Potensi Pengembangan Usaha Ternak Jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI
KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN
PANCORAN MAS, KOTA DEPOK

SKRIPSI
REINA SANTI SIREGAR

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

RINGKASAN
REINA SANTI SIREGAR. D34101034. Potensi Pengembangan Usaha Ternak
Jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota
Depok. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setyono, MSi.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Asnath M. Fuah, MS.
Perkembangan peternakan yang ada saat ini tidak hanya pada ternak
konvensional tetapi juga pada ternak non-konvensional yang mempunyai prospek

yang menjanjikan. Hal tersebut dikarenakan modal yang dibutuhkan kecil, mudah
untuk dikembangkan dan dibudidayakan serta dapat diusahakan pada lahan sempit.
Jangkrik sebagai salah satu ternak non-konvensional berpotensi sebagai sumber
protein hewani.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Potensi biologi jangkrik
yang dibudidayakan di Kelurahan Rangkapanjaya Baru; (2) Potensi sumberdaya dan
lingkungan usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru; (3) Potensi
bisnis usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2005 di Kelurahan
Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Desain penelitian
berupa studi kasus dengan responden terdiri dari peternak jangkrik, pedagang
jangkrik dan masyarakat sekitar peternakan jangkrik. Data yang dikumpulkan adalah
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak jangkrik (6
orang), pedagang jangkrik (14 orang) dan masyarakat (30 orang) melalui wawancara
dengan bantuan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif,
pendapatan, R/C ratio dan trend permintaan.
Hasil penelitian menunjukkan jangkrik yang dibudidayakan para peternak di
Kelurahan Rangkapanjaya Baru yaitu jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus). Jenis
jangkrik ini mempunyai laju pertumbuhan yang cepat yaitu 70 hari, dengan demikian
dapat dipanen dengan cepat. Jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara 100-250

butir.
Pengembangan usaha ternak jangkrik perlu didukung dengan sumberdaya
bahan baku dan dukungan lingkungan lokasi usaha ternak. Ketersediaan bahan baku,
yaitu bibit dan pakan sayuran dapat diperoleh dengan mudah. Bibit jangkrik dapat
diperoleh dari pembibitan dan alam. Pakan sayuran yang digunakan berupa daun
singkong dan daun pepaya. Peternak dapat memanfaatkan sayuran yang ada di
lingkungan sekitar rumah.
Masyarakat di Kelurahan Rangkapanjaya Baru menerima dengan baik
keberadaan usaha ternak jangkrik di lingkungan mereka. Adanya usaha ternak
tersebut dapat mengurangi jumlah penggangguran yang ada. Usaha ternak jangkrik
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Usaha ternak jangkrik mempunyai potensi bisnis untuk dikembangkan, hal ini
dapat dilihat dari tingkat pendapatan dan R/C rationya. Penerimaan peternak dari
hasil penjualan jangkrik adalah sebesar Rp. 33.738.435. Biaya total yang dikeluarkan
oleh peternak setiap tahunnya sebesar Rp. 23.900.730 dengan biaya terbesar berasal
dari biaya tenaga kerja. Margin kotor yang diterima peternak yaitu sebesar

Rp.12.123.393. Pendapatan bersih yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan
biaya adalah sebesar Rp. 9.837.705 per tahun. Nilai R/C ratio usaha ternak jangkrik
adalah sebesar 1,410; dimana setiap rupiah yang diinvestasikan akan memberikan

penerimaan sebesar Rp. 1,410.
Potensi pasar usaha ternak jangkrik dapat dilihat dari trend permintaan
jnagkrik. Persamaan yang digunakan untuk meramalkan trend permintaan jangkrik
adalah: Y = 397.646,41 + 15.749,49X – 820,27X2 + 22,04X3. Hasil peramalan
permintaan menunjukkan bahwa trend permintaan jangkrik mempunyai
kecenderungan untuk meningkat pada masa yang akan datang. Hal tersebut
menunjukkan ternak jangkrik mempunyai potensi pasar yang besar.
Kata-kata kunci: potensi, usaha ternak jangkrik, pendapatan, trend, persepsi.

ABSTRACT
The Potency of Cricket’s Farming Development
Siregar, R.S, D.J. Setyono and A.M. Fuah
Cricket’s farming have potency to be developed as a profitable business. The potency
is seen from biological aspects, potency of resources and environmental and also
business potency. From the biological point of view, cricket was very efficient, with
short live cycle (±70 days) and high egg production (100-250 eggs/cycle). Farmer
harvested crickets 6 time every year. Egg’s production of cricket as much as 100-250
eggs with 20% mortality rate. The main component for cricket breeding are breed
stock and feed. Breed stock was obtained from breeder and the environment. The
parent stock were obtained from the environment has good body resistence. Feed,

especially vegetable were obtained from the surrounding environment around the
house. Papaya and cassava tree can be found easily in Kelurahan Rangkapanjaya
Baru. The cricket’s farming was well accepted by the community. The existence of
cricket’s farming can reduce the unemployment in Kelurahan Rangkapanjaya Baru
and cricket’s farming doesn’t has any negative impact to the environment. Business
potency from cricket’s farming can be seen from the farmer’s income and market
potency. The income of farmers received from cricket’s farming were Rp.9.837.705
per year and the economic of scale is 58 box. The biggest cost spent for labor cost as
much as 61,09% from total cost. Cricket’s revenue is much to Rp.33.738.435 per
year. R/C ratio of cricket’s farming were 1,41. Market potency seen by the trend of
cricket’s demand used time series analysis. The result of forecasting of cricket’s
demand using equation: Y = 397.646,41 + 15.749,49X – 820,27X2 + 22,04X3
showing cricket’s demand had tendency to increase in the future.
Keywords: crickets breeding, potency, income, trend

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1983 di Tangerang. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bangun Siregar dan
Ibu Yosita Harahap.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN VI Tangerang.

Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1
Tangerang dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di
SMAN 2 Tangerang.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2001.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial
Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam
dengan karunia dan rahmat-Nya yang senantiasa memberikan nikmat dan curahan
keagungan-Nya kepada Penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Potensi Pengembangan Usaha Ternak Jangkrik (Studi Kasus di
Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok)” yang
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Secara umum skripsi ini menjelaskan
tentang usaha ternak jangkrik mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
usaha yang menguntungkan. Selain itu, dalam skripsi ini ditunjukkan pendapatan

yang diperoleh peternak dan trend permintaan jangkrik pada masa yang akan datang.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga
skripsi ini berguna bagi pembaca.

Bogor, Oktober 2005

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................

i

ABSTRACT ......................................................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................


iv

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................

v

KATA PENGANTAR .......................................................................................

vi

DAFTAR ISI .....................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................


x

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................

xi

PENDAHULUAN .............................................................................................

1

Latar Belakang...............................................................................

1

Perumusan Masalah ...............................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................
Kegunaan Penelitian...............................................................................

2
3

3

KERANGKA PEMIKIRAN ..............................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................

6

Budidaya Jangkrik..................................................................................
Potensi Jangkrik .....................................................................................
Nilai Ekonomi Jangkrik..........................................................................
Pengembangan Peternakan Jangkrik.......................................................

6
8
9
10


METODE ..........................................................................................................

11

Lokasi dan Waktu ..................................................................................
Desain Penelitian ...................................................................................
Data dan Instrumentasi...........................................................................
Pengumpulan Data .................................................................................
Analisis Data..........................................................................................
Analisis Deskriptif ......................................................................
Analisis Pendapatan Usaha Ternak Jangkrik ...............................
Analisis R/C Ratio ......................................................................
Analisis Trend Permintaan ..........................................................
Definisi Istilah........................................................................................

11
11
11
12
12

12
12
13
13
17

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................................................

18

HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................

20

Gambaran Umum Usaha Ternak Jangkrik ..............................................
Prasarana Pengembangbiakkan ...................................................
Karakteristik Reproduksi Jangkrik ..............................................

20
20
22

Karakteristik Masyarakat........................................................................
Karakteristik Peternak ............................................................................
Karakteristik Usaha ................................................................................
Potensi Biologi Jangkrik.........................................................................
Potensi Sumberdaya dan Lingkungan .....................................................
Potensi Bisnis.........................................................................................

24
25
26
26
27
29

KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................

36

UCAPAN TERIMA KASIH..............................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

38

LAMPIRAN ......................................................................................................

40

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Konsep Analisis Pendapatan Usaha Ternak Jangkrik...............................

12

2. Rata-rata Jumlah Biaya dalam Usaha Ternak Jangkrik ............................

31

3. Rata-rata Penerimaan, Biaya Varibel, Biaya Tetap, Biaya Total,
Margin Kotor, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio Peternak Jangkrik
Per Tahun................................................................................................

32

4. Data Penjualan Jangkrik Desember 2003-Mei 2005 (ekor/bulan).............

33

5. Hasil Tes Koefisien Penentu atau R2 Tes.................................................

34

6. Peramalan Permintaan Jangkrik untuk 10 Bulan (ekor/bulan)..................

35

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Alur Dasar Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................

5

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI
KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN
PANCORAN MAS, KOTA DEPOK

SKRIPSI
REINA SANTI SIREGAR

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

RINGKASAN
REINA SANTI SIREGAR. D34101034. Potensi Pengembangan Usaha Ternak
Jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota
Depok. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setyono, MSi.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Asnath M. Fuah, MS.
Perkembangan peternakan yang ada saat ini tidak hanya pada ternak
konvensional tetapi juga pada ternak non-konvensional yang mempunyai prospek
yang menjanjikan. Hal tersebut dikarenakan modal yang dibutuhkan kecil, mudah
untuk dikembangkan dan dibudidayakan serta dapat diusahakan pada lahan sempit.
Jangkrik sebagai salah satu ternak non-konvensional berpotensi sebagai sumber
protein hewani.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Potensi biologi jangkrik
yang dibudidayakan di Kelurahan Rangkapanjaya Baru; (2) Potensi sumberdaya dan
lingkungan usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru; (3) Potensi
bisnis usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2005 di Kelurahan
Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Desain penelitian
berupa studi kasus dengan responden terdiri dari peternak jangkrik, pedagang
jangkrik dan masyarakat sekitar peternakan jangkrik. Data yang dikumpulkan adalah
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak jangkrik (6
orang), pedagang jangkrik (14 orang) dan masyarakat (30 orang) melalui wawancara
dengan bantuan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif,
pendapatan, R/C ratio dan trend permintaan.
Hasil penelitian menunjukkan jangkrik yang dibudidayakan para peternak di
Kelurahan Rangkapanjaya Baru yaitu jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus). Jenis
jangkrik ini mempunyai laju pertumbuhan yang cepat yaitu 70 hari, dengan demikian
dapat dipanen dengan cepat. Jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara 100-250
butir.
Pengembangan usaha ternak jangkrik perlu didukung dengan sumberdaya
bahan baku dan dukungan lingkungan lokasi usaha ternak. Ketersediaan bahan baku,
yaitu bibit dan pakan sayuran dapat diperoleh dengan mudah. Bibit jangkrik dapat
diperoleh dari pembibitan dan alam. Pakan sayuran yang digunakan berupa daun
singkong dan daun pepaya. Peternak dapat memanfaatkan sayuran yang ada di
lingkungan sekitar rumah.
Masyarakat di Kelurahan Rangkapanjaya Baru menerima dengan baik
keberadaan usaha ternak jangkrik di lingkungan mereka. Adanya usaha ternak
tersebut dapat mengurangi jumlah penggangguran yang ada. Usaha ternak jangkrik
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Usaha ternak jangkrik mempunyai potensi bisnis untuk dikembangkan, hal ini
dapat dilihat dari tingkat pendapatan dan R/C rationya. Penerimaan peternak dari
hasil penjualan jangkrik adalah sebesar Rp. 33.738.435. Biaya total yang dikeluarkan
oleh peternak setiap tahunnya sebesar Rp. 23.900.730 dengan biaya terbesar berasal
dari biaya tenaga kerja. Margin kotor yang diterima peternak yaitu sebesar

Rp.12.123.393. Pendapatan bersih yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan
biaya adalah sebesar Rp. 9.837.705 per tahun. Nilai R/C ratio usaha ternak jangkrik
adalah sebesar 1,410; dimana setiap rupiah yang diinvestasikan akan memberikan
penerimaan sebesar Rp. 1,410.
Potensi pasar usaha ternak jangkrik dapat dilihat dari trend permintaan
jnagkrik. Persamaan yang digunakan untuk meramalkan trend permintaan jangkrik
adalah: Y = 397.646,41 + 15.749,49X – 820,27X2 + 22,04X3. Hasil peramalan
permintaan menunjukkan bahwa trend permintaan jangkrik mempunyai
kecenderungan untuk meningkat pada masa yang akan datang. Hal tersebut
menunjukkan ternak jangkrik mempunyai potensi pasar yang besar.
Kata-kata kunci: potensi, usaha ternak jangkrik, pendapatan, trend, persepsi.

ABSTRACT
The Potency of Cricket’s Farming Development
Siregar, R.S, D.J. Setyono and A.M. Fuah
Cricket’s farming have potency to be developed as a profitable business. The potency
is seen from biological aspects, potency of resources and environmental and also
business potency. From the biological point of view, cricket was very efficient, with
short live cycle (±70 days) and high egg production (100-250 eggs/cycle). Farmer
harvested crickets 6 time every year. Egg’s production of cricket as much as 100-250
eggs with 20% mortality rate. The main component for cricket breeding are breed
stock and feed. Breed stock was obtained from breeder and the environment. The
parent stock were obtained from the environment has good body resistence. Feed,
especially vegetable were obtained from the surrounding environment around the
house. Papaya and cassava tree can be found easily in Kelurahan Rangkapanjaya
Baru. The cricket’s farming was well accepted by the community. The existence of
cricket’s farming can reduce the unemployment in Kelurahan Rangkapanjaya Baru
and cricket’s farming doesn’t has any negative impact to the environment. Business
potency from cricket’s farming can be seen from the farmer’s income and market
potency. The income of farmers received from cricket’s farming were Rp.9.837.705
per year and the economic of scale is 58 box. The biggest cost spent for labor cost as
much as 61,09% from total cost. Cricket’s revenue is much to Rp.33.738.435 per
year. R/C ratio of cricket’s farming were 1,41. Market potency seen by the trend of
cricket’s demand used time series analysis. The result of forecasting of cricket’s
demand using equation: Y = 397.646,41 + 15.749,49X – 820,27X2 + 22,04X3
showing cricket’s demand had tendency to increase in the future.
Keywords: crickets breeding, potency, income, trend

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1983 di Tangerang. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bangun Siregar dan
Ibu Yosita Harahap.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN VI Tangerang.
Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1
Tangerang dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di
SMAN 2 Tangerang.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2001.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial
Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam
dengan karunia dan rahmat-Nya yang senantiasa memberikan nikmat dan curahan
keagungan-Nya kepada Penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Potensi Pengembangan Usaha Ternak Jangkrik (Studi Kasus di
Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok)” yang
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Secara umum skripsi ini menjelaskan
tentang usaha ternak jangkrik mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
usaha yang menguntungkan. Selain itu, dalam skripsi ini ditunjukkan pendapatan
yang diperoleh peternak dan trend permintaan jangkrik pada masa yang akan datang.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga
skripsi ini berguna bagi pembaca.

Bogor, Oktober 2005

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................

i

ABSTRACT ......................................................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................

v

KATA PENGANTAR .......................................................................................

vi

DAFTAR ISI .....................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................

xi

PENDAHULUAN .............................................................................................

1

Latar Belakang...............................................................................

1

Perumusan Masalah ...............................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................
Kegunaan Penelitian...............................................................................

2
3
3

KERANGKA PEMIKIRAN ..............................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................

6

Budidaya Jangkrik..................................................................................
Potensi Jangkrik .....................................................................................
Nilai Ekonomi Jangkrik..........................................................................
Pengembangan Peternakan Jangkrik.......................................................

6
8
9
10

METODE ..........................................................................................................

11

Lokasi dan Waktu ..................................................................................
Desain Penelitian ...................................................................................
Data dan Instrumentasi...........................................................................
Pengumpulan Data .................................................................................
Analisis Data..........................................................................................
Analisis Deskriptif ......................................................................
Analisis Pendapatan Usaha Ternak Jangkrik ...............................
Analisis R/C Ratio ......................................................................
Analisis Trend Permintaan ..........................................................
Definisi Istilah........................................................................................

11
11
11
12
12
12
12
13
13
17

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................................................

18

HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................

20

Gambaran Umum Usaha Ternak Jangkrik ..............................................
Prasarana Pengembangbiakkan ...................................................
Karakteristik Reproduksi Jangkrik ..............................................

20
20
22

Karakteristik Masyarakat........................................................................
Karakteristik Peternak ............................................................................
Karakteristik Usaha ................................................................................
Potensi Biologi Jangkrik.........................................................................
Potensi Sumberdaya dan Lingkungan .....................................................
Potensi Bisnis.........................................................................................

24
25
26
26
27
29

KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................

36

UCAPAN TERIMA KASIH..............................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

38

LAMPIRAN ......................................................................................................

40

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Konsep Analisis Pendapatan Usaha Ternak Jangkrik...............................

12

2. Rata-rata Jumlah Biaya dalam Usaha Ternak Jangkrik ............................

31

3. Rata-rata Penerimaan, Biaya Varibel, Biaya Tetap, Biaya Total,
Margin Kotor, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio Peternak Jangkrik
Per Tahun................................................................................................

32

4. Data Penjualan Jangkrik Desember 2003-Mei 2005 (ekor/bulan).............

33

5. Hasil Tes Koefisien Penentu atau R2 Tes.................................................

34

6. Peramalan Permintaan Jangkrik untuk 10 Bulan (ekor/bulan)..................

35

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Alur Dasar Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................

5

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Rata-Rata Pendapatan yang diterima Peternak Jangkrik Per Tahun.........

41

2. Biaya Tetap, Biaya Variabel, Total Biaya, Penerimaan, Margin Kotor,
Pendapatan dan R/C Ratio Peternak Jangkrik Per Tahun ........................

42

3. Skala Pemeliharaan Setiap Peternak Per Periode ....................................

43

4. Produksi Jangkrik Peternak di Kelurahan Rangkapanjaya Baru ..............

43

5. Analisis Regresi Permintaan Jangkrik ....................................................

44

6. Kuesioner Penelitian ..............................................................................

46

7. Dokumentasi Penelitian..........................................................................

55

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia memberikan berbagai dampak, salah
satunya adalah ketersediaan lapangan kerja yang menurun, yang disebabkan banyak
usaha yang gulung tikar atau bangkrut. Oleh karena itu masyarakat mencari peluang
usaha lain yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu usaha yang layak untuk
dikembangkan adalah industri peternakan. Peternakan di Indonesia masih bersifat
peternakan rakyat dan sebagai usaha sampingan, tetapi mempunyai potensi untuk
berkembang menjadi usaha yang

menguntungkan. Salah satu alasannya karena

sebagian konsumsi makanan manusia diperoleh dari bahan pangan hewani.
Perkembangan peternakan yang ada saat ini tidak hanya pada ternak
konvensional saja tetapi masyarakat sudah mulai mengembangkan ternak satwa
harapan. Hal ini dikarenakan modal yang dibutuhkan kecil, mudah dikembangkan
dan dibudidayakan serta dapat diusahakan di lahan sempit. Salah satu satwa harapan
tersebut adalah jangkrik. Jangkrik dibudidayakan sebagai pakan burung dan beberapa
jenis ikan. Selain itu, jangkrik juga dapat digunakan sebagai pakan primata dan
pakan reptil. Bila dilihat dari aspek nutrisi, jangkrik berpotensi sebagai sumber
protein hewani alternatif dengan kandungan protein sekitar 60% (Setiawan, 2004).
Permintaan akan jangkrik kian lama semakin meningkat dan ketersediaan di
alam tidak dapat mencukupinya. Peningkatan permintaan tersebut menyebabkan
penangkapan terus menerus di alam dan berdampak pada menurunnya populasi
jangkrik alam. Oleh karena itu diperlukan adanya budidaya jangkrik secara intensif,
sehingga permintaan jangkrik dapat terpenuhi dan kelestarian populasi jangkrik dapat
terjaga.
Budidaya jangkrik di Indonesia merupakan hal yang belum membudaya dan
memasyarakat. Bila dilihat dari permintaan pasar yang selalu ada, budidaya jangkrik
berpotensi secara ekonomi untuk dikembangkan dan usaha jangkrik dapat dijadikan
sebagai sumber pendapatan alternatif. Keuntungan yang diperoleh dari beternak
jangkrik sangat besar, waktu yang dibutuhkan untuk budidaya ini juga relatif singkat.

Potensi yang menjanjikan secara ekonomi dan permintaan pasar yang selalu
ada, membuat usaha ternak jangkrik dapat dikembangkan untuk memenuhi

permintaan yang terus meningkat. Usaha ternak jangkrik di Indonesia masih
tergolong baru dan belum memasyarakat.
Sebelum melakukan usaha ternak ini perlu dilakukan analisis faktor
lingkungan usaha, meliputi faktor makro dan faktor mikro. Faktor makro meliputi
keadaan alam, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sosial budaya, ekonomifinansial, teknologi dan kebijaksanaan pemerintah, sedangkan faktor mikro meliputi
aspek produksi, reproduksi dan pengelolaan untuk mengembangkan usaha ternak.
Perumusan Masalah
Beternak jangkrik pernah menjadi trend di kalangan masyarakat karena
keuntungan yang diperoleh besar. Hal tersebut juga didukung dengan kebutuhan
modal yang kecil serta pemeliharaannya yang mudah.
Trend beternak jangkrik juga terjadi di Kelurahan Rangkapanjaya Baru,
dimana banyak masyarakat latah mencoba beternak jangkrik dan diantaranya
merupakan peternak jangkrik musiman. Banyaknya peternak jangkrik yang muncul
menyebabkan harga jual jangkrik menjadi menurun sedangkan pasar jangkrik masih
terbatas. Selain itu, permintaan jangkrik tinggi tetapi pasar untuk jangkrik belum
teridentifikasi dengan baik. Hal tersebut menyebabkan banyak peternak jangkrik
yang mengalami kerugian dan menghentikan produksi jangkriknya.
Peternak mengalami kendala dalam pemeliharaan jangkrik, salah satunya
yaitu penyakit. Hal tersebut dapat disebabkan karena manajemen pemeliharaan
jangkrik yang kurang memadai disamping pakan yang tidak mencukupi. Peternak
jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru yang jumlahnya sedikit masih bertahan
memelihara atau mengusahakan jangkrik sebagai salah satu sumber pendapatan
walaupun dengan modal terbatas dan manajemen yang seadanya.
Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah potensi biologi dari jangkrik yang dibudidayakan di Kelurahan
Rangkapanjaya Baru?
2. Bagaimanakah potensi sumberdaya dan lingkungan usaha ternak jangkrik di
Kelurahan Rangkapanjaya Baru?
3. Bagaimanakah potensi bisnis usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya
Baru?

2

Tujuan
1. Mengetahui potensi biologi jangkrik yang dibudidayakan di Kelurahan
Rangkapanjaya Baru
2. Mengetahui potensi sumberdaya dan lingkungan usaha ternak jangkrik di
Kelurahan Rangkapanjaya Baru
3. Mengetahui potensi bisnis usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya
Baru
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan berguna untuk:
1. Sebagai informasi bagi yang tertarik terhadap usaha ternak jangkrik dan ingin
berternak jangkrik.
2. Sebagai bahan untuk mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian tentang
usaha ternak jangkrik.

3

KERANGKA PEMIKIRAN
Selama ini masyarakat hanya mengenal ternak konvensional sebagai
komoditi peternakan. Selain ternak konvensional, terdapat ternak non konvensional
yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki prospek yang menjanjikan di
masa mendatang. Antara lain adalah jangkrik yang umumnya digunakan sebagai
pakan burung, pakan ikan, pakan reptil dan sebagai makanan alternatif bagi manusia.
Usaha ternak jangkrik mempunyai beberapa potensi yang membuat
usaha ini dapat dikembangkan menjadi usaha yang menguntungkan. Potensi tersebut
dapat dilihat dari segi budidaya, biologi jangkrik, sumberdaya dan lingkungan, serta
ekonomi. Ternak jangkrik mudah dalam pemeliharaan dan pembudidayaannya, untuk
itu perlu diketahui mengenai prasarana dan cara pengembangbiakannya. Potensi
jangkrik secara biologi dapat menunjang keberhasilan budidaya jangkrik. Usaha
ternak ini perlu didukung dengan sumberdaya dan lingkungan yang ada di tempat
usaha. Penempatan suatu usaha di lokasi tertentu dapat menimbulkan berbagai
dampak, oleh karena itu perlu diketahui dukungan masyarakat sekitar dengan adanya
usaha ternak jangkrik di lokasi tersebut.
Modal yang diperlukan dalam beternak jangkrik tidak besar dan hasil yang
diperoleh banyak. Oleh karena itu usaha ternak ini dapat dijadikan sebagai sumber
pendapatan alternatif. Manajemen pemeliharaan yang baik dapat lebih meningkatkan
pendapatan yang diperoleh peternak. Untuk menjaga kelangsungan usaha ternak
jangkrik, perlu diketahui trend permintaan yang ada setiap waktunya

Ternak

Konvensional

Non-konvensional

Jangkrik

Budidaya
dan Produksi

Potensi Biologi
Jangkrik

Potensi
Sumberdaya
& lingkungan

Potensi Bisnis

Pendapatan
& R/C ratio

Ketersediaan
Bahan Baku
Keterangan:

Trend
Permintaan
Jangkrik

Dukungan
Masyarakat

Lingkup penelitian

Gambar 1. Alur Dasar Kerangka Pemikiran Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Jangkrik
Jangkrik merupakan serangga berukuran kecil sampai besar yang berkerabat
dekat dengan belalang karena keduanya tergolong bangsa Orthoptera (Paimin,
1999). Borror et al. (1996) mengklasifikasikan jangkrik ke dalam filum Arthropoda,
kelas Insecta, ordo Orthoptera, famili Gryllidae, genus Gryllus. Di Indonesia tercatat
lebih kurang ada 123 jenis jangkrik dan yang dibudidayakan untuk pakan burung dan
ikan adalah jenis Gryllus testaceus Walk dan Gryllus mitratus Burn (Paimin et al.,
1999). Karakteristik kedua jenis ini hampir sama, perbedaannya ialah jenis G.
mitratus lebih kecil dibandingkan G. testaceus dan pada pinggir sayap punggung G.
mitratus

terdapat garis putih sedangkan G. testaceus polos. Di samping itu

ovipositor (alat kelamin betina) G. mitratus lebih pendek dan lebih tenang
dibandingkan dengan G. testaceus yang lebih agresif (Kumala, 1999).
Widiyaningrum (2001) menyatakan bahwa tiga spesies jangkrik yang
potensial untuk dikembangkan di Indonesia diantaranya jangkrik Cliring (G.
mitratus), Cendawang (G. testaceus) dan Kalung (G. bimaculatus). Ciri dari jangkrik
Kalung yaitu terdapat kalung kuning yang melingkari lehernya dan ukurannya
sekelingking orang dewasa (Karjono, 1999).
Hasil penelitian Pusparini (2001) menunjukkan bahwa jangkrik Jerman
(Gryllus sp.) memiliki tahapan perkembangan lebih cepat dengan siklus hidup lebih
pendek dibandingkan jangkrik lokal, namun kemampuan bereproduksi tidak sebaik
jangkrik lokal. Jangkrik lokal mempunyai kemampuan betelur pertama lebih cepat,
waktu tetas lebih singkat dan jumlah anak yang dihasilkan lebih besar dibandingkan
jangkrik Jerman (Gryllus sp.). Berdasarkan penelitian Widyaningrum et al. (2000)
dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan lama produksi jangkrik G. mitratus lebih
baik dibanding G. testaceus.
Lama siklus hidup jangkrik bervariasi menurut jenisnya. Pada semua jenis,
umur jantan lebih pendek dibanding betinanya. Umur dewasa jantan jenis G. mitratus
hanya 78 hari, sedang betina dewasanya dapat mencapai 105 hari (Paimin et al.,
1999). Jangkrik umumnya mengalami metamorfosis tidak sempurna yang dimulai
dari telur sampai menjadi imago (Agroindonesia, 2005).

Ada dua alternatif yang bisa dipilih dalam memulai beternak jangkrik.
Pertama, dengan cara menetaskan telur. Kedua, dengan mengembangbiakkan yaitu
mengawinkan induk jantan dan induk betina untuk mendapatkan telur.
Agar diperoleh telur jangkrik berkualitas baik dan tidak menghasilkan
keturunan yang abnormal, induk yang dipilih harus memenuhi syarat. Induk yang
baik berasal dari tangkapan di alam karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang
lebih baik. Kalau sulit mendapatkan induk betina dari alam, induk dari hasil
peternakan pun dapat digunakan. Namun, induk jantannya diusahakan dari tangkapan
alam (Paimin et al., 1999). Komposisi perbandingan induk jantan dan betina 1: 2-5
ekor, dan dapat menghasilkan sekitar 250.000 telur dari induk betina (Agroindonesia,
2005).
Menurut Paimin (1999), wadah pemeliharaan jangkrik harus dapat membuat
jangkrik hidup dengan tenang, dimana wadah tersebut harus lembab dan luas agar
jangkrik dapat bergerak leluasa. Ruangan yang lembab juga dimaksudkan agar telur
jangkrik tidak mengalami kerusakan (Paimin et al., 1999). Kotak sebaiknya diolesi
dengan lumpur tanah sawah, tanah merah atau tanah liat untuk menciptakan suasana
habitat seperti di alam bebas (Agroindonesia, 2005), dan perlu diberi sirkulasi udara
dengan cara memberi lubang di salah satu dinding atau tutupnya (Paimin et al.,
1999).
Perkembangan telur selama proses penetasan dapat dibagi dalam tiga tahap,
yaitu tahap telur muda, telur remaja dan telur tua. Telur muda berusia 1-5 hari yang
ditunjukkan dari warnanya yang putih kekuningan. Telur remaja berusia 6-10 hari
dengan warna yang sudah berubah menjadi kuning. Telur yang berumur lebih dari 11
hari memiliki warna yang sudah menjadi kuning kehitaman, dan siap menetas
(Paimin et al., 1999).
Pakan jangkrik yang baik ialah hijauan, kacang-kacangan, buah-buahan dan
umbi-umbian yang masih muda serta sayur-sayuran. Pakan jangkrik yang berupa
sayuran yang masih segar disamping untuk memenuhi kebutuhan juga untuk
memenuhi kebutuhan minum bagi jangkrik oleh karena itu untuk kebutuhan minum
tidak perlu diberikan secara khusus dalam wadah atau mangkuk (Kumala, 1999).
Untuk memacu pertumbuhannya, jangkrik perlu diberi makanan sumber protein,

7

misalnya pellet, konsentrat atau bokasi seperti pada pemeliharaan anak jangkrik
(Paimin et al., 1999).
Waktu pemanenan jangkrik disesuaikan dengan tujuan pemasaran, jangkrik
untuk pakan burung umumnya dipanen pada umur 40-45 hari atau pada stadia nimfa
III, sedangkan untuk pakan ikan arwana pada umur 55-70 hari. Jangkrik yang akan
digunakan sebagai induk dipanen pada umur 70 hari (Agroindonesia, 2005).
Potensi Jangkrik
Jangkrik mempunyai potensi untuk menjadi salah satu pakan ikan, binatang
kesayangan bahkan sebagai bahan pangan manusia. Potensi tersebut diantaranya
karena: (1) kadar protein jangkrik yang tinggi; (2) daya reproduksinya tinggi dan
mudah dalam pemberian pakannya (Linsemaier (1972) dalam Novianti, 2003). Ada
tiga produk yang dapat laku di pasar, yaitu telur, clondo, dan induk. Telur dan induk
memiliki sasaran pasar peternak jangkrik, sedangkan clondo dijual kepada
penggemar burung berkicau atau ikan arwana. Oleh karena itu, semua produk dari
jangkrik masih dapat dikatakan potensial (Paimin et al., 1999). Burung berkicau
yang diberi makanan jangkrik akan memiliki kicauan yang bagus dan prima sehingga
nilai jualnya naik atau dapat diikutsertakan dalam lomba burung. Jangkrik sebagai
makanan ikan arwana, dapat menjadikan warna tubuh ikan lebih cemerlang (Paimin,
1999). Jangkrik sebagai pakan udang dan lele diberikan dalam bentuk tepung, dan
pertumbuhan udang dan lele yang mengkonsumsi tepung jangkrik berkembang pesat
(Paimin et al., 1999).
Menurut Bodenheimer (1951) dalam Novianti (2003), jangkrik termasuk
salah satu jenis serangga yang biasanya dikonsumsi oleh sebagian masyarakat di
beberapa negara misalnya India, Filipina, Thailand dan Indonesia. Serangga ini
dimakan bukan hanya dalam keadaan darurat melainkan sebagai bahan makanan
pelengkap sumber protein alternatif sepanjang tahun. Hal ini didukung dengan
pernyataan De Foliart et al. (1989) dalam Novianti (2003), bahwa jangkrik sangat
berpotensi untuk dibudidayakan sebagai bahan pangan dan pakan karena memiliki
palatabilitas dan kandungan protein yang tinggi.
Jangkrik dapat diolah menjadi tepung dan berpotensi sebagai sumber protein
hewani alternatif karena mengandung nutrisi, terutama asam amino yang cukup
lengkap sehingga mampu menggantikan sebagian tepung kedelai dan tepung ikan

8

dalam campuran pakan ayam broiler. Kadar protein tepung jangkrik berdasarkan
bahan basah berkisar antara 56,02-61,58%. Bila dibandingkan dengan kadar protein
bahan pangan yang sering dikonsumsi oleh manusia memperlihatkan bahwa tepung
hewan ini berpotensi untuk digunakan sebagai alternatif bahan pangan sumber
protein (Napitupulu, 2003). Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Novianti
(2003) yang menunjukkan bahwa tepung jangkrik kalung (G. bimaculatus)
mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi yaitu masing-masing berkisar
antara 56,02-74,5% dan 15,47-32,84%. Hasil penelitian Syaiful (2003) menunjukkan
bahwa asam linoleat merupakan asam lemak yang paling dominan pada tepung
jangkrik, sangat penting bagi manusia dan hewan, terutama untuk mencegah
dermatitis (pengeringan dan pengelupasan kulit) pada anak-anak.
Nilai Ekonomi Jangkrik
Nilai ekonomi menurut Agustina (2004) adalah sesuatu yang dinilai
berdasarkan manfaat dari pola peningkatan alokasi sumberdaya. Nilai ekonomi suatu
peternakan dari segi produsen yang dalam hal ini adalah peternak, dapat diperoleh
dengan analisis pendapatan.
Hernanto (1996) berpendapat bahwa analisa pendapatan memerlukan empat
unsur, yaitu: rata-rata inventaris, penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani dan
penerimaan dari berbagai sumber. Pendapatan atau income adalah hasil penjualannya
dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi (Boediono,
2000). Pengeluaran usahatani adalah semua biaya operasional dengan tanpa
memperhitungkan bunga dari model usahatani dan nilai kerja pengelola usahatani.
Pengeluaran ini meliputi: (a) pengeluaran tunai, (b) penyusutan benda fisik, (c)
pengurangan nilai inventaris, (d) nilai tenaga kerja yang tidak dibayar (Hernanto,
1996). Selisih antara pendapatan total yang berasal dari kegiatan pembibitan dan
biaya total yang berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan (Makeham & Malcolm,
1991).
Menurut Raharjo (1999), menjual telur jangkrik menguntungkan karena
waktunya relatif singkat dengan harga eceran berkisar antara Rp. 10.000-12.000 per
sendok kecil. Keuntungan akan lebih besar dengan memproduksi clondo, dimana
90% dari 450.000 ekor bayi jangkrik yang menjadi clondo dengan harga Rp. 70 per
ekor, akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 28 juta. Tepung jangkrik yang

9

dijual oleh Astrik (Asosiasi Peternak Jangkrik) sebesar Rp. 150 juta per ton dan
minyak jangkrik sebesar Rp. 2,5 juta per liter (Suara Pembaruan, 2005).
Pengembangan Peternakan Jangkrik
Ada beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
peternakan, antara lain: (1) persediaan bahan baku; (2) teknologi tepat guna; (3)
keahlian yang dibutuhkan atau tenaga terampil; (4) potensi pengembangan
peternakan; (5) prioritas pembangunan peternakan di lokasi yang bersangkutan
(Pulungan, 1985).
Pengembangan sektor peternakan dalam era globalisasi ekonomi dihadapkan
pada persaingan yang semakin terbuka. Kondisi ini merupakan suatu peluang dan
sekaligus suatu tantangan bagi pengembangan peternakan di Indonesia. Prospek
pengembangan komoditas dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain potensi pasar,
potensi sarana produksi dan teknologi serta efisiensi usaha (Adnyana, 1999).
Pengembangan peternakan jangkrik sudah dimulai sejak tahun 1990-an.
Namun, waktu itu jangkrik hanya dijadikan komoditas pakan hewan dan dipasarkan
di pasar tradisional. Pada tahun 2000 booming jangkrik sempat terjadi (Suara
Pembaruan, 2005). Bisnis jangkrik di Medan dan Pekanbaru masih dilakukan banyak
orang dan berjalan sukses. Bahkan pengusaha jangkrik di daerah itu telah terhimpun
dalam wadah HIPAJARI (Himpunan Pengusaha Jangkrik Indonesia) (Agroindonesia,
2004).
Jenis kandungan bahan dalam tubuh jangkrik membuat jangkrik banyak
diburu untuk kepentingan industri pakan ternak, jamu maupun kosmetik. Pengusaha
pakan ternak tertarik untuk mengubah pola produksi mereka dengan bahan jangkrik
karena mahalnya bahan impor (Suara Pembaruan, 2005).
Agroindonesia (2004) menyebutkan suatu perusahaan yang memelihara
sekaligus menekuni industri pengolahan jangkrik dengan nama La Tansa. Industri
pengolahan itu meliputi pembuatan jamu yang dimasukkan ke dalam kapsul,
makanan ringan (seperti abon dan kerupuk) hingga minyak jangkrik. Bisnis jangkrik
tidak hanya menjual clondo tetapi juga bisa menjual telur atau indukan, bahkan
menjual kandang jangkrik atau kandang lengkap dengan aksesori dan bibitnya
(Suyono, 2005).

10

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan
Pancoran Mas, Kota Depok. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan
Mei 2005 sampai dengan Juni 2005.
Desain Penelitian
Desain dari penelitian ini berupa eksploratoris. Hasil dari penelitian ini
dianalisis deskriptif, analisis pendapatan usaha ternak jangkrik, analisis R/C ratio dan
analisis trend permintaan jangkrik.
Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dan
pengambilan data menggunakan kuesioner. Responden terdiri dari peternak jangkrik,
masyarakat di sekitar peternakan jangkrik dan pedagang jangkrik. Data responden
peternak jangkrik diambil seluruhnya karena jumlah peternak jangkrik di daerah
tersebut berjumlah 6 orang. Masyarakat responden di sekitar peternakan jangkrik
ditentukan secara purposive yakni mereka yang tinggal di sekitar lokasi peternak
jangkrik dengan pertimbangan tempat pemukiman mereka dekat (±30-50 meter)
peternakan jangkrik. Jumlah anggota masyarakat yang menjadi responden sebanyak
30 orang. Penentuan pedagang yang berjumlah 14 orang sebagai responden juga
dilakukan dengan cara purposive, yakni pedagang pengecer yang merupakan
langganan dari usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru.
Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan
penelitian serta data-data dari Dinas-dinas dan lembaga-lembaga yang terkait.
Instrumentasi yang digunakan untuk memperoleh data adalah daftar pertanyaan
(kuesioner) yang dipandu dengan wawancara. Penelitian ini juga

melakukan

observasi terhadap keadaan peternakan jangkrik dan manajemen budidaya jangkrik
di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.

Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dari para peternak jangkrik di Kelurahan
Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok melalui wawancara
langsung dengan peternak dan observasi ke lokasi peternak. Data sekunder diperoleh
dari instansi yang terkait di daerah tersebut dengan topik penelitian yakni Potensi
Pengembangan Usaha Ternak Jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru,
Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Data yang dikumpulkan terdiri atas data
mengenai profil masyarakat (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan),
karakteristik peternak (umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, alasan
beternak, lama beternak), karakteristik usaha ternak jangkrik (sifat usaha dan skala
pemeliharaan), biaya usaha ternak jangkrik, penerimaan usaha ternak jangkrik dan
permintaan jangkrik.
Analisis Data
Data yang diperoleh sebagai hasil penelitian, dianalisis secara deskriptif,
analisis pendapatan usaha ternak jangkrik, analisis R/C ratio dan analisis trend
permintaan jangkrik.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan umum yang
ada di lokasi penelitian, menggambarkan manajemen budidaya usaha ternak
jangkrik, potensi biologi jangkrik yang dibudidayakan, serta potensi sumberdaya dan
lingkungan.
2. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Jangkrik
Tabel 1. Analisis Pendapatan Menggunakan Konsep Sebagai Berikut:
Tunai
Tidak Tunai Inventaris
Keterangan
Rp
Penerimaan Usahatani
(-) Biaya Variabel
Marjin Kotor (A)
Biaya Tetap (B)
Pendapatan Usahatani (A-B)
(-) Pembayaran Bunga
Penghasilan Bersih Usahatani
(+) Penghasilan Luar Usahatani
Penghasilan Keluarga

Total

Sumber: Soekartawi et al. (1986).

12

3. Analisis R/C Ratio
Untuk

mengetahui apakah usaha

ternak jangkrik

yang dijalankan

menguntungkan atau tidak, maka dilakukan perhitungan Revenue and Cost Ratio
(R/C) dengan rumus:
R/C ratio =

Total Penerimaan Usaha Ternak
Total Pengeluaran Usaha Ternak

Keterangan:

R/C > 1, maka usaha tersebut mendapat keuntungan
R/C < 1, maka usaha mengalami kerugian
R/C = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi

Penerimaan tunai didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani didefinisikan sebagai
jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani
(Soekartawi et al., 1986).
Ada tiga produk yang dapat dijual yaitu telur, clondo dan induk. Jadi,
penerimaan usaha ternak jangkrik dapat berasal dari penjualan telur, clondo dan
induk. Pengeluaran usaha ternak jangkrik terdiri dari bahan-bahan untuk membuat
kotak, tenaga kerja, nampan plastik, media kain, semprotan, kaleng bekas, minyak
tanah, pasir, makanan dan vitamin, dan lain-lain.
4. Analisis Trend Permintaan
Untuk mengetahui trend permintaan jangkrik, analisis yang akan digunakan yaitu
analisa/model deret waktu (time series). Analisa/model deret waktu (Time Series)
adalah suatu teknik atau metode peramalan dengan menggunakan analisis hubungan
antara variabel yang dicari atau diramalkan dengan hanya satu-satunya varibel bebas
yang mempengaruhinya yang merupakan variabel waktu (Assauri, 1984).
Bentuk pola hubungan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah regressi
linear, dengan rumus sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = permintaan jangkrik (ekor)
X = var