kompensasi berupa hasil yang menguntungkan dikemudian hari, jika mereka bersungguh-sungguh mengelola hutan rakyat yang dimilikinya.
Sampai saat ini belum ada suatu program atau penawaran baik dari pemerintah maupun pihak swasta yang berminat untuk ber mitra dalam usaha
kayu rakyat ini.
5. 1. 3 Sumberdaya Manusia
Yang dimaksud dalam sumberdaya manusia disini adalah para stakeholder yang terkait dengan kegiatan pengembangan usaha dibidang kayu rakyat seperti:
Pemerintah tingkat pusat hingga daerah sebagai pencentus program, LSM sebagai tenaga pendamping, swastapengusaha industri kayu besarsedangkecil,
material, meubeuler, sebagai konsumen kemudian masyarakat Desa Burat tengkulak,masyarakat tani hutan rakyat sebagai produsen juga bisa konsumen.
Dalam pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan di desa Burat, para stakeholder ini memiliki tugas masing-masing dalam menunjang kegiatan
pengelolaan hutan rakyat. Pemerintah bertindak sebagai regulator dan pengawasan kegiatan yang dilakukan, sedangkan LSM tingkat kabupaten memastikan
kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan, dimana swastapengusaha memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan nilai tambah kayu khususnya
kayu jenis sengon agar memberikan kontribusi yang lebih nyata dan untuk masyarakat Desa Burat sendiri bertindak sebagai kunci dari pengelolaan hutan
rakyat dengan berperan sebagai produsen penghasil kayu rakyat yang akan digunakan oleh berbagai pihak dengan berbagai pemanfaatan.
5. 1. 4 Pelaksanaan Kegiatan 5. 1. 4. 1 Penanaman
Pembibitan Ketersediaan bibit untuk petani hutan rakyat di Desa Burat cukup baik,
karena akses petani untuk mendapatkan bibit cukup mudah dan tersedia di Desa setempat. Bibit dapat dibeli di KWT Rahayu yang merupakan induk kelompok
tani di Desa Burat atau di sekitar Wonosobo – Purworejo. Umumnya petani lebih
memilih untuk membeli bibit di sekitar Wonosobo – Purworejo karena dirasakan
secara ekonomi lebih murah.
Petani yang telah mendapatkan pelatihan memiliki kecenderungan untuk melakukan pembibitan secara mandiri di lahan-lahan milik mereka masing-
masing. Pembibitan juga dapat dilakukan dengan cara trubusan yaitu memelihara bekas tebangan pohon. Cara ini dinilai cukup sederhana dan lebih ekonomis
karena tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif. Umumnya bibit trubusan memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan bibit hasil pembibitan.
Jarak tanam Secara garis besar jarak tanam yang digunakan petani hutan rakyat di Desa
Burat cukup bervariasai, dari 1 x 1 m, 2 x 3 m sampai 4 x 4 m, yang didasarkan kondisi kelerengan, bahkan masih ada beberapa petani yang belum
memperhatikan jarak tanam. Sebagian petani yang telah memperoleh penyuluhan kehutanan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Wonosobo sebagai jarak tanam ideal
untuk areal hutan rakyat, menggunakan jarak tanam 3 x 3 m dan 3 x 4 m. Dengan jarak tersebut petani masih bisa mempertahankan mata pencahariannya
dari hasil pertanian yang berbentuk tanaman hortikultur dan tanaman pertanian. Penanaman
Persiapan penanaman didahului dengan pembuatan lubang yang ukurannya diameter 10
– 20 cm dengan kedalaman 20 – 30 cm. Kemudian bibit yang telah mencapai tinggi kurang lebih 20
– 30 cm ditanamkan dan sekitar lokasi lubang tanam dibersihkan dari rumput liar.
5. 1. 4. 2 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan dan pendangiran. Kegiatan ini disesuaikan dengan usia pohon sengon yang terdapat di lahan masing-masing
petani. Pemeliharaan dilakukan dalam 4 tahap: 1
Usia 0 – 2 tahun, dilakukan pemupukan awal dan pendangiran. Pemupukan awal dilakukan dengan memberikan pupuk UREA, pupuk NPK dan pupuk
kandang dengan komposisi 1:1:2. Pendangiran pada tahap ini dilakukan dengan frekuensi 1-2 minggu sekali. Ini dilakukan karena pertumbuhan
memiliki masa yang rentan pada saat-saat tersebut. 2
Usia 2 – 4 tahun, dilakukan pendangiran setiap 1 bulan sekali. Pemberian pupuk sesuai dosis saat penanaman sekali dalam dua tahun.
3 Usia 4 – 7 tahun, dilakukan pendangiran setiap 6 bulan sekali.
4 Usia 7 tahun - ditebang, dilakukan pendangiran setiap 6 bulan sekali.
5. 1. 4. 3 Pemanenan