89
para suami menyadari ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dikarenakan oleh penghasilan mereka yang kecil. Hal ini
didukung saat wawancara dilapangan dengan Bapak Dodoh : “ bapak ini cuma nelayan kecil, sikit uangnya. Kalau melaut ini kan
tergantung cuaca, kalau cuaca gak bagus manalah bisa melaut, gak melaut manalah dapat duit. Sementara anak-anak bapak banyak, semuanya butuh
makan, belum lagi biaya sekolahnya. Jadi kalau ibu mau membantu cari uang, ya bapak sangat bersyukur. Bapak kan jadi terbantu, tidak terlalu terasa bebannya
”.
Bentuk partisipasi para istri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli yaitu mengelola ikan-ikan hasil tangkapan suami termasuk menjualnya dan
para istri juga biasanya memilih profesi sebagai buruh harian mengopek udang lipan ataupun buruh harian lepas memilih-milih ikan teri.
Sebagian besar dari istri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli yang menjadi buruh ataupun pengupas ikan asin bersuamikan seorang buruh
nelayan atau nelayan kecil, sedangkan mereka yang membuka usaha seperti warung biasanya keadaan suaminya lebih baik daripada istrinya yang berprofesi
sebagai buruh ataupun pengrajin ikan asin. Pengelolaan ikan dimulai pada saat perahu sang suami merapat di dermaga, sementara para istri nelayan terlibat
terutama pada tahap pasca produksi yaitu pengelolaan dan pemasaran hasil tangkapan.
4.8 Pemanfaatan Penghasilan Isteri Nelayan
Para istri nelayan sebenarnya memiliki kesempatan yang luas untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui berbagai
bentuk usaha sampingan yang dapat dilakukannya. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa istri sebenarnya memiliki porsi yang lebih banyak untuk bekerja
dalam keluarga daripada kaum pria. Istri yang bangun tidur sampai tidur kembali
Universitas Sumatera Utara
90
masih harus bekerja tetapi kaum pria suami melakukan kerja sebatas pekerjaan rutin sesuai dengan porsi yang disandangnya.
Bagi kalangan ibu-ibu di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli biasanya mereka melakukan kegiatan usaha atas dasar dorongan untuk memenuhi
kebutuhan primer yang mendesak. Para ibu juga melakukan kerja sampingan membantu suami mencari nafkah atas dasar ketrampilan yang mereka miliki.
Mereka ingin meniti karir yang pernah dirintis sejak usia mudanya atau faktor lain yang mendorongnya melakukan kegiatan ekonomi bagi keluarga.
Usaha yang dilakukan bagi para istri nelayan tersebut atas dasar kesadaran dan kemauannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga.
Kesejahteraan itu tidak datang dengan sendirinya akan tetapi perlu diupayakan dan diusahakan oleh anggota keluarga itu sendiri. Bagi para istri nelayan yang
memiliki pendidikan dan ketrampilan kemungkinan tidak menimbulkan masalah baginya. Akan tetapi bagi istri nelayan yang tidak berpendidikan atau tidak
memiliki ketrampilan akan terasa sulit baginya, sehingga mereka hanya mengandalkan tenaganya seperti menjadi buruh harian lepas, buruh pabrik atau
berdagang kecil-kecilan dengan penghasilan yang tidak seberapa. Penghasilan isteri nelayan yang bekerja ataupun yang memiliki usaha
dapat mengatasi kesulitan ekonomi rumah tangga nelayan ketika suami mereka tidak melaut. Perempuan nelayan menyumbangkan penghasilannya untuk
membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga, mengalokasikan seluruh penghasilannya untuk mempertahankan perekonomian keluarga.
Universitas Sumatera Utara
91
Isteri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli yang bekerja sebagai buruh harian lepas mendapatkan penghasilan Rp. 30. 000 – 100.000hari.
Penghasilan yang didapat inilah langsung dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga seperti uang untuk jajan anak-anak, ongkos anak-
anak ke sekolah, belanja untuk keperluan di dapur, dan lainnya. Hal ini didukung saat wawancara dilapangan dengan Ibu Faridah :
“ penghasilan ibu ini, ya ibu gunakan untuk keperluan rumah tangga. Anak-anak juga masih ada yang sekolah. Ya lumayan lah untuk belanja dapur,
jajan anak sekolah, ongkos-ongkos sekolah anak, pokoknya untuk membantu suamilah dek. Ya kek manalah kalau suami aja yang diharapkan, pasti kurang
mencukupilah. Jadi kalau kita bekerja kan udah enak nanti, ada uang suami, uang isteri pun ada ”.
Pendapat lain yang yang hampir sama dengan pendapat dari Ibu Faridah
dikemukakan oleh Ibu Saniyem, beliau mengatakan : “ dapat lumayan juga kalau habis semua dapat Rp. 200. 000hari.
Cukuplah untuk jajan-jajan anak bahkan kadang-kadang belebih pun, kadang- kadang bisa disimpanlah dikit-dikit, sepuluh, dua puluh ribu disimpen.
Penghasilan ibu ini, ya kalau bapak gak melaut, bisa juga kadang-kadang uang jualan ibu ini untuk belanja di dapur. Kan melaut ini gak tentu rejekinya ”.
Universitas Sumatera Utara
92
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi perempuan pesisir dalam mengatasi kemiskinan pada keluarga nelayan miskin di Kelurahan Bagan Deli,
maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1.
Kemiskinan keluarga nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli dapat digambarkan oleh faktor perubahan iklim yang tidak menentu dan
sulit diprediksi. Hal ini merupakan kendala bagi nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan karena resiko melaut akan
semakin besar yang tentunya berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan. Kondisi perubahan iklim yang mengganggu ekosistem laut
tentunya dapat memperburuk kehidupan ekonomi para nelayan yang menggantungkan kehidupan terhadap kegiatan penangkapan ikan di laut.
Kebutuhan manusia yang semakin meningkat, sementara daya dukung alam bersifat terbatas menyebabkan potensi kerusakan sumberdaya alam
menjadi semakin besar. 2.
Oleh karena suami mempunyai penghasilan yang tidak menentu, membuat para istri nelayan untuk berinisiatif bekerja untuk mencari tambahan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Para istri nelayan mempunyai penghasilan sendiri dan tidak bergantung pada penghasilan dari suaminya
sebagai nelayan. Sehingga dari keikutsertaan istri nelayan dalam menopang perekonomian keluarga diharapkan akan mampu membantu
Universitas Sumatera Utara