Sikap Petani Penerima Pemberdayaan

6. Sikap Petani Penerima Pemberdayaan

Dalam penelitian ini sikap petani penerima pemberdayaan yang dipaparkan adalah sikap petani setelah pemberdayaan, yang meliputi sikap kognitif, sikap afektif dan sikap konasi. Sikap kognitif petani ditunjukkan pada perhatian mereka terhadap pengetahuan usahatani padi organik. Petani inovator telah mengetahui, mengenal dan memahami pengetahuan usahatani padi organik, tetapi untuk petani pelopor dan petani biasa belum berani mengambil resiko menerapkan pengetahuan mereka dalam pelaksanaan usahatani padi organik. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan usahatani padi organik, belum menjadi perhatian mereka sepenuhnya. Bahkan yang melakukan kombinasi pupuk organik dengan an- organik semi organik, baru sebagian kecil petani, dan yang lain masih tetap menggunakan pupuk an-organik. Menurut petani pelopor baik yang penyewa maupun pemilik penggarap, perhatian mereka akan pengetahuan tentang pengolahan tanah dengan pupuk organik menjadi focus utama, mengingat kemanfaatan teknik ini terhadap perbaikan struktur dan kesuburan tanah. Adapun petani biasa baik yang pemilik penggarap, penyakap, maupun penyewa, sikap mereka hanya sampai memperhatikan saat diberi penyuluhan saja. Perhatian mereka untuk mau menerapkan lebih jauh tentang usahatani padi organik ini, belum terlihat. Sikap afektif ditunjukkan pada rasa ketertarikan petani pada usahatani padi organik. Saat dilakukan penyuluhan dan dilanjutkan dengan pelatihan ketrampilan, petani telah diberikan pengetahuan tentang usahatani padi organik disertai dengan pengetahuan pembuatan pupuk dan pestisida organik, agar mampu melaksanakan usahatani lebih mandiri dan berkelanjutan. Hal ini ditunjang mudahnya pengadaan bahan baku pupuk, yang ada disekitar petani, berupa kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan maupun sampah-sampah sisa makanan. Untuk kotoran hewan, petani sudah memahami pembuatannya. Untuk sisa tumbuh-tumbuhan, harus difermentasi dulu agar menjadi humus. Ketertarikan petani untuk mempelajari ketrampilan yang diberikan, cukup baik jika dilihat dari kesertaan mereka dalam setiap pelatihan yang diadakan. Petani pelopor maupun petani biasa, bersama-sama mengikuti pelatihan. Sikap konasi ditunjukkan dengan kesiapan petani untuk melaksanakan pengetahuan yang diperoleh dari penyuluhan dan pelatihan. Sikap ini belum dapat dilihat dalam setiap pelaksanaan usahatani padi organik sampai saat penelitian dilakukan. Petani tidak siap menanggung resiko, pada saat melakukan perubahan penggunaan pupuk an-organik ke pupuk organik. Ini terjadi pada petani pelopor maupun petani biasa. Sikap ini ditunjang alasan mereka tentang tidak terjangkaunya pupuk organik, seperti cara mendapatkan pupuk organik, karena pada umumnya mereka tidak memiliki ternak. Demikian juga jaringan pemasaran padi organik yang belum mampu mereka buat untuk keberlanjutan usaha. Selain itu pengolahan pasca panen yang memakan waktu lama, menyebabkan mereka enggan melakukan pengolahan pasca panen sendiri. Hal ini sangat berkaitan dengan modal yang dimiliki, serta kebutuhan tanam berikutnya. Untuk petani inovator, tidak memiliki sikap seperti yang dijabarkan di atas, karena selain petani dia juga pengusaha. Tabel 4.10 Sikap Petani Setelah Pemberdayaan Oleh Penyuluh Sikap petani Petani inovator Petani pelopor Petani biasa kognitif Perhatian pada pengetahuan, ditunjukan dengan diterapkan dalam pelaksanaan, dan keberanian mengambil resiko Perhatian terhadap pengetahuan ditunjukan pada pengelolaan tanah saja, dengan menggunakan sebagian kecil pupuk organik kandang dan sebagian besar pupuk kimia semi organik. Mau memperhatikan saat diberikan penyuluhan, dan sebagian kecil petani yang telah menerapkan pengelolaan tanah dengan menggunakan pupuk organik kandang dan sebagian besar pupuk kimia semi organik. afektif Ketertarikan petani pada pelaksanaan seluruh proses usahatani padi organik Ketertarikan petani pada pelatihan ketrampilan pembuatan pupuk kandang organik yang diberikan oleh penyuluh. konasi Kesiapan menanggung resiko, dalam usahatani padi organik Kesiapan untuk menanggung resiko belum tumbuh. Mereka hanya menggunakan sebagian kecil proses usahatani padi organik. Sumber data : wawancara

7. Ketrampilan Skill Petani dalam Usahatani Padi Organik