Analisis Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh: AGUNG GUNAWAN

122101044

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT serta selawat bertangkaikan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan” ini dengan sebaik-baiknya. Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta Bapak Salamun dan Mamak Supiah dengan segala usaha dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis dalam melaksanakan kuliah hingga menyelesaikan program diploma ini.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis telah banyak menerima dukungan berupa moril dan materil. Karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Syahyunan M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi pengetahuan dan membimbing saya dalam penulisan tugas akhir ini.

4. Untuk kakanda tercinta “Sugianti, Tuti Indra Maya, William Ferawati” penulis ucapkan terimakasih karena telah mendukung penulis selama kuliah hingga menyelesaikan program Diploma ini.

5. Buat teman kelompok magang Ilham, Irvan, Frisky, Ikhwan terimakasih untuk semua kerjasama, dukungan dan semangat yang selalu kalian berikan.

6. Untuk seluruh pengurus Himpunan Mahasiswa Keuangan penulis ucapkan terimakasih telah memberikan warna baru selama perkuliahan.

7. Terimakasih untuk teman-teman Diploma Keuangan Stambuk 2012 khususnya Grup A yang telah memberikan tawa, canda, sedih dan rasa saling berbagi pada masa perkuliahan selama 3 tahun ini.

8. Terimakasih atas semangat dan motivasi yang diberikan Yessi Amelia.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran kearah yang membangun untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhirnya, penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi saya dan kita semua.

Medan, Juni 2015 Penulis

Agung Gunawan NIM : 122101044


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah singkat PTPN III (persero) Medan ... 5

B. Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan ... 8

C.Struktur Organisasi ... 9

D.Job Description ... 11

E. Kegiatan Operasional Perusahaan ... 18

BAB III PEMBAHASAN A.Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya ... 20

B. Pengertian Biaya Produksi ... 24

C.Anggaran Biaya Produksi ... 25

D.Perhitungan Biaya Produksi ... 30

E. Pengawasan Biaya Produksi ... 36

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48


(6)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman Tabel 3.1 Biaya Produksi PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2009 .... 31 Tabel 3.2 Biaya Produksi PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2010 .... 32 Tabel 3.3 Biaya Produksi PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2011 .... 33 Tabel 3.4 Biaya Produksi PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2012 .... 34 Tabel 3.5 Biaya Produksi PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2013 .... 35


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman Grafik 1.1 Biaya Produksi PTPN III selama 5 (lima)Tahun ... 3 Gambar 2.1 Struktur Organisasi PTPN III ... 10


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Manajemen produksi merupakan suatu aktivitas untuk mengatur dan mengkoordinasi faktor-faktor produksi berupa modal, bahan baku, tenaga kerja, teknologi secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu produk dan jasa.

Proses produksi adalah proses pengolahan input menjadi output. Input yang dimaksud adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik yang diproses menjadi produk jadi. Sedangkan output adalah berupa produk dan jasa yang dihasilkan dalam proses produksi. Dengan kata lain untuk memperoleh suatu produk dibutuhkan suatu proses pengolahan.

Jumlah output akan dipengaruhi oleh besar atau kecilnya input dan teknologi yang digunakan. Hubungan antara jumlah penggunaan input dan jumlah output

yang dihasilkan, dengan tingkat teknologi tertentu disebut fungsi produksi. Input dalam kegiatan produksi dapat dikelompokkan menjadi input tetap atau fixed input

dan input variabel atau variable input. Input tetap adalah faktor produksi yang jumlahnya selalu tetap meskipun jumlah outputnya berubah, misalnya peralatan dan mesin-mesin. Sedangkan, Input variabel merupakan faktor produksi yang jumlahnya selalu berubah apabila output berubah, misalnya tenaga kerja dan bahan baku. (http://justkie.wordpress.com)

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang dapat dijual. Adapun unsur-unsur biaya produski yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan terdiri


(9)

dari: 1) Bahan baku langsung adalah bahan baku yang secara langsung dapat mempengaruhi proses produksi perusahaan seperti pemeliharaan tanaman menghasilkan, pemupukan, panen dan pengangkutan ke pabrik, 2) Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang yang dihasilkan seperti gaji pokok, upah lembur dan bonus, dan 3) Overhead pabrik adalah semua biaya yang tidak dapat dinyatakan secara langsung tapi dapat berpengaruh terhadap proses produksi perusahaan, adapun biaya yang termasuk biaya overhead pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah gaji, beban pemeliharaan bangunan rumah, beban asuransi, beban penerangan, dan beban persediaan air.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang bergerak dalam bidang perkebunan Kelapa Sawit dan Karet, sampai dengan tahun 2009, luas lahan yang dikelola mencapai 159.655,87 ha yang terdiri dari tanaman karet seluas 37.788,31 ha, tanaman kelapa sawit seluas 105.026,89 ha dan areal lain- lain seluas 16.840,67 ha, yang didukung oleh 11 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total Kapasitas 423,33 ton Tandan Buah Segar ( TBS)/jam, 11 unit Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas 142,41 ton karet kering (KK)/hari. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan mengelola dua jenis komoditi perkebunan berupa kelapa sawit dan karet yang dilengkapi dengan sarana pengolahan dan industri hilir kelapa sawit.

Agar dapat menentukan biaya produksi dengan benar PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan harus secara teliti memperhatikan beberapa faktor penting dalam menghasilkan karet dan sawit yang bermutu. Berdasarkan Grafik 1.1 dapat diketahui biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.


(10)

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2015.

Grafik 1.1 Biaya Produksi Karet Selama 5 Tahun di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Dari Grafik 1.1 terlihat bahwa terjadi peningkatan biaya produksi dari tahun 2009 sampai tahun 2011, namun mengalami penurunan pada tahun 2012 meskipun penurunan tidak melebihi biaya produksi pada tahun 2010 dan kembali naik pada tahun 2013, namun peningkatan biaya produksi pada tahun ini cukup signifikan karena melebihi biaya produksi pada tahun 2012. Untuk melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab meningkatnya biaya produksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut kedalam sebuah tugas akhir yang berjudul “ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN”.

2,216,191

2,582,988

3,073,950

2,772,072

3,111,490

2009 2010 2011 2012 2013

Tahun


(11)

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang, maka perumusan masalah adalah “Apakah penggunaan biaya produksi telah efisien pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan selama tahun 2009 hingga tahun 2013?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi biaya produksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan tugas akhir ini antara lain: a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan berupa saran-saran terhadap perusahaan agar dapat melakukan kegiatan produksi secara efektif dan efisien.

b. Bagi Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan biaya produksi yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

c. Bagi Peneliti Lain

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian terhadap bidang yang sama.


(12)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A.Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berada di Jl. Sei Batanghari No. 2 Medan 20122. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) selanjutnya disebut perusahaan didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, dalam rangka restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perkebunan.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Pembentukan perseroan ini mempunyai lintasan sejarah yang diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda pada tahun 1958 oleh Pemerintah

Republik Indonesia yang dikenal sebagai proses “Nasionalisasi” perusahaan

perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Embrio yang turut membentuk perseroan berasal dari NV Rubber Cultur Maatschappij Amsterdam

(RCMA) dan NV Cultur Mij’de Oeskusi (CMO) yang merupakan perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Pada tahun 1958 nama perseroan diganti menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Baru (PPN Baru) cabang Sumatera Utara. Sejalan dengan Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang berlaku pada saat itu. PPN Baru telah dua kali mengalami reorganisasi berubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) pada tahun 1974 berubah nama lagi menjadi PT. Perkebunan (Persero).


(13)

Dalam rangka peningkatan efesiensi dan efektivitas kegiatan usaha BUMN, Pemerintah telah mencanangkan program restukturisasi BUMN sub sektor perkebunan melalui penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi BUMN perkebunan yang semula berjumlah 33 BUMN perkebunan PT. Perkebunan I (Persero) sampai dengan 14 BUMN perkebunan dengan nama PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) sampai dengan PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero).

Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, tiga BUMN perkebunan yang terdiri dari PT. Perkebunan III (Persero), PT. Perkebunan IV (Persero), dan PT. Perkebunan V (Persero) disatukan sistem pengolahannya, yang pada saat itu dikoordinir oleh jajaran Direksi PT. Perkebunan III (Persero). Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 ketiga persero tersebut yang wilayah kerjanya berada di Propinsi Sumatera Utara digabungkan menjadi satu perseroan dengan nama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan akta Notaris Harun Kamil SH. No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996, sebagai tambahan dari Surat Keputusan No. 8674/1996.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 6 tanggal 12 Agustus 2008 dari Syafril Gani, SH, M.Hum, notaris di kota medan, mengenai penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan dengan


(14)

ketentuan Undang–Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Undang–Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2005 tentang pendirian, pengurusan, pengawasan dan pembubaran Badan Usaha Milik Negara, akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusannya No. AHU-73169.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 14 Oktober 2008.

Pada saat ini PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III) memiliki lahan perkebunan yang didukung dengan Pabrik pengolahan untuk masing–masing komoditi. Lahan perkebunan persero tersebar di 6 (enam) Daerah Tingkat II di Propinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Sampai dengan tahun 2009, luas lahan yang dikelola mencapai 159.655,87 ha yang terdiri dari tanaman karet seluas 37.788,31 ha, tanaman kelapa sawit seluas 105.026,89 ha dan areal lain- lain seluas 16.840,67 ha, yang didukung oleh 11 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total Kapasitas 423,33 ton Tandan Buah Segar ( TBS)/jam, 11 unit Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas 142,41 ton karet kering (KK)/hari.

Perseroan melakukan pengolahan hasil tanaman dari Kebun Sendiri, kebun PIR Plasma maupun dari pihak–pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan bentuk produk sebagai berikut:

a. Komoditi Karet : Lateks Pusingan, Crumb Rubber dan Sheet

b. Komoditi Kelapa Sawit : Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) Perseroan juga melakukan kegiatan pemasaran komoditi kelapa sawit, karet di dalam dan di luar negeri. Untuk mendukung pemasaran komoditi dan produk


(15)

yang dihasilkan, seluruh BUMN di Indonesia telah membentuk Kantor Pemasaran Bersama (KPB) yang berkedudukan di Jakarta–Indonesia.

B.Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan 1. Visi Perusahaan

Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.

2. Misi Perusahaan

Adapun misi perusahaan meliputi:

1) Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2) Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3) Memberlakukan karyawan sebagai asset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

4) Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan ”imbal hasil” terbaik bagi para investor.

5) Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

6) Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

7) Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan. 3. Tata Nilai

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi integritas profesional dan melaksanakan tata nilai yang berbasis: 1) Proactive - selalu bersikap proaktif, penuh inisiatif dan sadar akan resiko yang


(16)

2) Excellence - selalu memperhatikan keunggulan berbisnis dan bekerja keras dalam mencapai hasil maksimal sesuai kompetensi perusahaan.

3) Teamwork - selalu mengutamakan kerjasama tim, agar mampu menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.

4) Innovation - selalu menghargai kreativitas dan menghasilkan inovasi dalam metode maupun produk baru.

5) Responsibility - selalu bertanggung jawab untuk setiap keputusan yang diambil maupun tindakan yang dilakukan.

C.Struktur Organisasi

Sebuah perusahaan yang besar maupun kecil tentunya sangat memerlukan adanya struktur organisasi perusahaan, yang menerangkan kepada seluruh karyawan untuk mengerti apa tugas dan batasan-batasan tugasnya, kepada siapa dia bertanggung jawab sehingga pada akhirnya aktifitas akan berjalan secara sistematis dan terkoordinir.

Dalam struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, sumber wewenangnya berasal dari Direktur Utama yang selanjutnya didelegasikan kepada direktur terkait yang terdiri dari empat bagian; Produksi, Keuangan, Sumber Daya Manusia, dan Perencanaan & Pengembangan. Struktur Organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berbentuk organisasi garis dan staff dimana tanggung jawab dan wewenang didalam perusahaan secara vertikal dan mencerminkan hubungan antara bagian-bagian yang horizontal.

Uraian struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.


(17)

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

1. Susunan Komisaris

Pada tahun 2013, telah terjadi perubahan susunan dan struktur Dewan Komisaris berdasarkan Surat Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang

RUPS

Dewa

Ko isaris

Direktur

Uta a

Direkt

ur

Produ

Direkt

ur

Keua

Direktur

SDM/U

u

Direktur

Pere a a

a &

Pe ge

a

Kepala Bagian Tanaman Kepala Bagian Teknik Kepala Bagian Teknologi Kepala Bagian Keuangan Kepala Bagian Akuntansi Kepala Bagian Komersil Kepala Bagian Umum Kepala Bagian SDM Kepala Bagian KBL Kepala Bagia Huku & Ma aje e

Risiko Kepala Bagian Perencanaan & Pengkajian Kepala Bagian Pengembang Kepala Bagian TI & Transformasi Bisnis Kepala Bagian SPI Komite Audit Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan Kepala Bagian

Pelelangan

Distrik

Distrik

Distrik

Distrik

Distrik

Distrik Ma ager

Ma a

Ma a

Ma a

Ma a

Ma a

Ma a

Manager

Direktur Produksi Direktur Keuangan Direktur SDM/Umum Direktur Perencanaan & Pengembangan


(18)

Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara III No. SK.383/MBU/2013 tanggal 21 November 2013 dan Akta No. 02 tanggal 2 Desember 2013 dari Nanda Fauz Iwan, SH, M.Kn, notaries di Jakarta sebagai berikut:

Komisaris Utama : Joefli J. Bahroeny Komisaris Anggota : Heri Sebayang Komisaris Anggota : Sardan Marbun Komisaris Anggota : Dahlan Harap Komisaris Anggota : S. Budhisantoso 2. Susunan Direksi

Direktur Utama : Bagas Angkasa

Direktur SDM : Harianto

Direktur Pemasaran : Alexander Maha Direktur Produksi : Tengku Syahmi Johan Direktur Keuangan : Erwan Pelangi

D.Job Description

Didalam Organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sumber wewenang berasal dari RUPS dan kemudian didelegasikan kepada Dewan Komisaris, dan Dewan Komisaris mendelegasikan kepada Direktur terkait, yaitu: Direktur Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Pemasaran dan Direktur SDM. Berikut ini adalah uraian tugas Direksi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang dapat dilihat sebagai berikut:


(19)

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Tugas dan wewenang RUPS adalah sebagai berikut: a. Mengangkat dan menghentikan Dewan Komisaris.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal/asset

perusahaan sesuai dalam mencapai tujuan.

c. Mengawasi Dewan Komisaris dalam melakukan tugas yang telah dibebankan kepadanya oleh pemegang saham.

2. Dewan Komisaris

Tugas dan wewenang Dewan komisaris adalah sebagai berikut: a. Memberikan nasehat kepada pimpinan.

b. Membantu didalam menginvestasikan dana perusahaan. c. Mengawasi jalannya perusahaan.

3. Direktur Utama

Tugas dan wewenang Direktur Utama adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan kebiasaan perusahaan, sesuai dengan yang diatur didalam anggaran perusahaan, serta ketentuan yang digariskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, Menteri selaku kuasa Pemegang Saham dan Dewan Komisaris

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas para anggota direksi dan mengawasi secara umum.

c. Bersama sama dengan anggota direksi lainnya mewakili perusahaan didalam dan diluar pengadilan.

d. Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham melalui Dewan Komiaris.


(20)

e. Menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan kebijakan pemerintah.

4. Direktur Produksi

Tugas dan wewenang Direktur Produksi adalah sebagai berikut:

a. Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam kebijaksanaan direksi.

b. Melaksanakan peraturan-peraturan dan pengendalian dari unit-unit usaha dan sarana pendukungnya mencakup tanaman.

c. Melaksanakan pemberian dan pengawasan terhadap kegiatan yang tercantum pada kebijaksanaan direksi.

d. Melaksanakan rehabilitasi dan investasi dibidang tanaman maupun sarana pendukung produksi lainnya dari unit-unit usaha yang telah ada.

5. Direktur Keuangan

Tugas dan wewenang Direktur Keuangan: a. Menyusun perencanaan dibidang keuangan.

b. Menetapkan administrasi ketentuan-ketentuan dibidang keuangan.

c. Mengelola administrasi keuangan secara umum pada bidang keuangan dan perkantoran serta segala sesuatunya yang berkaitan dengan itu.

d. Melaksanakan pengendalian pengawasan terhadap bidang-bidangnya. 6. Direktur Sumber Daya Manusia

Tugas dan wewenang Direktur SDM adalah sebagai berikut:

a. Menyusun Perencanaan dibidang ketenaga kerjaan dan masalah umum serta kesejahteraan karyawan.


(21)

c. Mengelola sumber daya manusia yang ada secara umum.

d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap bidang-bidang yang dikelolanya.

7. Direktur Pemasaran

Tugas dan wewenang Direktur Pemasaran adalah sebagai berikut: a. Menyusun Perencanaan dibidang pemasaran.

b. Menetapkan ketentuan-ketentuan dibidang pemasaran.

c. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap bidang-bidang yang dikelolanya.

8. Biro Direksi

Tugas dan wewenang biro direksi adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan/menyelenggarakan pelaksanaan direksi dalam tata usaha surat menyurat (administrasi) sirkulasi/pengiriman atau penyimpanan surat-surat dan dokumentasi perusahaan.

b. Melaksanakan urusan kerumahtanggaan kantor direksi yang meliputi pemeliharaan bangunan perusahaan.

c. Mengkoordiinasi pelaksanaan tugas dan kehumasan baik dengan instansi sipil maupun ABRI.

d. Mengkoordinir pelaksanaan tugas perwakilan (LO) dan menyelenggarakan acara acara protokoler yang dibutuhkan.

9. Bagian Tanaman

Tugas dan wewenang bagian tanaman adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana jangka pendek (anggaran belanja) dalam bidang tanaman dan produksi.


(22)

b. Menyelenggarakan pengadaan bahan bahan tanaman. 10. Bagian Keuangan

Tugas dan wewenang bagian keuangan adalah sebagai berikut:

a. Membuat laporan kepada Direksi mengenai realisasi keuangan serta menyelenggarakan administrasi keuangan dan barang-barang kebutuhan masyarakat.

b. Mengurus hal-hal yang berhubungan dengan asuransi perusahaan.

c. Bekerja sama dengan bagian pemasaran hasil dan pemasukan uang dan pengendalian/pengeluaran untuk kebutuhan perusahaan.

11. Bagian Akuntansi

Tugas dan wewenang bagian akuntansi adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan akuntansi keuangan dan akuntansi biaya serta membuat laporan keuangan.

b. Menyelenggarakan pembuatan informasi manajemen, peyusunan laporan keuangan, analisa laporan keuangan dan analisa biaya.

12. Bagian Teknik

Tugas dan wewenang bagian teknik adalah sebagai berikut:

a. Membantu direksi melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam merencanakan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan mesin-mesin, sipil/bangunan baik dari kebun sendiri (inti) maupun dikebun pelasura (pir) dan daerah pengembangan.

b. Membuat rencana perawatan/pemeliharaan mesin-mesin, traksi dan bangunan sipil.


(23)

13. Bagian Sekretariat Perusahaan

Tugas dan wewenang bagian sekretariatan perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Mengurus dan menyelenggarakan rapat-rapat direksi serta menerbitkan notulen rapat baik untuk kepentingan operasional maupun kepentingan dokumentasi.

b. Mengatur tata tertib perusahaan sebagai bagian dari budaya kerja dan budaya perusahaan dan juga mengatur perusahaan, pemakaian fasilitas mess, kantor direksi, transformasi kantor direksi.

14. Bagian Pengadaan

Tugas dan wewenang bagian pengadaan adalah sebagai berikut:

a. Rumusan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan yang pengadaanya harus melalui kantor direksi serta merumuskan kebijakan prosedur pengadaan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. b. Mengadakan konsultasi dan bimbingan kepada unit-unit produksi mengenai

pelaksanaan kebijakan-kebijakan dibidang-bidang pengadaan barang dan jasa.

15. Bagian Umum

Tugas dan wewenang bagian umum adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan staf dan nonstaf.

b. Menyelesaikan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tenaga kerja, mengelola administrasi pendokumentasian.


(24)

d. Merumuskan kerja sama dan kebijakan pengamanan dijajaran perusahaan dan mengadakan hubungan kerja sama dengan aparat keamanan.

16. Bagian Sumber Daya Manusia

Tugas dan wewenang bagian sumber daya manusia adalah sebagai berikut: a. Menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek pendidikan

keselamatan dan kesejahteraan kerja dan pelayanan keselamatan.

b. Merumuskan kebijakan program pengembangan Sumber Daya Manusia (pendidikan dan pelatihan).

17. Bagian Pemasaran

Tugas dan wewenang bagian pemasaraan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana penjualan, melakukan proses penjulan serta menyiapkan administrasi penjualan sebagaimana ketentuan dan peraturan yang berlaku. b. Menentukan monitoring persediaan komoditi dan produk baik digudang/kebun, pabrik industri hilir atau tangki penyimpanan kebun atau instansi perantara serta membuat laporan penjualan secara periodik sesuai kebutuhan.

18 Bagian Teknologi Informasi (TI)

Tugas dan wewenang bagian teknologi informasi adalah:

a. Merumuskan rencana induk pengolahan data dan sistem informasi perusahaan.

b. Menyusun laporan manajemen bersama bagian-bagian terkait dalam terbentuk basis internet sesuai tugas pokok manajemen produk, operasi, keuangan, pemasaran dan sumber daya manusia.


(25)

c. Memberi masukan kepada direksi dalam bentuk kerangka sistem informasi ekslusif dan sistem pendukung keputusan.

d. Memberi masukan kepada perangkat manajemen dan manajemen mikro ditingkat kebun/unit dan rumah sakit dalam rangka membangun jaringan komunikasi data berbasis computer.

19. Bagian Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) Tugas dan wewenang bagian PUKK adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan manajerial pengusaha kecil dan koperasi yang berada di sekitar lingkungan PT Perkebunann Nusantara III (Persero).

b. Mengidentifikasi usaha-usaha kecil dan koperasi yang mempunyai potensi yang dibina dan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

20. Bagian Sistem Pengendalian Intern

Tugas dan wewenang bagian sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut:

a. Mengelola bagian pengawasan intern dan membantu Direktur Utama dalam pengawasan intern serta memberikan saran dan tidak lanjut mencapai sasaran perusahaan secara efesiensi, efektif dan ekonomis.

b. Mengelola dan bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan pemeriksaan. E.Kegiatan Operasional Perusahaan

Pada saat ini PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III) memiliki lahan perkebunan yang didukung dengan Pabrik pengolahan untuk masing–masing komoditi. Lahan perkebunan persero tersebar di 6 (enam) Daerah Tingkat II di Propinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai,


(26)

Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Sampai dengan tahun 2009, luas lahan yang dikelola mencapai 159.655,87 ha yang terdiri dari tanaman karet seluas 37.788,31 ha, tanaman kelapa sawit seluas 105.026,89 ha dan areal lain- lain seluas 16.840,67 ha, yang didukung oleh 11 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total Kapasitas 423,33 ton Tandan Buah Segar ( TBS)/jam, 11 unit Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas 142,41 ton karet kering (KK)/hari.

1) Kelapa Sawit

Produk kelapa sawit merupakan produk utama dan andalan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang mempunyai daya tarik pasar paling tinggi. Luas areal konsensi pada tahun 2009 seluruhnya mencapai 105.026,89 ha. Disamping itu perusahaan ini mengelola kebun plasma atau perkebunan inti rakyat (PIR) yang luasnya mencapai 19.553,94 Ha. Total luas keseluruhan mencapai 152.156,10 Ha. Perusahaan ini memiliki pabrik kelapa sawit yang mengolah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit atau kernel palm. Pada produk ini perusahaan tetap mempertahankan pasar yang ada serta sekaligus menerapkan strategi pasar untuk memanfaatkan peluang yang ada serta memperoleh harga terbaik.

2) Karet

Perusahaan ini juga memiliki pabrik karet yang mengolah lateks kebun dan

cup lump menjadi lateks pekat, karet remah (crumb rubber) dan karet asap lembaran atau RSS (Ribbed Smoke Sheet). Seluruh komoditi karet ini dipasarkan di dalam dan luar negeri. Untuk produk karet ini perusahaan tetap mempertahankan pasar yang ada dan terus melakukan peningkatan produktivitas dan mutu produk.


(27)

BAB III PEMBAHASAN

A.Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya

Keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya itu sendiri. Ada beberapa konsep tentang biaya, antara lain para akuntan, ahli ekonomi, insinyur dan pihak lainnya yang dihadapkan pada masalah biaya ini telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing.

Menurut Bustami dan Nurlela (2009:7), “Biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda, yaitu biaya dalam artian cost dan biaya dalam artian

expense. Dimana cost merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Namun expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Expense dimasukkan dalam Laba-Rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan”.

Menurut Mulyadi (2002:8), “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. (http://harlona.blogspot.com)

Dari definisi ini, ada 4 (empat) unsur pokok dalam biaya, yaitu: 1) Pengorbanan sumber ekonomi

2) Diukur dalam satuan uang

3) Yang telah terjadi atau kemungkinan kan terjadi 4) Mencapai tujuan tertentu


(28)

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan atas sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan yang berhubungan dengan produksi barang atau jasa untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Klasifikasi Biaya

Keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya bergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dengan aktivitas bisnis. Biaya perlu dikelompokkan sesuai dengan tujuan biaya tersebut digunakan. Sehingga berbeda biaya akan berbeda tujuan.

Carter (2009:68) menyebutkan biaya terbagi atas: 1) Biaya Tetap

Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis menigkat atau menurun.

2) Biaya Variabel

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas bisnis. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya tersebut.

3) Biaya Semivariabel

Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik- karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Misalnya


(29)

biaya listrik, gas, bensin, batu bara, beberapa perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuaransi jiwa, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas dan biaya representasi.

Menurut Bustami dan Nurlela (2009:9) “Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran biaya atau objek biaya, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran biaya atau objek biaya”.

Sementara itu, untuk tujuan penghitungan biaya produk dan jasa, biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsinya kedalam 3 (tiga) fungsional utama, antara lain:

a. Biaya Dalam Hubungan Dengan Produk 1. Biaya Produksi

a) Biaya bahan baku langsung

Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk jadi dan dapat ditelusuri langsung pada produk jadi.

b) Tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk jadi dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk jadi.

c) Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tanaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk jadi. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk jadi.


(30)

2. Biaya Non Produksi

Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Biaya non produksi juga disebut sebagai biaya komersil atau biaya operasional. Terdapat 3 (tiga) biaya non produksi, yaitu:

a) Beban Pemasaran

Beban pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan apabila produk jadi dan siap dipasarkan ketangan konsumen.

b) Beban Administrasi

Beban administrasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan kegiatan penentuan kebijakan, pengarahan, pengawasan, kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

c) Beban Keuangan

Beban keuangan adalah biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi-fungsi keuangan.

b. Biaya Dalam Hubungan Dengan Volume Produksi 1) Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per-unit tetap.

2) Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per-unit berubah.

3) Biaya Semivariabel

Biaya semivariabel adalah biaya yang didalamnya mengandung unsur tetap dan unsur variabel.


(31)

c. Biaya Dalam Hubungan Dengan Periode Waktu 1) Biaya Pengeluaran Modal

Biaya pengeluaran modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang dan dilaporkan sebagai aktiva.

2) Biaya Pengeluaran Pendapatan

Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.

B. Pengertian Biaya Produksi

Proses produksi adalah proses mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dipasarkan pada konsumen. Dalam proses produksi tentu membutuhkan pengorbanan atau biaya, dimana biaya tersebut ada yang secara langsung dapat diidentifikasi dalam proses proses produksi, namun ada juga biaya yang tidak dapat diidentifikasi dalam produk, namun dapat mendukung proses pembuatan produk.

Menurut Bustami dan Nurlela (2009:12), ”Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk, yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan.

Selanjutnya menurut Carter (2009:40), “Biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari 3 (tiga) elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung disebut sebagai biaya utama.


(32)

Tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, keduanya disebut biaya konvensi”.

Menurut Sukirno (2013:208), “Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut”.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan pengorbanan atas sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan yang berhubungan dengan produksi barang atau jasa untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Biaya produksi juga terbagi atas tiga elemen yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

C. Anggaran Biaya Produksi

Perusahaan besar maupun kecil seyogyanya membuat anggaran, karena penganggaran itu penting untuk membuat perencanaan dan untuk mengendalikan kegiatan. Perencanaan melihat kedapan, menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan suatu perusahaan. Sedangkan pengendalian melihat kebelakang, menilai hasil kerja dan membandingakan dengan rencana yang telah ditetapkan.

Adapun tujuan dari dilakukannya anggaran bagi perusahaan adalah berikut ini:

1. Memaksa manajer membuat rencana kerja 2. Tolak ukur mengevaluasi kinerja

3. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar manajer 4. Membantu pengambilan keputusan


(33)

Anggaran ialah suatu rencana tentang kegiatan perusahaan yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai tujuan dan sasaran suatu organisasi. Pada umumnya disusun secara tertulis.

Anggaran produksi dapat diartikan sebagai suatu rencana yang terperinci yang disusun oleh perusahaan untuk menentukan seluruh biaya produksi dalam satuan dimasa yang akan datang guna mencapai tujuan dan sasaran perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan definisi tersebut, maka anggaran biaya produksi terdiri dari: 1. Anggaran bahan baku

Anggaran biaya bahan baku adalah sebuah rencana terperinci yang disusun mengenai jumlah biaya bahan baku yang akan dikeluarkan pada periode tertentu di masa yang akan datang.

Metode pengendalian bahan baku, yaitu: 1) Metode siklus pesanan

Dilakukan dengan cara memeriksa secara periodik status jumlah bahan baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas. Perusahaan yang berbeda menggunakan periode waktu yang berbeda (misalnya 30, 60, 90 hari) 2) Metode minimum maksimum

Dilakukan dengan didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item persediaan berada pada kisaran tertentu, dimana jumlah maksimum untuk setiap item ditetapkan dan tingkat minimun sudah memasukan margin pengaman yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan selama siklus pemesanan kembali.


(34)

3) Just in time

Filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan, semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba di lokasi kerja pada saat dibutuhkan tepat waktu.

2. Anggaran Tenaga Kerja Langsung

Anggaran biaya tenaga kerja langsung adalah sebuah rencana terperinci mengenai jumlah biaya yang tenaga kerja langsung yang akan digunakan pada periode tertentu dimasa yang akan datang.

Departemen yang terlibat dalam perhitungan biaya tenaga kerja adalah: 1) Departemen personalia

Fungsi utama dari departemen personalia adalah untuk menyediakan tenaga kerja yang efisien dan memastikan bahwa seluruh organisasi mengikuti kebijakan personalia yang sesuai.

2) Departemen perencanaan produksi

Departemen perencanaan produksi bertanggung jawab untuk menjadwalkan pekerjaan dan memberikan perintah kerja ke departemen produksi.

3) Departemen pencatatan waktu

Departemen pencataan waktu memastikan adanya catatan yang akurat atas waktu kerja setiap karyawan.

4) Departemen penggajian

Data penggajian diproses dalam dua tahap yaitu menghitung dan menyiapkan gaji, serta mendistribusikan biaya gaji ke pesanan dan departemen.


(35)

5) Departemen biaya

Departemen biaya mencatat biaya tenaga kerja langsung pada kartu biaya pesanan atau laporan produksi departemental, serta mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung pada catatan overhead departemental yang terinci.

3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Anggaran biaya overhead manufaktur adalah suatu rencana terperinci mengenai jumlah biaya overhead yang akan dikeluarkan pada periode tertentu dimasa yang akan datang.

Untuk menyusun suatu anggaran dipergunakan suatu standar tertentu, seperti standar bahan, standar upah, dan standar biaya lainnya yang merupakan unsur-unsur biaya produksi. Biaya standar digunakan sebagai alat bantu dalam penyusunan suatu anggaran dan biaya standar ini dapat disusun berdasarkan pengalaman melalui data-data historis tahun-tahun sebelumnya ataupun melalui taksiran-taksiran dan melalui riset ilmiah.

Menurut Busatami dan Nurlela (2009:271) “Biaya standar merupakan berapa biaya yang seharusnya dicapai dan dapat diterima, dengan kinerja yang kurang memadai”.

Biaya standar adalah biaya yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan cermat atau disebut pula biaya sasaran (target cocst) yaitu biaya yang harus dicapai oleh perusahaan (Sukanto, 2000).

Jadi biaya standar ini berguna untuk memberikan pedoman kepada manajemen berupa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga meyakinkan manajemen mengurangi biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan-kegiatan lainnya.


(36)

Perencanaan bahan baku biasanya membutuhkan 4 (empat) macam sub anggaran yang sering disebut anggaran-anggaran bahan baku dan pembelian bahan baku. Adapun ke 4 (empat) sub anggaran-anggaran tersebut ialah:

1. Anggaran Bahan Baku

Anggaran bahan baku adalah angaran yang memperinci kuantitas masing-masing bahan baku yang akan digunakan dalam produksi yang akan direncanakan, dalam menyusun anggaran bahan baku perlu diketahui bahwa ada dua macam kebutuhan bahan baku yang ada di perusahaan. Yang pertama adalah kebutuhan bahan baku untuk dibeli dan kedua kebutuhan bahan baku untuk diproduksi, kedua bahan baku ini belum tentu sama jumlahnya. Kedua macam kebutuhan bahan baku ini perlu diketahui oleh manajemen. Kebutuhan bahan baku untuk proses produksi akan berhubungan erat dengan masalah harga pokok produksi sedangkan bahan baku yang akan dibeli berhubungan dengan penyediaan dana untuk pembelian bahan baku tersebut.

2. Anggaran Pembelian Bahan Baku

Anggaran pembelian bahan baku adalah anggaran yang merinci harga masing-masing bahan baku dan waktu penyerahan yang direncanakan. Besarnya bahan baku yang dibeli tergantung kepada besarnya rencana kebutuhan bahan baku ditambah saldo awal bahan baku yang diharapkan.

3. Anggaran Persediaan Bahan Baku

Anggaran persedian bahan baku adalah anggaran yang menunjukkan tingkatan persediaan bahan baku yang direncanakan baik menurut kuantitas maupun menurut harganya. Anggaran ini dimaksudkan untuk mengawasi persediaan


(37)

bahan baku di gudang dan sekaligus sebagai perencanaan yang terperinci atas jumlah bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan di gudang.

4. Anggaran Pemakaian Bahan Baku

Anggaran pemakain bahan baku adalah anggaran yang menyusun suatu suatu anggaran secara rinci mengenai jumlah dan harga setiap satuan bahan baku yang akan dugunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang jadi pada suatu periode tertentu.

D. Perhitungan Biaya Produksi

Pada umumnya perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba dengan membandingkan pendapatan yang diperolehnya dengan besarnya pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Maka dengan itu perusahaan perlu melakukan perhitungan biaya produksi untuk mengetahui seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan dan berapa besar pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Adapun tujuan dari dilakukannya perhitungan biaya produksi antara lain:

1. Untuk mengendalikan biaya

Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan mengggunakan biaya standar. Sistem ini digunakan sebagai pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut.

2. Untuk menetapkan biaya

Sebelum hasil produksi dijual, maka terlebih dahulu harus ditetapkan harga jual dari produk tersebut. Penetapan biaya ini juga merupakan hal yang paling mendasar dalam menentukan harga jual produksi. Penetapan harga jual ini juga


(38)

berhubungan secara langsung dengan tujuan perusahaan dalam menetapkan laba atau keuntungan yang semaksimal mungkin.

Berikut ini penulis sajikan laporan anggaran dan realisasi biaya produksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan selama 5 (lima) tahun dimulai dari tahun 2009 hingga 2013:

Tabel 3.1

Biaya Produksi Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Periode 1 Januari - 31 Desember 2009

Tahun 2009

URAIAN

RKAP REALISASI

Kg Biaya Kg Biaya

Beban Produksi (Rp)

Gaji & Beban Sosial 463.605.632 25.913.970.000 475.445.665 25.021.724.821 Pemeliharaan Tanaman 119.707.569.000 105.164.845.671 Pemupukan 405.189.373.000 411.223.674.474

Panen 226.436.530.000 216.648.059.351

Pengangkutan ke Pabrik 139.366.029.000 133.529.350.095 Beban Umum 235.113.403.000 214.613.654.541 Jumlah Beban Tanaman

463.605.632 1.151.726.874.000 475.445.665 1.106.201.308.953 Beban Pengolahan

463.605.632 159.124.106.000 475.445.665 166.939.765.146 Beban Produksi Excl

Penyusutan 1.310.850.980.000 1.273.141.074.099 Beban Penyusutan 91.422.120.000 108.436.081.616 Beban Prod. Incl. Peny.

Kebun 1.402.273.100.000 1.381.577.155.715

Beban Pembelian Produksi

Pihak III 150.318.197 722.895.410.000 150.761.086 790.998.551.418 Beban Pengolahan Pihak III 150.318.197 59.699.378.000 150.761.086 43.615.778.331 Beban Produksi Pihak III 782.594.788.000 834.614.329.749 Jumlah Beban Produksi

Kebun 613.923.829 2.184.867.888.000 626.206.751 2.216.191.485.464

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Pada Tabel 3.1 terlihat bahwa realisasi biaya produksi pada tahun 2009 berada diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selisih biaya tersebut


(39)

sebesar Rp. 31.323.597.464 atau sebesar 1,43%. Salah satu yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi pada tahun 2009 adalah biaya penyusutan dan biaya produksi pihak ketiga.

Tabel 3.2

Biaya Produksi Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Periode 1 Januari - 31 Desember 2010

Tahun 2010

URAIAN RKAP REALISASI

Kg Biaya Kg Biaya

Beban Produksi (Rp)

Gaji & Beban Sosial

493.524.549 26.290.664.000

493.095.922 25.447.390.118 Pemeliharaan Tanaman 135.289.321.000 122.835.761.390 Pemupukan 377.881.394.000 358.525.559.151

Panen 246.964.098.000 231.930.281.033

Pengangkutan ke Pabrik 152.100.189.000 155.984.767.991 Beban Umum 241.771.436.000 235.302.127.627 Jumlah Beban Tanaman

493.524.549 1.180.297.102.000

493.095.922 1.130.025.887.310 Beban Pengolahan

493.524.549 181.569.667.000

493.095.922 178.684.475.518 Beban Produksi Excl Penyusutan 1.361.866.769.000 1.308.710.362.828 Beban Penyusutan 134.098.797.000 143.240.401.658 Beban Prod. Incl. Peny. Kebun 1.495.965.566.000 1.451.950.764.486 Beban Pembelian Produksi Pihak III

164.741.969 858.362.219.000

175.931.407 1.078.862.415.645 Beban Pengolahan Pihak III

164.741.969 52.077.418.000 175.931.407 52.175.080.726 Beban Produksi Pihak III 910.439.637.000 1.131.037.496.371 Jumlah Beban Produksi Kebun

658.266.518 2.406.405.203.000

669.027.329 2.582.988.260.857

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Pada Tabel 3.2 biaya produksi kembali meningkat terlihat dari angka realisasi biaya produksi dimana biaya berada diatas biaya yang dianggarkan oleh perusahan. Selisih tersebut sebesar Rp. 176.583.057.857 atau sebesar 7,34%. Hal ini menunjukkan biaya produksi meningkat dari tahun sebelumnya, bahkan kali ini jauh lebih besar dari tahun 2009 yang hanya 1,43%. Sama seperti pada tahun sebelumnya, meningkatnya biaya produksi pada tahun ini disebabkan oleh biaya penyusutan dan biaya produksi pihak ketiga.


(40)

Tabel 3.3

Biaya Produksi Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Periode 1 Januari - 31 Desember 2011

Tahun 2011

URAIAN RKAP REALISASI

Kg Biaya Kg Biaya

Beban Produksi (Rp)

Gaji & Beban Sosial

493.287.412 26.881.293.000

495.157.387 25.297.350.675 Pemeliharaan Tanaman 135.318.545.000 126.388.993.723 Pemupukan 374.865.725.000 469.232.815.771

Panen 251.295.100.000 243.094.816.948

Pengangkutan ke Pabrik 154.254.883.000 174.368.284.548 Beban Umum 255.067.083.000 246.629.114.476 Jumlah Beban Tanaman

493.287.412 1.197.682.629.000 495.157.387 1.285.011.376.141 Beban Pengolahan

493.287.412 185.515.418.000

495.157.387 185.617.470.650 Beban Produksi Excl Penyusutan 1.383.198.047.000 1.470.628.846.791 Beban Penyusutan 148.017.542.000 164.540.584.085 Beban Prod. Incl. Peny. Kebun 1.531.215.589.000 1.635.169.430.876 Beban Pembelian Produksi Pihak III

204.170.201 1.220.728.871.000

206.687.343 1.378.280.056.642 Beban Pengolahan Pihak III

204.170.201 63.836.854.000

206.687.343 60.500.560.811 Beban Produksi Pihak III 1.284.565.725.000 1.438.780.617.453 Jumlah Beban Produksi Kebun

697.457.613 2.815.781.314.000

701.844.730 3.073.950.048.329

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Pada tahun 2011 biaya produksi kembali berada diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Tabel 3.3. Biaya produksi meningkat sebesar Rp. 258.214.892.453 atau sebesar 9,7%. Dapat dikatakan ini merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance). Meningkatnya biaya produksi pada tahun ini disebabkan oleh meningkatnya biaya tanaman, biaya penyusutan kebun, biaya produksi pihak ketiga. Dimana beberapa unsur pada biaya tanaman meningkat yaitu biaya pemupukan. Meningkatnya biaya pemupukan dapat disebabkan meningkatnya harga pupuk dan naiknya gaji untuk pemupukan itu sendiri. Kemudian, biaya pengangkutan ke pabrik, dimana yang dapat menyebabkan biaya ini meningkat


(41)

adalah naiknya gaji para supir truk dan meningkatnya harga bahan bakar yang digunakan kendaraan selama proses pengangkutan dari kebun ke setiap pabrik pengolahan.

Tabel 3.4

Biaya Produksi Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Periode 1 Januari - 31 Desember 2012

Tahun 2012

URAIAN

RKAP REALISASI

Kg Biaya Kg Biaya

Beban Produksi (Rp)

Gaji & Beban Sosial

508.712137 26.226.559.000

514.318.510 27.785.377.646 Pemeliharaan Tanaman 158.960.767.000 146.286.285.428 Pemupukan 440.045.758.000 388.509.148.035

Panen 263.670.642.000 260.847.193.469

Pengangkutan ke Pabrik 169.411.345.000 188.456.980.172 Beban Overhead 166.555.935.000 166.675.986.333 Jumlah Beban Tanaman

508.712137 1.224.871.006.000

514.318.510 1.178.560.971.083 Beban Pengolahan

508.712137 176.668.133.000

514.318.510 187.991.751.695 Beban Produksi Excl Penyusutan 1.401.539.139.000 1.366.552.722.778 Beban Penyusutan 173.478.453.000 200.367.098.349 Beban Prod. Incl. Peny. Kebun 1.575.017.592.000 1.566.919.821.127 Beban Pembelian Produksi Pihak III

211.650.140 1.298.371.450.000

190.644.106 1.144.004.415.102 Beban Pengolahan Pihak III

211.650.140 67.626.137.000

190.644.106 61.148.039.952 Beban Produksi Pihak III 1.365.997.587.000 1.205.152.455.054 Jumlah Beban Produksi Kebun

720.362.277 2.941.015.179.000

704.962.616 2.772.072.276.181

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Pada tahun ini biaya produksi mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, seperti yang terlihat pada Tabel 3.4 dimana realisasi biaya produksi dibawah biaya yang telah dianggarkan oleh perusahaan. Namun tetap ada biaya yang berada diatas anggaran yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu beban pengangkutan ke pabrik, beban overhead, beban pengolahan, beban penyusutan dan beban gaji dan


(42)

tunjangan karyawan. Biaya pengangkutan ke pabrik 11,24% berada diatas RKAP perusahaan, beban overhead berada 0,07% diatas RKAP, beban pengolahan 6,41 % diatas RKAP dan 5,94% diatas RKAP adalah beban gaji dan tunjangan karyawan.

Tabel 3.5

Biaya Produksi Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Periode 1 Januari - 31 Desember 2013

Tahun 2013

URAIAN

RKAP REALISASI

Kg Biaya Kg Biaya

Beban Produksi (Rp)

Gaji & Beban Sosial

527.626.751 33.027.266.000

485.256.101 33.854.439.343 Pemeliharaan Tanaman 156.327.818.000 151.046.832.977 Pemupukan 499.108.698.000 488.182.746.103

Panen 288.208.115.000 281.213.189.435

Pengangkutan ke Pabrik 185.240.113.000 191.545.139.384 Beban Overhead 176.747.177.000 180.785.704.749 Jumlah Beban Tanaman

527.626.751 1.338.659.187.000

485.256.101 1.326.628.051.991 Beban Pengolahan

527.626.751 174.828.869.000 485.256.101 175.665.338.143 Beban Produksi Excl Penyusutan 1.513.488.056.000 1.502.293.390.134 Beban Penyusutan Overhead

527.626.751 156.455.768.000 485.256.101 159.796.918.987 Beban Penyusutan Pengolahan 527.626.751 60.290.215.000 485.256.101 64.152.772.696 Beban Prod. Incl. Peny. Kebun 1.730.234.039.000 1.726.243.081.817 Beban Pembelian Produksi Pihak III

245.661.260 1.293.528.500.000

216.269.252 1.319.370.304.850 Beban Pengolahan Pihak III

245.661.260 63.941.347.000

216.269.252 65.877.176.217 Beban Produksi Pihak III 1.357.469.847.000 1.385.247.481.067 Jumlah Beban Produksi Kebun

773.288.011 3.087.703.886.000

701.525.353 3.111.490.562.884

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Setelah mengalami penurun, biaya produksi pada tahun 2013 kembali meningkat, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 3.5. Besarnya kenaikkan biaya tersebut adalah Rp. 339.41.286.703 atau 12,24% dari realisasi pada tahun sebelumnya. Biaya produksi pada tahun ini juga berada diatas anggaran yang telah tetapkan oleh perusahaan. Dimana realiasis pada tahun ini sebesar Rp. 3.111.490.562,884 dan anggaran perusahaan sebesar Rp. 3.087.703.886.000


(43)

dimana terjadi pembengkakkan anggaran sebesar Rp. 23.786.676.884 atau sebesar 0,77%. Peningakatan ini akibat dari meningakatnya salah satu beban yaitu beban gaji dan tunjangan karyawan sebesar 2,5%, beban pengangkutan ke pabrik 3,4%, beban overhead 2,28%, beban pengolahan 0,48%, dan beban penyusutan pengolahan sebesar 6,14%.

E. Pengawasan Biaya Produksi

Manajemen operasional didalam organsisasi bisnis merupakan bagian yang memproduksi barang atau jasa dalam menghasilkan produk didalam proses konversi yang menjadi elemen dasar adalah faktor masukan (In-puts factor) untuk diproses dan keluaran (outputs) sebagai hasil dari proses masukan disertai informasi umpan balik (information feedback) yang merupakan sistem operasional (Manahan, 2004).

Pengawasan biaya produksi merupakan suatu kegiatan dalam mengadakan penilaian, pengukuran dan perbaikan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan rencana pengeluaran biaya produksi yang telah dilakukan.

Pengawasan biaya produksi dilakukan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam suatu kegiatan kerja. Penyimpangan ini diukur dari realisasi kegiatan dengan anggaran yang telah ditetapkan.

Faktor-faktor pentingnya pengawasan biaya produksi adalah perubahan yang selalu terjadi baik diluar maupun didalam organisasi dan kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan dan pembenahan.

Adapun persyaratan sistem pengawasan biaya produksi yang efektif adalah pengawasan haruslah memenuhi sifat serta kebutuhan kegiatan yang ada,


(44)

pengawasan harus dapat memberikan laporan penyimpangan secepat mungkin, pengawasan harus menyatakan pola organisasi, pengawasan harus ekonomis tidak mengeluarkan biaya yang besar dan pengawasan haruslah mudah dimengerti maksud dan tujuannya.

Pengawasan biaya produksi mempunyai manfaat bagi suatu organisasi. Manfaat tersebut adalah dapat menjamin diadakannya tindakan korektif, mencegah penyimpangan atau kesalahan dan dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-peyimpangan biaya produksi, memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang terjadi meningkatkan rasa tanggung jawab setiap pegawai dalam menjalankan tugasnya.

Agar perencanaan yang telah disusun dan dijalankan PT. Perkebunan Nusantara III berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap biaya produksi. Pengawasan ini berguna untuk mengendalikan pengeluaran biaya produksi, mencegah terjadinya pemborosan, melihat pembandingan seberapa jauh pelaksanaan rencana dan biaya tercapai serta mendorong kesadaran pengendalian biaya.

Pengawasan biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III dilakukan dengan dua cara, yaitu pengawasan biaya melalui pembukuan, antara lain dengan pencatatan dan penggolongan berdasarkan pembukuan, kwitansi serta prosedur pengeluaran dan pengawasan biaya melalui perbandingan anggaran-anggaran biaya tahun lalu.


(45)

1. Pengawasan Anggaran Biaya Administrasi dan Umum

Anggaran administrasi yaitu anggaran yang berisi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang usaha perusahaan diluar kegiatan perusahaan.

Anggaran biaya umum adalah anggaran yang berisi semua biaya dikeluarkan oleh perusahaan untuk direksi dan stafnya termasuk gaji, bonus tahunan, biaya perjalanan dan administrasi kantor.

Pengawasan yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III terhadap biaya administrasi dan umum adalah:

a) Membuat Laporan Laba Rugi pada awal periode b) Mengalokasikan biaya tersebut secara tepat

c) Memeriksa bukti-bukti pengeluaran atau kwitansi-kwitansi yang terjadi.

2. Pengawasan Anggaran Biaya Overhead

a) Membuat anggaran biaya overhead

b) Menghitung penyusutan terhadap peralatan

c) Serta memperkirakan biaya operasi tidak langsung dan menganalisisnya.

3. Pengawasan Pendapatan

Pengawasan pendapatan adalah pengawasan yang dilakukan melalui kegiatan operasional organisasi, tetapi pengawasan operasional tidak akan efisien tanpa adanya pengawasan akuntansi. Pengawasan pendapatan merupakan suatu kegiatan dalam mengadakan penilaian, pengukuran dan perbaikan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan rencana pengeluaran biaya operasi yang telah dilakukan.


(46)

Agar perencanaan pendapatan yang telah disusun dan dijalankan tiap-tiap bagian PT. Perkebunan Nusantara III berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pengawasan atas pendapatan. Pengawasan ini berguna untuk mengendalikan pengeluaran biaya operasional untuk mencegah terjadinya pemborosan, melihat pembandingan seberapa jauh pelaksanaan rencana dan biaya tercapai serta mendorong kesadaran pengendalian biaya.

4. Pengawasan Anggaran Biaya Produksi

Pengawasan operasional adalah pengawasan yang dilakukan melalui kegiatan operasional organisasi, tetapi pengawasan operasional tidak akan efisien tanpa adanya pengawasan akuntansi. Pengawasan melalui anggaran biaya produksi secara keseluruhan, perencanaan biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 3.558,86/kg untuk total biayanya dengan kuantitas anggaran sebesar Rp. 2.184.867.888.000.

Pengendalian biaya produksi secara keseluruhan ini meliputi pengendalian keseluruhan total biaya produksi yang mencakup biaya tanaman, biaya pengolahan, biaya penyusutan dan biaya pembelian.

Berikut ini adalah pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) secara menyeluruh dari tahun 2009 - 2013:

1. Biaya produksi tahun 2009

Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2009 adalah Rp. 3.539,07/kg dengan total biaya sebesar Rp. 2.216.191.485.464 untuk kuantitas realisasi sebesar 626.206.751 kg.


(47)

Penyimpangan biaya produksi

Anggaran biaya produksi tahun 2009 Rp. 2.184.867.888.000 Realisasi biaya produksi tahun 2009 Rp. 2.216.191.485.464

Selisih Rp. 31.323.597.464

Selisih sebesar Rp. 31.323.597.464 (1,43%) merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).

Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2009 berada diatas anggaran disebabkan oleh:

Perbedaan Kuantitas

= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (626.206.751 – 613.923.829) x 3.558,86

= 12.282.922 x 3.558,86

= 43.713.178.380 (unfavorable variance)

Realisasi biaya produksi tahun 2009 dibandingkan dengan RKAP tahun 2009 berada diatas sebesar Rp. 31.323.597.464 atau 1,43%. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp. 3.539,07/kg tahun 2009 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2009 berada dibawah sebesar 19,79/kg atau 0,56%.

2. Biaya produksi tahun 2010

Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2010 adalah Rp. 3.860,81/kg dengan total biaya sebesar Rp. 2.582.988.260.857 untuk kuantitas realisasi sebesar 669.027.329 kg.


(48)

Penyimpangan biaya produksi

Anggaran biaya produksi tahun 2010 Rp. 2.406.405.203.000 Realisasi biaya produksi tahun 2010 Rp. 2.582.988.260.857

Selisih Rp. 176.583.057.857

Selisih sebesar Rp. 176.583.057.857 (7,34%) merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).

Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2010 berada diatas anggaran disebabkan oleh:

Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (3.860,81 – 3.655,67) x 669.027.329

= 205,14 x 669.027.329

= 137.245.083.236 (unfavorable variance)

Realisasi biaya produksi tahun 2010 dibandingkan dengan RKAP tahun 2010 berada diatas sebesar Rp. 176.583.057.857 atau 7,34%. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp. 3.860,81/kg tahun 2010 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2010 berada di atas sebesar 205,14/kg atau 5,61%.

3. Biaya produksi tahun 2011

Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2011 adalah Rp. 4.379,81/kg dengan total biaya sebesar Rp. 3.073.950.048.329 untuk kuantitas realisasi sebesar 701.844.730 kg.


(49)

Penyimpangan biaya produksi

Anggaran biaya produksi tahun 2011 Rp. 2.815.772.314.000 Realisasi biaya produksi tahun 2011 Rp. 3.073.950.048.329

Selisih Rp. 258.177.734.329

Selisih sebesar Rp. 258.177.734.329 (9,17%) merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).

Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2011 berada diatas anggaran disebabkan oleh:

Perbedaan Kuantitas

= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (701.844.730 – 697.457.613) x 4.037,19

= 4.387.117 x 4.037,19

= 17.771.624.881,23 (unfavorable variance) Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (4.379,81– 4.037,19) x 701.844.730

= 342,62 x 701.844.730

= 240.466.041.392,6 (unfavorable variance)

Realisasi biaya produksi tahun 2011 dibandingkan dengan RKAP tahun 2011 berada di atas sebesar Rp. 258.177.734.329 atau 9,17%. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp 4.379,81/kg tahun 2011 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2011 berada diatas sebesar 342,62/kg atau 8,49%.


(50)

4. Biaya produksi tahun 2012

Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2012 adalah Rp. 3.932,23/kg dengan total biaya sebesar Rp. 2.772.072.186.181 untuk kuantitas realisasi sebesar 704.962.616 kg.

Penyimpangan biaya produksi

Anggaran biaya produksi tahun 2012 Rp. 2.914.015.179.000 Realisasi biaya produksi tahun 2012 Rp. 2.772.072.186.181

Selisih Rp. 168.942.992.819

Selisih sebesar Rp. 168.942.992.819 (5,74%) merupakan penyimpangan yang menguntungkan (favorable variance).

Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2012 berada dibawah anggaran disebabkan oleh :

Perbedaan Kuantitas

= (kuantitas sesungguhnya – kuantitas standar) x harga standar = (704.962.616 – 720.362.277) x 4.082,69

= 15.399.661 x 4.082,69

= 62.872.041.968,09 (favorable variance) Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (3.932,23 – 4.082,69) x 704.962.616

= 150,48 x 701.844.730

= 105.613.594.970,4 (favorable variance)

Realisasi biaya produksi tahun 2012 dibandingkan dengan RKAP tahun 2012 berada dibawah sebesar Rp168.942.992.819 atau 5,74%. Sedangkan realisasi biaya


(51)

produksi Rp. 3.932,23/kg tahun 2012 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2012 berada dibawah sebesar 150,46/kg atau 3,69%.

5. Biaya produksi tahun 2013

Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2013 adalah Rp. 4.435,32/kg dengan total biaya sebesar Rp. 3.111.490.562.884 untuk kuantitas realisasi sebesar 701.525.353 kg.

Penyimpangan biaya produksi

Anggaran biaya produksi tahun 2013 Rp. 3.087.703.886.000 Realisasi biaya produksi tahun 2013 Rp. 3.111.490.562.884

Selisih Rp. 23.786.676.884

Selisih sebesar Rp. 23.786.676.884 (0,77%) merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).

Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2013 berada diatas anggaran disebabkan oleh :

Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (4.435,32 – 3.992,95) x 701.525.353

= 442,37 x 701.525.353

= 310.333.770.407 (unfavorable variance)

Realisasi biaya produksi tahun 2013 dibandingkan dengan RKAP tahun 2013 berada diatas sebesar Rp. 23.786.676.884 atau 0,77%. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp. 4.435,32/kg tahun 2013 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2013 berada dibawah sebesar 442,37/kg atau 11,08 %.


(52)

Dapat disimpulkan bahwa relisasi biaya produksi berada diatas ataupun dibawah biaya yang telah dianggarkan perusahaan. Adapun penyebab-penyebab realisasi biaya produksi bisa berada dibawah atau diatas biaya yang dianggarkan mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut :

1) Gaji, tunjangan dan biaya sosial karyawan, berada dibawah dan diatas biaya yang dianggarkan. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya pegawai karena adanya pegawai yang dimutasi atau pegawai yang dipindahkan kekebun lain atau pensiun, meningkatnya jumlah tunjangan karyawan dan naiknya gaji para pegawai.

2) Pemeliharaan tanaman menghasilkan juga cenderung berada dibawah angka yang dianggarkan oleh perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah gaji untuk para pekerja dibidang ini tidak terlalu banyak, atau biaya untuk peralatan pemeliharaan tanamana menghasilkan tidak terlalu banyak dikeluarkan.

3) Panen, merupakan biaya yang selalu berada dibawah angka yang dianggarkan oleh perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah pekerja dibidang ini sebagian besar adalah buruh harian lepas (BHL), sehingga gaji yang dikeluarkan perusahaan tidak terlalu banyak.

4) Biaya penyusutan berada diatas biaya yang dianggarkan. Biaya penyusutan pengolahan ini dimaksudkan penyusutan terhadap barang-barang yang secara langsung berhubungan dengan proses pengolahan.

5) Beban umum juga berada dibawah angka yang telah dianggarkan. Biaya umum biasanya meliputi biaya yang bersifat umum seperti biaya tamu, biaya untuk mengamankan areal.


(53)

6) Pada tahun 2012 dan tahun 2013 terdapat beban overhead, meskipun biaya

overhead ini berada diatas biaya yang dianggarkan namun, selisih biaya antara realisasi dan yang dianggarkan hanya sedikit. Kenaikan biaya overhead ini disebabkan oleh meningkatnya biaya yang termasuk kedalam biaya overhead. Seperti gaji, tunjangan dan biaya sosial karyawan pimpinan, beban pemeliharaan bangunan rumah, pajak, retribusi dan PBB, beban asuransi, beban penerangan dan beban persediaan air.


(54)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Setelah menganalisis dan mengevaluasi mengenai analisis biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Penyusunan Perencanaan Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dilakukan dengan menyusun anggaran biaya produksi, yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, sesuai dengan rancangan anggaran yang dibuat oleh perusahaan.

2. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan telah berupaya menerapkan fungsi perencanaan dan pengawasan anggaran biaya produksi dalam meningkatkan efisiensi, namun masih banyak mengalami penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) seperti penyimpangan biaya tanaman, penyimpangan biaya pengolahan, penyimpangan biaya penyusutan dan penyimpangan biaya pembelian.

3. Pada tahun 2012 realisasi biaya produksi berada dibawah RKAP yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan perusahaan telah berusaha melakukan efisiensi biaya produksi dengan sebaiknya. Dengan menurunnya realisasi biaya produksi diharapkan perusahaan mendapat laba yang sebaik-baiknya.

4. Dari tahun 2009 hingga 2013 realisasi biaya produksi berada diatas dan dibawah RKAP yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dimana biaya yang banyak


(55)

mempengaruhi adalah biaya gaji dan tunjangan karyawan, biaya panen, biaya pemupukan, biaya pemeliharaan tanaman, biaya pengangkutan ke pabrik, dan biaya overhead.

B.Saran

Adapun saran yang dapat diberikan agar perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan efisiensi biaya produksi dan dapat meninjau kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Perbedaan antara anggaran dengan realisasi harus terus diawasi dan setiap penyimpangan yang terjadi dianalisis guna memahami penyebabnya dan dapat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya.

2. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sebaiknya mengalokasikan semua biaya secara tepat keseluruhan bagian atau divisi yang ada dalam perusahaan, khususnya biaya operasional hendaknya dilakukan dengan lebih cermat agar anggaran biaya operasional yang disusun dapat lebih baik dan realistis.

3. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan disarankan untuk lebih meningkatkan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasi. Anggaran biaya operasi akan berperan besar dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi karena anggaran biaya operasi akan terus-menerus mengikuti perkembangan kegiatan organisasi.


(56)

49

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Stout, Cokins, 2011, Manajemen Biaya, Salemba Empat, Jakarta. Bustami, Bastian dan Nurlela, 2009, Akuntansi Biaya, Mitra Wacana Media,

Jakarta.

Carter, William K, 2009, Akuntansi Biaya, Cost Accounting, Edisi Keempat Belas, Salemba Empat, Jakarta.

Hansen & Mowen, 2000, Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalian, Salemba Empat, Jakarta.

Pengertian biaya produksi. http://harlona.blogspot.com. Diakses pada 30 April 2015.10:30.

Produksi-teori-fungsi-dan-efisiensi.http://justkie.wordpress.com. Diakses pada 30 April 2015.10:30.

Reksohardiprodjo, Sukanto, 2000, Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, 2013, Teori Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tampubolon, Manahan, P, 2004, Manajemen Operasional, Ghalia Indonesia, Jakarta.


(1)

produksi Rp. 3.932,23/kg tahun 2012 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2012 berada dibawah sebesar 150,46/kg atau 3,69%.

5. Biaya produksi tahun 2013

Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2013 adalah Rp. 4.435,32/kg dengan total biaya sebesar Rp. 3.111.490.562.884 untuk kuantitas realisasi sebesar 701.525.353 kg.

Penyimpangan biaya produksi

Anggaran biaya produksi tahun 2013 Rp. 3.087.703.886.000 Realisasi biaya produksi tahun 2013 Rp. 3.111.490.562.884 Selisih Rp. 23.786.676.884 Selisih sebesar Rp. 23.786.676.884 (0,77%) merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).

Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2013 berada diatas anggaran disebabkan oleh :

Perbedaan harga

= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (4.435,32 – 3.992,95) x 701.525.353

= 442,37 x 701.525.353

= 310.333.770.407 (unfavorable variance)

Realisasi biaya produksi tahun 2013 dibandingkan dengan RKAP tahun 2013 berada diatas sebesar Rp. 23.786.676.884 atau 0,77%. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp. 4.435,32/kg tahun 2013 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2013 berada dibawah sebesar 442,37/kg atau 11,08 %.


(2)

Dapat disimpulkan bahwa relisasi biaya produksi berada diatas ataupun dibawah biaya yang telah dianggarkan perusahaan. Adapun penyebab-penyebab realisasi biaya produksi bisa berada dibawah atau diatas biaya yang dianggarkan mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut :

1) Gaji, tunjangan dan biaya sosial karyawan, berada dibawah dan diatas biaya yang dianggarkan. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya pegawai karena adanya pegawai yang dimutasi atau pegawai yang dipindahkan kekebun lain atau pensiun, meningkatnya jumlah tunjangan karyawan dan naiknya gaji para pegawai.

2) Pemeliharaan tanaman menghasilkan juga cenderung berada dibawah angka yang dianggarkan oleh perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah gaji untuk para pekerja dibidang ini tidak terlalu banyak, atau biaya untuk peralatan pemeliharaan tanamana menghasilkan tidak terlalu banyak dikeluarkan.

3) Panen, merupakan biaya yang selalu berada dibawah angka yang dianggarkan oleh perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah pekerja dibidang ini sebagian besar adalah buruh harian lepas (BHL), sehingga gaji yang dikeluarkan perusahaan tidak terlalu banyak.

4) Biaya penyusutan berada diatas biaya yang dianggarkan. Biaya penyusutan pengolahan ini dimaksudkan penyusutan terhadap barang-barang yang secara langsung berhubungan dengan proses pengolahan.

5) Beban umum juga berada dibawah angka yang telah dianggarkan. Biaya umum biasanya meliputi biaya yang bersifat umum seperti biaya tamu, biaya untuk mengamankan areal.


(3)

6) Pada tahun 2012 dan tahun 2013 terdapat beban overhead, meskipun biaya overhead ini berada diatas biaya yang dianggarkan namun, selisih biaya antara realisasi dan yang dianggarkan hanya sedikit. Kenaikan biaya overhead ini disebabkan oleh meningkatnya biaya yang termasuk kedalam biaya overhead. Seperti gaji, tunjangan dan biaya sosial karyawan pimpinan, beban pemeliharaan bangunan rumah, pajak, retribusi dan PBB, beban asuransi, beban penerangan dan beban persediaan air.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Setelah menganalisis dan mengevaluasi mengenai analisis biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Penyusunan Perencanaan Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dilakukan dengan menyusun anggaran biaya produksi, yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, sesuai dengan rancangan anggaran yang dibuat oleh perusahaan.

2. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan telah berupaya menerapkan fungsi perencanaan dan pengawasan anggaran biaya produksi dalam meningkatkan efisiensi, namun masih banyak mengalami penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) seperti penyimpangan biaya tanaman, penyimpangan biaya pengolahan, penyimpangan biaya penyusutan dan penyimpangan biaya pembelian.

3. Pada tahun 2012 realisasi biaya produksi berada dibawah RKAP yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan perusahaan telah berusaha melakukan efisiensi biaya produksi dengan sebaiknya. Dengan menurunnya realisasi biaya produksi diharapkan perusahaan mendapat laba yang sebaik-baiknya.

4. Dari tahun 2009 hingga 2013 realisasi biaya produksi berada diatas dan dibawah RKAP yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dimana biaya yang banyak


(5)

mempengaruhi adalah biaya gaji dan tunjangan karyawan, biaya panen, biaya pemupukan, biaya pemeliharaan tanaman, biaya pengangkutan ke pabrik, dan biaya overhead.

B.Saran

Adapun saran yang dapat diberikan agar perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan efisiensi biaya produksi dan dapat meninjau kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Perbedaan antara anggaran dengan realisasi harus terus diawasi dan setiap penyimpangan yang terjadi dianalisis guna memahami penyebabnya dan dapat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya.

2. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sebaiknya mengalokasikan semua biaya secara tepat keseluruhan bagian atau divisi yang ada dalam perusahaan, khususnya biaya operasional hendaknya dilakukan dengan lebih cermat agar anggaran biaya operasional yang disusun dapat lebih baik dan realistis.

3. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan disarankan untuk lebih meningkatkan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasi. Anggaran biaya operasi akan berperan besar dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi karena anggaran biaya operasi akan terus-menerus mengikuti perkembangan kegiatan organisasi.


(6)

49

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Stout, Cokins, 2011, Manajemen Biaya, Salemba Empat, Jakarta. Bustami, Bastian dan Nurlela, 2009, Akuntansi Biaya, Mitra Wacana Media,

Jakarta.

Carter, William K, 2009, Akuntansi Biaya, Cost Accounting, Edisi Keempat Belas, Salemba Empat, Jakarta.

Hansen & Mowen, 2000, Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalian, Salemba Empat, Jakarta.

Pengertian biaya produksi. http://harlona.blogspot.com. Diakses pada 30 April 2015.10:30.

Produksi-teori-fungsi-dan-efisiensi.http://justkie.wordpress.com. Diakses pada 30 April 2015.10:30.

Reksohardiprodjo, Sukanto, 2000, Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, 2013, Teori Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tampubolon, Manahan, P, 2004, Manajemen Operasional, Ghalia Indonesia, Jakarta.