4. Golongan keempat adalah manisan kering asin karena unsur dominan dalam
bahan adalah garam. Jenis buah yang dibuat adalah jambu biji, buah, mangga, belimbing dan buah pala.
Menurut Sediaoetama 2006, Pengolahan buah menjadi manisan sering dikerjakan di Indonesia, mempergunakan gula pasir. Pada manisan buah, buah yang
telah dikuliti dipotong – potong dan direbus dalam larutan gula pasir sampai menjadi kering dan pekat. Buah yang digunakan sebagai manisan biasanya yang aslinya tidak
mempunyai rasa manis, tetapi lebih masam, seperti belimbing, salak dan mangga mentah.
2.3. Bahan Tambahan Pangan
2.3.1. Pengertian Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Makanan BTM atau sering disebut Bahan Tambahan Pangan BTP merupakan bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk
mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Bahan tambahan makanan itu ada yang memiliki nilai gizi dan ada juga yang tidak memiliki nilai gizi Yuliarti, 2007 .
Menurut FAO Food and Agriculture Organization dalam Saparinto dan Hidayati, bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke
dalam makanan dengan jenis dan ukuran tertentu serta terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan. Bahan ini bukan bahan utama hanya
berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan. Bahan Tambahan Pangan atau disebut juga Bahan
Tambahan Makanan adalah bahan zat aditif yang ditambahkan pada pengolahan
Universitas Sumatera Utara
makanan untuk meningkatkan mutu, termasuk pewarna, penyedap rasa dan aroma, pengawet, anti oksidan mencegah bau tengik, penggumpal, pemucat dan pengental.
Bahan Tambahan Pangan BTP adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Pemakaian
bahan tambahan pangan di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Menurut Codex badan standarisasi pangan internasional, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, karena
dicampurkan secara sengaja dalam proses pengolahan pangan. Didalam peraturan Mentri Kesehatan RI No.722MenkesPerIX88 dijelaskan juga bahwa BTP adalah
bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi
yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud tekhnologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Menurut Winarno dalam Yuliarti 2007, BTP atau ´food additive´ yang digunakan harus mempunyai sifat-sifat seperti dapat mempertahankan nilai gizi
makanan tersebut, tidak mengurangi zat-zat essensial dalam makanan, dapat mempertahankan mutu makanan, dan menarik bagi konsumen dan tidak merupakan
penipuan. Menurut ketentuan yang ditetapkan, ada beberapa kategori bahan tambahan
Universitas Sumatera Utara
makanan. Pertama, bahan tambahan makanan yang bersifat aman, dengan dosis yang tidak dibatasi. Kedua, bahan tambahan makanan yang digunakan dengan dosis
tertentu, dan dengan demikian dosis maksimum yang penggunaannya juga sudah ditetapkan. Ketiga, bahan tambahan yang aman dalam dosis yang tepat, serta telah
mendapatkan izin beredar dari instansi yang berwenang Yuliarti, 2007 .
2.3.2. Fungsi Bahan Tambahan Pangan