1.000 kasus setiap tahunnya Tolan, 2011; CFSPH, 2005; Subahar et al., 2005. Adanya insidens pada Amerika Serikat diduga karena peningkatan jumlah imigran
dari Meksiko dan negara berkembang lain yang datang ke negara tersebut White, 1997.
Negara-negara di benua Asia, Bhutan, India, Nepal, Thailand, dan beberapa bagian di Indonesia merupakan daerah endemis sistiserkosis WHO, 2009.
Daerah Korea dan Myanmar diduga juga merupakan daerah endemik, namun tidak ada data yang mendukung WHO, 2009. Prevalensi sistiserkosis pada
Papua, di daerah pedesaan Kabupaten Jayawijaya sebesar 41,3-66,7 Subahar et al., 2005 sedangkan di Sumatera Utara, prevalensi taeniasis dan sistiserkosis
sejak tahun 1972-2000 dilaporkan berkisar antara 1,9 sampai 2,29 Simanjuntak dan Widarso, 2004. Pada penelitian epidemiologi yang diadakan
tahun 2003 sampai 2006 oleh Wandra, dari 240 orang menunjukkan 2,5 positif terinfeksi Taenia asiatica. Pada tahun 2003, dijumpai 2 orang positif dari 58
orang 3,4, sedangkan pada tahun 2005 ditemukan 4 dari 182 orang positif 2,2 Wandra et al., 2007.
2.2. Epidemiologi Sistiserkosis pada Babi dan Sapi
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Unger et al. 2008 dengan menggunakan metode inspeksi daging di Gambia, diketahui bahwa temuan
sistiserkus dari Taenia saginata mencapai 0.75 dari 1.595 ternak yang diperiksa. Sementara penelitian Kebede et al. 2009 dengan sampel sebanyak 11.227 ternak
menunjukkan 7,5 ternak terinfeksi sistiserkus Taenia saginata. Tabel berikut merupakan angka temuan sistiserkus pada sapi pada penelitian lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Angka Temuan C. bovis pada Penelitian di Negara Lain NegaraLokasi
Metode Sumber
Gambia 0,75
19,2 Inspeksi daging
ELISA Unger et al., 2008
Ethiopia 7,5
Inspeksi dan Insisi daging
Kebede et al., 2009 Ethiopia
4,4 Inspeksi daging
Megersa et al., 2010. Kenya
2,5 16,7
Inspeksi daging ELISA
Asaava et al., 2010 Nigeria Makurdi
9,2 Inspeksi daging
Ofukwu et al., 2009 Jerman
15,6 ELISA
Abuseir et al., 2006 Penelitian mengenai sistiserkus Taenia solium di tahun 2002, didapatkan
prevalensi sistiserkosis pada babi di China, India, dan Nepal adalah 5,4, 9,3, dan 32,5 Rajshekhar et al., 2003. Pada penelitian Vazquez-Florez et al. 2001
memeriksa 53 babi dengan metode palpasi lidah dan serologis dengan hasil penelitian tidak ditemukan adanya sistiserkus 0. Penelitian oleh Gweba et al.
2010 di Itali, memeriksa babi hidup dengan palpasi lidah dan juga pemeriksaan inspeksi daging. Dari penelitian tersebut, didapatkan angka temuan sistiserkus
sebesar 5,85 dan 14,4 dari masing-masing pemeriksaan. Penelitian sistiserkosis pada babi yang dilakukan oleh Maitindom 2008 pada Kabupaten
Jayawijaya, Papua didapatkan angka prevalensi 77,1. Selain itu, penelitian lainnya seperti penelitian Suweta 1991 di Bali menunjukkan angka sistiserkosis
pada babi sebanyak 0,15. Pada tabel berikut dapat dilihat angka kejadian sistiserkus pada babi pada penelitian lain.
Tabel 2.2 Angka Temuan C. cellulosae pada Penelitian di Negara Lain NegaraLokasi
Metode Sumber
India 22,5
4,41 Serologis
Indirect Hemmaglutinnin test Inspeksi daging
Selvam et al., 2004
Brazil 23,5
EITB Sakai et al., 2001
Zambia 56,6
20,6 ELISA
Inspeksi daging Phiri et al., 2003
Nigeria 20,5
Inspeksi daging Zoli et al., 2003
Zambia 18,5
Inspeksi daging Phiri et al., 2006
Universitas Sumatera Utara
2.3. Biologi dan Morfologi