Reaktivitas terhadap O
2
adalah parameter yang menyatakan seberapa banyak anoda karbon yang hilang karena bereaksi dengan gas O
2
. Dengan adanya reaksi ini maka konsumsi anoda karbon akan meningkat sehingga menurunkan efisiensi proses
elektrolisa.
Reaktivity Residu RR O
2
adalah parameter yang menyatakan seberapa banyak anoda karbon yang tinggal karena bereaksi dengan gas O
2
. Reaktivity Residu RR O
2
harus diatas 88 karena apabila dibawah 88 akan mengakibatkan banyak anoda menghasilkan debu karbon sehingga proses peleburan akan terganggu. Hume, 1999
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
1. Belt Compeyer BC
2. Bucked Elevator BE
3. Bult Skill BS
4. Magnet Sprator MS
5. Dumper DP
Universitas Sumatera Utara
6. Shiver SR
7. Scrup Compeyer SC
8. Bin B
9. Silo S
3.2 Bahan
- Kokas coke
3.3 Prosedur
1. Kokas yang berada dalam Coke Silo, diangkut dengan Bucked Elevator
BE dan dialirkan dengan Belt Compeyer BC untuk dimasukkan ke dalam Magnet Sprator MS.
2. Setelah kokas dipisahkan dari logam-logam di Magnet Sprator MS,
diarahkan ke Dumper DP untuk dimasukkan ke dalam Shiver SR. 3.
Setelah dilakukan pengayakan kokas di Shiver SR.ayakan pertama SR-201 akan mengayak kokas untuk mendapatkan kokas C1.kokas yang
lebih besar dari C1 akan dikirim ke S-201 dan kokas yang lebih kecil akan masuk ke ayakan SR-202 untuk memisahkan kokas C2 dan kokas M.kokas
dengan ukuran yang berbeda akan ditempatkan secara terpisah dalam bak penampung bin B.Bak B-201untuk kokas C1,B-202 untuk kokas C2 dan
B-203 untuk kokas M.bila persedian dalam ketiga bak berlebih ,maka kokas yang masuk di alihkan sementara ke silo S - 201.sebagian kokas M
dari B-203 akan dimasukkan ke silo S - 202 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1.Data
Dari hasil kerja praktek yang dilaksanakan di unit pembuatan anoda selama bulan Desember 2009 – Januari 2010, dilakukan pengamatan langsung ke lapangan dan
Universitas Sumatera Utara
memperoleh data dari komposisi kokas. Adapun data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Data hasil pengayakan komposisi kokas
Keterangan :
CF 201 : Kokas kasar 1 C1 CF 202 : Kokas kasar 2 C2
CF 203 : Kokas medium CF 204 : fine
CF 205 : Butt
4.2 Perhitungan
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk CF 201
Dimana : A = Standar CF 18
B = Jumlah Actual butt ukuran 18-5 C = Jumlah sampel CF 201 dalam kg
= 6,6 Untuk Butt = A – CF 201
= 18 – 6,6 = 11,4
Jadi, CF 201 + Butt = 6,6 + 11.4 = 18
2. Untuk CF 202
Dimana : A = Standar CF 202 29 B = Jumlah Actual butt ukuran 3-1
C = Jumlah sampel ukuran 3-1
Universitas Sumatera Utara
D = Jumlah sampel CF 202 dalam kg
= 20,84
Untuk Butt = A – CF 202
= 29 – 20,84 = 8,16
Jadi, CF 202 + Butt = 20,84 + 8.16 = 29 3.
Untuk CF 203
Dimana : A = Standar CF 203 18 B = Jumlah Actual butt ukuran 1-0,2
C = Jumlah sampel ukuran 1-0,2
Universitas Sumatera Utara
D = Jumlah sampel CF 203 dalam kg
= 11,4 Untuk Butt = A
– CF 203 = 18 – 11,4
= 6,6 Jadi, CF 203 + Butt = 11,4 + 6,6 = 18
Jadi untuk mencari Fine = 100 - CF201 + CF202 + CF 203 = 100 - 18 + 29 + 18
= 100 - 65 = 35
4.2 Pembahasan