- Tubuh bagian atas berwarna coklat dan bagian bawah berwarna putih
kekuning-kuningan. -
Panjang badan 125 – 205 mm.
2.2.1. Pengaruh Tikus terhadap Kesehatan
Salah satu pengaruh tikus terhadap kesehatan adalah sebagai pembawa penyakit pes, merupakan penyakit yang disebabkan oleh pinjal tikus dan dapat
ditularkan kepada manusia, pes juga dikenal sebagai penyakit sampar ini adalah penyakit yang sangat fatal dengan gejala bakteriaemia, demam yang tinggi, shock,
penurunan tekanan darah, nadi cepat dan tidak teratur, gangguan mental, kelemahan, gelisah dan koma tidak sadar. Penyebab penyakit ini adalah oleh bakteri yersinia
pestis Depkes RI, 2003.
2.3. Upaya Pengendalian Tikus
2.3.1. Pengendalian Secara Fisik
Pengendalian tikus secara fisik untuk mempertahankan populasi tikus pada tingkat serendah-rendahnya, yang meliputi: Perbaikan sanitasi lingkungan seperti,
penyimpanan sampah, pengumpulan sampah, pembuangan sampah yang saniter membuat bangunan kedap tikus, penyimpanan barang yang masih berguna pada
tempat yang terang, menukar posisi meubeler secara berkala dan membuat bangunan selalu dalam keadaan bersih dan memasang perangkap tikus Iskandar, A, 1995.
Jufrihadi : Efektivitas Fumigan Metil Bromida CH3Br Untuk Pemberantasan Tikus Di Kapal Dengan Menggunakan Sistem Manual Dan Sistem Penguapan Di Pelabuhan Tanjung Pinang Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
2.3.2. Pengendalian Secara Kimia
Upaya pengendalian tikus secara kimia dilakukan dengan peracunan yang menggunakan umpan, peracunan biasanya secara lambat maupun peracunan secara
cepat dengan racun seperti: red squill, warfarin, pivel fumarin dan dipachinone Iskandar, A, dkk, 1995. Sedangkan untuk pemberantasan tikus pada bangunan dan
ruang tertutup, menggunakan bahan kimia khusus yaitu fumigan. Fumigan adalah suatu kelompok khusus sederhana, merupakan senyawa yang
mudah menguap dan berada dalam bentuk gas pada temperatur lebih besar, digunakan untuk membasmi vektor penular penyakit Kusnoputranto, H, 2000. Saat
ini jenis fumigan yang banyak digunakan adalah jenis fumigan CH
3
Br untuk pemberantasan vektor khususnya tikus di kapal Depkes RI, 1990.
2.3.3. Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian tikus secara biologi dengan memelihara hewan sebagai predator seperti kucing, cerpelai dan ular. Di Indonesia pada umumnya memelihara kucing
sebagai pengendalian secara biologi, tetapi dalam hal ini, kucing tidak dapat mengatasi masalah populasi tikus, karena kucing dapat membawa penyakit setelah
memangsa tikus Iskandar, A, 1995.
2.3.4. Perkiraan Jumlah Tikus
Jumlah kehidupan tikus dapat diperkirakan, bila ditemukan 1 ekor tikus yang hidup sama dengan 20 ekor tikus yang ada. Tetapi perkiraan ini dapat lebih efektif
lagi setelah dilakukan pengamatan yang khusus, seperti yang biasa dilakukan oleh petugas di KKP dalam pemeriksaan sanitasi kapal yaitu, ditemukan tanda-tanda
Jufrihadi : Efektivitas Fumigan Metil Bromida CH3Br Untuk Pemberantasan Tikus Di Kapal Dengan Menggunakan Sistem Manual Dan Sistem Penguapan Di Pelabuhan Tanjung Pinang Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
kehidupan tikus dengan cara: menghitung tumpukan kotoran excreta dengan perbandingan 1 tumpukan kotoran sama dengan 1 ekor tikus Depkes RI, 2003.
2.4. Pemberantasan Tikus di Kapal