KONSEP DESAIN
C. KONSEP DESAIN
1. Ide Gagasan Perancangan
Ide gagasan pada perancangan kali ini berawal dari keberadaan museum saat ini yang kebanyakan kurang representatif dan kurang komunikatif dalam menampilkan benda-benda koleksinya. Informasi yang dimiliki hanya disajikan melalui media visual saja, yaitu dengan tulisan, gambar atau diorama. Hal ini membuat museum menjadi tempat yang membosankan dan kurang menarik untuk dikunjungi. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi, karena dalam museum menyajikan sejarah, informasi, ilmu pengetahuan yang sangat banyak dan bermanfaat, selain juga sebagai tempat rekreasi.
Dengan perancangan ini diharapkan dapat memberikan citra baru pada museum, secara visual bahwa museum dapat dikemas modern dan lebih multifungsi yaitu benar-benar bisa menjadi tempat edukasi yang rekreatif.
Dengan desain yang tepat dan penerapan tema yang sesuai dengan karakter film Indonesia, museum ini akan menjadi tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi, selain dapat menceritakan runtutan perkembangan dan hal – hal yang berhubungan dengan film Indonesia,
Gift Shop
R. Konservasi Gudang & Preparasi
Lavatory
commit to user
juga merupakan tempat rekreasi yang menyenangkan. Sistem display didukung oleh kemajuan teknologi saat ini, akan menyajikan materi koleksi dengan keterangan yang lebih mudah diakses secara privat. Antara lain dengan peggunaan electronic guide yang disertai ear phone akan menggatikan tugas seorang guide. Dengan pemberian kode pada setiap display materi koleksi sebagai kode akses untuk mendapatkan keterangan dari electronic guide tersebut, sehingga pengunjung dapat menikmati materi koleksi dari media visual sekaligus audio, unsur privasi akan lebih terasa saat tiap pengunjung menginginkan untuk menikmati karya musik yang berbeda - beda. Sehingga tiap pengunjung museum tidak akan saling terganggu satu sama lain.
Selain itu, hal yang belum dijumpai pada museum yang sudah ada adalah sistem display yang interaktif, yang mengajak pengunjung untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan materi koleksi. Hal ini akan sangat menarik bagi pengunjung, karena pengunjung akan dapat ikut merasakan perasaan dan kegiatan para artis dalam materi koleksi tersebut. Sehingga pengunjung museum mendapatkan pengalaman yang mengesankan dengan menjadi seorang artis “instan” serta ikut berpartisipasi dalam perkembangan film Indonesia.
2. Tema Perancangan
Tema dalam Desain Interior Museum Film Indonesia adalah Kontemporer. Terinspirasi dari sebuah roll film. Pertimbangan pengambilan tema merupakan usaha untuk memberikan kedekatan suasana interior ruang dan materi koleksi. Melalui penataan layout yang tidak monoton, bentuk ruang yang atraktif, hingga bentuk furniture yang berkarakter keras, atraktif dengan penataan yang cenderung bebas.
Ada beberapa hal sebagai pertimbangan pengambilan arah pendekatan kontemporer, yang pertama berfilm merupakan kegiatan yang kreatif, sehingga membutuhkan suasana yang kreatif pula untuk mendukung kegiatan tersebut, dan dengan tema kontemporer, suasana yang kreatif akan tercapai, sehingga dapat menjadi tempat yang inspiratif bagi
commit to user
pengunjung museum. Yang kedua, film sendiri mempunyai karakter yang cenderung bebas dan tidak menyukai kemapanan, hal tersebut diaplikasikan dengan permainan film yang atraktif. Yang ketiga, berhubungan dengan tujuan museum yang edukatif dan rekreatif, tema kontemporer dapat menyajikan materi koleksi (edukasi) dengan suasana informal yang santai dan nyaman. Penciptaan suasana tiap ruang pamer genre, disesuaikan dengan karakter genre masing – masing.
3. Atmosfer Desain Interior
Desain interior museum ini akan menampilkan suasana yang nyaman, santai, informal, tidak kaku, inspiratif dan rekreatif dengan karakter ruang yang sesuai dengan karakter tema kontemporer yang cenderung melengkung, serta atraktif dalam penyajian materi koleksi.
4. Pola Penataan Layout
a. Pertimbangan Untuk mendapatkan bentuk organisasi ruang yang selaras dengan fungsi ruang dan kemudahan aksesnya, maka harus memilki kriteria sebagai berikut :
1) Pengelompokan massa berdasarkan kelompok kegiatan yang diwadahi.
2) Tingkat efisiensi ruang dan ruang gerak yang cukup.
3) Pengelompokan fungsi ruang dan kebutuhan pencapaiannya.
4) Hirarki ruang, adanya urutan ruang berdasarkan kepentingannya.
5) Pencahayaan dan perlindungan terhadap koleksi
6) Arah pandang atau view.
b. Penataan Ruang
1) Analisa Umum
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka organisasi ruang secara keseluruhan yang sesuai dengan sifat dan karakter Museum Film Indonesia adalah organisasi cluster (berkelompok). Dengan
sistem organisasi ruang cluster (berkelompok), maka
commit to user
pengelompokan ruang pada Museum Film Indonesia ini didasarkan pada zona tiap ruang. Kelompok zona publik yang meliputi fasilitas-fasilitas lobby dan ruang pamer, zona privat pada ruang pengelola semi publik pada ruang restorasi dan servis yang meliputi fasilitas penunjang museum yaitu ruang perpustakaan, coffe shop, counter souvenir dan ruang penunjang lainnya.
2) Analisa Khusus
a) Ruang pamer tetap
Pengolahan dititikberatkan pada garis, bidang dan volume yang digunakan untuk menghadirkan ruang imajiner di dalam ruang pemer tetap sesuai dengan pemecahan masalah dalam tema, sehingga ruang pamer tetap tidak berkesan terbuka secara mutlak.
Membuat sebuah pola dengan enclose garis dan bidang sebagai suatu cara membentuk ruang imajiner sebagai ruang display dan koridor sebagai jalur sirkulasi yang saling berhubungan (continue).
b) Lobby
Memakai pola penataan ruang terbuka, akan membuat ruang terkesan luas.
Lobby akan dipisahkan dengan pembatas imajiner yang akan memisahkan area – area dengan fungsi yang berbeda.
c. Sistem Display Sistem Penyajian materi koleksi pada Museum Film Indonesia ditentukan berdasarkan hasil analisis studi lapangan dan studi literatur, yaitu :
Alternatif tata pameran
Analisis
Artistic / Estetik
Kelebihan Koleksi yang dipamerkan terdiri dari koleksi yang tampilannya baik dan menarik. Hal ini dapat memotivasi banyak pengunjung untuk melihatnya Kekurangan : Sulitnya mendapat rentetan citra dari sebuah
commit to user
dipresentasikan berdiri sendiri-sendiri.
Evokatif / romantik
Kelebihan : Mempermudah penghayatan pengunjung dalam memahami benda koleksi yang dipamerkan Kekurangan : Memerlukan area pamer yang luas karena untuk menyajikan satu atau dua buah koleksi, diperlukan pembentukan suasana yang mendukung koleksi. Sistem penyajian ini dapat dilihat pada sistem display diorama maupun minirama.
Tematis / Intlektual /
edukatif
Kelebihan : Informasi yang ingin disampaikan akan jelas dan mudah dipahami oleh pengunjung , karena susunan koleksi yang disajikan runtut (mempunyai jalan cerita) dan terkonsep Kekurangan : dapat mengakibatkan benda-benda yang dipilih agak kurang menarik, karena bisa saja benda-benda yang menarik, tidak sesuai dengan konseptual dengan jalan cerita yang mendukung pameran tersebut.
Tabel 4.9
Analisa Sistem Penyajian Koleksi Museum Film Indonesia di Jakarta
Dari hasil analisis di atas maka sistem penyajian koleksi di Museum Film Indonesia di Jakarta dipilih dari perpaduan antara penyajian dengan sistem artistik tapi tematis/intelektual dan edukatif.
5. Desain Pembentuk Ruang
a. Lantai (flooring)
1) Analisa umum - Lantai harus mudah dalam perawatan (low maintenace) dan
penggantian bahan.
commit to user
- Lantai pada ruangan yang membutuhkan tingkat ketenangan lebih tinggi harus mampu meredam sumber bising seperti bunyi langkah kaki dan suara bising lainnya.
- Lantai harus tahan bahan kimia dan mikroorganisme. - Lantai pada ruangan yang memerlukan tingkat konsentrasi
tinggi, hendaknya tidak menggunakan banyak warna sehingga dapat mengganggu aktivitas dan kinerja di dalamya, khususnya pada ruang staff dan karyawan.
- Lantai harus mampu menjadi penunjuk arah dan mempertegas
batas ruang yang ada. - Lantai harus mempunyai sistem pendukung seperti rongga untuk penempatan jaringan kabel dan lain sebagainya.
2) Analisa Khusus
Ruang
Kriteria Analisis
Kuat menahan beban
dan gesek Tidak licin
Menarik dan berkesan
mewah Memiliki bermacam
warna Mudah dlm perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Granit Granito Keramik Rabat
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. PAMER
Kuat menahan beban
dan gesek Tidak licin Menarik warna Mudah dlm perawatan
dan pembersihan
Granito Keramik Granit Rabat
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk memperjelas fungsi dan sirkulasi ruang
commit to user
tema interior
Tabel 4.10
Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)
b. Dinding
1) Analisa umum - Dinding harus melindungi bagian dalam bangunan dari sinar
matahari. - Dinding harus bersifat isolator yang mengalangi kalor yang
datang dari luar bangunan. - Dinding berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan ruang
satu dengan ruang lainnya. - Dinding merupakan pembatas yang mempertegas fungsi ruang. - Dinding mampu meredam bising yang berasal dari dalam
maupun luar ruangan.
2) Analisa Khusus
Ruang
Kriteria Analisis
Alternatif Bahan
LOBBY
- tahan lama - tahan gesekan - tahan air - tembus pandang (dapat digunakan
sebagai view) - tidak mudah kotor - mudah perawatan dan pembersihan - alternatif warna dan motif yang
beragam - Mendukung suasana tema interior
- Kaca - Panel alumunium
dengan berbagai finishing
R. PAMER
- tahan gesekan, tahan air - tidak mudah kotor - mudah perawatan dan pembersihan - alternatif warna dan motif yang
beragam
- Mendukung suasana tema interior
- Dinding plester - Panel alumunium
dengan berbagai finishing
- Dinding kaca
Tabel 4.11
Komponen Pembentuk Ruang (Dinding)
commit to user
c. Langit-langit (ceiling)
1) Analisa Umum - Ceilling merupakan tempat berbagai instalasi ME (Mechanical
Electrical ). - Ceilling sebagai peredam dan pemantul suara - Ceilling berfungsi mempertegas fungsi ruang di bawahnya. - Ceilling mampu memperkuat instalasi pencahayaan. - Ceilling harus memiliki ketinggian yang cukup sehingga tidak
berkesan menekan.
2) Analisa Khusus
Ruang
Kriteria Analisis
Alternatif Bahan
LOBBY
- Multi fungsi dengan akustik dan
alami - Menarik dan mendukung tema
interior - Kaya desain, motif dan warna - Tahan panas dan mudah dalam
perawatan
- Gypsumboard - Panel kayu - Fiber - accrilyc
R. PAMER
- Multi fungsi dengan akustik dan
alami - Menarik dan mendukung tema
interior - Kaya desain, motif dan warna - Tahan panas dan mudah dalam
perawatan - Dapat menyerap bunyi
- Gypsumboard - Fiber - acrilyc
Tabel 4.12
Komponen Pembentuk Ruang (Ceiling)
6. Desain Interior System
a. Pencahayaan (Teknik Pencahayaan)
1) Teknik pencahayaan pada dinding : - Backlight, sumber cahaya disembunyikan pada panel dinding ,
berfungsi lebih kepada estetis.
2) Teknik pencahayaan pada plafond : - Cove, merupakan tipe pencahayaan tidak langsung, dimana
proyeksi pada dinding yang mengandung cahaya lampu
commit to user
dipantulkan ke arah plafond. Teknik pencahayaan ini diterapkan pada lobby, dan ruang lounge library.
- Ceilling Mounted light, adalah teknik penempatan lampu di dalam plafond untuk mengurangi udara panas dan mengurangi efek kerusakan terhadap koleksi untuk menciptakan ruangan yang terang.
- Cornices, adalah type valance yang melekat pada plafond, dimana seluruh cahayanya langsung dipancarkan ke bawah menerangi bagian ruang koleksi digunakan pada ruang pemer karya 3D (patung).
b. Penghawaan
RUANG
CAPAIAN KEBUTUHAN
ALTERNATIF SISTEM INTERIOR
Lobby
Pencahayaan (uk. Ilum 50 -100 lux) :
Merata Tidak menimbulkan panas Berfungsi sebagai penunjuk arah Mengandung
unsur
decorative Sifat
dalam pemasangan karena sifatnya yang berubah-ubah
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui pintu dan jendela Sistem buatan : Penggunaan lampu tabung fluorescent berefisiensi tinggi dengan sistem difused lighting, pemakaian armature. Dengan pencahayaan langit (down light), Fleksibilitas menggunakan track lampu spot dinding (wall lamp), dan setempat (spot light). Fleksibilitas dicapai dengan pemakaian rel penyambungan dengan stop contact.
Penghawaan :
Nyaman / standart
sistem alami : udara masuk melalui pintu dan ventilasi sistem buatan : dengan menggunakan AC
Akustik :
Mendukung fungsi ruang
Diterapkan melalui pemakaian material pada komponen pembentuk ruang.
commit to user
langsung dengan sumber cahaya
ditempatkan
secara jelas pada langit- langit dan direfleksikan ke bawah.
Recessed in ceiling ,
dengan sumber cahaya yang ditempatkan secara tersembunyi masuk ke dalam langit-langit.
Pencahayaan (uk ilum 50- 100 lux) :
Merata Penciptan
efek
khusus
untuk menonjolkan materi Tidak menimbulkan silau dan panas
Dengan sinar matahari yang direfleksikan dengan kaca, dan logam melalui ceiling dan floor. Kerusakan materi diatasi dengan menyerap kadar radiasi UV melalui pemantulan pada bidang yang dicat dengan sinc oxide atau titanium trioxide Sistem buatan : Pencahayaan
umum dicapai dengan penggunaan luminous ceiling, lampu tunggal, lampu flourecent Pencahayaan
khusus dicapai dengan menggunakan spotlight, wall lamp, lampu dengan efek warna, misalnya; Lampu
fluorescent jenis colour
matching/nor light Lampu pijar dalam armature dengan filter warna. Panas yang ditimbulkan lampu diatasi dengan pemverian lubang ventilasi yang cukup pada etalase/ Sistem display lainya.
meredam panas
Sistem alami : Dengan kisi-kisi didinding yang apabila diperlukan dapat dibuka dan ditutup Sistem buatan : Dengan menggunakan AC jenis central untuk menetralisir panas
pamer, Mendukung fungsi ruang.
Diterapkan melalui pemakaian material komponen pembentuk ruang.
Tabel 4.13
Sistem Interior Museum Film Indonesia di Jakarta
c. Akustik Ruang Penerapan Sistem Akustik
1) Sistem pengorganisasian ruang yang harus dijauhkan dari sumber bising terutama yang berasal dari keramaian lalu lintas dan sumber bising lainnya yang berasal dari luar ruangan.
2) Penggunaan bahan-bahan ringan dan berongga seperti panel plywood, gypsum board, fiber dan lain-lain yang diterapkan pada ruang museum khususnya ruang pamer tetap dan quiete room pada lounge library .
commit to user
3) Pengguaan bahan karpet pada sebagian besar ruang lounge library untuk mereduksi bising yang berasal dari langkah kaki, gesekan kursi dan lain sebagainya.
d. Sound System Digunakan untuk menyalurkan suara dari alat pemutar music ke seluruh bagian ruang publik kecuali pada quiteroom ruang perpustakaan. Selain itu, sound system digunakan juga sebagai alat informasi untuk memanggil atau mengumumkan informasi kepada pihak pengunjung museum.
7. Desain Furniture
Furniture yang ada pada interior bangunan ini, didesain dengan sentuhan kontemporer. Bentuk-bentuk simbol-simbol akan dipakai sebagai acuan bagi desain furniture yang akan dipakai, dengan dipadukan dengan warna-warna yang memberikan kesan modern sehingga suasana tersebut dapat tercipta dengan adanya desain furniture tersebut.
8. Desain elemen Estetis
a. Fungsi, Bahan dan Teknis Dalam menentukan ketiga hal diatas perlu dipertimbangkan pula bahwa alternatif yang dipilih harus : Mendukung tema yang diangkat
Mudah perawatan Tahan dalam cuaca dan kelembapan Mendukung akustik Tidak menyimpan bibit penyakit
b. Estetis
1) Warna
Sebagai komponen seni ,warna memegang peranan yang kuat dan mutlak selalu berhadapan dengan indera penglihatan manusia yang selalu mempunyai penilaian hal tentang warna diungkap oleh Neufert Ernst : warna pada bangunan sangat membantu
commit to user
penampilan bangunan, terutama bagi para arsitek, warna adalah alat bantu untuk dapat merancang suatu keindahan dan kenyamanan, juga dapat menjadi alat pemacu penampilan suatu rancangan dengan mempertimbangkan konsep Kontemporer yang diangkat.
2) Garis
Aplikasi pada perancangan Museum Film Indonesia ialah garis-garis lengkung, meliuk tidak beraturan, oval, bulat dan melingkar sebagai wujud dari penerapan konsep Kontemporer yang dinamis.
3) Tekstur
Pemilihan tekstur untuk Museum Film Indonesia ini adalah tekstur bergelombang, memberi kesan dinamis guna menerapkan konsep kontemporer.
9. Skema Bentuk dan Warna
a. Analisa pemilihan bentuk dan warna Dasar-dasar yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan warna perancangan interior Museum Film Indonesia di Jakarta adalah :
1) Analisa Bentuk
Bujur Sangkar
Suatu bentuk yang murni dan rasional.
Bersifat Statis dan netral.
Tidak menpunyai arah tertentu.
Segitiga
Merupakan bentuk yang sangat stabil dan kokoh.
Besifat dinamis.
Lingkaran
Suatu bentuk yang terpusat ke arah dalam.
Bersifat stabil dan dinamis.
Memperkuat sifat sebagai poros.
Mempunyai pandangan ke segala arah.
commit to user
Asimetri
Merupakan bentuk yang tidak stabil
Bersifat dinamis
Bebas dan cenderung atraktif
Tabel 4.14
Analisa Bentuk
Bentuk yang diterapkan dalam Museum ini yaitu bentuk asimetri, dimana bentuk tersebut sesuai dengan karakter roll film serta dapat mendukung penciptaan karakter dan suasana ruang yang sesuai tema.
2) Analisa sifat Warna :
Warna yang akan diterapkan dalam Museum ini antara lain :
1. Merah : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus dan feminim (pink), memberi semangat, dramatis, memberi ruangan berkesan kecil dan objek berkesan besar.(pada lis furnitur sebagai aksen juga pada r. pamer sebagai penciptaan suasana) 2. Oranye : Hangat, akrab, ringan, happy, efektif sebagai aksen pada ruangan dan menghangatkan ruangan yang berkesan dingin. (pada r. pamer sebagai penciptaan suasana) 3. Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif, menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan membosankan bila terlalu banyak digunakan. (pada r. pamer sebagai penciptaan suasana) 4. Biru : Mencerminkan perasaan yang kuat baik itu senang ataupun benci, atraktif, berat, menekan, terbuka, pasif, dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan temperatur atau suhu badan, membuat objek berkesan lebih kecil, dan membuat warna terang terlihat kontras. (pada ruang interval sebagi kontras dari r. pamer) 5. Abu-abu : Tenang, netral, tidak menyilaukan bila dipadukan dengan warna lain, dapat membawa keberuntungan, namun juga bisa berkesan tidak menyenangkan. (pada hampir di seluruh r. pamer sebagai penetral)
commit to user
dipadukan dengan warna putih dan metalik tone, mengurangi cahaya dan bayangan. (pada r. pamer sebagai aksen)
7. Putih : Suci, kesederhanaan, ketulusan, bersih, namun juga bisa berarti kosong, dan membosankan, memantulkan cahaya dengan kuat. (pada hampir di seluruh bagian museum sebagai penyeimbang dari warna yang lain)
Tabel 4.15
Analisa Sifat Warna
Penerapan warna dalam museum ini didominasi warna abu – abu dan permainan warna hangat. Pada tiap ruangan dalam museum ini, penerapan warna disesuaikan dengan karakter warna yang muncul pada roll film, yaitu pada ruang pamer didominasi warna – warna primer sebagai aksen, undergound didominasi warna hitam. Dan ruang pamer selanjutnya masih diterapkan warna hangat sebagai aksen di tiap ruangan hingga pada ruang pamer yang didominasi warna hitam karena dapat mendukung penonjolan materi pamer.
10. Sistem Keamanan
Cara pengamanan benda-benda koleksi dilakukan dengan cara:
a. Pengamanan Umum Untuk menjamin keamanan benda-benda koleksi dilakukan oleh para petugas keamanan.
b. Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan
Ruang
Kriteria Analisis
Alternatif Bahan
Lobby
Dapat bekerja secara
otomatis. Dapat memantau dan
segera mendeteksi lokasi kejadian.
Dapat membantu
Memiliki hasil rekaman gambar pada setiap bagian ruangan yang perlu pengawasan,
yang rekaman ini nantinya dapat diputar kembali untuk keperluan (sebagai bukti dalam suatu
commit to user
Tabel 4.16
Sistem keamanan museum
c. Pengamanan terhadap kebakaran
mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.
Heavy duty door contact
Sejenis sensor yang dipasang untuk memproteksi pintu dan jendela yang terbuat dari besi atau logam. Alat ini baru bereaksi setelah terjadi proses perusakan pada benda atau bidang yang diproteksinya.
Shock sensor /vibrationsensor
Dipasang pada setiap kaca, yang digunakan untuk menangkap getaran bila
seseorang mencoba untuk membuka atau merusak kaca. Alat ini baru bereaksi setelah terjadi proses perusakan pada benda atau bidang yang diproteksinya.
Ruang Pamer
Dapat bekerja secara
otomatis. Dapat memantau dan
segera mendeteksi lokasi kejadian.
Dapat membantu petugas untuk mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.
CCTV (Close Circuit Television) Heavy duty door contact Shock sensor / vibration sensor
Ruang
Kriteria Analisis
Alternatif Bahan
Lobby (ruang pamer
temporer)
dapat mendeteksi api dan bekerja
secara otomatis. dapat memadamkan api dalam
pencapaian area yang luas. dapat dengan segera memadamkan
api yang besar. dapat diletakkan di ruang mana
Pendeteksi panas (thermal detector). Sprinkle Emergency lighting
and fixture
Multipurpose dry –
commit to user
Tabel 4.17
Sistem Kamanan
11. Aksesbilitas
a) Akses masuk museum menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp untuk penyandang cacat.
b) Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan koridor.
Untuk ramp minimal lebar 25 inc (63,5 cm) sesuai standard Chairbound people, Barrier free design,1977.
Ruang Pamer
tetap
dapat mendeteksi api dan bekerja,
secara otomatis. dapat memadamkan api dalam
pencapaian area yang luas. dapat dengan segera memadamkan
api yang besar. dapat diletakkan di ruang mana
saja. tidak merusak koleksi karya
Pendeteksi asap (smoke detector). Multipurpose dry – cremical extinguisher Emergency lighting and fixture
commit to user