Study of body measurement and feed intake in heifer and calf growth performance in the different topografi.

i

STUDI HUBUNGAN RESPON UKURAN TUBUH DAN
PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN
SAPI PEDET DAN DARA PADA LOKASI
YANG BERBEDA

SUTOMO SYAWAL

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Hubungan Respon Ukuran
Tubuh dan Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Sapi Pedet dan Dara pada

Lokasi yang Berbeda adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2012

Sutomo Syawal
NIM D151080041

iii

ABSTRACT
SUTOMO SYAWAL. Study of body measurement and feed intake in heifer and
calf growth performance in the different topografi. Supervised by BAGUS
PRIYO PURWANTO and IDAT GALIH PERMANA
The environment condition directly or inderectly influence animal
performance, such as growth. Growth in animal was difine in many ways. One of
its parameter is body growth. Location this riset was Cikole, Ciater and

Cibungbulan in East Java and Pondok Ranggon in Jakarta. The present study was
done in high, middle and lowland to observe wither height, body length (BL),
chest width (CW), and heart girth (HG). 121 heads calves and and heifer 131
heads. Calipster and Rondo Ribon were used to measure the body size. The
Gompertz model was used to predict the growth parameter of mature age. The age
maturity for highland was 348-372 days, midleland 378 days, and lowland 466
days. The growth rate for all body size (BL, CW, HG) were higher in highland
than midleland and lowland. The sequences of growth development from the
Gompertz analysis were BL, CW, and HG respectively. Heifer which those early
in puberty or mature age will reach better in body size.
Keywords: Gompertz model, growth, body size, puberty, topografi

iv

RINGKASAN
SUTOMO SYAWAL. Studi Hubungan Respon Ukuran Tubuh dan Pemberian
Pakan terhadap Pertumbuhan Sapi Pedet dan Dara pada Lokasi yang Berbeda.
Dibimbing oleh BAGUS P. PURWANTO DAN IDAT GALIH PERMANA
Perkembangan usaha peternakan sapi perah pada umumnya dilakukan
dalam dua bentuk, yaitu peternakan rakyat dan perusahaan sapi perah. Usaha

peternakan yang baik adalah usaha yang dapat mengoptimalkan efisiensi
manajemen sehingga diperoleh performans produktifitas yang maksimal.
Produktifitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti mutu genetik ternak,
lingkungan dan manajemen pemberian pakan. Faktor lingkungan, salah satunya
adalah aspek ketinggian tempat (dataran) yang sangat menarik untuk diteliti
terkait dengan pertumbuhan sapi perah. Pola pertumbuhan dapat diamati melalui
bagian tubuh yang tumbuh seperti bobot badan, tinggi pundak, panjang badan,
lingkar dada dan lebar dada. Pendugaan pola pertumbuhan melalui pendekatan
matematis dapat dilakukan dengan prinsip kurva pertumbuhan sigmoid yang salah
satunya dengan menggunakan kurva Gompertz.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan, tingkat
pubertas, pola pemberian pakan dan menduga pertumbuhan dengan model
Gompertz sapi pedet dan dara pada kondisi iklim lingkungan pemeliharaan yang
berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi bagi
peningkatan usaha produktivitas ternak sapi perah dan memberikan informasi
terhadap pengaruh dan pemanfaatn lingkungan terhadap pertumbuhan sapi perah.
Topografi yang diamati yang merupakan representasi lingkungan tropis
Indonesia terdiri dari dataran tinggi, sedang, dan rendah. Pengukuran ukuran
tubuh dilakukan secara langsung secara berkelanjutan di Cikole dan Ciater
Bandung (dataran tinggi), Cibungbulang Bogor (dataran sedang), dan Pondok

Rangon Jakarta (dataran rendah). Alat yang digunakan adalah kalipster dan pita
ukur.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2010. Kegiatan
penelitian dibagi dalam 3 kondisi lingkungan pemeliharaan pada sapi perah, yaitu:
1). Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Sapi perah (BPPT-SP) Cikole; 2)
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPBSU) Ciater, Jawa Barat sebagai
refleksi dataran tinggi; 3). Kawasan Cibungbulan, Jawa Barat sebagai refleksi
dataran menengah; dan 4). Kawasan Peternakan Sapi Perah Pondok Rangon,
Jakarta Timur sebagai profil dataran rendah.
Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah sapi perah FriesianHolstein (FH) betina berjumlah 252 ekor, terdiri dari sapi pedet yaitu sapi betina
berumur 0-8 bulan sejumlah 121 ekor dan sapi dara, yaitu sapi betina yang
berumur 9-24 bulan, berjumlah 131 ekor, untuk BPT Cikole sebanyak 45 ekor,
Ciater 58 ekor, Pamijahan 85 ekor dan Pondok Ranggon 64 ekor. Pengukuran
dilakukan tiap bulan pada keempat lokasi, selama 4 bulan pada lokasi penelitian.
Peubah Parameter ini yaitu lingkar dada, lebar dada, panjang badan dan
tinggi pundak. Pemberian pakan yaitu jumlah konsentrat dan hijauan yang
diberikan ditimbang pada pemberian pakan. Selanjutnya dilakukan perhitungan

v
terhadap kandungan nutrisi pakan, yaitu: bahan kering (BK), protein kasar (PK),

total digestible nutrient (TDN) dan serat kasar (SK).
Data yang terkumpul dihitung rataan (x) dan simpangan deviasi (SE).
Piranti lunak SAS V.9.1 digunakan untuk menghitung dan membuat kurva
-

Gompertz
dengan persamaan Yt = A , dimana Y t = bobot badan sapi
pada waktu t atau bulan (kg); A = rataan bobot badan dewasa (kg); e = bilangan
natural yang bernilai 2.71828, b = konstanta yang didapat sewaktu bobot badan
lahir dengan Y 0 ≠ 0, atau t o ≠ 0, k = laju kedewasaan yang menunjukan rasio
antara laju pertumbahan bobot badan maksimum dengan bobot badan dewasa.
Hasil penelitian ini yaitu 1) Sapi FH pedet dan dara memiliki tingkat
konsumsi pakan lebih besar yang dipelihara pada dataran tinggi, diikuti oleh
dataran menengah dan tingkat konsumsi terendah pada pemeliharaan di dataran
rendah. Sapi FH pedet dan dara memiliki tingkat konsumsi pakan lebih besar yang
dipelihara pada dataran tinggi (9.42 kg/ekor/h), diikuti oleh dataran rendah
(6.41 kg/ekor/h) dan tingkat konsumsi terendah pada pemeliharaan di dataran
sedang (4.37 kg/ekor/hr).2) Laju pertumbuhan ukuran tubuh sapi FH pedet dan
dara lebih besar pada pemeliharaan di dataran tinggi dibandingkan dataran
menengah dan rendah. 3) Urutan perkembangan bagian tubuh sapi FH relatif sama

untuk semua dataran penelitian, yaitu dimulai dari perkembangan tinggi pundak,
selanjutnya diikuti secara berurutan perkembangan lebar dada, lingkar dada dan
panjang badan. 4) Urutan awal tercapainya dewasa kelamin adalah pada dataran
tinggi (214 kg ), dataran sedang (227 kg) dan dataran rendah (269 kg).
Kata Kunci : Model Gompertz, pertumbuhan, ukuran tubuh, pubertas, topografi

vi

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

vii


STUDI HUBUNGAN RESPON UKURAN TUBUH DAN
PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN
SAPI PEDET DAN DARA PADA LOKASI
YANG BERBEDA

SUTOMO SYAWAL

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

viii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Sc.Agr.

ix

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis

: Studi Hubungan Respon Ukuran Tubuh dan Pemberian
Pakan terhadap Pertumbuhan Sapi Pedet dan Dara pada
Lokasi yang Berbeda

Nama

: Sutomo Syawal

NIM

: D151080041


Program Studi/Mayor

: Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bagus Priyo Purwanto, M.Agr..
Ketua

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi/Mayor
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA


Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 4 April 2012

Tanggal Lulus:

x
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT, karena dengan

limpahan rahmat, karunia-Nya dan dengan pertolongan-Nya sehingga

dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Tesis memuat hasil penelitian
mengenai “Studi Hubungan Respon Ukuran Tubuh dan Pemberian Pakan
Terhadap Pertumbuhan Sapi Pedet dan Dara pada Lokasi yang Berbeda” yang

dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Okober 2010.
Pada kesmpatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang tulus kepada kedua orang tua, Ayahanda Prof.Dr.Ir. M. Syawal, M.Sc dan
Ibunda Prof.Dr. dr. Rukiah Syawal yang selalu memberikan motivasi, moril,
materil, perhatian yang tulus dan doa restu yang tiada hentinya, begitu pula
kepada kedua mertua penulis Drs. Kamaruddin Yahya dan Habibah, yang penuh
dengan keikhlasan dan perhatian dalam membantu penulis.
Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan kepada Komisi
Pembimbing, Dr.Ir. Bagus Priyo Purwanto, M.Agr dan Dr.Ir. Idat Galih Permana,
M.Sc.Agr, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan serta arahan dalam proses penyusunan tesis ini menjadi sebuah karya
ilmiah yang baik. Terima kasih kepada Prof.Dr.Ir. Toto Toharmat, M.ScAgr.
sebagai penguji pada ujian sidang tesis yang telah memberikan pertanyaan dan
saran yang bermanfaat dan memiliki arti penting untuk kesempurnaan tesis ini.
Kepada Rektor Universitas Hasanuddin, Dekan Fakultas Peternakan, Ketua
Jurusan Produksi Ternak dan staf, penulis mengucapkan terima kasih atas izin
dan kesempatan yang diberikan untuk menempuh pendidikan program Magister di
Sekolah Pascasarjana IPB. Serta Ditjen Dikti atas bantuan dana beasiswa
pendidikan BPPS yang telah diberikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.AgrSc sebagai Ketua Depatemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Dr.Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA sebagai
Ketua Program Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, staf pengajar,
administrasi dan staf penunjuang Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Kepada

Dinas

Peternakan,

Provinsi

Jawa

Barat,

Kepala

Balai

Pengembangan dan Perbibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole, Lembang

xi
dan staf, Ketua Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (KPBSU) Ciater,
Subang, Jawa Barat, Para peternak pada Kawasan Usaha Peternakan (Kunak),
Cibungbulan, Bogor dan Kawasan Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon,
Jakarta Timur, terimakasih penulis sampaikan atas izin penggunakan lokasi dan
telah memberikan bantuan dan kerjasama dalam proses penelitian pada wilayah
tersebut sehingga pelaksanaan penelitian dapat dilaksanakan sampai selesai.
Untaian kata terima kasih, rasa cinta dan sayang penulis sampaikan kepada
istri tercinta dr. Ida Mujahidah dan anak-anakku Muh. Fathul Khair dan Muh.
Fauzan Azhim yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan doa dan
permohonan maaf atas kekurangan waktu dan perhatian dalam keluarga selama
menempuh pendidikan di Bogor. .Demikian pula terimakasih yang tulus kepada
Kakak, dr. Purnamanita Syawal, SpM, M.Kes dan Ir. Firdaus Syawal, MM atas
bantuan materil dan perhatian yang telah diberikan selama pendidikan di Bogor.
Ucapan terimakasih banyak kepada Prima Puji Raharjo, S.Pt, M.Si, Adi
Rakhman, S.Pt, M.Si, dan Ir. Dadang Suherman, M.Si atas kebaikan, bantuan
perhatian, kekeluargaan dan persahabatan yang telah terjalin selama ini dan juga
pada proses pengolahan data, memperbaiki kalimat dalam proses penyusunan
tesis. Ucapan terima kasih khusus juga Bapak Norman dan Ibu Yoshi atas
perhatian dan kekeluargaan yang telah terjalin selama menetap pada

masa

pendidikan di Kosan Kemanggisan, dan warga masyarakat pada wilayah Babakan
Doneng, Dramaga, Bogor. Begitupula kepada teman-teman ITP Angkatan 2008,
2009, khususnya pada Adnan, Jaya Putra Jahidin, Hilda Susanty, Farhani Zakaria,
Muh. Ikhsan A. Dagong, Yoshi Lia, dan Bambang dan rekan-rekan mahasiswa
Program Studi Ilmu Teknlogi Peternakan atas segala bantuan yang diberikan.
Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah dihasilkan ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peternakan
dimasa yang akan datang. Amin.

Bogor, Juni 2012

Sutomo Syawal

xii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tanggal 28
Maret 1976 dari ayah Mohammad Syawal dan Ibu Sitti Rukiah. Penulis
merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara.
Program sarjana ditempuh di Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar, lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2006,
penulis menyelesaikan pendidikan Magister pada Program Studi Sosiologi dan
Penyuluhan Lingkungan, Universitas Hasanuddin. Pada tahun 2008, penulis
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana pada Program Studi Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor dengan Beasiswa
BPPS dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan
Nasional.
Penulis diterima sebagai staf pengajar pada program studi Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar, pada tahun 2003.

xiii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
Pemeliharaan Sapi Pedet.........................................................................
Pemeliharaan Sapi Dara ..........................................................................
Hijauan dan Konsentrat .........................................................................
Pemberian Pakan pada Sapi Perah ........................................................
Pertumbuhan Sapi Perah ........................................................................
Titik Infleksi . .........................................................................................
Ukuran Tubuh ........................................................................................
Kurva Pertumbuhan ...............................................................................
Model Gompertz ....................................................................................

4
4
5
6
7
12
13
14
14

BAHAN DAN METODE ...............................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................
Materi Penelitian ....................................................................................
Metode Penelitian ..................................................................................
Analisis Data ..........................................................................................

16
16
16
16
17

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ..........................................................
Konsumsi Pakan Sapi Pedet dan Dara ......................................................
Lingkar Dada ............................................................................................
Lebar Dada ................................................................................................
Tinggi Pundak ..........................................................................................
Panjang Badan ..........................................................................................
Bobot Badan ..............................................................................................

19
19
20
23
26
29
32
34

KESIMPULAN ............................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39
LAMPIRAN .................................................................................................... 42

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
1.

Pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran lingkar dada .................... 10

2.

Jumlah sapi FH betina yang digunakan dalam penelitian ...................... 16

3.

Keadaan topografi pada masing-masing lokasi penelitian .................... 19

4.

Konsumsi hijauan dan konsentrat sapi pedet ......................................... 20

5.

Konsumsi hijauan dan konsentrat sapi dara ........................................... 21

6.

Rataan lingkar dada sapi pedet dan dara pada masing-masing
lokasi penelitian ..................................................................................... 23

7.

Nilai dugaan Parameter A, b dan k lingkar dada pada model
Gompertz pada lokasi penelitian ........................................................... 25

8.

Rataan lebar dada sapi pedet dan dara pada masing-masing
lokasi penelitian ..................................................................................... 27

9.

Nilai dugaan parameter A,b dan k lebar dada pada model
Gompertz pada lokasi penelitian ........................................................... 28

10.

Rataan tinggi pundak sapi pedet dan dara pada masing-masing
lokasi penelitian ..................................................................................... 30

11.

Nilai dugaan parameter A,b dan k tinggi pundak pada model
Gompertz pada lokasi penelitian ........................................................... 31

12.

Rataan panjang badan sapi Pedet dan dara pada masing-masing
lokasi Penelitian ..................................................................................... 32

13.

Nilai dugaan parameter A,b dan k panjang badan pada model
Gompertz pada lokasi penelitian .......................................................... 33

14.

Rataan bobot badan sapi pedet dan dara pada masing-masing
lokasi penelitian ..................................................................................... 35

15.

Nilai dugaan parameter A,b dan k bobot badan pada model
Gompertz pada lokasi penelitian .......................................................... 36

15
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1.

Pola kurva pertumbuhan ternak .............................................................

7

2.

Kurva pertumbuhan sapi perah ..............................................................

9

3.

Bagian-bagian tubuh yang diukur .......................................................... 18

4.

Perkembangan lingkar dada sapi pedet dan dara pada lokasi penelitian

5.

Perkembangan lebar dada sapi pedet dan dara pada lokasi penelitian .. 29

6.

Perkembangan tinggi pundak sapi pedet dan dara pada lokasi penelitian 31

7.

Perkembangan panjang badan sapi pedet dan dara pada lokasi penelitian 34

8.

Perkembangan bobot badan sapi pedet dan dara pada lokasi penelitian

26

37

16
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1.

Persamaan Gompertz pada lingkar dada Cikole ..................................... 43

2.

Persamaan Gompertz pada lingkar dada Ciater ...................................... 43

3.

Persamaan Gompertz pada lingkar dada Cibungbulang ......................... 43

4.

Persamaan Gompertz pada lingkar dada P. Ranggon ............................. 43

5.

Persamaan Gompertz pada lebar dada Cikole ....................................... 44

6.

Persamaan Gompertz pada lebar dada Ciater ........................................ 44

7.

Persamaan Gompertz pada lebar dada Cibungbulang ........................... 44

8.

Persamaan Gompertz pada lebar dada P. Ranggon ............................... 44

9.

Persamaan Gompertz pada panjang badan di Cikole ............................ 45

10.

Persamaan Gompertz pada panjang badan di Ciater ............................. 45

11.

Persamaan Gompertz pada panjang badan di Cibungbulang ................ 45

12.

Persamaan Gompertz pada panjang badan di P. Ranggon .................... 45

13.

Persamaan Gompertz pada tinggi pundak di Cikole .............................. 46

14.

Persamaan Gompertz pada tinggi pundak di Ciater .............................. 46

15.

Persamaan Gompertz pada tinggi pundak di Cibungbulang .................. 46

16.

Persamaan Gompertz pada tinggi pundak di P. Ranggon ...................... 46

17.

Persamaan Gompertz pada bobot badan di Cikole ................................ 47

18.

Persamaan Gompertz pada bobot badan di Ciater ................................. 47

19.

Persamaan Gompertz pada bobot badan di Cibungbulang .................... 47

20.

Persamaan Gompertz pada bobot badan di P. Ranggon ........................ 47

21.

Konsumsi bahan kering hijauan sapi pedet ........................................... 48

22.

Konsumsi protein kasar hijauan sapi pedet ........................................... 48

23.

Konsumsi TDN hijauan sapi pedet ........................................................ 48

24.

Konsumsi serat kasar hijauan sapi pedet ............................................... 48

25.

Konsumsi lemak kasar hijauan sapi pedet ............................................. 49

26.

Konsumsi BETN hijauan sapi pedet ...................................................... 49

27.

Konsumsi bahan kering konsentrat sapi pedet ....................................... 49

28.

Konsumsi protein kasar konsentrat sapi pedet ....................................... 49

29.

Konsumsi TDN konsentrat sapi pedet ................................................... 50

17
30.

Konsumsi serat kasar konsentrat sapi pedet .......................................... 50

31.

Konsumsi lemak kasar konsentrat sapi pedet ........................................ 50

32.

Konsumsi BETN konsentrat sapi pedet ................................................. 50

33.

Konsumsi bahan kering hijauan sapi dara ............................................. 51

34.

Konsumsi protein kasar hijauan sapi dara ............................................. 51

35.

Konsumsi TDN hijauan sapi dara .......................................................... 51

36.

Konsumsi serat kasar hijauan sapi dara .................................................. 51

37.

Konsumsi lemak kasar hijauan sapi dara ............................................... 52

38.

Konsumsi BETN hijauan sapi dara ........................................................ 52

39.

Konsumsi bahan kering konsentrat sapi dara ........................................ 52

40.

Konsumsi protein kasar konsentrat sapi dara ........................................ 52

41.

Konsumsi TDN konsentrat sapi dara ..................................................... 53

42.

Konsumsi serat kasar konsentrat sapi dara ............................................ 53

43.

Konsumsi lemak kasar konsentrat sapi dara .......................................... 53

44.

Konsumsi BETN konsentrat sapi dara ................................................... 54

45.

Prosedur pengolahan data menggunakan model Gompertz …………… 54

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan usaha peternakan sapi perah pada umumnya dilakukan
dalam dua bentuk, yaitu skala kecil dan skala besar. Usaha peternakan yang baik
adalah usaha yang dapat mengoptimalkan efisiensi manajemen sehingga diperoleh
performans produktifitas yang maksimal. Produktifitas ternak dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti mutu genetik ternak, lingkungan dan manajemen
pemberian pakan.
Faktor lingkungan, salah satunya adalah aspek ketinggian tempat (dataran)
yang sangat menarik untuk diteliti terkait dengan pertumbuhan sapi perah.
Dataran di Indonesia sebagai negara beriklim tropis diwakili oleh tiga dataran,
yakni: dataran tinggi, dataran sedang, dan dataran rendah. Sedangkan, bangsa sapi
perah di Indonesia yang banyak dipelihara adalah sapi perah Friesian Holstein
yang didatangkan sejak pemerintahan Belanda dari Belanda (iklim subtropis).
Oleh karena itu sangat penting untuk mempelajari pola pertumbuhan sapi perah
pada ketiga topografi sebagai adaptasi lingkungan.
Pertumbuhan seekor ternak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagianbagian komponennya. Pertumbuhan komponen-komponen tersebut berlangsung
dengan laju yang berbeda, sehingga perubahan ukuran komponen menghasilkan
diferensiasi atau pembedaan karakteristik individual sel atau organ. Perubahan
organ-organ dan jaringan berlangsung secara gradual hingga tercapainya ukuran
dan bentuk karakteristik masing-masing organ dan jaringan.
Pertumbuhan ternak dapat diduga dengan memperhatikan penampilan fisik
dan bobot hidupnya. Pertumbuhan ternak adalah hasil dari proses yang
berkesinambungan dalam seluruh hidup ternak tersebut, setiap komponen tubuh
mempunyai kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda. Fenomena pertumbuhan
ini, salah satunya dapat dilihat dari tulang yang merupakan komponen tubuh yang
mengalami pertumbuhan paling dini (Campbell et al. 2003).
Lawrie (1995) menyatakan bahwa selama pertumbuhan dan perkembangan,
bagian-bagian dan komponen tubuh mengalami perubahan. Jaringan-jaringan
tubuh mengalami pertumbuhan yang berbeda dan mencapai pertumbuhan

2

maksimal dengan kecepatan yang berbeda pula. Komponen tubuh secara
kumulatif mengalami pertambahan berat selama pertumbuhan sampai mencapai
kedewasaan. Pertumbuhan mempengaruhi pula distribusi berat dan komposisi
kimia komponen tubuh termasuk tulang, otot dan lemak. Tulang, otot dan lemak
merupakan komponen utama penyusun tubuh.
Pola pertumbuhan dapat diamati melalui bagian tubuh yang tumbuh seperti
bobot badan, tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada dan lebar dada.
Pendugaan pola pertumbuhan melalui pendekatan matematis dapat dilakukan
dengan prinsip kurva pertumbuhan sigmoid. Kurva pertumbuhan dengan model
Gompertz merupakan kurva yang digunakan pada pendugaan pertumbuhan
ternak.
Model Gompertz merupakan model yang sering digunakan dalam studi
pertumbuhan ternak dan mempunyai tiga parameter yaitu: A, b dan k. Pendugaan
nilai parameter A sebagai cerminan atas adanya asimtot ditunjukkan dari dugaan
terhadap bobot dewasa tubuh. Nilai b adalah nilai konstanta integral. Serta nilai k
merupakan nilai rataan mencapai kedewasaan. Model Gompertz telah banyak
digunakan oleh peneliti untuk mengetahui pertumbuhan ternak diantaranya pada
ternak domba oleh Subandriyo et al. (2000) dan Suparyanto et al.(2001) dan pada
ternak sapi oleh Maharani et al. (2001).
Bobot atau masa hewan yang dicatat semenjak konsepsi sampai dengan saat
kematian menunjukkan kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (huruf S).
Berdasarkan besarnya kecepatan, dapat dibedakan dua macam (fase) pertumbuhan
yang dibatasi oleh titik belok (titik infleksi). Fase pertumbuhan yang dimaksud
adalah (1) fase akselerasi atau fase pertumbuhan dini dan (2) fase retardasi atau
pertumbuhan senja atau fase pertumbuhan lambat.
Titik infleksi merupakan titik belok pada kurva pertumbuhan saat terjadinya
perpindahan dari percepatan hingga mulai memasuki masa perlambatan
pertumbuhan. Titik infleksi dikenal dengan titik saat ternak tersebut mengalami
pubertas (Broody 1974). Waktu titik infleksi tercapai adalah saat ekonomis dari
ternak, karena pada waktu tersebut tingkat mortalitas berada pada titik terendah
dan pertumbuhan paling besar.

3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan, pola
pemberian pakan dan menduga pertumbuhan dengan model Gompertz pada
kondisi lingkungan pemeliharaan berdasarkan daerah yang berbeda.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi bagi
peningkatan usaha produktivitas ternak sapi perah dan memberikan informasi
terhadap pemanfaatan lingkungan terhadap pertumbuhan sapi pedet dan dara.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Pemeliharaan Sapi Pedet
Umur 1-8 bulan sapi masih digolongkan pedet. Pada fase sapi pedet
pertumbuhan mulai memasuki fase percepatan, dimana fase ini sapi akan tumbuh
dengan maskimal apabila didukung oleh pakan, lingkungan dan manajemen
pemeliharaan yang baik. Pertumbuhan yang baik pada pada umur pedet
ditunjukkan pula oleh hasil penelitian Maharani (2001) dengan interval satu bulan
yaitu 37.44; 62.50 dan 103.62. Hal ini membuktikan bahwa pada fase pedet sapi
akan tumbuh dengan optimal, oleh karena itu dibutuhkan penanganan yang baik
dan benar (Sudono et al. 2003).
Pada kondisi usaha peternakan rakyat, penyapihan pedet sapi perah
umumnya dilakukan pada umur 3-3.5 bulan; dan selama periode pra-sapih
tersebut dibutuhkan susu segar sekitar 350 liter (Sudono 1999). Beberapa peneliti
melaporkan, bahwa penyapihan pedet sapi perah dapat dilakukan 4-5 minggu,
yaitu ketika mampu mengkonsumsi ransum pemula sebanyak 500-600 g/hari
(Montiel & Ahuja 2005).

Pemeliharaan Sapi Dara
Umur 9-24 bulan sapi sudah memasuki umur dara, pada umur ini sapi sudah
mengalami pubertas. Pubertas pada sapi menunjukkan titik dimana sapi akan
mulai memperlihatkan laju pertumbuhan yang melambat setelah pubertas. Pada
rentang umur 9-24 bulan, sapi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda dewasa
kealmin, pada rentang umur ini sapi sudah dapat dikawinkan.
Pertumbuhan sapi dara sebelum melahirkan anak pertama tergantung pada
cara pemeliharaan dan pemberian pakan, namun demikian umumnya para
peternak selalu mengabaikan pemeliharaan yang baik dan layak. Hal ini terjadi
karena tingginya biaya pemeliharaan, sedang sapi tersebut belum menghasilkan
susu (Syarief & Sumoprastowo 1985).

5

Hijauan dan Konsentrat
Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan produktivitas
dan keuntungan sapi perah. Menurut Tyler & Enseminger (2006) pakan
merupakan kontributor utama terbesar sebagai biaya produksi dalam industri
peternakan yaitu sekitar 45-55%. Menurut Sudono et al. (2003) bahwa biaya yang
dikeluarkan untuk pakan di Indonesia mencapai 60-70% dari total biaya produksi.
Kondisi tersebut menyarankan pemberian pakan yang baik akan menguntungkan
bagi para peternak.
Pemberian pakan pada ternak hendaknya memperhatikan dua hal, yaitu
kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan produksi. Pada sapi pedet, pemberian
pakan untuk menunjang kebutuhan hidup pokok, pada sapi dara selain untuk
kebutuhan hidup pokok juga produksi, dengan fokus utama adalah pertambahan
bobot badan (PBB). Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah
kecukupan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energi (TDN). Pakan sapi
perah yang hanya terdiri dari hijauan saja akan sulit mencapai produksi yang
tinggi. Akan tetapi apabila pakan sapi perah hanya terdiri konsentrat saja,
produksinya akan tinggi dengan biaya akan menjadi relatif mahal dan ada
kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan sapi perah ke arah penggemukan
(Sudono et al. 2003).
Hijauan dan konsentrat sebagai komponen pakan sapi perah merupakan zatzat makanan yang dibutuhkan sapi perah untuk berbagai fungsi tubuhnya. Agar
zat-zat makanan yang dibutuhkan itu dapat terpenuhi, hijauan, dan konsentrat
perlu diformulasikan menjadi suatu ransum. Dengan demikian, formulasi ransum
sapi perah bertujuan untuk menyusun suatu ransum yang dapat memenuhi zat-zat
makanan dari bahan pakan dan kebutuhan zat-zat makanan (Agenas et al. 2006).
Faktor iklim topografi memiliki hubungan dengan konsumsi pakan pada
sapi perah. Rahardja (2007) menyatakan bahwa faktor iklim berpengaruh
langsung terhadap konsumsi pakan dalam hal perilaku merumput, pengambilan
dan penggunaan makanan, efisiensi penggunaan makanan dan hilangnya zat-zat
makanan karena berkeringat dan air liur. Pengaruh tidak langsung iklim terhadap
tingkat konsumsi adalah ketersediaan sumber makanan di wilayah tersebut.

6

Pemberian Pakan pada Sapi Perah
Pakan utama sapi perah secara umum terdiri dari dua macam yaitu hijauan
atau pakan kasar dan konsentrat (Blakely & David 1994). Faktor yang
mempengaruhi konsumsi sapi perah adalah bobot badan, tingkat pertumbuhan dan
tingkat produksi susu (NRC 2001). Pemberian konsentrat diberikan dengan tujuan
sebagai suplai energi dan protein yang tidak tercukupi hanya dengan pemberian
hijauan saja terutama pada sapi yang pertumbuhan dan produksi susunya tinggi.
Pada sapi pedet pakan berupa konsentrat diberikan sebanyak 1.5 hingga 2
kg setiap hari, sampai sapi dara mencapai umur 1 tahun, ditambah dengan jerami
atau disediakan padang rumput yang berkualitas baik dengan pilihan bebas.
Konsentrat perlu lebih banyak diberikan apabila kualitas hhijauan yang diberikan
kurang memadai (Blakely & David 1994).
Kebutuhan hidup pokok ternak dewasa sebagian besar dapat terpenuhi
dengan pemberian hijauan semata meskipun kualitasnya agak rendah. Umumnya
peternakan menggunakan pakan hijauan sebagai pilihan utama dengan proporsi
yang besar karena secara ekonomis harga hijauan lebih murah dibandingkan harga
konsentrat. Disisi lain, sapi dara yang belum mencapai umur 10-12 bulan jika
diberi hijauan tunggal, walaupun dengan kualitas sangat baik, maka mereka tidak
mencapai pertumbuhan yang normal.
Kebutuhan sapi perah akan zat makanan terdiri atas kebutuhan hidup pokok
dan kebutuhan produksi. Kebutuhan hidup pokok diterjemahkan sebagai
kebutuhan untuk mempertahankan bobot hidup. Seekor sapi yang memperoleh
pakan hanya sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya, bobot
sapi tersebut tidak akan naik, juga tidak akan turun dan produksi susunya juga
tidak ada. Jika sapi tersebut memperoleh pakan lebih dari kebutuhan pokok
hidupnya, sebagian kelebihan pakannya akan dapat diubah menjadi bentuk
produksi. Misalnya, produksi air susu, pertumbuhan atau untuk produksi tenaga
(Sutardi 1981).
Jumlah pemberian ransum (hijauan dan konsentrat) dapat diperkirakan dari
kebutuhan akan bahan kering (Sutardi 1981). Jumlah bahan kering yang diberikan
perlu dibatasi karena kapasitas rumen yang terbatas. Jumlah bahan kering yang
disarankan adalah 2-3% dari bobot badan, artinya dengan jumlah bahan kering

7

tertentu harus dapat terpenuhi kebutuhan energi dan protein (Penn 2004). Sapi
yang berproduksi tinggi dapat mengkonsumsi bahan kering pakan 3.6-4.0% bobot
hidupnya (Sutardi 1983). Besarnya konsumsi bahan kering dipengaruhi antara
lain oleh bobot badan ternak, jenis ransum, umur atau kondisi ternak, jenis
kelamin, dan kandungan energi bahan pakan.
Pertumbuhan Sapi Perah
Pertumbuhan adalah kenaikan bobot seekor ternak sampai ukuran dewasa
tubuh tercapai. Pertumbuhan juga merupakan suatu fenomena universal yang
bermula dari telur yang telah dibuahi oleh sperma dan berlanjut sampai hewan
mencapai dewasa. Terjadi dua hal dasar pada pertumbuhan hewan, yaitu
pertambahan bobot hidup yang disebut pertumbuhan dan perubahan bentuk yang
disebut perkembangan. Perubahan ukuran meliputi perubahan bobot hidup,
bentuk, komposisi tubuh, termasuk pula perubahan pada komponen-komponen
tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen kimia, terutama air,
lemak, protein dan abu. Pertumbuhan ternak merupakan kumpulan dari
pertumbuhan bagian-bagian komponennya (Montiel & Ahuja, 2005).

Gambar 1 Pola kurva pertumbuhan ternak (Forrest et al. 1975).
Kurva pertumbuhan ternak dari lahir hingga dewasa tubuh dengan sumbu x
menunjukkan umur dan sumbu y menunjukkan bobot badan. Pertumbuhan adalah
pertambahan berat badan dan ukuran-ukuran tubuh sesuai dengan umur dan dapat

8

dilukiskan sebagai garis atau gambaran kurva sigmoid. Kurva pertumbuhan
sigmoid mencerminkan pertumbuhan ternak dari awal dilahirkan kemudian fase
percepatan hingga mencapai titik infleksi, selanjutnya ternak mencapai dewasa
tubuh dan pada fase ini sudah mulai terjadi fase perlambatan dan akhirnya
mengalami pertumbuhan tetap (Suparyanto 1999).
Pertumbuhan komponen-komponen tersebut berlangsung dengan laju yang
berbeda sehingga perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau
perbedaan karakteristik individual sel dan organ. Menurut Tayler dan Ensminger
(2006) pertumbuhan adalah bertambahnya bobot hingga ukuran dewasa tercapai
seperti diferensiasi selular dan perubahan bentuk tubuh.
Menurut Sugeng (2002) menyatakan bahwa pada periode pertumbuhan
setelah disapih, maka laju pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain potensi dan pola pertumbuhan masing-masing individu ternak. Potensi
pertumbuhan dipengaruhi oleh bangsa dan jenis kelamin, sedangkan pola
pertumbuhan tergantung sistem manajemen yang digunakan, tingkat nutrisi yang
tersedia, kesehatan ternak dan iklim.
Selama pertumbuhan dan perkembangan, bagian-bagian dan komponen
tubuh mengalami perubahan. Jaringan-jaringan tubuh mengalami pertumbuhan
yang berbeda dan mencapai pertumbuhan maksimal dengan kecepatan berbeda
pula. Komponen tubuh secara kumulatif mengalami pertambahan berat selama
pertumbuhan sampai mencapai kedewasaan dengan urutan tulang, otot dan lemak
atas dasar rasio pertumbuhan diferensial. Pertumbuhan tulang yang mengalami
pertumbuhan terakhir adalah tulang rusuk. Oleh karena itu, lingkar dada dan lebar
dada cenderung akan tumbuh lebih lambat dibandingkan tinggi pundak dan
panjang badan karena berhubungan pertumbuhan tulang rusuk (Soeparno 1998).
Ukuran lingkar dada dapat menjadi pedoman untuk menduga bobot badan,
karena badan dan rusuk yang panjang memungkinkan sapi mampu menampung
jumlah makanan yang banyak. Ukuran tulang terutama bagian dada sapi,
menentukan kapasitas rongga dalam dan merupakan tempat ditemukan alat-alat
vital seperti paru-paru, jantung dan alat pencernaan. Lingkar dada dipengaruhi
kondisi tubuh sehingga berkorelasi positif dengan bobot badan (Sutardi 1983).

9

0.7
0.5
0.6
0.7

0.7
0.5

Gambar 2 Kurva pertumbuhan sapi perah (Tyler & Ensminger 2006).
Pada gambar 2 menunjukkan bahwa umur 9-24 bulan sapi sudah memasuki
umur dara, pada umur ini sapi perah pubertas, pubertas pada sapi menunjukkan
titik dimana sapi akan mulai memperlihatkan laju pertumbuhan yang melambat
setelah pubertas. Pada rentang umur 9-24 bulan, sapi juga sudah mulai
menunjukkan tanda-tanda dewasa tubuh oleh karena itu pada rentang umur ini
sapi sudah dapat dikawinkan (Sudono 1999).
Sudono et al. (2003) menjelaskan bahwa target bobot badan sapi dara umur
8-14 bulan adalah 200-300 kg. Sapi-sapi dara dapat dikawinkan pertama kali
setelah sapi tersebut berumur 15 bulan dan ukuran tubuhnya cukup besar dengan
berat badan sekitar 275 kg, supaya sapi-sapi dara dapat beranak umur 2 tahun.
Hasil penelitian Tazkia (2009) di Lembang Barat menunjukkan bobot badan 275
kg akan dicapai sekitar umur 11-12 bulan dan bobot badan 350 kg akan dicapai
sekitar umur 17-18 bulan. Pendugaan pendugaan bobot badan dari lingkar dada
disajikan pada Tabel 1 berikut.

10

Tabel 1 Pendugaan bobot badan (BB) berdasarkan ukuran lingkar dada (LD)
LD
BB
LD
BB
LD
BB
LD
BB
(cm)
(kg)
(cm)
(kg)
(cm)
(kg)
(cm) (kg)
76
39
114
124
152
278
190
496
77
40
115
127
153
282
191
503
78
42
116
130
154
286
192
510
79
43
117
133
155
291
193
517
80
44
118
137
156
297
194
523
81
47
119
140
157
303
195
529
82
48
120
143
158
308
196
538
83
50
121
146
159
311
197
545
84
51
122
150
160
318
198
551
85
53
123
154
161
324
199
557
86
55
124
157
162
330
200
564
87
56
125
161
163
335
201
572
88
58
126
164
164
339
202
579
89
60
127
168
165
346
203
585
90
63
128
172
166
352
204
592
91
65
129
176
167
356
205
600
92
67
130
180
168
360
206
609
93
69
131
184
169
365
207
615
94
70
132
188
170
370
208
621
95
73
133
192
171
375
209
631
96
75
134
196
172
382
210
638
97
78
135
200
173
389
211
646
98
80
136
203
174
395
212
652
99
82
137
208
175
400
213
660
100
85
138
212
176
406
214
670
101
89
139
216
177
413
215
678
102
90
140
220
178
419
216
686
103
93
141
225
179
425
217
683
104
96
142
230
180
430
218
701
105
99
143
235
181
436
219
710
106
101
144
239
182
444
220
719
107
102
145
242
183
451
221
726
108
105
146
248
184
457
222
733
109
109
147
253
185
462
223
742
110
112
148
258
186
469
224
751
111
115
149
262
187
477
225
760
112
117
150
266
188
484
226
768
113
120
151
272
189
491
227
776
Sumber : Sudono et al. (2003).

11

Sudono et al. (2003) menjelaskan bahwa target bobot badan sapi dara umur
8-14 bulan adalah 200-300 kg. Sapi-sapi dara dapat dikawinkan pertama kali
setelah sapi tersebut berumur 15 bulan dan ukuran tubuhnya cukup besar dengan
berat badan sekitar 275 kg, supaya sapi-sapi dara dapat beranak umur 2 tahun.
Hasil penelitian Tazkia (2009) di Lembang Barat menunjukkan bobot badan 275
kg akan dicapai sekitar umur 11-12 bulan dan bobot badan 350 kg akan dicapai
sekitar umur 17-18 bulan.
Pemeliharaan yang baik serta pemberian ransum yang berkualitas, sapi dara
akan terus tumbuh sampai umur 4-5 tahun. Bila sapi dara tidak mendapatkan
ransum yang cukup ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, maka akan terjadi
hal-hal sebagai berikut : (a) Pada waktu sapi dara beranak pertama kali, maka
besar atau bobot badannya tidak akan mencapai ukuran normal, (b) Sapi terlambat
beranak untuk pertama kalinya dan (c) Produksi cenderung akan rendah, tidak
sesuai dengan yang diharapkan (Sutardi 1981).
Menurut Fitzhugh (1976) kurva pertumbuhan merupakan pencerminan
kemampuan suatu individu atau populasi untuk mengaktualisasikan diri sekaligus
sebagai ukuran berkembangnya bagian-bagian tubuh hingga mencapai ukuran
maksimal (dewasa) pada kondisi lingkungan tertentu. Lingkungan tersebut dapat
berupa level produksi individu, kuantitas dan kualitas pakan, lokasi dan
lingkungan secara umum. Model linier tersebut mempunyai kelemahan yaitu
adanya salah penafsiran seolah-olah pertumbuhan ternak linier dan positif
sehingga akan terjadi salah penafsiran. Model linier tidak mengenal laju
perumbuhan yang akan mulai berkurang setelah mengalami titik infleksi yang
biasanya terjadi pada waktu pubertas.
Bangsa sapi perah yang dipelihara di Indonesia umumnya merupakan sapi
Friesien Holstein (FH) yang berasal dari Eropa. Kondisi iklim merupakan aspek
lingkungan yang banyak mempengaruhi produksi dan reproduksi ternak sapi FH
dalam ransum akibat sangat cepatnya pertumbuhan jaringan protein dalam tubuh.
Proporsi protein yang dibutuhkan berangsur-angsur berkurang ketika ternak
menjadi tua dan menyimpan protein dalam jumlah sedikit (Sudono et al. 2003).
Kurva non linier kemudian diajukan sebagai model matematik yang
menjelaskan hubungan pertumbuhan dengan waktu untuk mengatasi masalah

12

fenomena biologis. Kurva pertumbuhan mempunyai kelebihan selain secara
statistik mampu menduga bobot data lapangan secara akurat, parameter dari kurva
pertumbuhan mempunyai arti biologis yang penting dalam menilai efisiensi ternak
(Suwarwoto 1983).
Titik Infleksi
Titik infleksi merupakan titik mencapai kecepatan pertumbuhan maksimum
dan mencapai percepatan yang menurun, Campbell et al. (2003) menjelaskan
bahwa titik infleksi mengindikasikan: 1) Waktu mencapai pertumbuhan
maksimum yakni perubahan dari percepatan menjadi penurunan kecepatan
pertumbuhan; 2) Umur pubertas; 3) Tingkat kematian spesifik yang terkecil; dan
4) Suatu referensi geometrik untuk determinasi kesamaan umur antar ternak
berbeda (dan juga kesamaan umur pada pertumbuhan populasi).
Titik infleksi menandakan ternak mengalami pubertas. Hal ini menjadi
indikator produktivitas ternak jika dilihat dari aspek reproduksinya. Salisbury dan
Van Demak (1985) mengatakan bahwa makanan kualitas buruk dan faktor-faktor
lainnya menyebabkan gangguan pertumbuhan tubuh belum cukup untuk
menerima kelahiran yang diperlukan kondisi tubuh yang baik saat beranak dan
suplai nutrisi yang cukup pada awal laktasi guna memperoleh produksi tinggi
pada sapi perah.
Suwarwoto (1983) menyatakan bahwa korelasi diantara tinggi pundak, lebar
dada dan bobot badan adalah sangat nyata (P