Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Subsoil dan Arang Batok Kelapa

PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN
PEMBERIAN SUBSOIL DAN ARANG BATOK KELAPA

NUR SARIF

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Bibit
Sengon pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Subsoil dan Arang
Batok Kelapa adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian
Bogor.
Bogor, Juli 2014
Nur Sarif
NIM E44100058

ABSTRAK
NUR SARIF. Pertumbuhan Bibit Sengon pada Media Bekas Tambang Pasir
dengan Pemberian Subsoil dan Arang Batok Kelapa. Dibimbing oleh BASUKI
WASIS.
Eksploitasi sumberdaya alam semakin marak dilakukan guna memenuhi
kebutuhan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Eksploitasi yang berlebihan
cenderung menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satu kegiatan tersebut
adalah kegiatan penambangan pasir. Penambangan pasir sungai yang terus
menerus dilakukan akan menyebabkan penurunan jumlah pasir di dasar sungai.
Akibatnya sungai akan mengalami kerusakan akibat penggalian yang terus
dilakukan. Selain merusak ekosistem sungai, penambangan pasir juga
menyebabkan penurunan kualitas air dan pencemaran udara. Guna mengurangi
dampak kerusakan, pemanfaatan dan pengolahan limbah penambangan sebagai
media tanam dalam langkah awal revegetasi menjadi alternatif yang bisa

dilakukan. Namun rendahnya kandungan unsur hara dan KTK serta teksturnya
yang didominasi pasir menjadi kendala dalam pemanfaatan pasir tailing sebagai
media tanam. Aplikasi penambahan subsoil dan arang batok kelapa diharapkan
dapat membantu memperbaiki kendala-kendala tersebut. Sengon merupakan
tanaman yang sangat cepat tumbuh dan memiliki potensi yang tinggi serta telah
banyak dikenal masyarakat. Tanaman ini sangat baik digunakan dalam upaya
rehabilitasi lahan pasca penambangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
interaksi penambahan subsoil dan arang batok kelapa memberikan pengaruh
pertumbuhan terbaik. Interaksi penambahan subsoil 75% dan arang 40 g (a3b2)
merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan tinggi semai sebesar 64%.
Sedangkan dalam meningkatkan pertambahan diameter, interaksi penambahan
subsoil 75% dan arang 60 g (a3b3) merupakan perlakuan terbaik dengan
penambahan diameter sebesar 87,50%. Perlakuan terbaik untuk parameter berat
basa total (BKT) dan berat kering total (BKT) ditunjukan oleh perlakuan (a3b3)
dengan % peningkatan 63,49 % dan 36,10 %. Pemberian arang secara tunggal
terbaik ditunjukan pada penambahan arang 60 g (a0b3) dengan penambahan
tinggi sebesar 47,32%. Sedangkan pemberian subsoil secara tunggal tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan semai.
Kata kunci: penambangan pasir, arang, subsoil, sengon.


ABSTRACT
NUR SARIF. Growth of Sengon on Medium Used in Sand Mine by Granting
Subsoil and Coconut Shell Charcoal. Supervised by BASUKI WASIS.
Exploitation of natural resources in order to meet the increasingly
commonplace as the needs of the population increase. Exploitation are likely to
cause environmental damage. One such activity is the mining of sand. River sand
mining will lead to a sustained decrease in the amount of sand in the river bed. As
a result, the river will be damaged by excavation continues. In addition to
damaging the ecosystem of the river, sand mining has also led to a decrease in
water quality and air pollution. In order to reduce the impact of damage,
utilization and processing of mining waste as a growing medium in a first step
into alternative revegetation can be done. However, low nutrient content and CEC
and texture of sand dominated an obstacle in the utilization of tailings sand as a
growing medium. Application subsoil and the addition of coconut shell charcoal is
expected to help improve these constraints. Sengon is a very fast growing plant
and has a high potential and has been widely known to the public. These plants
are best used in the post-mining land rehabilitation. The results showed that the
addition of the interaction of subsoil and coconut shell charcoal gives the best
growth of influence. Interaction addition of 75% subsoil and charcoal 40 g (a3b2)
is the best treatment to improve seedling height by 64%. While the increase in

diameter increment, the interaction of subsoil 75% and the addition of 60 g
charcoal (a3b3) is the best treatment with the addition of a diameter of 87.50%.
The best treatment for weight parameters in total bases (BKT) and total dry
weight (BKT) indicated by the treatment (a3b3) with a 63.49% increase% and
36.10%. Giving a single charcoal best in show at the addition of 60 g charcoal
(a0b3). Indicated by a high addition of 47.32%. While granting subsoil singly not
give significant effect on seedling growth.
Keywords: mining sand, Charcoal, subsoil, sengon

PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN
PEMBERIAN SUBSOIL DAN ARANG BATOK KELAPA

NUR SARIF

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)
pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Subsoil dan
Arang Batok Kelapa
Nama
: Nur Sarif
NIM
: E44100058

Disetujui oleh

Dr Ir Basuki Wasis, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul ”Pertumbuhan Bibit Sengon pada Media Bekas Tambang Pasir dengan
Pemberian Subsoil dan Arang Batok Kelapa”. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis pertumbuhan bibit sengon pada media bekas tambang pasir dengan
penambahan Subsoil dan arang tempurung kelapa serta mendapatkan informasi
mengenenai komposisi Subsoil dan arang batok kelapa yang tepat untuk
meningkatkan kesuburan pada media bekas tambang pasir.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membentu dalam penyusunan skripsi ini:
1. Dr. Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, dukungan serta semangat kepada penulis.

2. Keluarga besar Ustadz Faiz dan ibu Nurmilah selaku guru dan orang tua asuh
penulis yang telah memberikan bantuan, dukungan, do’a, kasih sayang dan
Pelajaran hidup kepada penulis.
3. Kedua orang tua penulis (Turipno dan Titik Suarni), keluarga besar Ustadz
Sobarudin, Wa Hadi susilo dan supi ngapiah serta keluarga di Wonosobo
(Mbak Eli, Mbak Imum, Mbak Siti, Bagus, Mas Suparman dan Mas Agung),
teman-teman satu perjuangan (Pipin Supriatna dan Jayadi), serta adik-adik
(Balqis, Nada, Pepe, Rahmah, Atikah, Luna dan Navisa) atas dukungan moral
dan meteril serta do’a dan kasih sayang yang sempurna yang diberikan kepada
penulis selama ini.
4. Kak Ziah, terima kasih untuk motivasi, bantuan dan dukungan luar biasa yang
telah dicurahkan kepada penulis. Semoga Allah memberikan tempat terindah di
sisi-Nya kepada kakak. Amien
5. Keluarga Besar Laboratorium Pengaruh Hutan (Ibu Atikah, kak Nuri, Atri, Desi
dan mas Ardiansyah) serta rekan satu bimbingan (Bayu Winata, Lastiti
Sanubari dan Fitri Maharani) atas dukungan dan bantuanya.
6. Rekan-rekan Silvikultur dan Fahutan 47 atas keceriaan, kepedulian, semangat
pantang menyerah dan kebersamaan selama 3 tahun bersama menjalani kuliah.
7. Teman-teman wisma Hj. Mi’ah (Fahmi, Asep, Ihsan dan Noval) atas doa,
dukungan dan bantuanya.

8. Beasiswa ASTAGA, BBM dan BIDIK MISI yang telah memberikan bantuan
finansial selama penulis melakukan studi di IPB.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan kekurangan dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Nur Sarif

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN


iii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE


2

Waktu dan Tempat

2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

2

Rancangan Percobaan

4

Analisis Data


5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Pengaruh Interaksi Subsoil dan Arang Terhadap Tinggi

6

Pengaruh Pemberian Subsoil dan Arang Terhadap Diameter

8

Pengaruh Interaksi Subsoil dan Arang Terhadap Berat Basah Total (BKT)

9

Pengaruh Interaksi Subsoil dan Arang Terhadap Berat Kering Total (BKT)

10

Pengaruh Interaksi Subsoil dan Arang Terhadap Nisbah Pucuk Akar (NPA) 13
Analisis Unsur Hara
SIMPULAN DAN SARAN

14
16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1 Rancangan pengamatan
2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam berbagai parameter
Pertumbuhan semai sengon
3 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang
pertumbuhan tinggi semai sengon
4 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang
pertumbuhan diameter semai sengon
5 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang
pertumbuhan berat basah total (BBT) semai sengon
6 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang
pertumbuhan berat kering total (BKT) semai sengon
7 Hasil analisis tanah

5
terhadap
6
terhadap
7
terhadap
9
terhadap
9
terhadap
10
14

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai sengon pada perbagai perlakuan
penambahan subsoil (A) dan arang batok kelapa (B)
2 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai sengon pada perbagai perlakuan
penambahan subsoil (A) dan arang batok kelapa (B)
3 Perbandingan tajuk (A) dan perakaran (B) semai sengon
4 Pertumbuhan semai sengon pada berbagai perlakuan pada akhir
pengamatan

11
12
13
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Riwayat Hidup
2 Kriteria penilaian sifat kimia tanah
3 Hasil Analisis Sifat kimia Tanah

20
21
22

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebutuhan manusia terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk. Hal ini berdampak pada semakin tingginya permintaan terhadap
kebutuhan lahan baik sebagai lokasi tempat tinggal, lahan pertanian maupun lahan
pertambangan. Akibatnya eksploitasi sumberdaya alam dan pembukaan lahan
semakin marak dilakukan. Ekploitasi sumberdaya alam yang berlebihan dan tidak
memperhatikan aspek lingkungan akan berdampak pada kerusakan alam serta
penurunan kualitas lahan. Salah satu kegiatan ekploitasi terhadap sumberdaya
alam yang berdampak pada penurunan kualitas lahan adalah kegiatan
penambangan bahan galian salah satuya penambangan pasir. Penambangan ini
sangat umum dilakukan mulai dari perusahaan-perusahaan besar yang
mendapatkan izin secara sah maupun oleh masyarakat lokal secara tradisional.
Guna menanggulangi dan mengurangi laju kerusakan lingkungan akibat
penambangan tersebut maka sangat penting dilakukan pengololaan dan
pengendalian lingkungan secara baik dan berkelanjutan. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah revegetasi lahan pasca penambangan dan pengelolaan serta
pemanfaatan limbah penambangan.
Revegetasi adalah usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas
tambang yang bertujuan untuk perbaikan biodiversitas dan pemulihan estetika
lanskap serta re-establishment komunitas tumbuhan asli secara berkelanjutan
untuk menahan erosi dan aliran permukaan (Setiadi 2006). Guna meningkatkan
keberhasilan dari kegiatan revegetasi ini maka diperlukan berbagai pendekatan
pada beberapa hal, diantaranya terhadap pemilihan jenis pohon, penyediaan bibit
tanaman, penanaman dan pemeliharaan tanaman (Setiadi 2011). Salah satu jenis
yang dapat digunakan adalah jenis-jenis tanaman fast growing species. Jenis ini
memiliki perakaran yang dalam, tajuk yang lebar serta mampu beradaptasi dengan
cepat dengan kondisi lahan yang miskin hara. Jenis yang sangat sering digunakan
dalam kegiatan revegetasi adalah sengon (Krisnawati 2011).
Selain melakukan revegetsi, pendekatan lingkungan juga sangat penting
dilakukan. Pemanfaatan limbah penambangan pasir (tailing) sebagai media tanam
menjadi pilihan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah
penambangan. Namun Rendahnya kandungan bahan organik, aktivitas
mikroorganime, kandungan hara esensial dan KTK (kapasitas tukar kation) yang
merupakan karakteristik dari media tailing menjadi kendala dalam pemanfaatan
media tailing tersebut. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dilakukan perbaikan
terhadap karakteristik media tailing yaitu dengan penambahan subsoil dan arang
tempurung kelapa.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pemberian subsoil dan arang batok kelapa terhadap
pertumbuhan semai sengon.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pertumbuhan
bibit sengon pada media bekas tambang pasir dengan penambahan subsoil dan
arang batok kelapa serta mendapatkan informasi mengenai komposisi subsoil dan
arang batok kelapa yang tepat untuk meningkatkan kesuburan pada media bekas
tambang pasir.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
efektivitas dan pengaruh pemberian subsoil dan arang batok kelapa terhadap
pertumbuhan semai sengon di media bekas tambang pasir sehingga dapat
digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam upaya revegetasi lahan bekas
penambangan pasir.

METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Bagian Ekologi Hutan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei sampai Agustus 2013. Lokasi
pengambilan media bekas penambangan pasir dilakukan di sungai Cikabayan
Bogor. Media subsoil diambil dari lokasi sekitar kampus IPB Darmaga sedangkan
analisis kandungan unsur hara pada media dilakukan di Laboratorium Kesuburan
Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, bak kecambah
berukuran 45x25x10 cm, timbangan, alat penyiram, semprotan/sprayer, straples,
gunting, st caliper, kertas koran, oven, alat tulis, alat hitung, kamera, label,
software Ms. Word, Ms. Excel, SPSS 16.0, polybag (ukuran 20 cm x20 cm) dan
tallysheet. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sengon
berumur 3 bulan dengan rata-rata tinggi sebesar 30 cm, media bekas
penambangan pasir, subsoil dan arang batok kelapa dan fungisida.

Prosedur Penelitian
Pelaksanan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap persiapan,
pemilihan bibit sengon, penyapihan bibit sengon ke media tanam yang digunakan,
pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, dan rancangan percobaan.

3
Persiapan media tanam
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sengon berumur 3
bulan dengan rata-rata tinggi 30 cm. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan dua faktorial dan 16
perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan, sehingga jumlah total
ulangan ada 48 tanaman.
Media tanam yang digunakan adalah campuran antara pasir bekas
penambangan di Sungai Cikabayan, subsoil dan arang batok kelapa. Komposisi
pertama adalah pasir 1 kg, komposisi berikutnya adalah pasir 750 gram dicampur
dengan 250 gram subsoil, 500 gram pasir dengan 500 gram subsoil dan 250 gram
pasir dengan 750 gram subsoil. Selanjutnya siapkan arang batok kelapa dengan
takaran 0 gram/tanaman, 20 gram/tanaman, 40 gram/tanaman dan 60
gram/tanaman. Arang batok kelapa ini kemudian dikombinasikan dengan
campuran pasir bekas penambangan dan subsoil sehingga didapatkan 16
perlakuan. Media tanam yang telah dibuat kemudian diinkubasi selama satu
minggu dengan pemeliharaan berupa penyiraman dan pembersihan media tanam
dari gulma yang dilakukan pada setiap pagi dan sore hari.
Pemilihan semai sengon
Semai yang dipilih adalah semai sengon yang telah berumur 3 bulan
dengan rata-rata tinggi 30 cm. Semai sengon yang dipilih adalah semai dengan
kriteria sehat, memiliki batang lurus dan daun tidak keriting.
Penyapihan
Penyapihan adalah proses pemindahan bibit sengon ke dalam polybag.
Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi terjadinya
penguapan pada semai. Kegiatan ini dilakukan satu minggu setelah media tanam
diinkubasi. Semai sengon disapih ke dalam 48 polybag yang telah diisi media
tanam berupa pasir bekas penambangan yang dicampur dengan subsoil dan arang
tempurung kelapa. Penyapihan dilakukan dengan cara memasukan semai sengon
ke dalam lubang tanam dengan membuang media dan plastik pelindung media
dari semai sengon.
Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap semai sengon yang telah disapih dilakukan dengan
penyiraman 2 kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan
dengan mempertimbangkan kondisi media tanam yang ada di dalam polybag. Jika
media terasa masih basah maka banyaknya air yang disiramkan kedalam polybag
disesuaikan sesuai kebutuhan. Selain itu juga dilakukan pembersihan gulma yang
tumbuh pada media tanam serta penyemprotan hama dan penyakit yang ada pada
bibit sengon agar tidak mengganggu pertumbuhan semai sengon, sehingga bibit
sengon tersebut dapat tumbuh dengan baik.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah diameter dan tinggi
semai sengon. Pengamatan terhadap diameter dan tinggi di lakukan selama 13
minggu dengan pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali. Diameter semai
diukur dengan menggunakan caliper pada ketinggian 2 cm di atas pangkal batang,

4
sedangkan tinggi semai diukur dengan menggunakan penggaris mulai dari
pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai.
Data yang didapatkan kemudian dicatat dan direkapitulasi di dalam tally
sheet. Pada akhir penelitian, setelah dilakukan pemanenan dilakukan pengukuran
berat basah serta berat kering akar dan pucuk. Bagian akar dan pucuk dipisah dan
ditimbang, kemudian dikeringkan dan dioven dengan suhu 80˚C selama 24 jam.
Setelah dioven, berat kering akar dan pucuk ditimbang dan dinyatakan dalam
satuan gram. Setelah mendapat berat kering akar dan pucuk dihitung nilai Nisbah
Pucuk Akar (NPA). Nisbah Pucuk Akar (NPA) adalah nilai perbandingan antara
berat kering pucuk dengan berat kering akar.

Rancangan Percobaan
Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi dan
gambaran yang diinginkan. Analisa data dilakukan secara deskriptif berdasarkan
tabulasi dan gambar serta pengujian dengan menggunakan rancangan percobaan.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan percobaan faktorial
dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama, yaitu campuran
pasir bekas tambang dengan subsoil yang terdiri dari 4 taraf. Faktor kedua, yaitu
arang batok kelapa yang terdiri dari 4 taraf. Masing-masing taraf perlakuan terdiri
dari 3 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari satu tanaman sehingga dalam
percobaan dibutuhkan 48 sengon. Untuk masing-masing faktor dirinci sebagai
berikut :
Faktor A : Campuran pasir bekas tambang dan sub soil
a0 : 1.000 g pasir dan 0 g subsoil/tanaman
a1 : 750 g pasir dan 250 g subsoil/tanaman
a2 : 500 g pasir dan 500 g subsoil/tanaman
a3 : 250 g pasir dan 750 g subsoil/tanaman
Faktor B : Arang batok kelapa
b0 : 0 g arang/tanaman
b1 : 20 g arang/tanaman
b2 : 40 g arang/tanaman
b3 : 60 g arang/tanaman
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan
dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan
dalam model linear:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk
i = Campuran subsoil dan pasir (1.000 g pasir + 0 g subsoil, 750 g
pasir + 250 g subsoil, 500 g pasir + 500 g subsoil, 250 g pasir
+ 750 g subsoil)
j = Arang batok kelapa dengan dosis (0 g, 20 g, 40 g, 60 g)
k = Ulangan 1, 2 dan 3.
Dimana :
Yijk = Nilai/respon dari pengamatan pada faktor A (subsoil dan pasir tailing)
taraf ke-i, faktor B (arang batok kelapa) taraf ke-j dan ulangan ke-k
µ
= Nilai rataan umum

5
αi
= Pengaruh perlakuan ke-i
βj
= Pengaruh perlakuan ke-j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi faktor A (subsoil dan pasir tailing) pada taraf ke-i
dengan faktor B (arang) pada taraf ke-j
εijk
= Pengaruh acak
Untuk memudahkan dalam melakukan analisis data, maka dibuat bagan
pengamatan seperti berikut:
Tabel 1 Rancangan pengamatan
Arang batok Ulangan
kelapa
a0
b0
1
a0b0-1
2
a0b0-2
3
a0b0-3
b1
1
a0b1-1
2
a0b1-2
3
a0b1-3
b2
1
a0b2-1
2
a0b2-2
3
a0b2-3
b3
1
a0b3-1
2
a0b3-2
3
a0b3-3

Subsoil dan pasir tailing
a1
a2
a1b0-1
a2b0-1
a1b0-2
a2b0-2
a1b0-3
a2b0-3
a1b1-1
a2b1-1
a1b1-2
a2b1-2
a1b1-3
a2b1-3
a1b2-1
a2b2-1
a1b2-2
a2b2-2
a1b2-3
a2b2-3
a1b3-1
a2b3-1
a1b3-2
a2b3-2
a1b3-3
a2b3-3

a3
a3b0-1
a3b0-2
a3b0-3
a3b1-1
a3b1-2
a3b1-3
a3b2-1
a3b2-2
a3b2-3
a3b3-1
a3b3-2
a3b3-3

Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan uji F.
Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika SPSS 16.0, jika :
a. Nilai P-value lebih dari α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter diameter, tinggi
dan biomasa.
b. Nilai P-value kurang dari α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter diameter, tinggi, dan
biomasa. Jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut
Duncan`s Multiple Range Test.
Hasil SPSS bisa menunjukkan rataan pengaruh yang diberikan oleh masingmasing perlakuan, tidak dapat memunculkan perlakuan mana yang memberikan
pengaruh yang berbeda, karena pada umumnya kombinasi perlakuan mana yang
berbeda tidak dipentingkan dalam percobaan. Uji lanjutan juga digunakan untuk
membandingkan perlakuan mana yang paling baik dalam percobaan. Pengujian
lanjut ini menggunakan uji Duncan karena uji inilah yang paling sering digunakan
dalam pengujian lanjut annova.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat
basah total (BBT), berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA) dari
semai sengon yang ditanam pada berbagai media yang digunakan. Hasil
rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian subsoil dan arang tempurung kelapa
terhadap pertumbuhan bibit sengon dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam berbagai parameter terhadap
pertumbuhan semai sengon
Parameter
Perlakuan
A
B
A*B
Tinggi
0.366 tn
0.030*
0.023*
Diameter
0.257 tn
0.375 tn
0.009*
BBT
0.787 tn
0.268 tn
0.005*
BKT
0.640 tn
0.135 tn
0.043*
NPA
0.735 tn
0.150 tn
0.368 tn
Keterangan :
Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan.
* = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (PrF) 0.05 (α)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian subsoil secara tunggal tidak
berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati pada selang
kepercayaan 95%. Begitu juga pemberian arang pada media tailing secara tunggal
hanya berpengaruh nyata pada parameter diameter, sedangkan interaksi pemberian
subsoil dan arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap semua parameter
yang diamati kecuali pada parameter NPA yang tidak berpengaruh nyata pada
selang kepercayaan 95%.

Pengaruh Interaksi Pemberian Subsoil dan Arang
Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan adalah bertambahnya dimensi atau ukuran dari suatu tanaman
yang merupakan akibat dari bertambahnya jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti sinar matahari, suhu, udara, air,
media tumbuh dan ketersediaan unsur hara dalam tanah (N, P, K dan lain-lain).
Media tanam merupakan perantara penyedia semua faktor-faktor pertumbuhan
tersebut kecuali sinar matahari (Hardjowigeno 2003).
Tinggi tanaman merupakan parameter pertumbhan yang memiliki respon
paling cepat dan dapat diukur sebagai indikator pertumbuhan tanaman secara
mudah jika dibandingkan dengan parameter lainya. Pertumbuhan tinggi
merupakan pertumbuhan primer, yaitu pertumbuhan akibat aktivitas sel-sel
meristem yang terdapat pada ujung batang dan akar yang menyebabkan
pertambahan panjang pada batang dan akar. Hasil uji Duncan pengaruh interaksi
subsoil dan arang terhadap pertumbuhan tinggi dapat dilihat pada Tabel 3.

7
Tabel 3 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap
pertumbuhan tinggi semai sengon.
Rata – rata pertumbuhan
% peningkatan
Perlakuan
tinggi (cm)
terhadap kontrol
a0b0
7.500 abcd
0
a0b1
11.200 abc
49.333
a0b2
6.533 cd
-12.893
a0b3
12.600 a
68.000
a1b0
7.066 bcd
5.786
a1b1
8.900 abcd
18.667
a1b2
9.200 abcd
22.667
a1b3
5.466 d
-27.120
a2b0
7.166 bcd
-4.453
a2b1
8.100 abcd
-8.000
a2b2
10.100 abcd
34.667
a2b3
12.233 ab
63.106
a3b0
5.900 d
-21.334
a3b1
6.000 cd
-20.000
a3b2
12.300 ab
64.000
a3b3
10.433 abcd
39.106
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda
nyata pada selang kepercayaan 95 %

Hasil analisis sidik ragam dan uji Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh
interaksi penambahan subsoil dan arang tempurung kelapa pada media tailing
memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi yang diamati. Perlakuan
terbaik berturut-turut ditunjukan oleh perlakuan a0b3 (dengan % peningkatan
terhadap kontrol 68.00%), a3b2 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 64.00%)
dan a2b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 63.10%). Sedangkan perlakuan
yang memberikan respon kurang baik terhadap pertumbuhan semai sengon adalah
perlakuan a1b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol -27.12%), a3b0
(dengan % peningkatan terhadap kontrol -21.33%) dan a3b1 (dengan %
peningkatan terhadap kontrol -20.00%).
Pertumbuhan tinggi yang baik pada perlakuan interaksi ini dikarenakan
pengaruh yang baik dari penambahan subsoil dan arang batok kelapa secara
interaksi pada media bekas penambangan pasir. Penambahan kedua unsur tersebut
dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik dari media bekas penambangan pasir.
Menurut Buchman and Brady (1982) subsoil adalah tanah bagian bawah
dari lapisan topsoil yang mengalami cukup pelapukan dan mengandung lebih
sedikit bahan organik dari lapisan di atasnya. Pada lapisan ini banyak terkumpul
oksidasi besi (Fe), oksida alumunium (Al), liat dan juga kalsium karbonat.
Winarna dan Sutarta (2003) juga menyatakan bahwa subsoil adalah lapisan tanah
di bawah topsoil, umumnya memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah
dibandingkan topsoil, terutama memiliki sifat kimia yang kurang baik bila
digunakan sebagai media tanam. Meskipun memiliki sifat-sifat yang kurang baik
sebagai media tanam, namun subsoil dapat menjadi alternatif untuk menggantikan
topsoil sebagai media tanam. Hal ini dikarenakan jumlahnya yang tersedia cukup
banyak di lapang, dibandingkan dengan topsoil yang berangsur-angsur semakin

8
menipis dan sulit didapatkan akibat penggunaan yang terus menerus dan terkikis
oleh erosi dan faktor-faktor lainya. Selain itu penggunaan subsoil pada media
tailing ini di harapkan dapat memperbaiki struktur tailing yang didominasi oleh
fraksi pasir dengan kandungan liatnya yang cukup tinggi. Sehingga diharapkan
kemampuan media tailing dalam menahan air semakin baik.
Arang adalah suatu bahan padat berpori yang yang dihasilkan melalui proses
pirolisis atau pembakaran dari bahan-bahan yang mengandung karbon (Kinoshita
2001). Sebagian besar porinya tersusun oleh hodrokarbon dan bahan organik
lainya yang komponenya terdiri dari abu, air, nitrogen dan sulfur. Manfaat
penambahan arang kedalam tanah sangat berguna bagi tanaman karena dapat
meningkatkan total organik karbon, memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam
tanah, sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar (Gusmailina et al. 2002).
Selain itu arang juga dapat berfunsi sebagai pengikat hara (ketika kelebihan hara)
yang dapat digunakan tanaman ketika kekurangan hara. Arang melepas kebutuhan
hara secara berlahan sesuai kebutuhan tanaman (slow release). Dengan demikian
tanaman terhindar dari keracunan dan kekurangan unsur hara. Semakin banyak
konsentrasi arang yang ditambahkan pada media memberikan respon
pertumbuhan tinggi tanaman yang semakin baik. Hal ini dikarenakan kemampuan
arang yang dapat berfungsi secara efektif untuk fiksasi dan inaktivasi karbon di
atmosfer serta konservasi lingkungan dan sebagai kondisioner tanah atau
perangsang pertumbuhan tanaman. Arang memiliki kemampuan sebagai media
pembenah tanah yang baik dalam memperbaiki struktur tanah serta sirkulasi air
dan udara dalam tanah, sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar (Iskandar
dan Santosa 2005). Selain itu arang juga mampu berperan sebagai penyerap racun
(Adsorben) pada tanah tailing yang dapat membahayakan pertumbuhan tanaman
(Istantini 2012).
Perpaduan yang baik dari sifat subsoil yang dapat memperbaiki sifat fisik
tanah, terutama tekstur tanah yang mampu memperbaiki daya pegang media
terhadap air (water holding) serta kemampuan arang dalam memperbaiki sifat
kimia tanah inilah yang memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tinggi
dari semai sengon tersebut.
Pertumbuhan Diameter
Pertumbuhan diameter merupakan salah satu faktor pertumbuhan yang sulit
diukur dalam fase semai. Pada saat usia muda/semai, tanaman cenderung akan
lebih cepat melakukan pertumbuhan ke arah vertikal (pertumbuhan tinggi).
Pertumbuhan diameter atau pertumbuhan ke arang samping disebut juga
pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder adalah aktivitas kambium
(meristem lateral) yang membentuk xilem dan floem sekunder sehingga
menyebabkan pertumbuhan diameter (Dwijoseputro 1984). Pemberian subsoil dan
arang secara interaksi memberikan kandungan hara yang cukup bagi tanaman. Hal
ini menyebabkan selain mengalami pertumbuhan tinggi yang baik, perlakuan ini
juga mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi semai sengon secara nyata.
Hasil analisis sidik ragam dan uji Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh
interaksi subsoil dan arang tempurung kelapa pada media tailing memberikan
pengaruh nyata terhadap parameter diameter. Perlakuan terbaik ditunjukan oleh
perlakuan a3b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 87.50%), a1b2
(dengan % peningkatan terhadap kontrol 88.46%), a0b1 (dengan % peningkatan

9
terhadap kontrol 65.38%) dan a0b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol
56.73%), sedangkan perlakuan a2b1 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 35.57%) dan perlakuan a3b0 (dengan % peningkatan terhadap kontrol -23.07%)
merupakan perlakuan yang memberikan respon kurang baik terhadap
pertumbuhan diamete. Hasil uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang
terhadap pertumbuhan diameter semai sengon dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap
pertumbuhan diameter semai sengon
Rata–rata pertumbuhan % peningkatan terhadap
Perlakuan
diameter (cm)
kontrol
a0b0
0.104 abc
0
a0b1
0.172 ab
65.384
a0b2
0.110 bcd
5.769
a0b3
0.163 abc
56.730
a1b0
0.160 abc
53.846
a1b1
0.143 abcd
37.500
a1b2
0.196 a
88.461
a1b3
0.096 bcd
-7.692
a2b0
0.143 abcd
37.500
a2b1
0.067 d
-35.576
a2b2
0.130 abcd
25.000
a2b3
0.113 abcd
8.653
a3b0
0.080 cd
-23.076
a3b1
0.114abcd
9.615
a3b2
0.156 abc
50.000
a3b3
0.195 a
87.500
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda
nyata pada selang kepercayaan 95 %

Berat Basah Total (BBT)
Interaksi subsoil dan arang pada media juga berpengaruh nyata terhadap
parameter berat basah total (BBT). BBT merupakan indikator untuk mengetahui
kebutuhan air dari tanaman tersebut. Faktor yang sangat berpengaruh adalah
panjang akar tanaman, jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah tunas (Tirta
2006). Berikut adalah tabel hasil uji Duncan pengaruh interaksi terhadap
parameter BBT semai sengon.
Tabel 5 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap
pertumbuhan berat basah total (BBT) semai sengon
Perlakuan
Rata–rata berat basah
% peningkatan terhadap
total (gram)
kontrol
a0b0
21.000 bcd
0
a0b1
30.000 ab
42.857
a0b2
17.666 cd
-18.875
a0b3
20.666 bcd
-1.590
a1b0
21.666 bcd
3.171
a1b1
25.666 abcd
22.219
a1b2
28.666 abc
36.504

10
a1b3
a2b0
a2b1
a2b2
a2b3
a3b0
a3b1
a3b2
a3b3

16.666 d
18.666 bcd
19.000 bcd
23.333 bcd
22.000 bcd
15.333 d
17.666 cd
21.333 bcd
34.333 a

-20.638
-11.114
-9.524
11.110
4.766
-26.985
-15.876
1.585
63.490

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuantidak berbeda
nyata pada selang kepercayaan 95 %

Hasil analisis sidik ragam dan uji Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh
interaksi subsoil dan arang tempurung kelapa pada media tailing memberikan
pengaruh nyata terhadap parameter BBT. Perlakuan terbaik ditunjukan oleh
perlakuan a3b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 63.490 %) sedangkan
perlakuan a3b0 menunjukkan perlakuan yang memberikan respon terhadap
parameter BBT yang kurang baik (dengan % peningkatan -26.985 %)
Berat Kerimg Total (BKT)
Berat kering total (BKT) merupakan parameter yang umum digunakan
untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit karena merupakan
gambaran dari efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Hal sesuai dengan
penelitian Herianto dan Siregar (2004) bahwa parameter BKT bibit dapat
menunjukkan akumulasi unsur hara pada tanaman. BKT suatu tanaman sangat
berkaitan erat dengan pertumbuhan tinggi, diameter serta berat basah tanaman.
Tabel 6 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap
pertumbuhan berat kering total (BKT) semai sengon
Perlakuan
Rata – rata berat kering % peningkatan terhadap
total (gram)
kontrol
a0b0
10.913 abc
0
a0b1
14.713 a
34.420
a0b2
10.326 bc
-5.379
a0b3
11.923 abc
9.255
a1b0
11.670 abc
6.936
a1b1
14.263 ab
30.697
a1b2
12.863 abc
17.868
a1b3
11.100 abc
1.713
a2b0
9.986 c
-8.494
a2b1
11.350 abc
4.004
a2b2
12.243 abc
12.187
a2b3
12.286 abc
12.581
a3b0
10.633 bc
-2.565
a3b1
9.720 c
-10.932
a3b2
11.453 abc
4.948
a3b3
14.853 a
36.104
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda
nyata pada selang kepercayaan 95 %

11
Hasil anaisis uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan a3b3 merupakan
perlakuan yang memiliki BKT paling baik (dengan % peningkatan 36.10%), a0b1
(dengan % peningkatan 34,42%) dan a1b1 (dengan % peningkatan 30.69%).
Sedangkan perlakuan a3b1 (dengan % peningkatan -10.93%) dan a2b0 (dengan %
peningkatan terhadap kontrol -8.49%) merupakan perlakuan yang memberikan
respon kurang baik terhadap BKT tanaman.
BKT diperoleh berdasarkan penambahan berat kering akar dan berat kering
pucuk. BKT suatu tanaman merupakan salah satu indikasi untuk mengetahui
respon tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang tersedia dalam suatu media
tumbuh dalam kondisi tertentu (Gusmailina 2002). Selanjutnya menurut Irawan
(2005), bahwa BKT merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan semai
untuk melakukan proses fisiologis dalam tanaman yang ditunjang oleh faktor
lingkungan yang memadai, salah satunya adalah kandungan hara pada media.

Tinggi (cm)

60
a0b0
a0b1
a0b2
a0b3

40
20
0
1

2

3

4

5 Waktu
6
7(minggu
8 ke-)
9 10

11

12

13

14

Tinggi (cm)

60
a1b0

40

a1b1
20

a1b2
a1b3

0
1

2

3

4

5 Waktu
6
7(minggu
8 ke-)
9 10

11

12

13

14

Tinggi (cm)

60
a2b0
40

a2b1

20

a2b2
a2b3

0
1

2

3

4

5 Waktu
6
7(minggu
8 ke-)
9 10

11

12

13

14

Tinggi (cm)

60
a3b0

40

a3b1
20

a3b2
a3b3

0
1

2

3

4

5 Waktu
6
7(minggu
8 ke-)
9 10

11

12

13

14

Gambar 1 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai sengon pada perbagai perlakuan
penambahan subsoil (A) dan arang batok kelapa (B)

12
0,6
Diameter (cm)

0,5
0,4

a0b0

0,3

a0b1

0,2

a0b2

0,1

a0b3

0,0
1

2

3

4

5

6
7
8
9 10
Waktu (minggu ke-)

11

12

13

14

0,600
Diameter (cm)

0,500
0,400

a1b0

0,300

a1b1

0,200

a1b2

0,100

a1b3

0,000
1

2

3

4

5

6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu (minggu ke-)

0,6
Diameter (cm)

0,5
a2b0

0,4

a2b1

0,3

a2b2

0,2

a2b3

0,1
0,0
1

2

3

4

5 Waktu
6
7(minggu
8 ke-)
9 10

11

12

13

14

0,700
Diameter (cm)

0,600
0,500

a3b0

0,400

a3b1

0,300

a3b2

0,200

a3b3

0,100
0,000
1

2

3

4

5

6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu (minggu ke-)

Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan diameter semai sengon pada perbagai
perlakuan penambahan subsoil (a) dan arang batok kelapa (b).

13
Gambaar 1 dan 2 di atas memperlihatkan pertumbuhan tinggi dan diameter
rata-rata semai sengon selama 14 minggu pengamatan. Perlakuan pemberian
arang secara tunggal pada media memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tinggi semai sengon. Semakin banyak dosis arang yang ditambahkan
memberikan dampak yang semakin baik terhadap pertumbuhan tinggi. Hal ini
ditunjukan pada perlakuan a0b3 dimana penambahan arang dengan dosis 60 gram
pada media memiliki penambahan tinggi yang lebih baik dari perlakuan lainya.
Pada Interaksi subsoil dan arang memperlihatkan pertumbuhan tinggi dan
diameter yang lebih baik dari perlkuan lainya. Penambahan arang dan subsoil
yang seimbang antara keduanya akan memberikan pengaruh pertumbuhan yang
lebih baik. Hal ini terlihat dari perlakuan a1b2, a2b3 dan a3b3 yang perbandingan
arang dan subsoil-nya seimbang memiliki pertumbuhan yang baik.
Nisbah Pucuk Akar (NPA)
Nisbah Pucuk Akar (NPA) dapat menunjukkan kondisi fisiologis suatu
tanaman, karena nilai tersebut tersusun atas nilai total prouksi pertumbuhan yaitu
berat kering pucuk dan berat kering akar dari suatu tanaman (Fandeli 1979).
Besaran dari nilai NPA suatu tanaman dapat menunjukkan kondisi fisik tanaman
yang berhubungan dengan ketahanan semai bila dipindahkan ke lapang.
Hasil analisis uji sidik ragam terlihat bahwa pengaruh pemberian subsoil
dan arang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai NPA dari semai
sengon. Namun demikian dari penampakan performa secara fisual dapat terlihat
bahwa kondisi perakaran dan tajuk dari perlakuan arang secara tunggal serta
pemberian subsoil dan arang secara interaksi memperlihatkan performa tajuk dan
perakaran yang lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan subsoil
secara tunggal pada media bekas penambangan pasir.

a

b

c

d

a

b

c

d

(A)
(B)
Gambar 3 Perbandingan tajuk (A) dan perakaran (B) semai sengon; (a) perlakuan
kontrol, (b) perlakuan arang secara tunggal, (c) perlakuan subsoil
secara tunggal, dan (d) perlakuan interaksi

14
Analisis Unsur Hara
Pertumbuhan suatu tanaman tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan unsur
hara pada media tanam yang digunakan. Analisis unsur hara pada media yang
digunakan menunjukkan bahwa penambahan subsoil dan arang tempurung kelapa
mampu meningkatkan kandungan unsur hara serta memperbaiki sifat fisik tanah
pada media. Sesuai dengan hasil pengamatan bahwa pemberian arang secara
tunggal dan interaksi subsoil dan arang batok kelapa memberikan pengaruh yang
baik terhadap kandungan unsur hara pada tanah. Hasil analisis tanah pada media
tanam dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil analisis tanah pada media dengan berbagai perlakuan
No
Perlakuan
Kontrol
Pasir +
Pasir +
(a0b0)
Arang
subsoil
(a0b3)
(a2b0)
1
pH
H20
6.20
6.70
5.40
KCl
5.60
6.60
4.50
2
C-Organik (%)
2.96
4.25
2.46
3
N-total (%)
0.25
0.32
0.26
4
P-tersedia
6.63
8.70
7.80
5
P HCl 25% (ppm)
69.5
92.6
90.4
6
Ca (me/100g)
10.68
9.67
7.02
7
Mg (me/100g)
2.80
2.77
2.39
8
K (me/100g)
1.79
3.33
1.54
9
Na (me/100g)
1.52
1.13
1.00
10 KTK (me/100g)
12.61
16.57
13.75
11 KB (%)
100
100
100
12 Al (me/100g)
Tr
Tr
Tr
13 H (me/100g)
0.40
0.56
0.28
14 Fe (ppm)
7.60
1.03
7.87
15 Cu (ppm)
1.03
2.24
2.72
16 Zn (ppm)
16.28
14.99
14.23
17 Mn (ppm)
35.35
32.73
34.09
18 Tekstur (%)
Pasir
49.06
38.55
36.13
Debu
40.27
42.73
34.64
Liat
10.67
18.72
29.29

Interaksi
(a3b3)
6.60
5.90
3.08
0.28
9.00
118.5
10.46
3.84
2.44
1.30
16.63
100
Tr
0.48
3.59
3.46
11.31
21.64
32.58
28.09
39.33

Hasil analisis unsur hara di atas menunjukkan bahwa pH, C-org, unsurunsur hara makro (N, P, K dan Mg) serta KTK tanah meningkat dengan
penambahan arang secara tunggal dan interaksi antara arang dan subsoil. Unsurunsur diatas adalah hal yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman dan
dibutuhkan dalam jumlah yang ideal. Kemasaman tanah (pH) sangat berpengaruh
terhadap serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. menurut Hardjowigeno
(1995) menyatakan bahwa pH tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman yaitu
6.6-7.5, dimana pada kondisi ini unsur hara tersedia dalam jumlah yang optimum.
Dari hasil analisis terlihat bahwa limbah penambangan pasir memiliki pH yang
rendah, yakni 6.20. Dengan menambahkan aplikasi arang pH naik menjadi 6.70.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar et al. (2003) bahwa aplikasi arang dapat
meningkatkan pH tanah, sehingga sering digunakan dalam memperbaiki

15
kesuburan tanah. Hal ini dikarenakan penambahan arang dapat berfungsi seperti
proses pengapuran yang dapat menetralisir kemasaman tanah. Pada penambahan
subsoil secara tunggal, pH tanah menurun dari 6.20 (perlakuan kontrol) menjadi
5.40. Menurut Koedadiri et al. (1999) menyatakan bahwa lapisan subsoil
merupakan horizon yang terbentuk akibat penimbunan liat pada lapisan bawah
aluvial, yang memiliki kadar pH tanah dan kejenuhan basa yang rendah.
C-organik menunjukkan kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah.
Secara langsung bahan organik tanah merupakan sumber senyawa-senyawa
organik yang dapat diserap tanaman meskipum dalam jumlah yang sedikit. Selain
itu kandungan bahan organik tanah juga mampu memperbaiki struktur tanah
menjadi lebih remah dan meningkatkan daya simpan air, drainase tidak berlebihan
sehingga kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil (Ali H 2005). Hasil
anaisis tanah menunjukkan bahwa penambahan arang secara tunggal dan interaksi
arang dan subsoil mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
Kandungan bahan organik tanah yang semula 2.96% meningkat menjadi 4.25%
pada aplikasi arang dan 3.08% pada aplikasi interaksi subsoil dan arang.
Menurut Siregar (2004) pemberian arang dapat meningkatkan ketersediaan
unsur-unsur hara makro pada tanah (N, P, K, Ca dan Mg). Hal ini terlihat bahwa
dari hasil analisis hampir semua perlakuan arang secara tunggal maupun interaksi
dengan subsoil mampu meningkatkan kandungan unsur-unsur hara tersebut.
Nitrogen merupakan merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman
karena merupakan penyusun utama protein. Apabila N tersedia dalam jumlah
yang cukup maka akan mampu menghasilkan protein yang lebih banyak dan
pembentukan daun akan lebih besar sehingga proses fotointesis dapat berlangsung
dengan baik.
Fospor (P) merupakan unsur kedua yang dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhan dalam jumlah besar. Secara umum unsur P berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan akar semai, memperkuat pertumbuhan tanaman muda
dan mempercepat pembungaan. Masalah yang sering dijumpai pada unsur P
adalah jumlahnya yang sedikit pada tanah. Kekurangan unsur ini dapat berdampak
pada pertumbuhan tanaman yang lambat, kerdil, perakaran dangkal, serta batang
tanaman yang lemah (Sutedjo 1999). Kalium (K) merupakan unsur hara esensial
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh
unsur hara lainya serta dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar. Menurut
Sutedjo (1999) K berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan
penyakit, serta merangsang pertumbuhan akar. Selain itu K juga berfungsi dalam
pembukaan stomata (mengatur pernafasan dan penguapan). Alumunium (Al), Besi
(Fe), dan unsur-unsur hara mikro lainya seperti Cu (tembaga), Zn (seng) dan Mn
(mangan) juga dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. unsur tersebut
dibutuhkan dalam jumlah yang kecil namun tidak terpenuhinya unsur-unsur
tersebut dapat menyababkan defisiensi. Unsur hara mikro apabila berlebihan akan
bersifat toksik (meracuni) bagi tanaman. Oleh karenanya keberadaan unsur hara
mikro tersebut harus berada pada kadar yang optimal.
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat
hubunganya dengan kesuburan tanah. KTK menunjukkan kemampuan tanah
untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut. Tanah
yang memiliki KTK tinggi akan mampu menyerap unsur hara dengan lebih baik
(Hardjowigeno 2003). Pada hasil analisis unsur hara terlihat bahwa limbah

16
penambangan pasir memiliki KTK yang rendah yakni 12.61 (me/100g). Menurut
Hardjowigeno (1995) KTK tanah tergolong rendah pada kadar 5.00-16.00
(me/100g). Penambahan arang secara tunggal mampu meningkatkan KTK tanah
menjadi 16.57 (me/100g), sedangkan interaksi arang dan subsoil mampu
meningkatkan KTK tanah menjadi 16.63 (me/100g), sehingga KTK tanah
mendekati sedang.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (