Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Keterampilan Menulis Argumentasi

1. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Keterampilan Menulis Argumentasi

Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dipengaruhi oleh pemahaman yang ada pada seseorang terhadap kegiatan itu. Tidak terkecuali dalam proses pembelajaran. Pemahaman yang baik dari seorang guru menjadi modal utama dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang selanjutnya dilaksanakan secara nyata dalam proses pembelajaran. Demikian halnya

Hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X SMA negeri di kabupaten Karanganyar mengenai pemahaman terhadap pembelajaran keterampilan menulis argumentasi ditemukan dua macam persepsi, yaitu guru beranggapan bahwa teori perlu disampaikan secara rinci sebelum praktik menulis dilaksanakan dan sebagian lagi menyatakan praktik menulis lebih diutamakan daripada menyampaikan teori.

a. Guru Beranggapan Teori Perlu Disampaikan secara Rinci sebelum Praktik Menulis Dilaksanakan

Sebagian guru berpendapat bahwa keterampilan menulis argumentasi merupakan pembelajaran yang sulit bagi siswa jika dibandingkan dengan keterampilan menulis yang lain. Keterampilan menulis argumentasi merupakan pembelajaran yang sulit karena siswa dituntut untuk dapat berargumen. Ada kalanya siswa terjebak dalam menentukan jenis tulisannya termasuk ke dalam kategori tulisan apa. Setelah ditulis, barulah mereka sadar bahwa yang ditulisnya bukan tulisan argumentasi melainkan jenis tulisan yang lain.

Guru perlu menyampaikan teori tentang tulisan argumentasi secara lebih rinci sebelum melakukan praktik menulis argumentasi. Teori disampaikan secara rinci kepada siswa karena dianggap lebih penting agar mereka terlebih dahulu memahami teori tentang tulisan argumentasi. Guru menganggap siswa akan mengalami kesulitan saat praktik menulis paragraf argumentasi jika siswa terlebih dahulu tidak paham mengenai tulisan argumentasi. Guru menjelaskan secara rinci tentang pengertian tulisan Guru perlu menyampaikan teori tentang tulisan argumentasi secara lebih rinci sebelum melakukan praktik menulis argumentasi. Teori disampaikan secara rinci kepada siswa karena dianggap lebih penting agar mereka terlebih dahulu memahami teori tentang tulisan argumentasi. Guru menganggap siswa akan mengalami kesulitan saat praktik menulis paragraf argumentasi jika siswa terlebih dahulu tidak paham mengenai tulisan argumentasi. Guru menjelaskan secara rinci tentang pengertian tulisan

Penyampaian teori secara rinci ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami tulisan argumentasi. Jika siswa sudah memahami teori yang disampaikan guru, baru kemudian siswa diminta untuk menulis paragraf argumentasi dengan tema yang telah ditentukan. Guru menjadi pusat pembelajaran karena guru memakai metode ceramah saat menjelaskan. Siswa menjadi kurang antusias dan terkadang bosan saat mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran tidak langsung dimulai dengan penyampaian materi. Guru merangsang pemahaman siswa dengan mengajak siswa untuk berdebat maupun diskusi mengenai kejadian yang sedang hangat diperbincangkan. Dari kegiatan tersebut kemudian akan muncul pendapat yang beragam. Setelah kegiatan itu berakhir barulah guru menjelaskan bahwa yang mereka sampaikan adalah argumen atau pendapat.

Waktu yang dimiliki siswa untuk berlatih menulis di kelas seimbang dengan penyampaian materi. Materi yang disampaikan pada awal pembelajaran dirasa kurang setelah mengetahui hasil praktik menulis siswa belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu, guru kembali menjelaskan materi. Penjelasan materi secara berulang ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada siswa. Jika waktu pembelajaran di sekolah dirasa kurang cukup memberikan kesempatan siswa untuk berlatih, guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk menyempurnakan tulisan argumentasinya.

b. Guru Beranggapan Praktik Menulis lebih Penting daripada Menyampaikan Teori b. Guru Beranggapan Praktik Menulis lebih Penting daripada Menyampaikan Teori

Dalam pembelajaran menulis pargraf argumentasi guru mengikuti aturan yang ada, yaitu 70% untuk praktik dan 30% untuk teori atau materi. Kualitas menulis siswa akan lebih bagus apabila lebih banyak berlatih yang bisa dimulai saat apersepsi. Materi disampaikan setelah siswa berpendapat mengenai topik yang disajikan. Apersepsi yang dilakukan oleh guru adalah memberikan stimulus kepada siswa dengan pertanyaan mengenai kejadian yang sedang hangat diperbincangkan. Dari kegiatan itu siswa diharapkan dapat mengemukakan pendapatnya secar lisan walaupun masih berupa kalimat sederhana. Setelah apersepsi dilaksanakan guru kemudian menyampaikan materi dengan ceramah. Pada dasarnya, ceramah dalam pembelajaran harus dilakukan. Guru beranggapan bahwa ceramah merupakan salah satu cara yang baik untuk menyampaikan materi.

Guru harus berupaya mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Selain dengan apersepsi di atas, kegiatan pembelajaran pun juga lebih banyak dilakukan dengan praktik. Setelah guru menyampaikan materi guru meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi. Guru memberikan satu tema pada setiap kelompok. Tema tersebut kemudian didiskusikan untuk dikembangkan menjadi sebuah paragraf argumentasi. Guru juga meminta siswa untuk membuat paragraf argumentasi dengan melihat contoh di surat kabar atau majalah. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat menemukan contoh paragraf argumentasi dari sumber lain selain yang Guru harus berupaya mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Selain dengan apersepsi di atas, kegiatan pembelajaran pun juga lebih banyak dilakukan dengan praktik. Setelah guru menyampaikan materi guru meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi. Guru memberikan satu tema pada setiap kelompok. Tema tersebut kemudian didiskusikan untuk dikembangkan menjadi sebuah paragraf argumentasi. Guru juga meminta siswa untuk membuat paragraf argumentasi dengan melihat contoh di surat kabar atau majalah. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat menemukan contoh paragraf argumentasi dari sumber lain selain yang

Guru menyadari bahwa hasil yang diharapkan dari pembelajaran menulis paragraf argumentasi adalah siswa dapat menulis argumentasi. Pemahaman yang baik dari siswa mengenai paragraf argumentasi dianggap percuma jika tidak direalisasikan ke dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk berlatih membuat paragraf argumentasi.