1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kebebasan pers merupakan sebuah kebutuhan bagi sebuah negara demokratis, karena pers bisa memainkan peran sebagai saluran aspirasi
masyarakat, selain lembaga-lembaga formal. Secara konseptual pers harus menjalankan fungsi seperti yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 40
tahun 1999 tentang Pers sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial, di samping fungsi-fungsi tersebut, pada ayat 1, pers nasional dapat
berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Agar dapat melaksanakan fungsinya tersebut, pers harus bebas dalam menjalankan aktivitasnya tanpa tekanan dari
pihak internal maupun eksternal. Selain fungsi tersebut, pers Indonesia juga mempunyai fungsi sebagai lembaga ekonomi. Kedua fungsi itu harus bisa berjalan
dengan baik agar pers bisa memainkan perannya dengan baik. Sebaliknya, jika ada diantara dua fungsi tersebut tidak berjalan dengan baik maka akan terjadi
masalah yang cukup serius. Djuraid, 2009 : 158. Persaingan yang ketat dan tuntutan pasar menyebabkan banyak pengelola pers memilih kepentingan
ekonomi dibanding kepentingan fungsi pers sebagai lembaga yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal itu berakibat pada pola pemberitaan yang ditunggangi oleh
kepentingan ekonomi semata dengan mengabaikan profesionalisme pers. Setelah rezim Suharto tumbang, pers Indonesia mendapat kesempatan
untuk menjadi pers yang bebas. BJ Habibie yang menggantikan Suharto sebagai
2
Presiden, membuat langkah besar dengan membuka kran kebebasan pers, melalui keputusan untuk menghapus aturan tentang SIUPP Surat Ijin Usaha Penerbitan
Pers, yang merupakan momok bagi pers Indonesia, dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 1999. SIUPP merupakan bagian dari Peraturan Menteri
Penerangan nomor 01 tahun 1984, meskipun UU Pokok Pers menyebutkan bahwa pemerintah tidak bisa melakukan bredel kepada pers, tetapi peraturan Menteri
Penerangan ini justru dapat melakukan tindakan yang melebihi undang-undang. Menurut Kahya 2004:121
, “selama rezim Orde Lama dan ditambah 32 tahun rezim Orde Baru, pers Indonesia tidak berdaya karena senantiasa di bawah
bayang-bayang maut terancam pencabutan surat izin tersebut ”.
Pada era industri pers sekarang ini, kepentingan ekonomi menjadi pilihan utama bagi pengelola pers yang diwujudkan dalam bentuk berita yang digemari
oleh masyarakat. Salah satu berita yang paling digemari masyarakat adalah berita olahraga khususnya sepak bola. Hampir semua media, baik yang baru terbit
maupun yang sudah lama, memberi porsi yang besar untuk berita sepak bola baik dari dalam negeri maupun luar negeri dengan alasan tuntutan pasar.
Peran pemerintah sebagai pengontrol pers sudah hilang, sejalan dengan era reformasi, dan digantikan dengan peran pasar yang mendominasi. Pasar pers
adalah pembaca dan pemasang iklan, yang dalam era market regulation, yang dibutuhkan adalah sajian-sajian yang dapat menarik perhatian kalangan pengiklan
dan pemirsa, termasuk berita-berita bombastis itu, tanpa terburu-buru menenggang perasaan pemerintah. Sudibyo, 2001:10.
3
Pers era baru, hanya memanfaatkan momentum kebebasan masyarakat untuk memperoleh keuntungan dengan menampilkan berita yang bombastis. Pada
saat itu banyak surat kabar, tabloid dan majalah baru yang terbit, yang materi beritanya jauh dari etika pers. Berita hanya berdasarkan isu atau desas-desus yang
berkembang di masyarakat, dan tidak ada upaya untuk verifikasi atau melakukan liputan yang berimbang terhadap pihak yang diberitakan. Menurut data Dewan
Pers, jumlah perusahaan pers di Indonesia yang sudah diverifikasi pada sampai tahun 2010 mencapai 955 media cetak, 378 lembaga penyiaran radio yang
mempunyai Ijin Penyelenggara Penyiaran IPP dan 118 lembaga penyiaran televisi yang ber-IPP. Dewan Pers, Data Pers Nasional 2010:XV.
Peningkatan jumlah perusahaan pers itu menyebabkan terjadinya persaingan yang sangat ketat, bahkan lebih mengerikan lagi persaingan itu sudah
mengarah pada upaya untuk saling menjatuhkan satu dengan lainnya. Berita yang ditampilkan harus memiliki nilai jual yang tinggi sehingga bisa diterima oleh
masyarakat, meskipun untuk mendapatkan berita itu harus melanggar etika pers yang sudah disepakati bersama. Persaingan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor
waktu, karena pers harus memberitakan sebuah peristiwa secapat mungkin. Tekanan waktu ini menjadi salah satu penyebab mengapa banyak berita yang
ditampilkan oleh pers tanpa melalui proses yang baku. Banyak berita yang ditampilkan tidak memenuhi standar berita yang lazim digunakan oleh dunia pers.
Pers telah meninggalkan intisari dari jurnalisme, yakni verifikasi, seperti yang dikutip Walter Lippman dalam Kovach Rosenthil, 2001 : 88, sebuah
komunitas tidak bisa merdeka bila kekurangan informasi, karena dengan informasi yang cukup kebohongan bisa dideteksi.
Harian Malang Post merupakan salah satu koran yang terbit di daerah, dengan memanfaatkan kemudahan yang diberikan oleh pemerintahan Presiden
4
Habibie pada tahun 1998. Sebagai koran daerah, Malang Post memberi porsi yang besar untuk berita daerah di wilayah Malang Raya Kota Malang, Kabupaten
Malang, dan Kota Batu karena sejak diterbitkan sudah mengklaim sebagai koran daerah. Dinamika masyarakat di tiga wilayah itu menjadi sajian utama ditambah
sedikit berita dari nasional dan internasional. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang paling diminati oleh masyarakat, termasuk masyarakat
Malang Raya. Di wilayah ini ada sebuah tim bernama Arema Arek Malang yang sudah memiliki prestasi di tingkat nasional dan internasional. Malang Post banyak
memberitakan berita sepak bola dari klub Arema, karena berita tersebut terbukti paling digemari oleh pembacanya. Arema sudah menjadi tim yang melekat di hati
masyarakat Malang. Hal itu terlihat dari banyaknya penonton yang datang ke Stadion setiap tim Arema bertanding.
Kecintaan masyarakat Malang Raya terhadap Arema menjadi pertimbangan bagi Malang Post untuk menempatkan berita Arema sebagai berita
utama setiap hari. Segala aktivitas tim ini tidak pernah lepas dari liputan Malang Post, mulai dari latihan, pertandingan, rekrutmen pemain dan segala aktivitas tim
tersebut. Hal itu menyebabkan Malang Post menjadi koran yang banyak dibaca oleh pecinta Arema, karena beritanya lebih banyak dan lebih lengkap. Sebagai
media, Malang Post telah berhasil mendekatkan hubungan antara Arema sebagai klub dengan para pecintanya. Dengan kata lain, Malang Post sudah menjadi media
rujukan bagi pecinta Arema yang ingin mengetahui berita tentang klub tersebut. Ketika klub Arema mengalami perpecahan, akibat dari perpecahan dalam
tubuh PSSI, maka terjadi kepemihakan dalam kebijakan pemberitaan Arema di Malang Post. Arema terpecah menjadi dua klub, Arema Indonesia Super League
5
selanjutnya disebut Arema ISL yang bertanding dalam kompetisi Indonesian Super League, dan Arema Indonesian Premiere League selanjutnya disebut
Arema IPL yang berkompetisi dalam Indonesian Premiere League. Perpecahan dua klub ini membuat Malang Post harus menentukan klub mana yang harus
dibela dan klub mana yang diperlakukan sebaliknya. Harian Malang Post akhirnya menentukan keberpihakannya kepada Arema ISL dengan memberikan dukungan
dalam porsi pemberitaan yang besar. Sebaliknya, Malang Post menempatkan Arema IPL sebagai pihak yang diperlakukan tidak adil. Tim itu tetap diberitakan
oleh Malang Post, bahkan dengan porsi yang besar, tapi yang diberitakan adalah kejelekan dari tim tersebut. Bahkan dalam beberapa berita terlihat Malang Post
menempatkan Arema IPL sebagai pihak yang salah dan harus mendapat pemberitaan yang negative.
Hal ini bertentangan dengan Kode Etik Jurnalistik yang menyebutkan media harus independen. Pasal 1 Kode Etik Jurnalistik menyebutkan : Wartawan
Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk. Djuraid, 2012 : 147.
Pada pemberitaan tim Arema Indonesian Premiere League, redaksi harian Malang Post harus melaksanakan berbagai kebijakan sesuai dengan permintaan
berbagai pihak, yang memiliki kepentingan di lingkungan internal. Pada musim kompetisi 2011
– 2012, terjadi perpecahan di dalam tubuh Arema, dimana satu pihak mengikuti kompetisi Indonesian Super League ISL, sedangkan pihak
yang lain mengikuti kompetisi Indonesian Premiere League IPL, sehingga terjadi pemberitaan yang tidak seimbang di Malang Post terhadap dua tim yang
sama-sama menggunakan nama Arema tersebut. Harian Malang Post terkesan
6
lebih memihak kepada Arema Indonesian Super League ISL. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Hegemoni Kekuasaan Pada Produksi Berita
” Analisis Wacana Berita Arema Indonesian Premiere League di Harian Malang Post.
B. FOKUS PENELITIAN