HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA – SISWI KELAS X DI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR

ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN
KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) DENGAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA – SISWI KELAS X DI SMA
NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO
LAMPUNG TIMUR

Oleh
Rudy Saputra

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara kecerdasan
emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) dengan prestasi belajar pelajaran
Pendidikan Jasmani pada siswa - siswi kelas X di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Sampel penelitian sebanyak
60 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik random sampling. Data
kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) diperoleh melalui angket dan

data prestasi belajar Pendidikan Jasmani diperoleh melalui dokumentasi hasil
belajar/nilai raport semester ganjil tahun 2014/2015. Analisis data menggunakan
korelasi product moment.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EQ) memiliki koefisien

korelasi sebesar
4 dengan prestasi belajar pendidikan jasmani, dan Kecerdasan
spiritual (SQ) memiliki koefisien korelasi sebesar
dengan prestasi belajar
pendidikan jasmani, sedangkan koefiensi korelasi antara kecerdasan emosional (EQ)
dengan kecerdasan spiritual (SQ) sebesar
. Dengan demikian, semakin baik
kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa, maka semakin tinggi

pula prestasi belajar Pendidikan Jasmani siswa.
Kata kunci: Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ), Prestasi Belajar
Pendidikan Jasmani, Metode Deskriptif Korelasional.

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mataram Baru, pada tanggal 6 Januari 1993,
anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Misno dan
Ibu Misgiarti.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah
Dasar (SD) di SD Negeri 2 Mataram Baru Kecamatan Mataram Baru Kabupaten
Lampung Timur, melanjutkan pendidikan di SMP KOSGORO 1 Bandar Sribhawono
Lampung Timur. Tamat pada tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Bandar Sribhawono dan lulus pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang
ditempuh melalui jalur Penelusuran Kemampuam Akademik dan Bakat (PKAB).

vi

Moto

Janganlah terbelenggu oleh literatur – literatur, berpikirlah merdeka, jadilah
orang yang berhati “ummi”.
(Ary Ginanjar Agustian)

Dengarlah suara hati, berpikirlah melingkar, sebelum menentukan kepentingan
dan prioritas
(By : Rudy Saputra)


vii

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Jika ada permulaan, maka pasti ada akhir dan
akhirnya penantian panjang itu berakhir dengan selesainya tugas akhir ini.
Syukurku yang tak terhingga ku ucapkan kepada-Mu pemilikku, yang memberiku
segala-galanya. Dari yang tidak punya dan tidak bisa apa-apa hingga memiliki
pemikiran yang amat kaya dan luar biasa dan bisa melakukan aktivitas yang tak
terhingga. Allah ku yang Mulia. Tak lupa sholawat serta salam penulis haturkan pada
Rosululloh, nabi akhir zaman, yang syafaatnya dinantikan kaum muslimin di hari
akhir, yang perilakunya menuntunku dan semua manusia yang mau berubah kearah
yang lebih baik, Nabiku Muhammad SAW.
Di akhir penantian ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
pribadi-pribadi yang luar biasa berikut ini :
Kepada Mama ku Misgiarti, Papa ku Misno, pribadi yang sangat membanggakan,
yang selalu mendukung untuk yang terbaik, yang selalu memberikan semangat ketika
putus asa, serta yang selalu memberikan ketauladanan hidup. Betapapun jika

diberikan yang ku miliki, tak akan pernah cukup untuk membalas semua yang telah
Mama dan Papa berikan kepadaku. Dan juga kepada kakak ku Redie Setiawan yang
selalu memberikan masukan positif serta kedua adikku Rizki Novendri dan Anggun
Khoirunnisa yang selalu memberikan senyuman dan motivasi.
Terima Kasih yang tidak terhingga kepada Bapak Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes
selaku pembimbing utama yang telah membantu dan memberikan motivasi, banyak
ilmu, kisah serta pengalaman yang dapat menjadi inspirasi dan masukan serta didikan
yang menempa sosok Rudy untuk terus belajar, berusaha dan selalu bersyukur.
Terima kasih juga untuk keluarga pak Rahmat yang selalu memberi sapaan hangat.
Rudy akan rindukan bapak dan keluarga.

viii

Bapak Drs. Frans Nurseto, M.Psi. selaku dosen penguji terimakasih atas kesabaran,
bimbingan, dan masukan-masukan ilmu dan pengalaman yang diajarkan.
Bapak Dr. Marta Dinata, M.Pd. selaku pembimbing kedua terimakasih atas
pengertian, bimbingan, dan waktunya. Semoga selalu diberikan kesehatan oleh Allah
SWT.
Demikian pula Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku ketua program studi
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, terimakasih atas saran-saran dan bimbingannya,

wawasan dalam diskusi bapak banyak membantu dalam banyak hal bagi kehidupan
saya. Bapak Bujang Rahman, Dekan FKIP Unila. Terimakasih atas ilmu,
pengalaman, dan didikannya. Dosen-dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP
Universitas Lampung, serta dosen FKIP khususnya dan dosen Unila pada umumnya.
Terimakasih atas bimbingan, diskusi, serta wawasan keilmuan yang diberikan. Dan
seluruh staf program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Unila, Babe Rusman.
Dan tidak lupa pula Kakak Penjas 2007, kak Redie Setiawan, kak Sony Ocon, mas
Arif, mas Dimas dkk. Penjas 2008 mas Agus dkk. Penjas 2009, mbak Nur, mas
Davin, mas Adrian, mas Hendik dkk. Penjas 2010, Revi Firnando, Burhannudin
Sadly, Rio, Tommy, Arby, Riyan Jaz, Teguh, Abdol, Anggiat, Ani, Azry, Handoyo,
Ega, Hamid, Almarhum Ade Sapaldo dan teman – teman yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Serta teman – teman UKM Sepak Bola Unila Terimakasih atas
kebersamaannya selama ini.
Terimakasih kepada Eka Aprillia S yang selalu menginspirasiku serta Bimbim, Kaka,
Abdee, Ridho dan Ivan yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan karyanya. Kepala, Guru, Siswa, dan pengurus SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono terimakasih atas dukungannya selama ini.

Mohon maaf atas segala kekurangan.
Kritik dan saran serta masukan sangat diharapkan..

Semoga kita teregolong umat yang saling bekerjasama dalam kebaikan.
Billahi Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, September 2014
Salam Hormat dan Bijak Penulis :
Rudy Saputra

ix

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................

i

HALAMAN JUDUL .................................................................................

ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...........................................


iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................

iv

HALAMAN PERNYATAAN................................................................. ..

v

RIWAYAT HIDUP................................................................................. ..

vi

MOTTO................................................................................................... ..

vii

SANWACANA ..........................................................................................


viii

DAFTAR ISI ............................................................................................

x

DAFTAR TABEL ...................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

xv

I.


PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang …………………………………………………
Identifikasi Masalah .....………………………………………...
Pembatasan Masalah …………………………………………....
Rumusan Masalah………………………………………..............
Tujuan Penelitian .………………………………………..............
Manfaat Penelitian..........................................................................

x

1
5

5
6
6
7

II.

KAJIAN TEORI
A. Pendidikan …………………........................................................
B. Pendidikan Jasmani .......................................………...…….........
C. Kecerdasan Emosional (EQ) ......................………......…….….....
D. Faktor Kecerdasan Emosional .........................................................
E. Kecerdasan Spiritual (SQ).................................................................
F. Ciri Kecerdasan Spiritual .................................................................
G. Fungsi Kecerdasan Spiitual .........…………………….…................
H. Hubungan antar EQ dan SQ .........……….......…….......................
I. Prestasi Belajar..................................................................................
J. Standar dan Prinsip Penilaian Kurikulum 2013 Menurut Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan ....................................

K. Penelitian yang Relevan ....................................................................
L. Kerangka Pikir ..................................................................................
M. Hipotesis ...........................................................................................

III.

8
9
11
13
14
16
17
18
21

25
28
30
31

METODOLOGI PENELITIAN
A.
B.
C.
D.

E.
F.

G.
H.

Metode Penelitian ..........…………………….……………….....
Desain Penelitian ...........................................................................
Tempat Penelitian ………………………………………………...
Populasi dan Sampel Penelitian .………………………………....
1. Populasi ………………………………………………………..
2. Sampel …………….…………………………………………...
Definisi Operasional Variabel .......................................................
Prosedur Penelitian ......………………………………………….
1. Tahap Pra Lapangan .................................................................
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ………………………………...
3. Tahap Akhir Penelitian ………………………………………..
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……………................
Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis...………................

33
33
34
34
34
34
35
37
37
37
37
38
41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.

Hasil Penelitian ..............................................................................
1. Deskripsi Data ............................................................................
a. Agama ....................................................................................
b. Suku ........................................................................................
c. Pendidikan Orang Tua............................................................
2. Hasil Analisis data .......................................................................
3. Uji Hipotesis................................................................................

xi

43
43
44
45
45
46
47

B.

Pembahasan .................................................................................... .
1. Deskripsi Data .............................................................................
2. Hasil Analisis Data ........................................................ .............
3. Uji Hipotesis ..........................................................................

48
48
52
57

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
B.

Simpulan...........................................................................................
Saran.................................................................................................

59
59

DAFTAR PUTAKA .................................................................................

61

LAMPIRAN ..............................................................................................

63

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Suku Siawa - Siswi SMA Negeri I Bandar Sribhawono...............

45

2. Hasil Analisis Data.........................................................................

47

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel

Halaman

1. Pengolahan Data Hasil Uji Coba …………..................................

63

2. Hasil Uji Validitas Instrumen Kecerdasan Emosional (EQ)
menggunakan Korelasi Product Moment.....................................

65

3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Emosional
(EQ) menggunakan Metode Cronbach Alpha ............................

70

4. Hasil Uji Validitas Instrumen Kecerdasan Spiritual (SQ)
menggunakan Uji Korelasi Product Moment …..........................

71

5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Spiritual (SQ)
menggunakan Metode Cronbach Alpha........................................

76

6. Interpretasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kecerdasan Emosional (EQ) .......................................................

77

7. Interpretasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
kecerdasan Spiritual (SQ) .............................................................

78

8. Kisi-kisi Instrument Kecerdasan Emosional (EQ) .......................

79

9. Instrumen Kecerdasan Emosional (EQ) untuk Penelitian............

80

10. Lembar Kerja Jawaban Keceradasan Emosional (EQ) …...........

83

11. Kisi-kisi Instrument Kecerdasan Spiritual (SQ) …………….......

86

12. Instrumen Kecerdasan Spiritual (SQ) untuk Penelitian ................

98

13. Lembar Kerja Jawaban Keceradasan Spiritual (SQ) ....................

91

14. Data Awal Penelitian ...................................................................... 94
15. Hasil Olah Data Statistik ................................................................

xv

96

16. Tabel (r) Poduct Moment................................................................ 105
17. Foto-foto Penelitian ......................................................................... 107
18. Surat Pengajuan Judul ..................................................................... 109
19. Daftar Hadir Seminar Proposal ........................................................ 110
20. Daftar Hadir Seminar Hasil ............................................................. 111
21. Kartu Bimbingan ............................................................................. 112
22. Lembar Penilaian Seminar Proposal ............................................... 113
23. Lembar Penilaian Seminar Hasil ..................................................... 114
24. Surat Izin Uji Intrumen Penelitian .................................................. 115
25. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ................................................... 116
26. Surat Izin Penelitian SMA Negeri 1 Bandar Sri Bhawono ...........

117

27. Surat Balasan SMA Negeri 1 Bandar Sri Bhawono .....................

118

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Konsep Dasar Pendidikan Jasmani….............................................

10

2. Konsep Kerangka Pikir .................................................................

31

3. Desain Penelitian. ………..............................................................

33

4. Jumlah Keseluruhan Sampel Siswa – Siswi Kelas X SMA
Negeri 1 Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur
Tahun Ajaran 2014 / 2015 .............................................................

43

5. Agama Siswa – Siswi SMA Negeri 1 Bandar Sri Bhawono..........

44

6. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua Siswi SMA Negeri
Bandar Sribhawono..................................................................................

46

xiv

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani
dan keterampilan berfikir psikis. Dalam pelaksanaannya, aktifitas jasmani
dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar anak didik, sehingga melalui
pengalaman itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh, banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi
yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient
(IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan
memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi
belajar yang optimal.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk
mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya
penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang
mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya.

2

Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana
telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani di sekolah
sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara
dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan
inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar Pendidikan Jasmani yang
relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya
relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar Pendidikan Jasmani yang relatif
tinggi, itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor
yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang
mempengaruhi diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional
Quotient (EQ) dan kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ).
Dalam proses belajar Pendidikan Jasmani, ketiga inteligensi itu sangat
diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi
penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah
dan kecerdasan spiritual berfungsi untuk mengendalikan kedua kecerdasan
tersebut, biasanya ketiga inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan
antara IQ, EQ dan SQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah.
Pendidikan Jasmani di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational
intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja,
melainkan juga perlu mengembangkan emotional question serta spiritual
question siswa .

3

Hal ini bertolak belakang dengan sistem pendidikan kita selama ini, yang
terlalu menekankan pentingnya nilai akademik, kecerdasan otak (IQ) saja.
Mulai dari tingkat dasar sampai bangku kuliah, jarang sekali dijumpai
pendidikan tentang kecerdasan emosional sebagai kecerdasan untuk belajar
mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain untuk
menanggapinya dengan tepat, menerapkannya dengan efektif energi emosi
dalam kehidupan dan pekerjaan sehari – hari dan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna yaitu kecerdasan untuk
menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas.
Kegagalan pendidikan yang paling fatal adalah ketika produk didik tidak lagi
memiliki kepekaan nurani yang berlandaskan moralitas. Padahal subtansi
pendidikan adalah memanusiakan manusia, menempatkan kemanusiaan pada
derajat tertinggi. Ketika tidak lagi peduli, bahkan secara tragis, berusaha
menyingkirkan eksestensi kemanusiaan orang lain, maka produk pendidikan
barada pada tingkatan terburuknya, kasus tawuran antar pelajar SMA di
Bogor pada tanggal 22/10/2013 antara SMA Wiyata Karisma dengan SMK
Mensin di Kecamatan Kemang hingga menewaskan satu orang hanya
dikerenakan saling ejek (Antara.com). Kasus di Magelang Jawa Tengah
12/11/2013, puluhan siswa – siswi terjaring oleh Satpol PP karena membolos,
mereka bermain game di warnet ketika saat jam pelajaran sekolah
(Kompas.com). Kasus Tindak pelanggaran Syariat Islam berupa Qanun
(Perda) Nomor 14/2003 tentang khalwat atau mesum, banyak dilakukan kaum
remaja / siswa - siswi di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh. Maraknya kasus
mesum, salah satunya dipicu banyak anak remaja lokal yang gemar

4

menggakses video porno (Kompas.com) Adanya perkelahian antar siswa,
merebaknya kasus tawuran antar pelajar, beredarnya VCD / Video porno di
sekolah, dan kasus pelajar melakukan tindakan asusila. Hal tersebut
merupakan beberapa contoh lemahnya kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ) dalam pendidikan.
Istilah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dalam pendidikan, bagi
sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut.
Walaupun EQ dan SQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ,
namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual tidak kalah penting dengan IQ.
Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya rendah maka cenderung
akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, tidak dapat
dipercaya, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak
peka dengan kondisi lingkungan, tidak bersyukur, sombong dan cenderung
putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orangorang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional
dan kecerdasan spititual yang tinggi (Ary Ginanjar Agustian 2001 : 46 ).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai. “ Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Kercerdasan
Spiritual Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani pada Kelas X Di SMA
Negeri 1 Bandar Sri Bhawono Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014 ”

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.

Banyak faktor yang mendukung prestasi belajar Pendidikan Jasmani
diantaranya Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ).

2.

Masih banyak penyimpangan prilaku yang dilakukan siswa – siswi
seperti tawuran, bolos, mengakses video porno serta tindak asusila.

3.

Masih banyak guru Pendidikan Jasmani yang belum memahami
pentingnya kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ)
dalam proses pembelajaran.

4.

Masih banyak proses belajar mengajar, termasuk Pendidikan Jasmani
yang hanya mementingkan hasil semata tetapi tidak melihat aspek yang
lain.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk
memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari
penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut adalah hanya ingin
mengetahui seberapa besar hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ) dengan prestasi belajar Pendidikan Jasmani pada
siswa - siswi SMA Negeri 1 Bandar Sri Bhawono.

6

D. Rumusan Masalah
1. Sebarapa besar hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan
prestasi belajar Pendidikan Jasmani pada siswa kelas X di SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono ?.
2. Seberapa besar hubungan antara kecerdasan spiritual (SQ) dengan
prestasi belajar Pendidikan Jasmani pada siswa kelas X di SMA Negeri 1
Bandar Sribhawono ?.
3. Seberapa besar hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan
kecerdasan spiritual (SQ) pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Bandar Sri
bhawono ?.

E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dikerjakan selalu mempunyai tujuan agar memperoleh
gambaran yang jelas, adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara kecerdasan emosional (EQ)
dengan prestasi belajar Pendidikan Jasmani pada siswa kelas X di SMA
Negeri 1 Bandar Sri Bhawono.
2. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara kecerdasan spiritual (SQ)
dengan prestasi belajar Pendidikan Jasmani pada siswa kelas X di SMA
Negeri 1 Bandar Sri Bhawono.
3. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara kecerdasan emosional (EQ)
dengan kecerdasan spiritual (SQ) pada siswa kelas X di SMA Negeri 1
Bandar Sri Bhawono.

7

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya yang berkepentingan dalam bidang Pendidikan, adapun yag
menjadi harapan penulis dalam peneltian ini adalah :
1. Bagi peneliti, dapat melakukan kegiatan dengan masalah yang sama
dengan aspek yang berbeda menggunakan sampel yang lebih luas sehingga
menyeluruh dengan sumber yang lebih komprehensif.
2. Dapat mengetahui tingkat kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ) bagi siswa yang dijadikan obyek penelitian.
3. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Pendidikan
Jasmani tentang pentingnya kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ) dan diharapkan siswa dapat meraih prestasi belajar yang
optimal.
4. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penelitian tentang karya
ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

8

II. KAJIAN TEORI

A. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional seperti yang
tertera dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, berbagai hal yang menunjang sistem
pendidikan perlu dikembangkan sebaik mungkin. Seperti yang tertuang pada
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan emosional dan spiritual sepeti rasa empati,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan.
Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan yang menunjang
pembentukan manusia seutuhnya, dikembangkan melalui proses belajar dan
pembelajaran. Berbagai hambatan dalam proses belajar harus sejalan dan
stabil agar kondisi belajar yang kondusif tercipta sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai serta dapat mencapai hasil yang maksimal.

9

B. Pendidikan Jasmani
Menurut Tisnowati (2003 : 4) Pendidikan jasmani merupakan usaha untuk
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah kehidupan yang
sehat jasmani dan rohani, usaha tersebut berupa kegiatan jasmani atau fisik
yang diprogram secara ilmiah, terarah, dan sistematis, yang disusun oleh
lembaga pendidikan. Di luar lembaga pendidikan formal kegiatan jasmani
dilakukan dengan maksud untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan
jasmani dan kepribadiannya, bukan untuk mendapatkan hasil materi.
Dalam Internatinal Charter of Physical Education and Sport dari UNESCO
disebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan
seseorang baik sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang
dilakukan secara sadar dan sitematik, melalui berbagai kegiatan dalam rangka
memperoleh

peningkatan

kemampuan

dan

keterampilan

jasmani,

pertumbuhan, kecerdasan, dan membentuk watak. Hal tersebut menunjukkan
batapa eratnya hubungan antara jasmani dan rohani dalam kegiatan
pendidikan jasmani.
Pendidikan

jasmani

merupakan

pembelajaran

yang

didesain

untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, perilaku hidup yang aktif dan
sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana,
bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri
sendiri sebagai pelaku

dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi

peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa
sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004: 2).

10

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk
belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai
minat anak menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak
menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak,
menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan
perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang
berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi
aspek fisik, mental, emosi, sosial, moral dan spiritual.
Konsep Dasar Pendidikan Jasmani

MANUSIA SEUTUHNYA
Spiritual
Spritual

JASMANI

Intelektual

ROHANI

Intelektual

Emosinal
Emosional

Mental
Mental

Sosial
Sosial

Terampil

Segar

Bugar

Gambar 1. Konsep Dasar Pendidikan Jasmani (Siedentop 30:1994)

11

C. Kecerdasan Emosional (EQ)
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar
dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,
emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh
psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas
emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Menurut Goleman (1995) dalam Zaim Elmubarok (2008 : 121) mengatakan
bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang memiliki
seseorang untuk memotivasi diri, ketahanan menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
Dengan kecerdasan tersebut, seseorang dapat menempatkan emosinya pada
porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Menurut Cooper dan Sawaf (1998) dalam Zaim Elmubarok (2008 : 121)
mengatakan

kecerdasan

emosional

adalah

kemampuan

merasakan,

memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosional

12

sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional
menuntut pemilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan
pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan
secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari – hari.
Menurut Howes dan Herald (1999) dalam Zaim Elmubarok (2008 : 122)
mengatakan pada intinya, kecerdasan emosional merupakan komponen yang
membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut
dikatakan bahwa emosi manusia berada pada wilayah perasaan lubuk hati,
naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan
dihormati, kecerdasan emosional dapat menyediakan pemahaman yang lebih
mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional
menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri
dan orang lain untuk menanggapinya dengan tepat, dan menerapkannya
dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari – hari.

D. Faktor Kecerdasan Emosional (EQ)
Menurut Mayer dan Salovey (1993) dalam Zaim Elmubarok (2008 : 122)
menempatkan menempatkan kecerdasan pribadi dalam definisi dasar tentang
kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan
tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :

13

a. Mengenali Emosi Diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya
pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi
dan pemahaman tentang diri. Ketidak mampuan untuk mencermati perasaan
yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan.
Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk
bagi pengambilan keputusan masalah.
b. Mengatur / Mengelola Emosi
Mengatur emosi bararti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap
dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada
kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur
diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu.
Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan
terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada
hal – hal negatif yang akan merugikan dirinya sendiri.
c. Memotivasi Diri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang
berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang
positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

14

d. Mengenali Emosi Orang Lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada
kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat
dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya
orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat
dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
e. Membina Hubungan dengan Orang Lain
Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan
sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.
Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam
pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan –
keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali
dianggap angkuh, menggannggu atau tidak berperasaan.

E. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan
“spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan
fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli
didasarkan pada teorinya masing-masing. Intelegence dapat pula diartikan
sebagai

kemampuan

yang

berhubungan

dengan

abstraksi-abstraksi,

kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi
baru.

15

Spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa
memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan
mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri
kita. Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan,
atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual
juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral.
Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut kecerdasan spiritual dapat
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan
masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini
terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia
yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta.
Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan temuan terkini secara ilmiah, yang
pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, masing masing dari
Harvard University dan Oxford University melalui riset yang sangat
komprehensif. Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual dipaparkan
Zohar dan Marshall dalam SQ, Spiritual Quotient, (The Ultimate
Intellegence, London, 2000 dalam Ary Ginanjar Agustian 2001:44).
Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zaim Elmubarok
2008:128).

16

Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan SQ merupakan kecerdasan
tertinggi kita (Danah Zohar dan Ian Marshall 2001:4).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia
dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap
kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai
bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri
dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan
kebahagiaan yang hakiki.

F. Ciri Kecerdasan Spiritual (SQ)
Menurut Zohar & Marshaall (2001:14) mengindikasikan tanda dari SQ yang
telah berkembang dengan baik mencangkup hal berikut:
1. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
2. Tingkat kesadaran yang tinggi.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Kemanpuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit.
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai.
6. Keengganan untuk untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
7. Kecenderungan untuk melihat ketertarikan antara berbagai hal (holistik
view).
8. Kecenderungan untuk bertanya untuk mencari jawaban yang mendasar.

17

9. Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan dan nilai yang lebih
tinggi pada orang lain.
Seorang yang tinggi

SQ-nya cenderung menjadi

menjadi

seorang

pemimpinyang penuh pengabdian yaitu seorang yang bertanggung jawab
untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain, ia
dapat memberikan inspirasi terhadap orang lain.

G. Fungsi Kecerdasan Spiritual (SQ)
Danah Zohar & Ian Marshall (2001:12) menyebutkan bahwa kita
menggunakan SQ untuk:
1. Menyalakan kita untuk menjadi manusia apa adanya sekarang dan
memberi potensi lagi untuk terus berkembang.
2. Menjadi lebih kreatif. Kita menghadirkannya ketika kita inginkan agar kita
menjadi luwes, berwawasan luas, dan spontan dengan cara yang kreatif.
3. Menghadapi masalah ekstensial

yaitu pada waktu kita secara pribadi

terpuruk terjebak oleh kebiasaan dan kekhawatiran, dan masalalu kita
akibat kesedihan. Karena dengan SQ akan kita sadar bahwa kita
mempunyai masalah ekstensial

dan membuat kita mengatasinya atau

paling tidak kita bisa berdamai dengan masalah tersebut.
4. SQ dapat digunakan pada masalah krisis yang sangat membuat kita seakan
kehilangan keteraturan diri. Dengan SQ suara hati kita akan menuntun
kejalan yang lebih benar.

18

5. Kita juga akan lebih mempunyai kemampuan beragama yang benar, tanpa
harus fanatik dan tertutup terhadap kehidupan yang sebenarnya sangat
beragam.
6. SQ memungkinkan kita menjembatani atau menyatukan hal yang bersifat
intrapersonal dan interpersonal, antara diri dan orang lain karenanya kita
akan sadar akan integritas orang lain dan integritas kita.
7. SQ juga kita gunakan untuk mencapai kematangan pribadi yang lebih utuh
karena kita memang mempunya potensi untuk itu. Juga karena SQ akan
membuat kita sadar mengenai makna dan prinsip sehingga Ego akan di
nomor duakan, dan kita hidup berdasarkan prinsip yang abadi.
8. Kita akan menggunakan SQ dalam menghadapi pilihan dan realitas yang
pasti akan datang dan harus kita hadapi kita apapun bentuknya. Baik atau
buruk jahat atau dalam segala penderitaan yang tiba-tiba datang tanpa kita
duga.
Akhirnya Dengan SQ yang sering terasah maka kita akan menjadi lebih
matang dan lebih siap untuk menjalani hidup, menghadapi masalah, dan
berhubungan dengan orang lain maupun alam.

H. Hubungan antar EQ dan SQ
Daniel Golman mengeluarkan konsepsi EQ sebagai jawaban atas ketidak
puasan manusia jika dirinya hanya dipandang dalam struktur mentalitas saja.
Konsep EQ memberikan ruang terhadap dimensi lain dalam diri manusia
yang unik yaitu emosional. Disamping itu Goleman mempopulerkan pendapat
para pakar teori kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang

19

berinteraksi secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ dalam menentukan
efektivitas penggunaan kecerdasan tersebut (Danah Zohar dan Ian Marshall
2001:3).

Jika kita tidak mampu mengelola aspek rasa kita dengan baik, maka kita tidak
akan mampu untuk menggunakan aspek kecerdasan konvensional kita (IQ)
secara efektif, karena IQ menentukan sukses hanya 20% dan EQ 80%.

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (2000:50) Fungsi kognitif manusia
akan berfungsi maksimal apabila fungsi emosionalnya terkendali, dan
terdapat koordinasi yang saling mempengaruhi antara keduanya, hal ini akan
berakibat individu mampu untuk beradaptasi bahkan lebih kreatif dalam
mencapai tujuannya. Sebagaimana diungkapkan dalam buku Danah Zohar
(2000 : 50), terdapat kerjasama IQ dan EQ dalam proses kehidupan manusia,
ia menegaskan bahwa : “Otak tidak terdiri atas modul-modul kecerdasan
yang terpisah dan fungsi-fungsinya terisolasi, keduanya saling berhubungan
dan menguatkan sehingga memberi kita bentuk kecerdasan yang lebih tinggi
dari pada masing-masing terpisah.” Apabila hal ini telah terbiasa digunakan
atau bahkan dilatih maka akan meningkatkan potensi dari pribadi yang
seimbang, menghasilkan manusia yang kreatif, produktif seperti kebanyakan
manusia sukses yang pernah ada.

Namun banyaknya manusia yang merasa kosong pada waktu mereka telah
berada di puncak keberhasilannya. Mereka masih tidak menemukan sesuatu
yang berharga, bahkan banyak manusia yang menghancurkan yang lain
dengan menggunakan kecerdasan IQ dan EQ. Manusia merindukan suatu hal

20

yang akan membuatnya hidupnya tidak datar yang membuat mereka
merasakan kebahagiaan dan bersemangat dalam menjalani hidupnya (Ary
Ginanjar Agustian 2003:10)

Menurut Ary Ginanjar Agustian (2003:123) Kecerdasan spiritual mampu
mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain. Individu yang mempunyai
kebermaknaan (SQ) yang tinggi, mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya
berdasarkan makna yang ia peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul.
Jika hati telah tenang (EQ) akan memberi sinyal untuk menurunkan kerja
simpatis menjadi para simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah
teratur maka individu akan dapat berfikir secara optimal (IQ), sehingga ia
lebih tepat dalam mengambil keputusan.
Jadi berdasarkan pendapat – pendapat tersebut, memanajemen diri untuk
mengolah hati dan potensi kamanusiaan tidak cukup hanya denga IQ dan EQ,
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat berperan dalam diri
manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain. Kini tidak cukup orang dapat
sukses berkarya hanya dengan kecerdasan rasional (yang bekerja dengan
rumus dan logika kerja), melainkan orang perlu kecerdasan emosional agar
merasa gembira, dapat bekerjasama dengan orang lain, punya motivasi kerja,
bertanggung jawab dan life skill lainnya. Perlunya mengembangkan
kecerdasan spiritual agar ia merasa bermakna, berbakti dan mengabdi secara
tulus, luhur dan tanpa pamrih yang menjajahnya. Karena itu sesuai dengan
pendapat Danah Zohar dan Ian Marshall diatas bahwa “SQ merupakan kunci
utama kesadaran dan dapat membimbing kecerdasan lainnya” (2001:45).

21

I.

Prestasi Belajar
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar
merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses
pembelajaran tersebut.
Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau
tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang
dialami oleh siswa tersebut.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan –
perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian
belajar dapat di definisikan sebagai berikut :
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
(Slameto 2003:1).
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak semua perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar. Jika tangan seorang anak menjadi
bengkok karena patah tertabrak mobil , perubahan semacam itu tidak dapat
digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula
perubahan tingkah laku seseorang yang dalam keadaan mabuk , perubahan

22

yang terjadi dalam aspek – aspek kematangan, pertumbuhan, dan
perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
Menurut Slameto (2003 : 2) , ciri – ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar antara lain :
a. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang – kurangnya ia merasakan telah adanya suatu
perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah.

Kecakapannya

bertambah,

kebiasaanya

bertambah.

Jadi

perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak
sadar , tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang
bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
Sebagai hasil belajar , perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan , tidak statis. Satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya seorang anak belajar
menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis
menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan
menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat
menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya.
Disamping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat

23

memperoleh kecakapan – kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat,
menyalin catatan – catatan, mengerjakan soal – soal dan sebagainya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan – perubahan itu senantiasa bertambah
dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, semakin
banyak dan semakin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat
aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan
karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena usaha
orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan tingkah laku karena proses
kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam,
tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk
beberapa saat saja , seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan
sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap. Misalkan kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah
belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan
akan berkembang jika terus digunakan atau dilatih.

24

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai. Perbuatan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang
benar – benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik ,
sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin akan dicapai dengan
belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan
demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah
laku yang telah ditetapkan.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalamiperubahn tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebaagainya.
Sebagai contoh jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan
yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia
telah mengalami perubahan – perubahan lainnya seperti pemahaman tentang
cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis – jenis sepeda, pengetahuan
tentang alat – alat sepeda, cita – cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus,
kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang
satu berhubungan erat dengam aspek yang lainya.
Setiap siswa yang melakukan kegiatan belajar akan selalu ingin mendapatkan
dan mengetahui hasil dan hasil belajarnya selama ini. Untuk dapat
mengetahui hasil dari proses belajar tersebut, dapat dilakukan dengan cara

25

menyelenggarakan evaluasi kepada siswa. Sehingga guru dapat memberikan
penilaian terhadap hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa.
Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Menurut Slameto,
(2003:9) Belajar merupakan suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Prestasi / Hasil belajar dipengaruhi oleh masukan yang diterima oleh siswa
(input) serta proses yang terjadi dalam diri siswa. Menurut Dimiyati dan
Mudjiono (2009) “hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua
sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari siswa hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan melalui mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar

J.

Standar dan Prinsip Penilaian Kurikulum 2013 Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian
berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat

26

kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan
sebagai berikut.

a.

Penilaian otentik, merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output)
pembelajaran.

b.

Penilaian diri, m

Dokumen yang terkait

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam: Studi Penelitian di Kelas XI SMA PGRI 109 Tangerang

2 10 112

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG

1 9 51

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTSN Ngemplak Boyolali.

0 0 16

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ), KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ), DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur).

0 2 107

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ), KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ), DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur).

0 0 107

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) PADA KINERJA KARYAWAN.

0 0 1

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode074

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL SQ

0 0 27

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ), KECERDASAN EMOSIONAL (EQ), KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

0 0 14

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ), KECERDASAN SPIRITUAL (SQ), DAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (STUDI KASUS PADA MAHASISWA AKUNTANSI DI PURWOKERTO)

0 1 17