasi di TPA Terjun di Medan Utara dan TPA Namo Bintang di Medan Selatan.

b. Danau Sinobak

Danau Siombak adalah sebuah danau buatan yang berada di Kecamatan Medan Marelan dengan luas 30 ha. Danau yang biasa digunakan sebagai tempat festivalkano atau lomba perahu daerah ini terbuka untuk pengembangan sarana rekreasikeluarga yang terintegrasi seperti taman, wisata air, apartemen ruang terbukapublik, pusat perbelanjaan, dll dan fasilitas yang selaras dengan rencana tata ruang wilayah Kota Medan

c. Perdagangan dan Jasa

Kota Medan memiliki berbagai sarana penunjang kegiatan perdagangan danjasa seperti pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, plaza, mal, pusat hiburan(entertainment) dan rekreasi, pusat jajanan malam serta taman budaya. Dalamdua tahun terakhir, Kota Medan diramaikan pula dengan kehadiran sejumlahpusat perbelanjaan/plaza bertaraf internasional seperti Sun Plaza, Medan FairPlaza, Prand Palladium dan lain sebagainya. Berdasarkan data tahun 2004,jumlah pusat perdagangan seperti :Mall/plaza/hypermarket berjumlah 15, Supermarketberjumlah 14, Pasar swalayan berjumlah 29, Pusat pasar/pasar inpresberjumlah 14.


(66)

Bisnis kawasan industri hingga saat ini dapat dikatakan belum ada kenaikan yangsignifikan.Hal ini mengingat penyerapan kawasan industri sangat tergantungterhadap stabilitas politik, keamanan dan ekonomi.Penurunan kepercayaan duniausaha secara keseluruhan, akibat krisis moneter yang berkelanjutan menahanperusahaan-perusahaaan asing untuk melakukan investasi industri baru diIndonesia, Akibat kondisi ekonomi politik yang terjadi akhir-akhir ini, memaksasejumlah investor asing menunda ekspansi bisnisnya ke Indonesia.Bisnis kawasanindustri swasta memiliki mitra dengan swasta asing yang juga berfungsisebagai jaringan pemasaran di negara asal mitranya.

e. Fasilitas Pergudangan dan Pelabuhan

Bisnis pergudangan sangat erat kaitannya dengan perkembanganindustri, ekspor dan impor. Dalam menghadapi era globalisasidan pasar bebas, diperkirakan arus ekspor dan impor akan semakinmeningkat, hal ini akan berdampak juga pada peningkatanbisnis pergudangan. Selain itu permintaan atas bangunan yangberupa gudang akhir-akhir ini semakin meningkat juga sebagaidampak adanya deregulasi di sektor industri manufaktur serta perdaganganinternasional (ekspor/impor). Dan sebagai tindak lanjut adanya peraturan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam rangkamengatur tata ruang kota yang mana untuk pergudangan umum yangterletak di daerah kota terkena relokasi. Maka dampak dari pembongkaranbangunan gudang tersebut adalah berkurangnya bangunangudang, dan sementara itu permintaan akan ruangan gudangsemakin meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa masih adapangsa pasar untuk bisnis pergudangan.


(67)

Investasi ekonomi dan sektor unggulan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Dengan adanya investasi, tentunya akan meningkatkan PDRB suatu daerah pula. Dengan adanya tujuan investasi yang jelas, akan lebih memudahkan pihak pemerintah dalam peningkatan setiap sektor-sektor ekonomi yang ada.

Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen yang telah dilakukan sebelumnya didapat bahwa sektor ekonomi di Kota Medan yang prima adalah sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa sebagai sektor yang maju dan tumbuh pesat. Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian yang lebih terhadap ketiga sektor prima ini. Hal ini dilakukan dengan pemberian modal (investasi) di sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa.

Sektor Unggulan Kota Medan a. Sektor Bangunan

Sektor bangunan termasuk gedung dan perumahan, juga cukup berekembang dalam 5 tahun terakhir, pertambahan jumlah pusat perbelanjaan atau mall dan juga gedung-gedung perkantoran vertikal makin banyak, sedangkan perumahan-perumahan yang cukup mahal masih berlokasi di Medan juga bertambah banyak,


(68)

terlebih lagi pembangunan ruko disegala sudut kota Medan. Jadi sektor bangunan rata-rata dalam 5 tahun terakhir kontribusinya mencapai 11,22%. Namun perumahan dengan harga yang masuk kelas menengah malah sudah kepinggiran kota Medan, atau kecamatan dari Kabupaten Deli Serdang yang berbatas langsung dengan kota Medan, menjadi tujuan investasi selanjutnya bagi para pengembang property.

b. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan sektor paling tinggi kontribusinya dalam PDRB kota Medan rata-rata dalam 5 tahun terakhir mencapai 27,204% dan yang tertinggi justru dihasilkan dari sub-sektor perdagangan besar dan eceran, kemudian diikuti oleh restoran serta hotel. Pada kurun waktu 5 tahun terakhir perkembangan dari jumlah hotel baik yang bintang 3, bintang 4 dan bintang 5 cukup banyak hadir di kota Medan. Sebagai kota perdagangan dengan jalur distribusi barang ke wilayah di sekitarnya, seperti propinsi Aceh baik yang berada di wilayah pantai timur, pantai barat sampai dataran tinggi Gayo Takengon, distribusi barang akan banyak diperoleh dari kota Medan. Selain itu juga jumlah pedagang besar dan eceran setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup besar. Karena tingginya frekwesni transaksi perdagangan baik skala besar maupun eceran, maka jumlah uang beredar juga cukup tinggi di kota Medan. Sektor ini akan sangat erat dengan kegiatan dunia perbankan dan keuangan bukan bank guna melayani dan memudahkan transaksi bisnis perdagangannya.


(1)

mengabaikan sektor dan sub sektor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

2. Sektor unggulan yaitusektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa wilayah Kota Medan perlu mendapatkan prioritas pengembangan, sehingga memberikan dampak yang tinggi bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan pekerjaan

3. Investasi ekonomi di Kota Medan perlu ditingkatkan lagi, dimana pemerintah dalam hal ini mengajak para investor untuk menanamkan modal di Kota Medan agar sektor unggulan yang ada di wilayah Kota Medan mengalami pertumbuhan yang akan berdampak juga terhadap penigkatan PDRB dan kemajuan Kota Medan.

4. Penelitian ini masih terbatas pada tahapan menentukan nilai ICOR pada setiap sektor dan sub sektor sehingga, kepada peneliti lainnya disarankan untuk melanjutkan penelitian ini sampai pada tahapan menentukan ICOR setiap sektor ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.

Badan Penanaman Modal dan Promosi Provinsi Sumatera Utara, 2013.Pemetaan Potensi Investasi Provinsi Sumatera Utara.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara, 2011. Kajian Potensi Investasi Di Sumatera Utara. Medan

Badan Pusat Statistik, 2012. Perhitungan Pendapatan Regional (PDRB) Kota Medan Tahun 2013.

Badan Pusat Statistik, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara 2009-2013.


(2)

Balitbang, 2013.Identifikasi Sektor Industri Unggulan di Kota Medan. Balitbang Kota Medan, 2013.

Bappeda & Badan Pusat Statistik, 2008. Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Bandung Tahun 2008.

Bappeda & Badan Pusat Statistik, 2008. Incremental Capital Output Ratio Kota Medan Tahun 2008.

Bappeda & Badan Pusat Statistik, 2011. Analisis Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 2010. Semarang

Bappeda & Badan Pusat Statistik, 2012. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dan Incremental Labour Output Ratio (ILOR) Kabupaten Situbondo Tahun 2011.

Blakely, Edward J and Nancey Green Leigh, 2010.Planning Lokal Economic Evelopment.USA : SAGE Publications, inc.

Boediono, 2002.Ekonomi Makro, Edisi Empat, BPFE, Yogyakarta.

Daulay, Ilham, 2009. Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Kota Medan [skripsi]. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dr.Eduardus Tandelilin,2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE, Yogyakarta.

Fachrurrazy, 2009.Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB [tesis]. Sekolah Pacasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang.Erlangga, Jakarta.

Modul 4, Tipologi Klassen, http://www.scribd.com/doc/2908449/Modul-4-Tipologi-Klassen, diakses pada tanggal 17 April 2015

Nadira, 2012.Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Periode 2004-2009 [skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makasar. Pemerintah Kota Medan, 2011.Peraturan Daerah Kota MedanNomor 14 Tahun

2011TentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)Kota Medan Tahun 2011-2015.


(3)

Pemkot, 2012. Peraturan Walikota Medan Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Medan Tahun Anggaran 2013. Pemerintah Kota Medan Tahun 2012.

Situmorang, Arif, 2008. Pengaruh Efisiensi Perekonomian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 32 Provinsi di Indonesia [jurnal]. Universitas Indonesia.

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makro Ekonomi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tarigan, Robinson, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta.

Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia

Ketiga.PenerbitErlanggaEdisi Kedelapan, 2004.

Tri Widodo, 2006. Perencanaa Pembangunan : Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

LAMPIRAN Lampiran 1

PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 765.95 771.33 792.91 807.46 834.42

Pertambangan dan Penggalian 0.57 0.55 0.55 0.55 0.53 Industri Pengolahan 4591.6 4792.16 4960.71 5144.02 5332.92 Listrik, Gas dan Air Bersih 464.92 497.66 519.21 532.92 555.27

Bangunan 3748.68 4005.47 4308.77 4612.72 4952.4


(4)

Sumber: BPS Kota Medan

Lampiran 2

Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (persen)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 4.18 0.7 2.8 1.84 3.34

Pertambangan dan Penggalian 0.46 -2.86 -0.6 -0.82 -2

Industri Pengolahan 1.71 4.37 3.51 3.7 3.67

Listrik, Gas dan Air Bersih 5.06 7.04 4.33 2.64 4.19

Bangunan 8.22 6.85 7.57 7.05 7.36

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.47 8.62 8.67 8.69 9.4 Pengangkutan dan Komunikasi 9.22 6.98 7.74 8.33 -8.47 Pengangkutan dan Komunikasi 6866.78 7346.13 7914.57 8573.81 7856.49 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4720.84 5133.72 5599.45 6085.01 6642.54

Jasa-jasa 3446.55 3690.69 4065.04 4442.71 4753.22


(5)

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.92 8.75 9.07 8.67 9.16

Jasa-jasa 7.42 7.08 10.14 9.29 6.99

Sumber: BPS Kota Medan

Lampiran 3

Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013 (Dalam %)

Sektor Ekonomi

Kota Medan Sumatera Utara Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Pertumbuhan Kontribusi Pertumbuhan Kontribusi

Pertanian 2.572 2.074 4.818 23.194

Pertambangan dan Penggalian -1.164 0 4.31 1.162

Industri Pengolahan 3.392 12.936 3.322 21.162

Listrik, Gas dan Air Bersih 4.652 1.338 5.52 0.728


(6)

Sumber :BPS Kota Medan yang diolah

Lampiran 4

Indikator Makro Ekonomi Kota Medan

Sumber: RPJMD Kota Medan

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.77 27.204 7.012 18.746

Pengangkutan dan Komunikasi 4.76 20.068 8.578 10.042

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7.714 14.904 10.008 7.824

Jasa-jasa 8.184 10.566 7.272 10.248

No SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1

PDRB Harga Berlaku

(Trilyun Rp) 72,63 73,160 85,85 93.08 100,34 107.64 114,96 123,34 2 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6.5 7.51 7.77 6.95 6.76 8.54 8,79 8.83

3 ICOR 5.96 5.91 5.83 5.75 5.45 5.25 4,56 4.26

4 Investasi (%) PDRB 19.23 19.35 19.5 19.67 19.81 19.93 20,03 20.74 5

Kebutuhan Investasi (Rp.