Kemampuan kolonisasi akar oleh FMA dalam penelitian ini dipengaruhi oleh kandungan P yang sangat rendah. Oleh karena itu, kandungan P yang sangat rendah
dapat merangsang kolonisasi FMA. Smith dan Read 1997 menyatakan bahwa pada ketersediaan P yang rendah akan merangsang kolonisasi FMA. Oleh karena itu,
kolonisasi FMA lebih cepat terbentuk pada kondisi kandungan P yang rendah. Faktor lain yang juga mempengaruhi persentase kolonisasi adalah curah
hujan. Pada saat pengambilan sampel, curah hujan bulanan di lapangan berkisar 269 mm. Kriteria ini tergolong sedang karena berada di antara 101-300 mm BMKG,
2013. Pada kondisi seperti ini kecepatan perkecambahan spora meningkat sehingga kolonisasi pada akar tanaman juga meningkat. Clark 1997 menyatakan bahwa
adanya air yang cukup dari curah hujan akan membantu proses perkecambahan spora FMA sehingga meningkatkan kolonisasi FMA. Pengaruh perubahan musim ini
berhubungan dengan aktivitas tanaman inang dan FMA itu sendiri. FMA adalah simbion obligat. Oleh karena itu, semua faktor yang mempengaruhi tanaman inang
juga mempengaruhi FMA. Kondisi terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman inang akan memberikan pertumbuhan dan perkembangan terbaik bagi FMA.
4.4 Tipe dan Karakteristik Spora FMA
Pengamatan spora FMA yang ditemukan dari lapangan maupun trapping memiliki tipe dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik yang
ditemukan berdasarkan bentuk spora, permukaan spora, dinding spora, warna, dan tangkai spora Hyphal attachment. Hasil isolasi dan identifikasi dari lapangan hanya
terdapat 1 genus spora FMA yaitu Glomus yang terdiri dari 21 tipe spora. Kemudian hasil trapping terdapat 2 genus spora FMA yaitu Glomus 26 tipe spora dan
Acaulospora 3 tipe spora. Tipe dan karakteristik spora yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Tipe dan karakteristik spora FMA dari lapangan dan trapping
Tipe spora Reaksi dengan
Melzer’s Karakteristik
Lapangan Trapping
Glomus sp. 1 Tidak bereaksi
Spora berwarna coklat kehitaman, berbentuk bulat,
permukaan relatif kasar dan berdinding tebal. Tidak
mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 2 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat,
berbentuk bulat, permukaan relatif kasar dan berdinding
tebal. Tidak mempunyai tangkai spora Hyphal
attachment
Glomus sp. 3 Tidak bereaksi
Spora berwarna coklat, berbentuk bulat, permukaan
relatif kasar dan berdinding tipis. Tidak mempunyai
tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 4 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat,
berbentuk bulat, permukaan halus dan berdinding tebal.
Tidak mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 5 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan agak kasar,
terdapat lipatan pada bagian dalam dan berdinding tipis.
Tidak mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 6 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kemerahan, berbentuk lonjong, permukaan halus
dan berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan
Glomus sp. 7 Tidak bereaksi
Spora berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat,
permukaan kasar dan berdinding tipis. Tidak
mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 8 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan relatif kasar,
terdapat lipatan pada bagian dalam dan berdinding tipis.
Tidak mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 9 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat,
berbentuk bulat, permukaan kasar dan berdinding tebal.
Tidak mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 10 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan halus, terdapat
lipatan pada bagian dalam dan berdinding tebal. Tidak
mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 11 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan agak kasar dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
Glomus sp. 12 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat–
orange, berbentuk bulat, permukaan halus, terdapat
lipatan pada bagian dalam dan berdinding tebal. Tidak
mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan
Glomus sp. 13 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan agak kasar dan
berdinding tipis. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
Glomus sp. 14 Tidak bereaksi
Spora berwarna coklat kekuningan, berbentuk bulat,
permukaan halus dan berdinding tebal. Tidak
mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 15 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehitaman, berbentuk bulat, permukaan kasar dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
Glomus sp. 16 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan halus dan
berdinding tipis. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
Glomus sp. 17 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehitaman, berbentuk bulat, permukaan agak kasar dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
Glomus sp. 18 Tidak bereaksi
Spora berwarna coklat, berbentuk bulat, permukaan
agak kasar dan berdinding tebal. Tidak mempunyai
tangkai spora Hyphal attachment
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan
Glomus sp. 19 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehijauan, berbentuk bulat, permukaan agak kasar,
terdapat lipatan pada bagian dalam dan berdinding tipis.
Tidak mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 20 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat,
berbentuk bulat, permukaan halus, terdapat lingkaran
hitam pada bagian dalam dan berdinding tebal. Tidak
mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Glomus sp. 21 −
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehijauan, berbentuk bulat, permukaan relatif kasar dan
berdinding tipis. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 22
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehitaman, berbentuk bulat, permukaan halus dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 23
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehijauan, berbentuk bulat, permukaan halus dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 24
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehijauan, berbentuk bulat, permukaan kasar dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 25
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehijauan, berbentuk bulat, permukaan kasar, terdapat
lipatan pada bagian dalam dan berdinding tipis. Tidak
mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan
− Glomus sp. 26
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehitaman, berbentuk bulat, permukaan kasar dan
berdinding tipis. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 27
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehijauan, berbentuk bulat, permukaan agak kasar dan
berdinding tipis. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 28
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat,
berbentuk bulat, permukaan agak kasar dan berdinding
tipis. Tidak mempunyai tangkai spora Hyphal
attachment
− Glomus sp. 29
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kemerahan, berbentuk bulat, permukaan relatif kasar dan
berdinding tipis. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 30
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat–
orange, berbentuk bulat, permukaan agak kasar dan
berdinding tipis. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 31
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kemerahan, berbentuk bulat, permukaan agak kasar dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 32
Tidak bereaksi Spora berwarna kuning
kemerahan, berbentuk bulat, permukaan agak kasar dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan
− Glomus sp. 33
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kehijauan, berbentuk lonjong, permukaan agak
kasar dan berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai
spora Hyphal attachment
− Glomus sp. 34
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kemerahan, berbentuk bulat, permukaan arelatif kasar dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 35
Tidak bereaksi Spora berwarna kuning
kehitaman, berbentuk bulat, permukaan halus, terdapat
lingkaran pada bagian dalam dan berdinding tebal. Tidak
mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
− Glomus sp. 36
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kemerahan, berbentuk bulat, permukaan kasar dan
berdinding tipis. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Glomus sp. 37
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat–
orange, berbentuk bulat, permukaan halus dan
berdinding tipis. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
−
Glomus sp. 38 Tidak bereaksi
Spora berwarna coklat kekuningan, berbentuk bulat,
permukaan relatif kasar dan berdinding tebal. Tidak
mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
− Glomus sp. 39
Tidak bereaksi Spora berwarna merah
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan halus dan
berdinding tebal. Mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan
− Glomus sp. 40
Tidak bereaksi Spora berwarna merah
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan halus dan
berdinding tebal, memiliki gerigi. Tidak mempunyai
tangkai spora Hyphal attachment
− Glomus sp. 41
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan agak kasar dan
berdinding tebal, terdiri dari 2 lapis. Tidak mempunyai
tangkai spora Hyphal attachment
− Glomus sp. 42
Tidak bereaksi Spora berwarna coklat
kekuningan, berbentuk bulat, permukaan kasar dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Acaulospora sp. 1
Bereaksi Spora berwarna kuning,
berbentuk bulat, permukaan kasar dan berdinding tebal.
Tidak mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
− Acaulospora sp. 2
Bereaksi Spora berwarna kuning
kehijauan, berbentuk bulat, permukaan kasar dan
berdinding tebal. Tidak mempunyai tangkai spora
Hyphal attachment
− Acaulospora sp. 3
Bereaksi Spora berwarna merah,
berbentuk bulat, permukaan kasar dan berdinding tebal.
Tidak mempunyai tangkai spora Hyphal attachment
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 3 tipe spora hasil trapping lebih beragam dibandingkan dari lapangan. Hal ini diduga karena jumlah spora yang ditemukan di lapangan lebih
sedikit dibandingkan hasil trapping. Jumlah spora yang lebih banyak pada saat isolasi kemungkinana akan diikuti dengan bertambahnya tipe spora FMA.
Dalam penelitian ini, jumlah keseluruhan spora FMA yang dihasilkan sebanyak 45 tipe spora yaitu, 42 tipe Glomus dan 3 tipe Acaulospora. Hal ini
menunjukkan bahwa tipe Glomus mempunyai tingkat penyebaran yang lebih luas dibandingkan Acaulospora Tabel 4. Hasil penelitian Nadarajah dan Nawawi 1993;
Nurhalisyah 2012; Widiastuti dan Kramadibrata 1993; dan Kartika 2006 juga menunjukkan bahwa tipe Glomus lebih sering ditemukan daripada tipe lainnya pada
areal perkebunan kelapa sawit yang masing-masing memperoleh 7 tipe Glomus, 1 tipe Sclerocystis, 2 tipe Acaulospora, dan 2 tipe Gigaspora; 19 tipe Glomus dan 3 tipe
Acaulospora; 7 tipe Glomus dan 4 tipe Acaulospora; dan 7 tipe Glomus dan 5 tipe Acaulospora. Selain itu, penelitian lain yang juga menunjukkan bahwa tipe Glomus
memiliki kehadiran paling tinggi Songachan dan Kayang, 2011; Hindumathi dan Reddy, 2011; Muzakkir, 2010; Shi et al., 2007; Puspitasari et al., 2012; Pulungan,
2010; Nurhandayani et al., 2013. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat penyebaran tipe Glomus disebabkan oleh daya adaptasi yang tinggi
terhadap kondisi lingkungan dibandingkan genus lainnya Johnson-Green et al., 1995; Shi et al., 2007; Siguenza et al., 1996.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Sebaran tipe spora FMA di lapangan dan trapping
No Tipe Spora
Lapangan Trapping
Afd. 1 Afd. 2
Afd. 3 Afd. 1
Afd. 2 Afd. 3
1 Glomus sp. 1
+ -
- -
+ -
2 Glomus sp. 2
+ -
- -
- -
3
Glomus sp. 3 +
- -
+ -
-
4 Glomus sp. 4
+ -
- -
- -
5 Glomus sp. 5
+ -
- -
- -
6 Glomus sp. 6
+ -
+ -
- -
7 Glomus sp. 7
+ -
- +
- -
8 Glomus sp. 8
- +
- -
- -
9 Glomus sp. 9
- +
- -
- -
10 Glomus sp. 10
- +
- -
- -
11 Glomus sp. 11
- +
- -
- -
12 Glomus sp. 12
- +
- -
- -
13 Glomus sp. 13
- +
- -
- -
14 Glomus sp. 14
- +
+ -
+ -
15 Glomus sp. 15
- -
+ -
- -
16 Glomus sp. 16
- -
+ -
- -
17 Glomus sp. 17
- -
+ -
- -
18 Glomus sp. 18
- -
+ +
- -
19 Glomus sp. 19
- -
+ -
- -
20 Glomus sp. 20
- -
+ -
- -
21 Glomus sp. 21
- -
+ -
- -
22 Glomus sp. 22
- -
- +
- -
23 Glomus sp. 23
- -
- +
- -
24 Glomus sp. 24
- -
- +
- -
25 Glomus sp. 25
- -
- +
- -
26 Glomus sp. 26
- -
- +
+ -
27 Glomus sp. 27
- -
- +
+ -
28 Glomus sp. 28
- -
- +
+ -
29 Glomus sp. 29
- -
- +
+ -
30 Glomus sp. 30
- -
- +
+ -
31 Glomus sp. 31
- -
- +
+ -
32 Glomus sp. 32
- -
- +
- -
33 Glomus sp. 33
- -
- -
+ -
34 Glomus sp. 34
- -
- +
+ -
35 Glomus sp. 35
- -
- -
+ -
36 Glomus sp. 36
- -
- -
+ -
37 Glomus sp. 37
- -
- -
+ -
38 Glomus sp. 38
- -
- -
- +
39 Glomus sp. 39
- -
- -
- +
40 Glomus sp. 40
- -
- -
- +
41 Glomus sp. 41
- -
- +
+ +
42 Glomus sp. 42
- -
- -
- +
43 Acaulospora sp. 1
- -
- -
- +
44 Acaulospora sp. 2
- -
- -
- +
45 Acaulospora sp. 3
- -
- -
- +
Keterangan: + kehadiran FMA; - ketidakhadiran FMA
Universitas Sumatera Utara
Puspitasari et al. 2012 menyatakan keanekaragaman tipe spora FMA yang tinggi disebabkan oleh kondisi lingkungan yang lebih sesuai, optimal, dan
kompatibel, serta tidak adanya jamur antagonis yang menghambat sporulasi FMA. Dengan demikian, kondisi seperti ini dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan spora FMA. Faktor lain yang juga mempengaruhi tipe spora FMA adalah waktu
pengambilan sampel. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel hanya dilakukan dalam satu kali sehingga tipe-tipe spora FMA yang diperoleh belum tentu mewakili
seluruh spora dari genus yang berbeda. Kemungkinan ada spora yang belum terbentuk saat dilakukan pengambilan sampel. Delvian 2003 menyatakan bahwa
adanya perubahan tipe spora FMA dalam setiap pengamatan pengambilan sampel, sehingga setiap tipe FMA membentuk spora pada saat yang berbeda, tergantung
fenologi dan responnya terhadap tanaman inang. Hal ini didukung oleh penelitian Hall 1984 yang menunjukkan bahwa tipe spora FMA yang dihasilkan setiap
tahunnya tidak sama karena ada beberapa tipe spora FMA yang penyebarannya terbatas. Oleh karena itu, spora yang terkumpul dari satu wilayah dalam satu waktu
tidak mewakili seluruh spora yang ada dari tipe FMA yang ada pada wilayah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN