Sistem Manajemen Pengetahuan Pada Pengendalian Hama Terpadu Padi Sawah

SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN PADA
PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADI SAWAH

EDI NURACHMAD

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sistem Manajemen
Pengetahuan Pada Pengendalian Hama Terpadu Padi Sawah adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016

Edi Nurachmad
NIM G651120231

RINGKASAN
EDI NURACHMAD. Sistem Manajemen Pengetahuan Pada Pengendalian Hama
Terpadu Padi Sawah. Dibimbing oleh IRMAN HERMADI dan WISNU
ANANTA KUSUMA.
Tanaman padi adalah tanaman pangan yang menghasilkan makanan pokok
yaitu berupa beras yang menjadi makanan pokok bagi masyarakat indonesia. Oleh
sebab itu keberadaan tanaman ini harus selalu terpenuhi. Pemerintah berupaya
untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi dan melakukan swasembada
pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat. Penggunaan pestisida
selama bertahun-tahun dan terus-menerus, mengakibatkan berkurangnya
kesuburan tanah dan mempengaruhi penurunan produksi padi. Upaya partisipatif
yang dilakukan oleh pemerintah dan petani untuk meningkatkan produktivitas dan
perbaikan sistem pengelolaan pertanian, pemerintah menyelenggarakan pelatihan

kepada petani dan penyuluh melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu. Program ini telah memberikan dampak positif terhadap petani.
Kurangnya fasilitas untuk mengumpulkan informasi berdasarkan pengalaman
petani dan menyebarkan informasinya, sehingga kemampuan untuk meneruskan
program ini kepada para petani lainnya sangat tergantung kepada kemampuan
petani untuk membagi pengalaman mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengembangkan suatu sistem manajemen pengetahuan dalam pengendalian
hama secara terpadu, sehingga dapat dijadikan media berbagi pengetahuan bagi
pakar, tenaga penyuluh pertanian dan petani. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah Knowledge Managemet System Life Cycle (KMSLC).
Pengetahuan dalam sistem ini diperoleh secara tacit maupun explicit dari pakar,
tenaga penyuluh dan petani.
Hasil penelitian ini berupa laporan tesis, publikasi dan sistem manajemen
pengetahuan berbasis web. Sistem yang dikembangkan berbasis client dan server,
berupa aplikasi knowledge sharing, dengan fitur yaitu data pengetahuan hama
atau penyakit, forum untuk interaksi tanya jawab antara ahli dan petani, dan peta
informasi luas serangan. Sistem ini dirancang bagi pengguna agar mudah
mendapatkan, menyimpan, berbgai dan menyebarkan pengetahuan tentang
pengendalian hama secara terpadu. Pengembangan selanjutnya dari sistem ini
dapat ditambahkan dengan keragaman pengetahuan lainnya seperti penyakit,

pasca panen, unsur hara dan lain-lain, serta sistem yang dikembangkan harus lebih
adaftif terhadap perubahan akibat kebutuhan yang berkembang.
Kata kunci : Pengendalian Hama Terpadu, Manajemen Pengetahuan, Sistem
Manajemen Pengetahuan, Pengelolaan Tanaman Terpadu.

1

SUMMARY
EDI NURACHMAD. Knowledge Management System on Integrated Pest
Management for Rice Crops. Supervised by IRMAN HERMADI and WISNU
ANANTA KUSUMA.
Rice plants are staple food producing crops in Indonesia. It is the reason the
very existence of this plants must always be available. The Government tries to
increase rice productivity and undertake food supply security and at the same time
escalate the people’s welfare. The use of pesticides for years resulting damage in
the soil’s fertility, and thus contributes in decreasing the rice productivity. The
Government and farmers have both undergone participative efforts to increase the
productivity and repair the farming management system. One concrete effort is by
conducting trainings for farmers and instructors through Integrated Field School
of Crops Management. This programs have given positive impacts on farmers.

The lack of facility to gather information based on farmers’ experience and to
spread them with other farmers are very dependent on farmers’ ability to share
their experience. The purpose of this study is to develop a knowledge
management system in an integrated pests control, and to act as medium to share
knowledge for experts, farmers and instructors/advisors. The method used in this
research is Knowledge Managemet System Life Cycle (KMSLC). The knowledge
in the system are attained both tacit and explicit form experts, instructors/advisor
and the farmers.
The research outputs as thesis, publication and a web based knowledge
management system. The system developed is client and server based, in the form
of knowledge sharing application with features such as pests and diseases
knowledge, interactive forum for farmers and experts, and information map of the
spreading attack. This system is designed for users to easily access, store and
share knowledge about integrated pest control. This system can then be further
developed by adding other varieties of knowledge such as diseases, post harvest,
nutrients, etc., and be more adaptive towards changes due to raising in demands.
Key words: integrated pest management, knowledge managements, knowledge
management system, integrated crops management.

2


3

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN PADA
PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADI SAWAH

EDI NURACHMAD

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
4

5

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Yani Nurhadryani, SSi MT PhD

6

7
Judul Tesis : Sistem Manajemen Pengetahuan Pada Pengendalian Hama Terpadu
Padi Sawah
Nama
: Edi Nurachmad

NIM
: G651120231

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Irman Hermadi, SKom MS PhD
Ketua

Dr Eng Wisnu Ananta Kusuma, ST MT
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Komputer

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Sri Wahjuni, MT


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal ujian : 02 September 2016

Tanggal lulus :

8

9

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dari penelitian
ini adalah sistem manajemen pengetahuan dengan judul Sistem manajemen
pengetahuan pada pengendalian hama terpadu padi sawah.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada :
1


2

3
4
5
6
7

Bapak Irman Hermadi, Skom MS PhD dan Bapak Dr Eng Wisnu Ananta
Kusuma, ST MT selaku komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya hingga terselesaikannya tesis ini.
Keluargaku tercinta terutama Bapak (Alm.), Ibu, Istri dan kedua anakku yang
selalu berdoa dan kasih sayang serta memberikan motivasi untuk kelancaran
penyusunan tesis ini.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini
melalui Beasiswa Unggulan tahun anggaran 2012.
Departemen Ilmu Komputer-FMIPA Institut Pertanian Bogor beserta seluruh
staf sivitas akademika.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kesatuan Bogor, yang telah
memberikan dukungannya.

Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Bogor (STPP-Bogor) terutama Bapak
Rudi Hartono yang telah memberikan masukan data.
Rekan-rekan MKOM 14 atas kebersamaan, dukungan dan bantuannya selama
perkuliahan.

Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2016
Edi Nurachmad

10

11

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR


xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Komponen Dasar PTT
Komponen Pilihan PTT
Pengetahuan
Transformasi Pengetahuan
Manajemen Pengetahuan
Sistem Manajemen Pengetahuan
Metode Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan
Evaluasi Infrastruktur yang ada
Membentuk Tim MP
Menangkap Pengetahuan
Mendesain Blueprint SMP
Kodepikasi Pengetahuan
Perancangan Arsitektur SMP
Verifikasi dan Validasi SMP
Implementasi SMP
Mengelola Perubahan
Evaluasi

4
4
4
4
5
6
6
7
8
9
10
10
11
11
11
12
14
14
15

METODE PENELITIAN
Evaluasi Infrastruktur yang ada
Membentuk Tim MP
Menangkap Pengetahuan
Mendesain Blueprint SMP
Kodepikasi Pengetahuan
Model Perancangan SMP
Verifikasi dan Validasi SMP
Implementasi SMP

15
16
16
16
17
17
17
17
18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Evaluasi Infrastruktur yang ada
Hasil Membentuk Tim MP
Hasil Menangkap Pengetahuan

18
18
19
19

Mendesain Blueprint SMP
Hasil Kodepikasi Pengetahuan
Hasil Model Perancangan SMP
Hasil Verifikasi dan Validasi SMP
Hasil Implementasi SMP

21
21
23
29
30

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

32
32
32

DAFTAR PUSTAKA

33

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

54

12

13

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Penjelasan atribut dalam pengujian logika
Kriteria untuk pengujian dari pengguna
Stakeholder dalam Tim MP
Hasil evaluasi infrastruktur yang ada
Hasil stakeholder yang dilibatkan pada Tim MP
Hasil aturan produksi pengendalian hama
Deskripsi aktor
Deskripsi usecase
Kebutuhan fungsional
Hasil pengujian terhadap atribut logical

13
13
16
18
19
23
23
24
25
30

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Model Konversi Pengetahuan
Knowledge Organization
Metode KMSLC
Pendekatan Pengujian Logika
Adopsi KMSLC
Hasil Pemetaan Pengetahuan
Diagram Usecase
Model Domain Class Diagram
Struktur Navigasi Sistem
Hasil layout halaman utama sistem
Hasil layout sub-halaman sistem
Hasil implementasi halaman utama sistem
Hasil implementasi halaman peta sebaran OPT

6
7
9
12
15
21
24
26
27
28
28
31
31

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

14

Aturan produksi dari data pengetahuan
Diagram Activity mengecek gejala
Diagram Activity menjawab pertanyaan forum
Diagram Sequence proses mengecek gejala
Diagram Sequence proses membuat topik atau pertanyaan di forum
Diagram Sequence proses membuat komentar di forum
Hasil pengujian penerimaan pengguna
Skenario pengujian fungsi halaman utama
Skenario pengujian fungsi about
Skenario pengujian data pengetahuan hama / penyakit
Skenario pengujian fungsi mengecek gejala
Skenario pengujian fungsi forum – memberi komentar (reply)
Skenario pengujian fungsi forum – membuat topik baru
Skenario pengujian fungsi peta sebaran
Skenario pengujian fungsi download artikel
Skenario pengujian fungsi registrasi
Skenario pengujian fungsi login
Skenario pengujian fungsi edit daftar pengetahuan
Skenario pengujian fungsi entry data pengetahuan
Skenario pengujian fungsi entry data – gejala hama
Skenario pengujian fungsi entry data – Artikel
Skenario pengujian fungsi verifikasi data pengetahuan
Skenario pengujian fungsi logout
Hasil implementasi halaman daftar pengetahuan hama
Hasil implementasi halaman mengecek gejala
Hasil implementasi halaman forum

36
38
39
40
40
40
41
43
43
44
44
45
45
46
47
47
48
48
49
50
51
51
52
53
53
53

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi adalah tanaman pangan yang menghasilkan makanan pokok
yaitu berupa beras yang menjadi makanan pokok bagi masyarakat indonesia. Oleh
sebab itu keberadaan tanaman ini harus selalu terpenuhi. Pemerintah berupaya
untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi dan melakukan swasembada
pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sejak tahun 1967 (pelita I), melalui program intensifikasi pertanian
mencakup penggunaan pestisida, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan
produksi beras, penggunaan pestisida dianggap sebagai bagian yang paling
penting, sehingga pada saat itu petani mempunyai ketergantungan yang sangat
tinggi terhadap pestisida terutama dalam mengelola tanaman. Penggunaan
pestisida selama bertahun-tahun dan berjalan terus-menerus ternyata
mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah dan mempengaruhi penurunan
produksi padi (Udiyani dan Setiawan 2003).
Pengendalian hama atau penyakit tanaman dengan pestisida memang
merupakan cara paling praktis, ekonomis, dan efisien, namun hal itu ternyata
memberikan dampak negatif, diantaranya masalah kesehatan, pencemaran
lingkungan, dan gangguan keseimbangan ekologis. Penggunaan pestisida yang
tidak terkendali secara ekonomis menyebabkan timbulnya biaya produksi yang
tinggi, dan biaya sosial, diantaranya hilangnya hari kerja yang disebabkan
terjadinya keracunan dan menambah biaya pengobatan. Bagi kelestarian
lingkungan sendiri mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan, resistensi
pada hama, terbunuhnya organisme yang bukan sasaran, timbulnya ledakan hama
kedua, adanya residu racun pada tanaman, dan terjadinya resurjensi hama
(Djojosumarto 2008).
Pada tahun 1986, Pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 3, melakukan
pelarangan terhadap penggunaan 57 formulasi insektisida pada tanaman pangan
dan menginstruksikan penerapan Pengelolaan Tanaman secara Terpadu. Hal yang
dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan pelatihan kepada petani dan
petugas pertanian tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), ini menunjukkan
perhatian yang besar dari pemerintah terhadap alternatif pengendalian hama
secara non-kimiawi dengan tujuan menurunkan pemanfaatan dan ketergantungan
terhadap pestisida. (Untung 2007).
PTT didasari oleh prinsip ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, dimana
dalam prinsipnya penggunaan pestisida merupakan alternatif yang terakhir jika
cara pengendalian yang lain sudah tidak memungkinkan lagi dilakukan. Dalam
penerapan program ini, pemerintah Indonesia menyelenggarakan pelatihan kepada
petani melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), dan
dijadikan sebagai program nasional. Dari program ini beberapa penelitian
menunjukkan bahwa SL-PTT dapat memberikan dampak yang positif terhadap
petani diantaranya pengurangan penggunaan pestisida dan petani lebih cerdas
dalam melakukan kontrol terhadap hama dan penyakit tanaman dengan

1

menggunakan bahan-bahan non pestisida, sehingga meningkatkan efisiensi
produksi, meningkatkan produksi padi dan meningkatkan pendapatan petani
melalui pengelolaan lingkungan yang lebih baik (Nurbaeti dan Nurwan 2009) dan
(Suharjono 2011). Petani yang mengikuti SL-PTT memiliki pengetahuan, sikap
dan tindakan yang lebih baik dalam mengendalikan organisma penggangu
tanaman (OPT) dibandingkan yang non-SL-PTT. Sebagian petani yang nonSLPTT telah menerapkan program PTT melalui informasi dari petani alumni SLPTT dan petugas pertanian (Jajili 2012).
Pada pelaksanaanya program ini telah memberikan manfaat dari segi aspek
sosial dan ekonomi kepada petani, berupa penghematan biaya produksi,
meningkatkan jumlah produksi, mengurangi resiko gagal produksi dan
meningkatkan kesehatan petani terlebih menjaga lingkungan yang lebih baik.
Dunia Internasional mengakui bahwa Indonesia telah berhasil
mengembangkan program ini. Dalam periode 1989-1999, Indonesia berhasil
melatih lebih dari satu juta petani, khususnya petani tanaman padi dan tanaman
pangan lainnya melalui SL-PTT yang diselenggarakan oleh Departemen
Pertanian.
Kelemahan mendasar dari pelaksanaan program ini di Indonesia adalah
masih lemahnya sebaran informasi mengenai program SL-PTT. Kurangnya
fasilitas untuk mengumpulkan informasi berdasarkan pengalaman petani dan
menyebarkan informasinya, sehingga kemampuan untuk meneruskan program ini
kepada para petani lainnya sangat tergantung kepada kemampuan petani untuk
membagi pengalaman mereka. Karena itu, perlu dikembangkan suatu jaringan
komunikasi antara petani agar tujuan program ini dapat tercapai lebih luas
(Mutiara 2008).
Pratama (2013) membangun aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosis
hama dan penyakit padi, menggunakan microsoft visual basic 6.0 dengan database
microsoft acces 2007. Kamilah (2012) membangun sistem manajemen
pengetahuan dalam pemilihan benih dan virietas unggul padi yang sesuai dengan
kondisi dan lokasi lahan dan musim. Supriyanto (2011) membangun sistem
konsultasi agribisnis cabai secara online bagi pelaku agribisnis dalam bentuk web.
Sistem konsultasi ini dibangun untuk menyimpan informasi dan pengetahuan
dalam bentuk modul-modul konsultasi seperti pemilihan varietas unggul,
penentuan dosis pupuk, pengendalian hama dan penyakit serta teknologi budi
daya. Sikki (2010) membangun media informasi manajemen pengetahuan dengan
mensinergikan pemanfaatan teknologi informasi untuk mengelola pengetahuan
khususnya dalam ketahanan pangan. Putri dan Pangaribuan (2009) membangun
model sistem manajemen pengetahuan untuk memfasilitasi budaya saling berbagi
pengetahuan (share knowledge) dilingkungan Dinas Sosial Provinsi DKI dan
berguna untuk mengelola pengetahuan yang dimiliki oleh individu maupun
organisasi yang dikemas dalam bentuk dokumen elektronik (digital) dan
pemanfaatan teknologi informasi. Pasaribu, Permana dan Baehaki (1998)
membangun aplikasi sistem pakar untuk pengendalian hama terpadu pada
tanaman padi, Aplikasi yang dibangun menggunakan bahasa pemrograman prolog
dan C sehingga tidak menggunakan database, sistemnya adalah desktop.

2

3
Rumusan Masalah

Belum adanya sarana atau media untuk mengumpulkan informasi
pengetahuan tentang PTT padi terutama pada pengendalian hama terpadu yang
berasal dari pakar, tenaga penyuluh pertanian dan petani, baik dalam bentuk tacit
maupun explicit.

Tujuan

Tujuan penelitian adalah mengembangkan sistem manajemen pengetahuan
untuk berbagi pengetahuan dalam hal Pengendalian Hama Terpadu Padi Sawah.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media berbagi pengetahuan bagi
pakar, tenaga penyuluh pertanian dan petani untuk penyebaran informasi tentang
Pengendalian Hama Terpadu lebih mudah.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode Knowledge Management System Life
Cycle (KMSLC). Model Sistem Manajemen Pengetahuan (SMP) yang
dikembangkan adalah sharing system. Pengetahuan explicit diperoleh dari
berbagai sumber, sedangkan pengetahuan tacit dari pakar, peneliti dan tenaga
penyuluh pertanian yang berada di Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Bogor
(STPP-Bogor). Untuk data sebaran hama atau Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) menggunakan data statistika Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat untuk
musim tanam tahun 2011.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu upaya partisipatif yang
dilakukan oleh pemerintah dan petani untuk meningkatkan produktivitas dan
efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem pengelolaan pertanian yang
bersinergi dengan komponen teknologi yang dianjurkan (Direktorat Jenderal
Pertanian - Tanaman Pangan 2013).

Komponen Dasar PTT

Komponen dasar PTT, merupakan teknologi dasar yang dianjurkan untuk
diterapkan disemua lokasi padi sawah, komponen dasar tersebut adalah :
1 Varietas unggul baru (VUB) adalah varietas yang mempunyai hasil tinggi,
tahan terhadap biotik dan abiotik. Penggunaan varietas yang dianjurkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
2 Benih bermutu dan berlabel adalah benih berlabel biasanya sudah melalui
proses sertifikasi dan benih bermutu merupakan benih yang sehat dengan
pertumbuhan lebih cepat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
3 Pemupukan berdasarkan status hara dan kebutuhan tanaman. Pemberian
pupuk bervariasi tergantung pada musim tanam, jenis padi dan lokasi
penanaman.
4 Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), yaitu mengidentifikasi
jenis dan tingkat populasi hama, dilakukan melalui pengamatan langsung oleh
petani atau pengamat OPT.
5 Pengaturan jarak dan populasi tanaman, dilakukan dengan menerapkan sistem
tanam jajar legowo atau sistem tegel.
6 Penggunaan pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan organik bisa
berupa sisa tanaman atau kotoran hewan (pupuk kandang) dan telah
mengalami dekomposisi.

Komponen Pilihan PTT

Komponen teknologi pilihan atau alternatif adalah teknologi penunjang
yang tidak mutlak harus diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi
maupun kearifan lokal dan telah terbukti berpotensi meningkatkan
produktivitas/hasil panen. Komponen teknologi pilihan antara lain :

4

5
1

2

3
4
5
6
7

Pengelolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, dilakukan dengan
memanfaatkan traktor atau ternak, menggunakan bajak singkal dengan
kedalam olah > 20 cm.
Penanaman bibit muda (< 21 hari). Bibit muda mempunyai cadangan bahan
makanan untuk pertumbuahan lebih tinggi, lebih tahan menghadapi
pencabutan, pengangkutan dan penanaman dibandingkan dengan bibit yang
lebih tua.
Tanam dengan jumlah bibit terbatas 1 – 3 batang per-rumpun/per-lubang.
Pengairan dengan teknik berselang secara efektif dan efisien.
Pengendalian gulma dengan menggunakan landak/gasrok.
Panen tepat waktu, dengan memperhatikan umur tanaman padi dan cara
permanenan serta tinggi pemotongan tanaman.7
Pasca panen / perontokan gabah sesegera mungkin.

Pengetahuan

Davenport dan Prusak (1998), pengetahuan adalah suatu pengalaman yang
memiliki nilai dan informasi, sehingga menjadi wawasan bagi seseorang yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menggabungkannya menjadi
pengalaman dan informasi baru. Dalam organisasi, biasanya tersimpan tidak
hanya dalam bentuk dokumen atau repositori tetapi juga dalam bentuk proses
rutinitas dan kebiasaan. Pengetahuan juga dapat berupa hasil masukan nilai
seseorang berupa pengalaman sehingga menjadi suatu informasi atau data yang
relevan yang dijadikan dasar untuk melakukan tindakan (Turban 2008).
Beberapa tahapan menurut Davenport dan Prusak (1998) mengkonversi
informasi menjadi pengetahuan. Comparison (membandingkan informasi dengan
situasi yang telah diketahui), Consequences (menemukan implikasi dari informasi
yang bermanfaat), Connections (menghubungkan bagian informasi dengan hal
lain dan Conversations (membicarakan pandangan, pendapat serta tindakan orang
lain terkait dengan informasi tersebut).
Pengetahuan secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu tacit dan
explicit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang bersifat personal yang
disimpan atau ditulis dalam pemikiran orang per orang, yang dibangun melalui
proses pembelajaran dari pengalaman. Pengetahuan explicit adalah pengetahuan
yang diekspresikan dalam bentuk dokumentasi secara formal dan sistematik dapat
berupa dokumen atau database, telah ada dalam bentuk konkrit dan dapat
dikodefikasi.

Transformasi Pengetahuan

Nonaka dan Takeuchi (1995), penciptaan pengetahuan dimulai dari setiap
orang. Dalam sebuah perusahaan, pengetahuan dapat dikumpulkan dan
didokumentasikan kemudian diformulasikan secara sistematis sehingga dapat
menjadi pengetahuan bagi perusahaan dan dapat digunakan oleh orang lain di
dalam perusahaan itu sendiri, sehingga dari pengalaman individu didalam
perusahaan dapat menciptakan pengetahuan baru. Gambar 1 menunjukkan
bagaimana konversi penciptaan pengetahuan dari tacit menjadi explicit.

Gambar 1 Model Konversi Pengetahuan (Nonaka dan Takeuchi 1995)
a

b

c

d

Pengetahuan tacit ke tacit (Socialization) merupakan kegiatan berbagi
pengetahuan tacit diantar individu, dimana tacit disebarkan melalui kegiatan
bersama bukan melalui tulisan.
Pengetahuan tacit ke explicit (Eksternalization) merupakan penyajian tacit
kedalam explicit atau bentuk yang lebih mudah ditransformasikan dalam bentuk
umum seperti dokumen, manual dan sebagainya, sehingga mudah dipahami dan
digunakan oleh orang lain.
Pengetahuan explicit ke explicit (Combination) meliputi konversi explicit ke
dalam bentuk kumpulan pengetahuan explicit yang disimpan dalam bentuk
pangkalan data (database) sehingga akan lebih mudah dicari dan
dimanfaatkan kembali.
Pengetahuan explicit ke tacit (Internalization) merupakan konversi dari
explicit ke dalam tacit organisasi. Internalisasi disini merupakan proses
penerapan dan penguasaan pengetahuan explicit kedalam tindakan atau
praktek pada proses kegiatan oleh individu melalui simulasi, eksperimen, atau
belajar sambil bekerja dalam sebuah organisasi.

Manajemen Pengetahuan (MP)

Secara umum MP adalah suatu proses yang menyimpan, mentransfer,
mentransformasikan dan mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki oleh
organisasi untuk dipelihara dan dilindungi kepemilikannya oleh organisasi
6

7
(Schultze dan Leidner 2002). MP digunakan organisasi dengan tujuan untuk
menciptakan, mengumpulkan, mendapatkan dan menggunakan pengetahuan yang
dimiliki guna mendukung serta meningkatkan kinerja organisasi. Proses KM
dicirikan dengan adanya aktivitas menghasilkan dan meneruskan pengetahuan
yang dimiliki oleh perusahaan atau individu (Rosmala dan Falahah 2007).
Tindakan mengelola pengetahuan dapat dicirikan dalam empat aktivitas
sebagai berikut (Watson 2003) yaitu :
1 Memperoleh pengetahuan (belajar, menciptakan atau mengidentifikasi);
2 Menganalisis pengetahuan (mengkaji, membuktikan, atau penilaian);
3 Memelihara pengetahuan (mengorganisir, merepresentasikan, atau
memelihara);
4 Menggunakan pengetahuan (menerapkan, mentransfer atau membagikan).
Hal yang hampir sama dinyatakan oleh Awad dan Ghaziri (2010), pada
Gambar 2 bagaimana siklus proses MP yang meliputi penciptaan pengetahuan,
pengumpulan pengetahuan, atau penangkapan pengetahuan, mengorganisasikan
pengetahuan, memperbaiki pengetahuan, menyebarkan pengetahuan dan
mengelola pengetahuan yang ada, dimana proses tersebut akan terus menerus
berlangsung dan membentuk suatu siklus hidup yang namanya Knowledge
Management Life Cycle (KMLC).

Gambar 2 Knowledge Organization (Awad dan Ghaziri 2010)

Sistem Manajemen Pengetahuan (SMP)

Sistem Manajemen Pengetahuan adalah sistem yang mengelola atau
mengolah pengetahuan dengan menggunakan perangkat teknologi menjadi suatu
data sehingga dapat dijadikan informasi dan sumber pengetahuan. SMP
merupakan integrasi antara teknologi dan mekanisme yang dikembangkan untuk
mendukung proses MP (Becerra-Fernandez dan Sabherwal 2010), penggunaan
teknologi informasi modern secara sistematis dapat meningkatkan dan

mempercepat pengelolaan pengetahuan dari dalam atau luar organisasi (Ahlawat
dan Ahlawat 2006).
Salah satu sistem pendukung yang dapat diintegrasikan dalam mengolah
informasi adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem
infomasi berbasis komputer yang berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan,
mengolah, menganalisis, dan menampilkan data yang bereferensi geografis
(spasial) maupun non-geografis (data atribut/non-spasial).
Ada empat klasifikasi SMP yang mendukung berlangsungnya proses MP
(Becerra-Fernandez dan Sabherwal 2010) :
1 Sistem yang dapat menemukan pengetahuan (Knowledge Discovery Systems),
sistem yang mendukung untuk proses penemuan pengetahuan baru, baik tacit
atau explicit dari data atau pengetahuan sebelumnya, biasanya yang
digunakan berupa mesin pencari.
2 Sistem untuk menangkap pengetahuan (Knowledge Capture Systems), adanya
sistem yang mendukung proses menangkap atau mengambil pengetahuan
baru yang ada didalam atau diluar oraganisasi, termasuk pengetahuan baru
yang belum ada dalam organisasi, tindakan yang dilakukan berupa entry data
untuk pengetahuan baru.
3 Sistem berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing Systems), sistem yang
mendukung untuk penyebaran atau membagi pengetahuan baik tacit atau
explicit yang dikomunikasi dengan orang lain. Sistem dapat mendukung
pertukaran dan penyebaran pengetahuan.
4 Sistem aplikasi pengetahuan (Knowledge Application Systems), adanya
mekanisme dan teknologi yang mendukung sistem aplikasi pengetahuan,
sehingga individu dapat memperoleh, menggunakan dan belajar dari
pengetahuan yang ada.

Metode Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan

Menurut Awad dan Ghaziri (2010), langkah-langkah pengembangan SMP
yang diadopsi dari sistem konvensional yang merupakan pendekatan untuk
membanguan Knowledge Management System Life Cycle (KMSLC).
1 Evaluasi infrastruktur yang ada. Mengevaluasi bisa berupa ketersedian
finasial, sumberdaya dan penggunaan teknologi yang tersedia untuk
pengembang sistem.
2 Membentuk Tim MP, mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dan harus
ada selama proses pengembangan MP.
3 Menangkap Pengetahuan,
proses membangun knowledge base dari
pengetahuan yang ditangkap kedalam bentuk dokumen.
4 Mendesain Blueprint MP, merupakan tahap merancang blueprint sistem dan
menganalisis kebutuhan dari sistem yang dibangun.
5 Verifikasi dan Validasi SMP, tahap pengujian terhadap kodifikasi
pengetahuan dan pengujian terhadap fungsi-fungsi dalam sistem dan
mengecek kemungkinan terjadi kesalahan, kemudian melakukan perbaikan
pada sistem.

8

9
6

Implementasi Sistem, menerapkan sistem yang telah dibuat, pada kondisi
yang sebenarnya.
7 Mengelola Perubahan, melakukan pendekatan tertentu akibat adanya
perubahan budaya dan perilaku dalam organisasi atau institusi akibat
implementasi sistem.
8 Evaluasi Sistem, menilai atau mengukur keberhasilan dari sistem apakah
sudah sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pengguna.
Adapun tahapan pengembangan SMP dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai
berikut.

Gambar 3 Metode KMSLC (Awad dan Ghaziri 2010)

Evaluasi Struktur yang Ada

Proses evaluasi terhadap keberadaan infrastruktur yang tersedia, meliputi
ketersediaan anggara, sumberdaya manusia dan data, dan penggunaan teknologi
yang dapat digunakan untuk implementasi sistem.

Membentuk Tim KM

Membentuk tim KM adalah mengidentifikasi orang-orang (stakeholder)
yang akan terlibat dan bekerja sama dalam proses pengembangan sistem.

Menangkap Pengetahuan

Pengetahuan tacit sebagian besar sulit untuk dilakukan penangkapan,
pengetahuan ini sendiri biasanya berada pada pakar. Beberapa teknik yang dapat
dilakukan untuk menangkap pengetahuan tacit adalah wawancara, observasi,
brainstroming, pembuatan keputusan secara konsensus, diskusi kelompok, metode
delphi, konsep mapping dan blackboarding (Awad dan Ghaziri 2010).
Pengetahuan explicit dapat ditangkap dalam repositori seperti dokument, file
atau media lainnya, sedangkan pengetahuan tacit ditangkap melalui seorang pakar
dan orang yang mempunyai wewenang di organisasi atau perusahaan (Awad dan
Ghaziri 2010). Proses penangkapan pengetahuan meliputi pengumpulan, analisis,
dan menginterprestasikan pengetahuan yang dimiliki pakar. Dari pengetahuan
yang telah ditangkap, pengembang sistem membentuk basis pengetahuan dalam
bentuk dokumen, aturan dan parameter atau dalam bentuk skenario.
Pengetahuan data spasial adalah suatu data yang digunakan pada sistem
informasi geografis (SIG), data spasial memiliki dua bagian penting yang
membedakan dari data lainnya yaitu informasi lokasi atau informasi spasial dan
informasi atribut (Puntodewo, et al. 2003). Informasi lokasi atau spasial disini
mengidentifikasikan lokasi berupa kode garis lintang dan garis bujur dipermukaan
bumi, sedangkan informasi atribut berupa informasi non-spasial yang merupakan
deskripsi dari properti lokasi misalnya jumlah pendapatan, populasi penduduk dan
lain-lain.
Ada dua jenis model data spasial yaitu vektor dan raster. Model data vektor
menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan
bentuk titik-titik, garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atribut-atributnya,
sedangkan model data Raster menampilkan, dan menyimpan data spasial dengan
menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid.

10

11
Mendesain Blueprint SMP

Kodefikasi Pengetahuan

Kodefikasi merupakan pengkonversian pengetahuan tacit kedalam bentuk
pengetahuan explicit yang mudah digunakan, diorganisir dan direpresentasikan
sehingga menjadi visibel, mudah diakses dan berguna dengan memberikan nilai
tambah dalam pengambilan keputusan (Awad dan Ghaziri 2010). Beberapa
metode / skema untuk mengkodefikasikan pengetahuan :
1 Pemetaan pengetahuan (Knowledge Map) merupakan cara merepresentasikan
pengetahuan seseorang dalam bentuk skema yang berguna untuk
memvisualisasikan sistem yang komplek dalam suatu rangkaian proses.
2 Tabel Keputusan (Decision Table) merupakan teknik kodefikasi dengan
menggunakan sebuah tabel yang dibagi ke dalam daftar kondisi, aturan dan
tindakan serta daftar kesimpulan.
3 Pohon keputusan (Decision Trees), teknik kodefikasi yang berupa hirarki yang
terdiri dari node yang mewakili tujuan dan link yang mewakili keputusan atau
hasil.
4 Frame, kodefikasi untuk mengorganisasi pengetahuan dari pengalaman
sebelumnya. Elemennya berupa slot dan facet.
5 Aturan produksi (Production Rule), merupakan kodefikasi pengetahuan tacit
dalam bentuk pasangan sebab akibat, dengan aturan : JIKA (sebab) MAKA
(akibat).
6 Penalaran kasus sebelumnya (Case Base Reasoning), kodefikasi berdasarkan
penalaran dari kasus sebelumnya yang relevan dan mirip dari kasus terdahulu
untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.

Perancangan Arsitektur SMP

Membuat blueprint yang menyediakan rencana untuk membangun sistem
KM. Dengan mengacu pada model arsitektur MP Awad dan Ghaziri (2010), maka
rancangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1 User Interface Layer merupakan lapisan penghubung antara pengguna dengan
sistem MP, yang fungsinya menciptakan, menggunakan, menemukan kembali
dan berbagi pengetahuan. Interface layer disini merupakan antar muka antar
sistem dengan pengguna sistem biasanya berupa homepage.
2 Authorized Access Control, lapisan untuk tujuan keamanan, mengecek
pengguna, untuk menjaga keamanan dan jaminan akses yang tepat, keamanan
data, kontrol akses dan kontrol distribusi.
3 Collaborative Intelligence and Filtering Layer, lapisan berisi sarana yang
membantu user dalam permintaan data, komponen penting dari layer ini
adanya registrasi keanggotaan, pencarian artikel, dokumen, rekomendasi dan
filtering.

4

5

6
7

Knowledge-Enablening Application Layer, lapisan yang menciptakan
keunggulan kompetitif bagi pembelajaran organisasi. Lapisan ini menyimpan
keterampilan, sarana berkolaborasi, hardware dan software untuk konfrensi,
elektoronik / forum dan sistem pendukung keputusan lainnya.
Transport Layer, lapisan yang paling penting dalam sistem MP, yang
merupakan kemampuan networking dan distribusi pengetahuan. Lapisan ini
memuat teknologi seperti web-server, email-server, pendukung untuk
mendukung alur video atau audio.
Middleware Layer, merupakan lapisan yang menghubungkan atau
menyediakan koneksi antara aplikasi sistem MP dengan database yang ada.
Physical Layer, adalah lapisan yang menyediakan fasilitas penyimpanan
database operasional, database hasil-hasil diskusi, arsip forum, arsip dokumen,
dan database lainnya yang menggambarkan pondasi sistem manajemen
pengetahuan.

Verifikasi dan Validasi SMP

Pada proses verifikasi dan validasi SMP, pengujian tidak hanya pada fungsi
pada sistem terutama pada program, maka pengujian juga dilakukan pada
pengetahuan yang dikodefikasi. Ada dua tipe pengujian dalam SMP yaitu
pengujian secara logika (logical testing) dan pengujian dari pengguna (user
acceptance testing) (Awad dan Ghaziri 2010).
Proses pengujian secara logika dimulai dengan menganalisis urutan
pengetahuan yang dikodifikasi baik pengetahuan tacit atau exlicit, struktur, dan
spesifikasinya. Ada dua pendekatan yang digunakan pada pengujian secara logika
yaitu verifikasi dari formasi basis pengetahuan dan verifikasi dari fungsionalitas
basis pengetahuan (Awad dan Ghaziri 2010), adapun atribut yang diuji terhadap
logikal aplikasi seperti pada Gambar 4, penjelasan pengujian pada Tabel 1.

Gambar 4 Pendekatan Pengujian Logika
12

13
Tabel 1 Penjelasan Atribut dalam Pengujian Logika
Atribute
Aturan
Sirkular
Kelengkapan
Keyakinan
Ketepatan
Konsisten

Redudansi

Kehandalan

Keterangan
Aturan kondisi pengetahuan yang dapat menyebabkan atau
merujuk kembali pada kondisi pernyataan yang sama dari
pengetahuan sebelumnya.
Apakah sistem cukup baik menjawab semua kemungkinan
situasi yang ada pada lingkungan basis pengetahuan.
Sistem dapat memberikan pengetahuan dengan tingkat
keakuratan yang konsisten dan dapat dipercaya.
Apakah sistem dapat memberikan pengetahuan yang tepat dan
benar.
Sistem dapat menghasilkan jawaban yang sama untuk semua
data yang dimasukan tanpa adanya pertentangan atau jawaban
yang berbeda.
Didalam sistem apakah terjadi duplikasi pengetahuan ataupun
aturan yang ditulis dengan cara berbeda namun memiliki
pemecahan yang sama.
Sebuah sistem yang baik dapat memberikan solusi secara tepat,
akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pengujian dari pengguna yaitu pengujian yang dilakukan oleh Tim MP.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan blackbox terhadap fungsi-fungsi yang
telah dibangun. Adapun kriteria pengujian penerimaan pengguna ditunjukan pada
Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2 Kriteria untuk pengujian dari pengguna
Kriteria
Keakuratan

Kemampuan
beradaptasi
Kecukupan
Ketertarikan
Ketersediaan
Kemudahan
Penggunaan
Kecocokan
antar muka
Performance

Deskripsi
Apakah hasil keluaran atau solusi yang diberikan sesuai dengan
kenyataan atau yang diharapkan? Hasil diukur dengan
membandingkan jumlah jawaban yang benar.
Berkaitan dengan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan kondisi atau aturan ketika adanya informasi
baru. Sistem dapat menyesuaikan dengan keinginan pengguna.
Apakah solusi yang dihasilkan SMP memuaskan atau cukup baik
sehingga dapat diterima oleh user?
Seberapa besar kemungkinan SMP memiliki kecocokan terhadap
pemahaman pengguna?
Apakah SMP dapat memberikan solusi terhadap permasalahan
yang terkait?
Apakah SMP telah memudahkan kaidah-kaidah yang baik untuk
interkasi antara manusia dengan komputer?
Seberapa baik sistem dapat lolos uji, dengan permasalahan
sesuai dengan kehidupan nyata? Sehingga sistem dapat
dipercaya
Apakah semua fungsi dari sistem sudah sesuai dengan harapan
user?

Kriteria
Kehandalan
Ketangguhan
Uji
Operasional

Deskripsi
Apakah solusi yang diberikan, konsisten, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan?
Apakah sistem dapat berfungsi mendekati batasan cakupan yang
diberikan
Seberapa baik, secara operasional maupun teknik sistem dapat
memenuhi kebutuhan user?

Pengujian secara logika merupakan proses pengujian yang menitik beratkan
pada langkah-langkah pada koding pembuatan program. Apakah program atau
sistem yang dibangun sudah benar? yang tujuannya adalah program atau software
yang kita buat bebas dari kesalahan atau error. Sedangkan pengujian oleh
pengguna dititik beratkan pada, apakah sistem yang dibangun sudah tepat?.
Pengujian ini merupakan pengujian dari operasionalisasi sistem, untuk
mengetahui perilaku sistem dalam lingkungan yang sebenarnya.

Implementasi SMP

Mengimplementasikan atau menerapkan kode program yang dibuat pada
web server, dalam hal ini implementasi berarti menjalankan sistem ke dalam
operasi yang sebenarnya.

Mengelola Perubahan

Adanya implementasi sistem baru tentunya tidak mudah langsung diterima
oleh banyak orang didalam organisasi, adanya sistem baru tentunya akan terjadi
perubahan budaya dari manual menjadi teknologi, penolakan implementasi
terhadap sistem bisa saja terjadi, bisa dari pakar, personil IT maupun dari
pengguna sistem yang mungkin mereka cemas bahwa sistem akan mempengaruhi
pekerjaan mereka dalam pengambilan keputusan.
Oleh sebab itu manajemen organisasi perlu melakukan pendidikan dan
pelatihan kepada pengguna dan melibatkan orang-orang yang terkait didalam
sistem sehingga dapat mengurangi dan mengontrol penolakan terhadap perubahan
sistem.

14

15
Evaluasi

Setelah implementasi sistem MP berjalan, maka perlu dilakukan penilaian
terhadap hasil perubahan dari implementasi tersebut. Perhatian utama untuk
evaluasi pada kualitas dan ketepatan waktu dari hasil pengambilan keputusan,
perubahan organisasi dan sikap pengguna sistem. Hasil akhirnya dari evaluasi ini
adalah untuk memverifikasi dan memvalidasi kinerja sistem dan dampak yang
terjadi pada proses bisnis suatu organisasi.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan mengadopsi metode KMSLC dari Awad dan
Ghaziri (2010), dengan tahapan penelitian yaitu mengevaluasi infrastruktur yang
ada, membentuk tim MP, menangkap pengetahuan, mendesain blueprint,
verifikasi dan validasi SMP dan implementasi SMP, tahapan ditunjukkan pada
Gambar 5 berikut.

Gambar 5 Adopsi KMSLC

Evaluasi Infrastruktur yang ada

Mengevaluasi keberadaan infrastruktur yang tersedia, diantaranya sumber
dana, sumberdaya manusia dan data, dan penggunaan teknologi yang akan
digunakan dalam proses pengembangan dan implementasi sistem. Evaluasi secara
umum dilakukan terhadap perangkat yang ada, seperti perangkat keras, perangkat
lunak, perangkat jaringan, sumberdaya manusia dan perangkat data.

Membentuk Tim MP

Mengidentifikasi orang-orang yang akan terlibat selama proses
pengembangan SMP. Stakeholder yang terlibat dalam pembuatan SMP ini
dideskripsikan lebih jelas pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Stakeholder dalam Tim MP
No Pengguna / Tim MP
1 Pakar PTT
2
3
4

Administrator
Teknisi Lapangan /
Pengajar SL-PTT
Petani / Gapoktan

5

Pengembang SMP

Deskripsi
Orang yang memiliki pengetahuan tentang PTT,
dalam hal ini adalah Ahli dibidang tanaman padi
Orang yang mengelola sistem
Orang yang memberikan pengajaran atau pelatihan
kepada petani tentang PTT
Orang yang akan memberikan atau mebagikan
wawasan atau pengalaman dalam pelaksaaan PTT
dilapangan.
Orang yang akan membangun SMP.

Menangkap Pengetahuan

Menangkap pengetahuan dilakukan dengan mengidentifikasi sumbersumber pengetahuan baik pengetahuan tacit maupun explicit, melalui wawancara,
observasi dan studi literature. Pengetahuan explicit diambil dari buku-buku, jurnal
atau laporan penelitian, sedangkan pengetahuan tacit diperoleh dari pemikiran dan
pengalaman pakar, tenaga penyuluh dan petani yang kemudian didokumentasikan.
Penangkapan pengetahuan data spasial, berupa informasi lokasi atau spasial
yang mengidentifikasikan lokasi kode garis lintang dan garis bujur dipermukaan
bumi, dan informasi atribut berupa informasi non-spasial yang merupakan
deskripsi dari lokasi misalnya jumlah serangan OPT.

16

17
Mendesain Blueprint SMP

Kodepikasi pengetahuan

Pada penelitian ini kodefikasi pengetahuan dilakukan dengan menggunakan
skema berupa pemetaan pengetahuan dan production rule (penggunaan kodifikasi
dengan pasangan sebab-akibat (IF-THEN).

Model Perancangan SMP

1

2
3
4
5
6

Model perancangan yang dilakukan (Satzinger et all, 2010):
Diagram use case merupakan diagram yang digunakan untuk mengetahui
fungsi yang ada dalam sistem dan siapa yang berhak menggunakan funsi
tersebut.
Diagram Activity. Diagram yang menggambarkan aliran kerja atau aktivitas
dari sebuah sistem atau proses bisnis.
Diagram Class digunakan untuk menggambarkan sistem dari pendefinisian
kelas-kelas yang ada didalamnya.
Diagran Squence digunakan untuk menggambarkan alur event, waktu dan
urutannya yang terjadi pada objek dan kelas.
Desain navigasi sistem, untuk membantu pengguna dalam menjelajahi web.
Desain layout antarmuka halaman, untuk menggambarkan rancangan
antarmuka pada halaman aplikasi.

Verifikasi dan Validasi SMP

Verifikasi dan validasi untuk pengujian ini adalah pengujian pengetahuan,
pengujian ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengujian logical dan pengujian
penerimaan pengguna (Awad dan Ghaziri 2010).
1 Pengujian logical, pengujian ini dimulai dengan memverifikasi urutan
pengetahuan yang dikodefikasi baik pengetahuan tacit atau exlicit oleh pakar
dan verifikasi pengujian dilakukan terhadap atribut logical aplikasi oleh
administrator.
2 Pengujian penerimaan pengguna atau pengujian secara blackbox, merupakan
pengujian terhadap masing-masing fungsionalitas dari aplikasi yang dibangun,
dengan melihat kondisi hasil keluaran yang sesuai dengan kondisi masukan.
Pengujian ini dilakukan oleh Tim KM.

Implementasi SMP

Implementasi sistem MP, dengan menerapkan kode program maupun
basisdata pengetahuan yang sudah ada pada web server atau kondisi sebenarnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Evaluasi infrastruktur yang ada

Sebagai acuan untuk mempermudah proses pengembangan SMP, hasil
evaluasi keberadaan infrastruktur teknologi yang ada dan sudah dimiliki oleh
STPP-Bogor adalah sebagai berikut ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Evaluasi Infrastruktur
No
1

Infrastruktur
Perangkat Keras

2

Perangkat Lunak

4

Perangkat Jaringan

5

Perangkat Manusia

6

Perangkat Data

18

Hasil evaluasi
Komputer server yang cukup memadai, untuk
penyimpanan database, dan client untuk akses
databasenya.
Komputer server telah terinstall aplikasi open
source yaitu web server, database server MySQL
dan PHP.
Perangkat LAN menggunakan kabel RJ-45 dan
wireless access point dengan konektivitas jaringan
internetnya 15 Mbps.
Staf ahli dan peneliti dibidang pertanian terutama
hama atau penyakit tanaman padi.
Tenaga penyuluh pertanian yang memiliki
pengalaman dalam terhadap permasalahan di
lapangan atau lahan pertanian.
Gapoktan secara periodik diberikan pelatihanpelatihan atau penyuluhan pertanian, guna
memperkenalkan informasi baru. .
Data referensi berupa karya ilmiah hasil penelitian
maupun buku-buku.

19
Hasil Membentuk Tim MP

Pembentukan Tim MP ini untuk mengidentifikasikan sumber daya
(stakeholder) yang diperlukan dan dilibatkan dalam pengembangan SMP, antara
lain ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Stakeholder yang dilibatkan pada Tim MP
No Stakeholder
1. Pakar

2.

3.

Sumber Daya
Pakar hama dan penyakit tanaman padi :
Rudi Hartono
Pengembang 1. Peneliti dan progSMP
rammer :
Edi Nurachmad
2. System Analyst :
- Irman
Hermadi,
SKom MS PhD
- Dr Eng Wisnu
Ananta Kusuma,
ST MT
Administrator Staff IT / Karyawan
STPP-Bogor :
Rudi

4.

Anggota

5.

Tamu

Keterangan
Ahli hama dan penyakit tanaman
padi terutama pada penerapan
pengendalian secara terpadu.
1. Peneliti dan Programmer
yang
mengembangkan
aplikasi.
2. Orang yang memastikan
proses
penelitian
dan
pengembangan sistem dapat
berjalan dengan benar

Orang yang memiliki akses
untuk
mengelola
sistem
sehingga sistem akan terus
berkembang.
Penyuluh pertanian dan Orang yang terdaftar sebagai
Petani :
anggota dari sistem yang
Anwar dan Sukanta
bersedia berbagi pengetahuan
atau pengalamannya.
Petani
Orang yang mencari informasi
tentang hama atau penyakit
tanaman padi.

Hasil Menangkap Pengetahuan

1

Studi literatur

Pengetahuan explicit yang diambil dari buku-buku, makalah dan jurnal
penelitian yang terkait dengan PHT. Pengetahuan tersebut dikodefikasi dan
disimpan dalam database. Berikut beberapa buku, makalah dan jurnal yang
dirujuk :
a. Ilustrated guide to integrated pest management in rice in tropical asia –
Internationa Rice Research Institute, tahun 1986.

b. Laporan akhir riset unggulan terpadu III bidang teknologi perlindungan
lingkungan (1995-1998) : Teknologi aplikasi sistem pakar untuk pengendalian
hama terpadu (PHT) pada tanaman padi - Kantor Kementrian Negara Riset
dan Teknologi, tahun 1998.
c. Pengelolaan tanaman terpadu padi sawah – Balai Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Pertanian, tahun 2004.
d. Teknologi budi daya padi - Balai Besar Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Pertanian, tahun 2008.
e. Integrated pest management : concept, tactics, strategies and case studies –
Edward B. Redcliffe, William D. Hutchison and Rafael E. Cancelado, 2009.
f. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) pada padi sawah –
Atman Roja, tahun 2009.
g. Petunjuk teknis pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) padi
sawah – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, tahun 2011.
h. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi – Badan Penlitian dan
Pengembangan Pertanian, tahun 2011.
i. Untuk data spasial informasi lokasi garis lintang dan garis bujur, didapat dari
google maps. Untuk informasi atribut sebagai data deskripsi menggunakan
data statistika Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat untuk musim tanam tahun
2011.
2 Wawancara
Pengetahuan tacit ditangkap melalui wawancara dengan melibatkan
narasumber diantaranya pakar, tenaga penyuluh, gapoktan dan petani yang secara
langsung memiliki pengalaman dan permasalahan yang terjadi dilahan pertanian.
Pengetahuan yang ditangkap dari hasil wawancara adalah membagi
pertumbuhan tanaman padi ke dalam empat fase pertumbuhan yaitu fase
persemaian dimulai penyebaran benih pada persemaian hingga bibit siap untuk
dipindahkan. Usia fase persemaian dari 0 sampai dengan 18 hari. Fase vegetatif,
pada tahap ini berlangsung sejak munculnya anakan pertama hingga sampai
pembentukkan anakan maksimum tercapai yaitu munculnya sejumlah anakan
primer, sekunder dan tersier, ini terjadi pada 30 hari setelah pindah tanam.
Anakan terus berkembang sampai tanaman memasuki tahap pertumbuhan yaitu
pemanjangan batang, namun pada tahap ini belum terjadi pembentukan malai,
usia fase vegetatif 18 sampai dengan 50 hari. Fase generatif, pada tahap ini
ditandai dengan munculnya bakal malai berupa kerucut berbulu putih panjang 1,0
sampai 1,5 mm, muncul pada ruas buku utama (dapat terlihat dengan membelah
batang). Ini akan berkembang hingga bentuk malai terlihat jelas dan bulirnya
dapat dibedakan. Malai muda yang berkembang dalam pelepah daun bendera
menyebabkan pelepah daun menggembung (bunting), lalu malai akan keluar dari
pelepah daun dan terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
Tahap pembungaan dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan
terjadi proses pembuahan. Fase generatif ini dari usia tanam 50 sampai 80 hari.
Fase pematangan / pemasakan, pada tahap ini dimulai dari gabah yang mulai terisi
dengan cairan berupa susu (gabah matang susu), kemudian cairan susu tersebut
berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras, gabah pada malai mulai

20

21
menguning (gabah setengah matang), gabah yang matang berkembang penuh,
keras dan berwarna kuning.
Dari empat fase pertumbuhan tersebut disetiap fase, kemudian diidentifikasi
dengan mengajukan pertanyaan mengenai hama apa