Kerjasama Indonesia Australia Melalui Cybercrime Investigation Satellite Office dalam Mencegah dan Menanggulangi Cybercrime di Indonesia

KERJASAMA INDONESIA AUSTRALIA MELALUI CYBERCRIME
INVESTIGATION SATELLITE OFFICE DALAM MENCEGAH DAN
MENANGGULANGI CYBERCRIME DI INDONESIA
INDONESIAN-AUSTRALIA PARTNERSHIP THROUGH CYBERCRIME
INVESTIGATION SATELLITE OFFICE IN THE PREVENTION AND
CONTROL CYBERCRIME IN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 (Strata Satu) Pada Program Studi
Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh,
RANGGA GILANG SAPUTRA MARTONO
NIM. 44310703

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2016


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Alloh SWT, dengan
karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Peneliti menyadari dalam
penyususan skripsi ini, banyak menemukan kesulitan dan hambatan disebabkan
keterbatasan dan kemampuan peneliti, akan tetapi disertai keinginan kuat dan
usaha yang sungguh-sungguh, maka akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan
sebagaimana yang diharapkan.
Untuk Mamah (Sulistiana Ningsih) dan Bapak (Rudi Martono) tercinta
terima kasih untuk segala do’a, nasihat, motivasi, dan kasih sayang yang sungguh
luar biasa serta kesabaran untuk terus menunggu anakmu ini untuk mendapatkan
gelar sarjana, dan dukungan baik moril maupun materil serta terima kasih atas
segala-galanya yang tidak dapat terbalaskan. Peneliti menyadari sepenuhnya
bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang telah mendoakan, mendukung, dan
membantu dalam penyusunan skripsi, peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1.


Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu., Drs., M.A, Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Universitas Komputer Indonesia
yang telah memberikan arahan serta restu untuk melakukan penelitian
dan penyusunan skripsi.

iii

2.

Yth. Prof. Dr. Hj Aelina Surya, Dra, selaku Wakil Rektor III
Universitas Komputer Indonesia. Sekaligus selaku dosen yang telah
memberikan dukungan, ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat
bermanfaat

untuk

kedepannya,

selama


menjalani

perkuliahan.

Terimakasih atas bimbingan ibu dalam memberikan masukan-masukan
bagi penelitian ini.
3.

Yth. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si., Ph.D Ketua Program
Studi Ilmu Hubungan Internasional UNIKOM, dan Dosen Wali
Angkatan 2010 yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan
semasa perkuliahan, serta memberikan saran dalam penyelesaian
skripsi.

4.

Yth. Bapak H.Budi Mulyana, S.IP, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing
yang memberikan pengarahan, penyusunan skripsi serta arahan dari
awal penelitian hingga pengesahan pada skripsi ini untuk disidangkan
serta kesabarannya dalam membimbing peneliti.


5.

Yth. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP, M.Si, selaku Dosen yang telah
memberikan dukungan, arahan dan saran terhadap penyelesaian skripsi
ini, serta telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan semasa
perkuliahan.

6.

Yth. Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP, selaku Dosen yang telah
memberikan dukungan, arahan dan saran terhadap penyelesaian skripsi
ini, serta telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan semasa
perkuliahan.

iv

7.

Yth. Teh Dwi Endah Susanti, S.E, Sekretariat Prodi Ilmu Hubungan

Internasional yang telah membantu peneliti dalam administrasi selama
masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi.

8.

Yth. Brigadir Saji Purwanto, yang telah memberikan kesempatan dan
arahan untuk melakukan penelitian di Cybercrime Investigation
Satellite Office Polda Metro Jaya.

9.

Yth. Ipda Geo Veranza S.E, yang telah memberikan kesempatan dan
arahan untuk melakukan penelitian di Cybercrime Investigation Center
Mabes Polri.

10. Yth. AKP Aditya Cahya S.Kom, yang telah memberikan kesempatan
dan arahan untuk melakukan penelitian di Cybercrime Investigation
Center Mabes Polri.
11. Rega Subuna Martono, Bagja Hadi Nugraha, Septian adik-adik
tercinta yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada peneliti.

12. Septian, Nadiv, Aliffah, Reffa sepupu sepupuku tercinta yang telah
memberikan semangat dan do’a, serta reffa yang selalu bilang pengen
liat ka angga pake toga. Terimakasih telah memberikan semangat
kepada peneliti
13. Dra. Eni Setyowati, Drs. Hedi Ruslandi, yang telah memberikan do’a
dan dukungan serta semangat kepada peneliti.
14. Fatimah, Rudi Yunus Sanusi, nenek dan kakekku yang telah
memberikan do’a , semangat dan bantuan kepada peneliti selama
tinggal di Bandung.

v

15. Tri Haryanti, anty ku tercinta terimakasih telah selalu membantu,
mendukung serta memberikan do’a kepada peneliti
16. Untuk keluarga besar GGC, Ardy Fauziansyah, Gani Rachman,
Achmad Alfaron, Rizal Budi Santoso, Syahid Faisal Kamal, Handi
Aryana, Enyo,

Ade Apriliansyah, Adhi Mambo, Ande Nureza,


Verdi dan Hakim, terimakasih sudah menjadi sahabat seperjuangan
serta sering menghadapi manis asam paitnya kehidupan sebagai anak
kost rantauan secara bersamaa terima kasih untuk GGC nya selama ini.
Kalian bukan hanya sekedar teman, tetapi sahabat sekaligus keluarga,
dan terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan persahabatan yang
luar biasa. We do When We Want ! !.
17. Terimakasih kepada teman teman Hubungan Internasional angkatan
angkatan 2011 s/d 2012 terima kasih untuk supportnya
18. Yang terakhir terimakasih kepada Lani Leila Malinda Amd Keb, my
girlsfriend yang memberi support, do’a serta sabar apabila peneliti
sedang dalam masalah dan terimakasih sudah sabar menunggu peneliti
untuk segera lulus. Love you.
19. Serta pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan
penelitian Skripsi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih diperlukan
penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat
dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

vi


Oleh karena itu, peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran
dan kritik dari pembaca. Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati
terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Agustus 2016
Peneliti

Rangga Gilang Saputra Martono

vii

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................16
1.2.1 Rumusan Masalah Mayor ...............................................................16
1.2.2 Rumusan Masalah Minor ................................................................16
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.................................................................18
1.3.1 Maksud Penelitian...........................................................................18
1.3.2 Tujuan Penelitian ............................................................................18
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................18
1.4.1 KegunaanTeoritis ............................................................................18
1.4.2 KegunaanPraktis .............................................................................19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................................20
2.1.1 Kerjasama Internasional..................................................................20

viii

2.1.2 Hubungan Bilateral .........................................................................22
2.1.3 Perjanjian Internasional ..................................................................24

2.1.4 Kejahatan Lintas Negara ................................................................28
2.2 Kerangka Pemikiran.................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .....................................................................................38
3.2 Informan Penelitian..................................................................................38
3.3 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................39
3.3.1 Studi Pustaka ..................................................................................39
3.3.2 Penelusuran Data Online ................................................................40
3.3.3 Metode Dokumentasi......................................................................40
3.3.4 Wawancara .....................................................................................40
3.4 Uji Keabsahan Data .................................................................................41
3.5 Teknik Analisa Data ................................................................................41
3.6 Lokasi danWaktu Penelitian ....................................................................42
3.6.1 Lokasi Penelitian ............................................................................42
3.6.2 Waktu Penelitian ............................................................................43
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................44
4.1.1 Objek Penelitian .............................................................................44
4.1.1.1 Hubungan Bilateral Indonesia-Australia ..........................44
4.1.1.1.1 Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia

dan Australia ....................................................48

ix

4.1.1.1.2 Kerjasama dan Hubungan Politik ....................53
4.1.1.1.3 Kerjasama Ekonomi, Perdagangan dan
Investasi ...........................................................56
4.1.1.1.4 Kerjasama Sosial Budaya dan Pariwisata ........57
4.1.1.1.5 Kerjasama Dalam Bidang Pendidikan .............58
4.1.1.1.6 Kerjasama Pertahanan dan Keamanan.............61
4.1.1.2 Cybercrime di Indonesia ..................................................63
4.1.1.2.1 Penanganan cybercrime di Indonesia ..............67
4.1.1.2.2 Pemanfaatan Undang-Undang No. 11
tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dalam menindak
cybercrime .......................................................69
4.1.1.3 Cybercrime Investigation Satellite Office CCISO ............74
4.1.1.3.1 Tugas

dan

Fungsi

Cybercrime

Investigation Satellite Office ...........................76
4.1.1.3.2 Tujuan Cybercrime Investigation Satellite
Office................................................................78
4.1.2 Analisa Hasil Uji Validasi dan Realibilitas....................................79
4.2nAnalisanHasilnDatandannPembahasan....................................................81
4.2.1 Proses Kerjasama yang disepakati Indonesia dan Australia
melalui Cybercrime Investigation Satellite Office .........................81
4.2.1.1 Prinsip Kerjasama Indonesia-Australia Melalui
CCISO ..............................................................................88

x

4.2.1.2 Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation
(JCLEC) ...........................................................................90
4.2.1.3 Kegiatan Kerjasama Indonesia-Australia Melalui
CCISO. .............................................................................95
4.2.2 Hasil Kerjasama Indonesia dan Australia melalui
Cybercrime Investigation Satellite Office dalam
Pencegahan dan PenanggulangannCybercrimendinIndonesia .....100
4.2.3 Prospek kerjasama Indonesia dan Autralia melalui
cybercrime investigation satellite office dalam
mencegah dan menanggulangi cybercrimendinIndonesia ............109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................111
5.2 Saran ......................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................113
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi

DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Tabel Waktu Penelitian ...................................................................................43
4.1nPelatihannIndonesiandannAustraliandinJCLECnTrainernAmerika ...............96
4.2 PelatihannIndonesiandannAustraliandinJCLECnTrainer China ....................97
4.3 PelatihannIndonesiandannAustraliandinJCLECnTrainer NewnZealand .......98
4.4 Pelatihan Indonesia dan Australia di JCLEC Trainer Singapore ...................99
4.5 Tabel Tindak Pidana Cybercrime 2012 ........................................................101
4.6 Tabel Tindak Pidana Cybercrime 2013 ........................................................102
4.7 Tabel Tindak Pidana Cybercrime 2014 ........................................................104
4.8 Tabel Tindak Pidana Cybercrime 2015 ........................................................105

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................................37
4.1 StatistiknKasusnCybercrime ...........................................................................67
4.2 JCLEC .............................................................................................................90
4.3 Kasus Cybercrime pada tahun 2012-2014 ....................................................107
4.4 Kasus Cybercrime pada tahun 2015..............................................................108

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Balasan Polda Metro Jaya Jakarta
Lampiran 2 : Daftar Riwayat Hidup

xiv

DAFTAR PUSTAKA
A.

Buku-Buku

Agusman, Damos Dumoli. 2010. Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori
Dan Praktik Indonesia. Bandung : PT. Refika Aditama .
Betsill, Michele M and Elisabeth Corel (Ed). 2008. NGO Diplomacy: The
Influence

of

Nongovernmental

Organizations

in

International

Environmental Negotiations. Cambridge: The MIT Press
Berrige, G.R & Alan James.2003 :A Dictionary of Diplomacy. New York :
Palgrave USA.
Bambang, Cipto 2010. Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
David, Speer. 2003. Redefinig Borders: The Challaenge of Cybercrime. England.
Eoghan, Casey 2001. Digital Evidence and Computer Crime, London : A
Harcourt Science and Technology Company
Holsti, K J. 2009. International Politics :A Framework for Analysis. New Jersey:
Prentice Hall.
Jackson, Robert H. dan Sorensen Georg. 2013. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jewkes,Yvonne. 2003. Dot.cons: Crime, Deviance and Identity on The Internet.
England. Wilian Publishing.
Kusumaatmadja. & Etty R. Agoes. 2003. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung : PT. ALUMNI.

114

115

Mansur, Dikdik M. Arief dan Elisatris Gultom. 2009. Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi. Bandung : Rafika Aditama
Mauna, Boer. 2005. Hukum Internasional. Pengertian, Peranan, dan Fungsi
dalam Era Dinamika Global. Bandung : Alumni.
Nawawi, Arief Barda. 2006. Tindak pidana mayantara: perkembangan kajian
cyber crime di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Perwita, A.A Banyu, dan Yanyan Moch. Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Richard, Chauvel dkk, 2005. Indonesia-Australia Tantangan dan Kesempatan
dalam Hubungan Politik Bilateral. Granit: Jakarta
Stephenson, Peter. 2000. Investigating Computer Related Crime: A Hanbook For
Corporate Investigators. London. CRC Press
Rana, Kishan S. 2002. Bilateral Diplomacy.New Delhi :Manas Publications.
Rudy, Teuku May. 2002. Studi Strategis: Dalam Transformasi Sistem
Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung : PT. Refika Aditama.
_________________. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah
masalah Global. Bandung: PT. Refika Aditama
__________________. 2006. Hukum Internasional 1. PT Refika Aditama :
Bandung
Shawn, QC Malcom N. 2013. Hukum Internasional., Bandung : Nusa Media.
Sugiono, Muhadi. 2006. Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia
Ketiga. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Suseno, Sigit. 2012. Yuridiksi Tindak Pidana Siber. Bandung. Refika Aditama

116

B.

JURNAL DAN KARYA ILMIAH

Bakti, Ikrar Nusa, 2008. Indonesia-Australia: Peluang dan Tantangan, Jurnal
Luar Negeri Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Novianti, Indri, 2014. Kerjasama Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
Kepolisian Federal Australia dalam Menanggulangi Cybercrime di
Indonesia. Univeritas Riau
Richard, Andrew, 2009. Pengaruh United Nation Against Transnasional
Organized Crime (UNCATOC) Terhadap Kejahatan Carding di Indonesia.
Universitas Komputer Indonesia
Wiyatiningrum, Dwi Ana, 2015. Hubungan Bilateral Indonesia-Australia Pada
Masa Perdana Menteri Kevin Rudd (2007-2015)
C.

Dokumen

Arrangement Between The Indonesian National Police and The Australian
Federal

Police

on

Coorporation

in

preventing

and

Combating

Transnasional Crime
Antisipasi Dan Represi Kejahatan Melalui Internet Di Industri Keuangan
Kepolisian Republik Indonesia 2016
Divisi Hubungan Internasional Polri, 2012. Vademikum divisi hubungan
internasional polri. Jakarta
Joint Understanding on a Code of Conduct between the Republic of Indonesia and
Australia in Implementation of the Agreement between the Republic of
Indonesia and Australia on the Framework for Security Cooperation ("The
Lombok Treaty)

117

Kepolisian Republik Indonesia Laporan Perkembangan kasus cybercrime di
Indonesia 2012-2015
Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Australia tentang Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara dan
Pengembangan Kerjasama Kepolisian
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000
TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
D.

Rujukan Elektronik

Australia
. http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/detail-kerjasama-bilateral.aspx?id=54
diakses pada 10 Juli 2016
Australia sepakati MOU bidang pendidikan
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/09/12/nbsi4driaustralia-sepakati-mou-bidang-pendidikan diakses pada tanggal 23 Juli
2016
Australia-Indonesia Institute, Hubungan Antara Australia dan Indonesia,
http://www.dfat.gov.au/aii/publications/bab11/index.html

diakses

pada

tanggal 21 juli 2016
Badan cyber nasional demi Indonesia digital
http://www.antaranews.com/berita/568527/badan-cyber-nasional-demiindonesia-digital diakses pada tanggal 21 juli 2016

118

BIN: Australia menyadap Indonesia sejak 2007
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2013/11/131120_bin_sada
p_australia. diakses pada tanggal 10 Juli 2016
Computer Crime
http://ilmuta.weebly.com/computer-crime/e-procurement.

diakses

pada

tanggal 18 Februari 2016
Diberi perangkat IT oleh Australia polri jamin tak kena sadap
http://www.merdeka.com/peristiwa/diberi-perangkat-it-oleh-australiapolri-jamin-tak-kena-sadap.html diakses pada tanggal 21 Juli 2016
Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation JCLEC
http://www.jclec.com/ diakses pada tanggal 21 Juli 2016
Kasus Penipuan Dominasi Kejahatan "Cyber"
http://tekno.kompas.com/read/2013/04/15/22095149/kasus.penipuan.domi
nasi.kejahatan.quotcyberquot diakses pada tanggal 18 Agustus 2016
Kedubes Australia terbesar sedunia dibuka di Jakarta
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160321185134-106118859/kedubes-australia-terbesar-sedunia-dibuka-di-jakarta/ diakses pada
tanggal 21 Juli 2016
Kisah virus yang bikin patah hati pengguna pc
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150213131622-185-31891/iloveyoukisah-virus-yang-bikin-patah-hati-pengguna-pc/ di akses pada tanggal 18
Februari 2016

119

Penolakan Australia terhadap hukuman mati dipertanyakan
http://www.voaindonesia.com/a/penolakan-australia-terhadap-hukumanmati-dipertanyakan/2744241.html diakses pada tanggal 22 Juli 2015
Pm Australia ingin perbaiki hubungan dalam kunjungan ke Indonesia
http://www.voaindonesia.com/a/pm-australia-ingin-perbaiki-hubungandalam-kunjungan-ke-indonesia/3052904.html pada tanggal 22 Juli 2016
Polda

Metro

Jaya

Resmikan

Laboratorium

Cyber

Cybercrime

”“http://metro.sindonews.com/read/743023/31/polda-metro-jaya-resmikanlaboratorium-cyber-crime-1367214876” Diakses tanggal 16 Oktober 2015
Polri berupaya tumpas teroris sebelum lakukan serangan
http://www.antarakalteng.com/berita/220345/polri-berupaya-tumpasteroris-sebelum-lakukan-serangan diakses pada tanggal 22 Juli 2016
Polri tangani kejahatan cybercrime capai 71 kasus
http://beritasore.com/2007/05/15/polri-tangani-kejahatan-cyber-crime-capai71-kasus/ di akses pada tanggal 18 Februari 2016
School of Humanities and Social Sciences UNSW Australia, Indonesia,
http://hass.unsw.adfa.edu.au/Timor/Timor_translated/1/independence/inde
x.html diakses pada tanggal 21 juli 2016
Struktur organisasi kasubdit IV
http://www.reskrimsus.metro.polri.go.id/struktur-organisasi/kasubditIV
diakses pada tanggal 10 Juli 2016

120

Tabel statistik jumlah pariwisata
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1388 diakses pada tanggal
22 Juli 2016

E. Wawancara
Narasumber 1 adalah Brigadir Saji Purwanto, Subdit IV Cybercrime Dit
Reskrimsus Polda Metro Jaya
Narasumber 2 adalah Ipda Geo Veranza S.E Dit Reskrimsus Mabes Polri
Narasumber 3 adalah Aditya Cahya S.kom Subdit Cybercrime Dit Reskrimsus
Mabes Polri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat saat ini membawa

dampak yang besar dalam dunia hubungan internasional saat ini bukan hanya
melanda negara-negara maju tetapi negara berkembang pun ikut mengembangkan
teknologi dan informasi. Seiring dengan kemajuan yang sangat pesat negaranegara saling mengembangkan teknologi agar dapat bertahan dalam era
globalisasi saat ini.
Saat ini hampir setiap manusia telah menggunakan berbagai macam alat
elektronik dan bahkan sebagian manusia tidak dapat lepas dari alat elektronik
tersebut. Perkembangan teknologi dan komunikasi ini semakin memudahkan
manusia dalam berhubungan meskipun terpisah jauh, bahkan berbeda benua.
Perkembangan teknologi yang saat ini terjadi bagaikan pedang bermata
dua. Jika teknologi tersebut dipergunakan dengan baik maka perkembangan
teknologi tersebut akan bersifat positif bagi kehidupan manusia. Namun apabila
dilakukan untuk maksud tertentu untuk hal yang merusak maka perkembangan
teknologi tersebut menjadi suatu hal yang negatif. cybercrime merupakan salah
satu penyalahgunaan kemajuan teknologi yang saat ini terjadi di dunia maya
(cyberspace).

1

2

Masyarakat internasional saat ini sangat memperhatikan perkembangan
ancaman cybercrime. Kekhawatiran tersebut dikarenakan cybercrime semakin
mudah dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Serangan siber (cyber attack)
merupakan salah satu bentuk cybercrime dapat dilakukan untuk menyerang, baik
secara individu maupun digunakan untuk menyerang suatu kelompok atau
organisasi bahkan negara lain.
Kemajuan teknologi komputer dan kemajuan internet yang saat ini terjadi
menyebabkan semakin meningkatnya kasus yang di timbulkan oleh peretas
komputer (computer hackers). Kegiatan para peretas komputer ini dapat dilakukan
dalam hal positif maupun negatif. Dalam hal positif, para peretas komputer
biasanya memasuki suatu sistem dengan memanfaatkan kekurangan atau celah
yang ada pada suatu sistem tersebut. Setelah peretas memanfaatkan kekurangan
yang ada pada sistem tersebut, peretas kemudian memberitahukan kepada
pembuat sistem tersebut tentang kekurangan dari keamanan sistem tersebut
sehingga sang pembuat dapat memperbaiki dan menyempurnakan sistemnya.
Berbeda dengan dengan kegiatan negatif yang dilakukan oleh para peretas setelah
mereka menemukan celah serta kekurangan pada sistem tersebut mereka mencuri
dan mengambil informasi yang terdapat dalam sistem tersebut untuk kepentingan
pribadi.
Kegiatan memasuki suatu sistem tanpa izin dan mengambil data atau
informasi dalam sistem tersebut untuk kepentingan pribadi sudah termasuk dalam
cybercrime. Cybercrime sendiri secara umum merupakan suatu kejahatan yang

3

menggunakan komputer internet sebagai sarananya baik untuk memperoleh
keuntungan atau tidak, yang merugikan pihak lain.
Kegiatan pencurian data hasil retasan tersebut meningkat secara signifikan
dari tahun-ke tahun, dengan jumlah data personal mencapai jutaan bahkan dalam
beberapa kasus mencapai milyaran data yang telah dicuri oleh beberapa grup kecil
para peretas. Terkadang, beberapa peretas menggunakan program jahat atau
malware untuk memfasilitasi serangan mereka yang mana dapat menyebabkan
kerugian ratusan hingga ribuan dolar akibat kerusakan di seluruh pengaturan
perusahaan.
Salah satu kasus yang menarik perhatian dunia terjadi pada tanggal 5 Mei
2000 dua programmer muda asal Filipina yang bernama Reonel Ramones dan
Onel de Gusman menyebarkan virus komputer yang mereka ciptakan. Virus yang
mereka ciptakan bernama virus e-mail Love Bug (ILOVEYOU).
Virus yang mereka ciptakan telah menginfeksi dan melumpuhkan 80 juta
lebih komputer pada tahun 2000 dan menyebabkan kerugian sekitar 5.5 milyar
dolar – 8.75 milyar dolar AS. Virus tersebut juga menyerang komputer komputer
milik Pentagon, CIA (Central Intelligence Agency) dan situs situs militer lainnya
(http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150213131622-185-31891/iloveyoukisah-virus-yang-bikin-patah-hati-pengguna-pc/ Diakses pada tanggal 18 Februari
2016).
Namun dengan lemahnya hukum pada cybercrime akhirnya kejahatan
yang dilakukan oleh Reonel Ramones dan Onel De Gusman membuat mereka
terbebas dari kejahatan yang mereka lakukan.

4

Dalam dunia hubungan internasional saat ini cybercrime merupakan salah
satu ancaman keamanan bagi seluruh negara. Dikarenakan kejahatan yang
dilakukan oleh para peretas tersebut dapat dilakukan dimana saja tidak mengenal
batas-batas negara. Dalam kertas kerja UNODC (United Nations Office on Drugs
and Crime) mencatat bahwa cybercrime adalah kejahatan transnasional tertinggi
didunia. Masalah kedaulatan nasional dapat menghambat investigasi kriminal
tanpa adanya kerjasama aktif antara lembaga penegak hukum dari yurisdiksi yang
terlibat.

Kecepatan

dalam

melakukan

cybercrime

dan

mengindarinya

menimbulkan tekanan bagi lembaga penegak hukum untuk menangkap mereka
dan membuat kerjasama dalam mencegah dan menanggulangi cybercrime
semakin penting.
Indonesia pun tidak luput dari cybercrime, salah satu kasus cybercrime
yang terjadi di Indonesia adalah kasus yang terjadi pada 17 Juli 2006, DPP Partai
Golkar melaporkan terjadinya serangan pengrusakan terhadap situs Golkar.or.id.
Serangan terhadap situs partai berlambang pohon beringin itu terjadi pada 9
hingga 13 Juli 2006 hingga menyebabkan tampilan halaman berubah (deface).
"Pada 9 Juli 2006, tersangka mengganti tokoh Partai Golkar yang termuat dalam
situs dengan gambar gorilla putih tersenyum dan di bagian bawah halaman
dipasangi gambar artis Hollywood yang seronok, dengan tulisan 'Bersatu untuk
malu'.
Setelah melakukan serangan terhadap situs GOLKAR www.golkar.or.id
sebanyak 1257 kali, polisi akhirnya menangkap Iqra Syafaat pada tanggal 1

5

Agustus 2006 (http://ilmuta.weebly.com/computer-crime/e-procurement diakses
pada tanggal 18 Februari 2016).
Berkembangnya kasus cybercrime yang terjadi saat ini mendorong setiap
negara untuk saling bekerjasama dalam melawan cybercrime. Dalam konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bernama United Nations Convention Against
Transnasional Organized Crime yang diselenggarakan di Wina bertujuan untuk
memerangi dan menangulangi masalah Transnasional Organized Crime.
Cybercrime merupakan salah satu bentuk Transnasional Organized Crime yang
sangat meresahkan bagi suatu negara, dampak yang ditimbulkan dari cybercrime
ini dapat mengancam keamanan suatu negara, walaupun cybercrime ini tidak
langsung melakukan kontak fisik secara langsung namun hasil kejahatan tersebut
sangat fatal dan merugikan secara materil dan non materil.
Namun bukan hanya keamanan saja yang terkena dampak dari cybercrime
tetapi perekonomian negara juga terkena dampaknya. Kerena dengan berlakunya
layanan perbankan secara elektronik seperti E-banking, E-commerce dan
Elektronik Fund transfer, perbankan menjadi sasaran utama bagi para pelaku
cybercrime sehingga banyak kasus yang terjadi di Indonesia melibatkan
perbankan sebagai korbannya. Jika jaringan perbankan dihack ,ini akan berakibat
pada lumpuhnya perputaran uang yang terjadi di bank. Dan jika perputaran uang
di bank dilumpuhkan maka akan berakibat pada perekonomian suatu negara.
Dampak lain dari cybercrime dapat dirasakan pada aspek sosial dan
budaya. Contohnya kasus pornografi baik video maupun gambar yang dapat

6

merusak nilai kesusilaan di Indonesia, dalam dunia cybercrime ini tergolong
dalam cyber sex.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini pun dirasakan di Indonesia,
berdasarkan hasil pemantauan Asia Pasific Network Information Center
cybercrime (APNIC) tahun 2003, Indonesia menduduki peringkat pertama negara
yang paling banyak terjadi kasus cybercrime dalam sektor perbankan (carding).
Hasil ini diambil dari persentasi jumlah penipuan dalam hal transaksi yang terjadi
di

Indonesia

(http://beritasore.com/2007/05/15/polri-tangani-kejahatan-cyber-

crime-capai-71-kasus/ diakses 18 Februari 2016).
Selain contoh kasus cybercrime yang telah di jelaskan peneliti masih
banyak pula kasus cybercrime seperti kasus mafia cyber yang merebak
pertengahan tahun 2004 di Amerika Serikat. Indonesia pun mengalami kasus
cybercrime yang mengganggu keamanan negara, ketika sistem jaringan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) diretas oleh para hacker. Sangat mencemaskan ketika
dunia semakin bergantung dengan teknologi dan informasi saat ini yang sangat
rentan terhadap tindak kejahatan.
Maraknya kasus cybercrime yang terjadi di Indonesia dilatarbelakangi
oleh beberapa faktor yaitu pertama lemahnya penegak hukum di Indonesia,
terbukti dengan tidak adanya Undang-Undang khusus mengenai cybercrime.
Kedua, keterbatasan sarana dan prasarana di bidang teknologi dan juga lembaga
penegak hukum di daerah (polda) juga masih terbatas dalam hal infrastruktur,
sehingga penanganan menjadi tidak maksimal.

7

Menanggapi hal tersebut, Pada tanggal 29 April 2013 Indonesia dan
Australia

meresmikan laboratorium

siber

yang bernama

Cyber

Crime

Investigation Satellite Office (CCISO) di Polda Metro Jaya pembangunan dan
peresmian Cyber Crime Investigation Satellite Office didanai sembilan juta dolar
AS untuk infrastruktur, latihan, dan peningkatan kapasitas oleh Australia
(http://metro.sindonews.com/read/743023/31/polda-metro-jaya-resmikan
laboratorium-cyber-crime-1367214876 Diakses pada 16 Oktober 2015).
Pembangunan CCISO merupakan lanjutan kerjasama antara Kepolisian
Republik Indonesia dan Australia Federal Police yang dilaksanakan sejak tahun
2010. Selain di Polda Metro Jaya, CCISO juga ada di Mabes Polri, Polda
Sumatera Utara, Polda Bali, dan Polda Nusa Tenggara Barat. Di masa mendatang
akanndiadakanndinsemuanPoldan(http://tekno.kompas.com/read/2013/04/30/1549
1539/Indonesia.Bangun.Pusat.Investigasi.Kejahatan.Cyber Diakses pada 7 Mei
2016).
Jaringan CCISO di berbagai Polda juga telah tersambung dengan pusat
pemantauan (monitoring center) atau jaringan JCLEC (Jakarta Centre For Law
Enforcement Cooperation), untuk menganalisa komunikasi dari jaringan
kejahatan,

seperti

terorisme,

narkotika,

pencucian

uang,

dan

korupsi

(http://www.voaislam.com/read/indonesiana/2013/08/31/26579/awasccisolaborato
riumcybercanggih-polri-dibiayai-australia/#sthash.KhExH0Bc.dpuf Diakses pada
7 Mei 2016).
Menurut Wakil Direktur Kriminal Khusus Ajun Komisaris Besar Hery
Santoso, Polda Metro menerima sekitar 800 kasus cybercrime per tahun. Sebelum

8

ada kerja sama dengan Australia Federal Police, pengungkapan kasus sangat
kecil. Namun, setelah ada kerja sama dengan Australia Federal Police, mulai Juni
2012, penyelesaian kasus mencapai 40 persen dari total kasus yang masuk.
Dengan sudah beroperasinya CCISO yang lengkap dengan peralatannya,
kamintargetkannpenyelesaiannkasusnbisan60%npertahunn(http://tekno.kompas.co
m/read/2013/04/30/15491539/indonesia.bangun.pusat.investigasi.kejahatan.quotc
yberquot Diakses pada 7 Mei 2016).
Kepala Sub-Direktorat Cyber Crime Polda Metro, Ajun Komisaris Besar
Audie Latuheru, mengatakan, cara kerja CCISO nantinya menyatukan sistem yang
dibuat antarnegara. Ia mencontohkan pengiriman barang bukti digital dan bentuk
laporannsehingganmemilikinnilaimsecaranhukumn(https://m.tempo.co/read/news/
2013/04/29/064476569/pusat-investigasi-cyber-crime-australia-dipoldandiakses
pada 10 Mei 2016).
Kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dan Australia ini sangat
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Mengingat di Indonesia saat ini sistem egoverment saat ini sudah terkoneksi satu sama lain. Jika sistem e-goverment ini
diretas maka kegiatan pemerintahanpun akan lumpuh. Dan bagi Australia
permbangunan cybercrime investigation satelite office ini akan sangat efektif
membantu Australia dalam menumpas cybercrime, karena saat ini cybercrime
dapat berhubungan dengan kejahatan lain, seperti terorisme dan kejahatan
teroganisirnlainnyan(http://tekno.kompas.com/read/2013/04/30/15491539/indones
ia.bangun.pusat.investigasi.kejahatan.quotcyberquot diakses tanggal 16 Mei 2016)

9

Kerjasama yang dilakukan oleh Polri dan Australia Federal Police dalam
pembangunan CCISO tersebut merupakan lanjutan kerjasama yang dilakukan oleh
kedua kepolisian ini pada tahun 2010. Pada tahun 2010 kerjasama yang di lakukan
membuahkan terbentuknya sebuah kantor pencegahan dan penanggulangan
cybercrime yang bernama Cybercrime Investigation Center atau CCIC di markas
besarnkepolisiannKepubliknIndonesian(http://www.voaislam.com/read/indonesia
na/2013/08/31/26579/awasccisolaboratoriumcybercanggihpolridibiayaiaustralia/#
sthash.KhExH0Bc.KwrlXIjX.dpbs diakses pada tanggal 16 Mei 2016).
Dalam kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dan Australia
dilatarbelakangi oleh perjanjian lombok atau lombok Treaty. Lombok Treaty pada
awalnya merupakan kerjasama keamanan yang dilakukan oleh Australia dan
Indonesia dalam memerangi kejahatan lintas negara yang terfokus pada terorisme.
Namun dalam perkembangannya perjanjian ini tidak hanya terfokus dalam
terorisme melainkan pada

kejahatan lintas negara

antara lain sepert.

Penyelundupan dan perdaganngan manusia, pencucian uang, pendanaan
terorisme, korupsi, penangkapan ikan ilegal, kejahatan dunia maya, perdagangan
gelap narkotika dan bahan-bahan psikotropika serta prekursornya, perdagangan
gelap senjata api dan jenis kejahatan lain yang di anggap perlu oleh kedua negara
(http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/1637_AUS-2006-0164.pdf diakses pada
tanggal 15 Mei 2016).
Dalam pencegahan dan penanggulangan kejahatan lintas negara kepolisian
Republik Indonesia dan Australia Federal Police selaku penegak hukum dikedua
negara melakukan kerjasama dan menghasilkan Nota Kesepahaman Antara

10

Republik Indonesia dan Pemerintah Australia tentang Penanggulangan Kejahatan
Lintas Negara dan Pengembangan Kepolisian serta Pengaturan Antara Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan Kepolisian Federal Austalia Tentang Kerjasama
Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara. Nota
kesepahaman dan Pengaturan kerjasama ini Sesuai dengan maksud dan tujuan
dari Kesepakatan antara Republik Indonesia dan Australia dalam Kerangka Kerja
Sama Keamanan (Perjanjian Lombok) yang telah ditandatangani di Lombok pada
tanggal 13 November 2006 (http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/4236_AUS2011-0188.pdf diakses pada tanggal 16 Mei 2016)
Pembangunan CCISO merupakan hasil dari pengaturan kepolisian antara
kepolisian Republik Indonesia dan Australian Federal Police yang terdapat pada
paragraf 3 Lingkup kerjasama 3.2 Peningkatan kapasitas untuk meningkatkan
kemampuan institus melalui metode-metode; termasuk;
a) pertukaran personil;
b) program pelatihan dan pendidikan;
c) kemitraan

dalam

membangun

fasilitas

untuk

pencegahan

dan

penanggulangan kejahatan lintas negara;
d) dukungan peralatan dan teknologi;
e) dukungan operasi (http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/4236_AUS-20110188.pdf diakses pada tanggal 16 Mei 2016)
Untuk memudahkan peneliti dalam mengkaji kerjasama Indonesia
Australia melalui Cybercrime Investigation Satelite Office, peneliti menggunakan
beberapa penelitian terdahulu sebagai acuan dalam pembahasan. Beberapa

11

penelitian terdahulu yang akan digunakan peneliti adalah pertama penelitian yang
dilakukan oleh Indri Novianty dari Universitas Riau pada tahun 2014 dalam jurnal
yang berjudul “Kerjasama Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepolisian
Federal Australia dalam menanggulangi cybercrime di Indonesia”.
Dalam penelitian ini, Indri membahas masalah kerjasama antara kepolisian
Republik Indonesia dan kepolisian Federal Australia pasca penyadapan yang di
lakukan oleh Australia serta penjelasan kasus cybercrime di Indonesia. Melalui
penelitian ini, Indri memberikan contoh kasus cybercrime yang berdampak pada
sektor keamanan, perekonomian dan sosial budaya. Indry juga menjelaskan
tentang awal pelaksanaan kerjasama dalam menanggulangi cybercrime dan
kondisi kerjasama pasca penyadapan yang di lakukan Australia.
Penelitian yang dilakukan oleh Indry ini mempunyai kesimpulan bahwa
cybercrime membawa dampak yang besar bagi kemanan suatu negara yang
berakibat pada terganggunya kemanan serta perekonomian suatu negara. Dengan
melakukan kerjasama maka Indonesia dapat memerangi dan menanggulangi kasus
cybercrime yang terjadi di Indonesia. Dan pasca penyadapan membawa hubungan
Indonesia dan Australia mengalami ketegangan namun tidak berdampak pada
kerjasama antara Polri dan Australian Federal Police) dalam menanggulangi
cybercrime di Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan di selenggarakannya Senior
Official Meeting (SOM) antara Polri dan (Australian Federal Police), yang
merupakan bagian dari program kerja tahunan dari Transnasional Crime Centre
(TNCC) dalam mendukung diskusi antara kedua negara yang rutin dilaksanakan

12

setiap satu tahun sekali oleh delegasi dari Polri maupun (Australian Federal
Police).
Persamaan peneliti dengan penelitian pertama
cybercrime di Indonesia,

yaitu penanganan

Penelitian yang dilakukan peneliti berbeda dengan

penelitian Pertama, dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana kerjasama antara
Indonesia dan Australia melalui Cyber Crime Investigation Satellite Office dalam
menangani cybercrime. Dan perbedaan yang mendasarnya terdapat pada
kerjasama yang dilakukan, jika peneliti sebelumnya membahas kerjasama antara
Polri dan Australian Federal Police pasca penyadapan yang dilakukan oleh
Australia, maka peneliti ingin membahas bagaimana kerjasama Indonesia dan
Australia melalui Cyber Crime Investigation Satellite Office yang merupakan
pelaksanaan kerjasama yang tertuang dalam Lombok Treaty.
Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Andrew Richard Rihi Iye
dari Universitas Komputer Indonesia pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh
United Nation Against Transnasional Organized Crime (UNCATOC) Terhadap
Kejahatan Carding Di Indonesia”. Dalam penelitian ini Adrew Richard membahas
mengenai berbahayanya cybercrime dalam dunia hubungan saat ini. Peneliti
memberikan contoh cybercrime yang terjdi di Indonesia yaitu kasus carding dan
membahas pengaruh dari United Nation Against Transnasional Organized Crime
(UNCATOC) terdahap kasus carding di Indonesia
Pada penelitian ini Andrew berkesimpulan bahwa dengan diratifikasinya
konvensi Transnasional Organized Crime oleh Indonesia dalam bentuk UndangUndang nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

13

sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 yang
berpengaruh terhadap Tindakan cybercrime terutama Carding maka penanganan
tindakan kejahatan tersebut akan lebih mudah dan dapat diselesaikan secara baik
dan benar. Dengan melalui aplikasi hukum internasional Cybercrime maka para
penegak hukum dan pihak berwenang dalam memyelesaikan masalah tindak
cybercrime ini dapat di tindak lanjuti.
Persamaan peneliti dengan penelitian kedua yaitu sama-sama meneliti
tentang kejadian tindak kejahatan lintas negara yaitu cybercrime di Indonesia.
Perbedaan yang di lakukan peneliti berbeda dengan penelitian kedua, dimana
peneliti kedua hanya membahas masalah carding di Indonesia dan berdasarkan
United Nation Against Transnasional Organized Crime (UNCATOC). Sedangkan
peneliti membahas kerjasama Indonesia dan Australia melalui Cyber Crime
Investigation Satellite Office yang merupakan pelaksanaan kerjasama yang
tertuang dalam Perjanjian Lombok.
Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ana Wiyatiningrum
dari Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015 dengan judul “Hubungan
Bilateral Indonesia-Australia Pada Masa Perdana Menteri Kevin Rudd (20072015)”. Pada penelitian ini Dwi Ana Wiyatiningrum membahas mengenai
program yang dicanangkan oleh Kevin Rudd dalam pemilu Australia dan
membahas mengenai kebijakan-kebijakan Kevin Rudd dalam menjalin hubungan
bilateral antara Indonesia dan Australia. Kebijakan yang dibahas dalam penelitian
ini antara lain, kebijakan dalam bidang keamanan dan pertahanan, kebijakan

14

dalam bidang politik, kebijakan dalam bidang pendidikan dan kebijakan dalam
bidang ekonomi.
Pada penelitian ini Dwi Ana Wiyatiningrum berkesimpulan bahwa
terpilihnya Kevin Rudd menjadi perdana menteri Australia membawa angin segar
bagi hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia. Undangan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada saat itu terkait konfrensi perubahan iklim di Bali
disambut baik oleh PM Kevin Rudd. Kunjungan pertama Kevin Rudd menjadikan
dasar terbukanya hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia di masa
mendatang.
Kevin Rudd membawa perubahan berarti bagi hubungan Indonesia dan
Australia. Berbagai kebijakan dari bidang ekonomi, politik, pendidikan, keamanan
dan pertahanan membawa hubungan Indonesia dan Australia mengalami
perubahan yang signifikan dibandingkan pada masa John Howard. Kevin Rudd
menjadikan Indonesia sebagai mitra penting bagi Australia dan menjadikan setiap
kebijakan luar negerinya condong ke Asia terutama Indonesia.
Persamaan peneliti dengan penelitian ketiga yaitu sama-sama membahas
hubungan dan kerjasama antara Indonesia dan Australia. Perbedaan yang
dilakukan peneliti berbeda dengan penelitian ketiga, dimana penelitian ketiga ini
hanyak membahas kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perdana menteri
Kevin Rudd mengenai hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia.
Sedangkan peneliti membahas kerjasama antara Indonesia Australia melalui
Cyber Crime Investigation Satellite Office yang merupakan pelaksanaan
kerjasama yang tertuang dalam Perjanjian Lombok.

15

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai
kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dan Australia melalui Cyber Crime
Investigation Satellite Office dalam memerangi cybercrime. Dan beberapa alasan
antara lain : pertama, hubungan Indonesia dan Australia selalu mengalami pasang
surut, dan tidak jarang Australia sering ikut campur dalam urusan dalam negeri
Indonesia serta mencoreng kedaulatan negara republik Indonesia. Kedua, dalam
kerjasama tersebut peneliti ingin mengetahui kendala, langkah dan apa saja yang
dilakukan kedua negara dalam menangani cybercrime melalui Cyber Crime
Investigation Satellite Office.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut yang menjadi dasar pertimbangan
peneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul :
“Kerjasama Indonesia Australia Melalui Cybercrime Investigation
Satellite Office Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Cybercrime di
Indonesia”.
Adapun ketertarikan peneliti untuk meneliti dan mengangkat isu tersebut
didukung oleh beberapa mata kuliah disiplin Ilmu Hubungan Internasional,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hukum Internasional, dimana cybercrime menjadi salah satu kajian
hukum internasional, khususnya mengenai peraturan serta penanganan
cybercrime di seluruh negara.
2. Cybercrime, merupakan mata kuliah yang menjelaskan tentang kasus
kasus cybercrime yang ada di dunia, serta menjadi dasar kerjasama yang
dilakukan oleh Indonesia dan Australia.

16

3. Studi Keamanan Internasional, dalam mata kuliah ini mempelajari
konsep keamanan suatu negara yang menjadi faktor penting dalam
kehidupan bernegara suatu bangsa. Berdasarkan mata kuliah ini peneliti
menilai bahwa perkembangan teknologi dan informasi, membawa setiap
negara untuk saling membantu dalam menangani cybercrime karena
dapat mengancam setiap negara,
4. Diplomasi dan Negosiasi, dalam mata kuliah ini mempelajari mengenai
strategi dalam melakukan diplomasi dan negosiasi dalam upaya
Indonesia dan Australia dalam menangani cybercrime dikedua negara.
5. Hubungan Internasional di Australia dan Pasifik, dalam mata kuliah ini
mempelajari kebijakan-kebijakan, kerjasama dan pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh setiap kepala negara pada periodenya. Dan
mempelajari sejarah kerjasama Indonesia dan Australia yang pernah
terjadi serta memahami karakteristik kebijakan yang diambil negara
kawasan Australia dan Pasifik

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1

Rumusan Masalah Mayor
“Bagaimana

Kerjasama

Investigation

Satelite

Indonesia
Office

Australia

dalam

Penanggulangan Cybercrime di Indonesia?”

Melalui

Dalam

Cybercrime

Pencegahan

dan

17

1.2.2

Rumusan Masalah Minor

1. Bagaimana proses kerjasama yang disepakati Indonesia dan Australia
melalui cybercrime investigation satellite office?
2. Bagaimana hasil kerjasama Indonesia dan Australia melalui cybercrime
investigation satellite office dalam mencegah dan menanggulangi
cybercrime di Indonesia ?
3. Bagaimana Prospek kerjasama Indonesia dan Australia melalui cybercrime
investigation satellite office dalam mencegah dan menanggulangi
cybercrime di Indonesia ?
Secara

umum

dalam

hubungan

Indonesia-Australia

selalu

berusaha

memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk peningkatan berbagai kerjasama
bilateral. Dukungan Australia terhadap keutuhan wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) merupakan faktor kunci dalam upaya meningkatkan hubungan
bilateral tersebut. Untuk konteks yang lebih luas, dan dalam rangka membangun
hubungan yang saling menguntungkan, telah pula ada kerjasama Indonesia-Australia
yang tertuang dalam “Lombok Treaty”. Lombok Treaty adalah kerjasama di bidang
keamanan yang dibuat pada 13 November 2006, yang kemudian diratifikasi pada
tahun 2007. Perjanjian kerjasama ini diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 47 tahun 2007 Tentang Pengesahan Perjanjian Antara Republik
Indonesia dan Australia tentang Kerangka Kerjasama Keamanan yang meliputi 21
kerjasama keamanan yang terangkum dalam 10 bidang. Dan dilanjutkan dengan nota
kesepahaman pengembangan kepolisian dan pengaturan kepolisian Indonesia dan
Australian Federal Police dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan lintas
negara. Dirikannya kantor Cybercrime Investigation Satelite yang diresmikan pada

18

tahun 2013 merupakan hasil dari pengaturan kepolisian Indonesia dan Australian
Federal Police dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan lintas negara.
Penelitian ini dibatasi dari tahun 2013-2016. Karena peresmian dari kantor
Cybercrime Investigation Satelite pada tahun 2013.

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untk mengetahui sejauh mana kerjasama dari
Indonesia dan Australia melalui cybercrime investigation satellite office dalam
pencegahan dan penanggulangan cybercrime di Indonesia
1.3.2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :

1.

Mengetahui proses kerjasama yang di lakukan oleh Indonesia dan
Australia dalam menangani cybercrime melalui cybercrime investigation
satellite office.

2.

Mengetahui hasil Indonesia dan Australia melalui cybercrime investigation
satellite office dalam mencegah dan menanggulangi cybercrime di
Indonesia.

3.

Mengetahui

Prospek

kerjasama

cybercrime

investigation

Indonesia

satellite

menanggulangi cybercrime di Indonesia.

office

dan Australia
dalam

melalui

mencegah

dan

19

1.4

Kegunaan Penelitian

1.4.1

Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber atau

referensi pengetahuan terkait perkembangan kerjasama Indonesia dan Australia
dalam bidang keamanan untuk mengatasi masalah tindak kejahatan lintas negara
yaitu cybercrime yang berada dikedua negara. serta dapat menambah keilmuan
mengenai mengenai Keamanan Internasional tentang langkah-langkah yang dapat
dilaksanakan oleh negara-negara untuk menjaga keamanan di wilayah
regionalnya.
1.4.2

Kegunaan Praktis

1. Diharapkan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional mengenai cybercrime dan kerjasama yang di lakukan
Indonesia untuk menanggulanginya.
2. Sebagai bahan referensi bagi penstudi Hubungan Internasional dan Hukum
Internasional.
3. Sebagai bahan referensi bagi Pemerintah RI, Kementerian Luar Negeri dan
Kepolisian Republik Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1

Kerjasama Internasional
Pola interaksi Hubungan Internasional dapat dipisahkan dengan segala

bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik
oleh p