Kehilangan Air Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Durian Lingga Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

Besarnya nilai efisiensi ini dipengaruhi oleh besarnya kehilangan air pada saluran. Pada jarak yang sama yaitu 90 meter, efisiensi pada saluran 1 lebih tinggi dibandingkan dengan saluran 2. Kehilangan yang terjadi dapat melalui evapotranspirasi, perkolasi dan rembesan. Dimana nilai evapotranspirasi, perkolasi dan rembesan dapat dilihat pada Tabel 9. Kehilangan air terbesar terjadi pada saluran 2, sehingga efisiensinya lebih kecil.

4. Kehilangan Air

Pengukuran kehilangan air pada 2 saluran tersier di Desa Durian Lingga Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 9 dan perhitungan pada Lampiran 5. Tabel 9. Hasil Pengukuran Kehilangan Air No Lokasi Jarak m Evapotranspirasi mmhari Perkolasi mmhari Rembesan mmhari Kehilangan Air mmhari 1 Saluran 1 120 2,44 28 2907,16 2937,6 2 Saluran 1 90 2,44 28 2172,76 2203,2 3 Saluran 2 90 2,95 26,3 4290,75 4320 Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah kehilangan air pada saluran 2 lebih besar dari saluran 1. Hal ini dikarenakan pada saluran 2 bagian tepi saluran nilai porositasnya lebih besar yaitu 77 sehingga mengakibatkan rembesan yang terjadi lebih besar. Semakin besar nilai porositas tanah maka lebih mudah tanah tersebut untuk meloloskan air. Kehilangan air pada saluran meliputi evapotransipirasi, perkolasi, dan rembesan karena pada penelitian menggunakan saluran tanah. Kehilangan air yang terjadi pada kedua saluran berbeda yang disebabkan karena perbedaan jarak pengukuran di lapangan. Dimana saluran 1 jarak pengukurannya 120 meter dan saluran 2 jarak pengukurannya 90 meter. Namun pada jarak pengukuran sama yaitu 90 meter dengan mengasumsikan bahwa Universitas Sumatera Utara kehilangan air pada setiap meter adalah sama maka besar kehilangan air pada saluran 1 lebih kecil yaitu 2203,2 mmhari. Evapotranspirasi Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai evapotranspirasi pada saluran 2 lebih besar bila dibandingkan dengan saluran 1. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis tumbuhan yang tumbuh di tepi kedua saluran, dimana tumbuhan tersebut memiliki nilai kebutuhan air yang berbeda. Nilai koefisien tanaman kelapa sawit adalah 1,2 sedangkan rumput-rumputan hanya 0,85. Pada saat penelitian di bagian tepi saluran 2 terdapat tumbuhan jenis rumput-rumputan dan tanaman kelapa sawit, sedangkan pada saluran 1 hanya ditumbuhi rumput-rumputan. Karena koefisien tanaman kelapa sawit lebih besar maka saluran yang ditumbuhi kelapa sawit memiliki nilai evapotranspirasi yang lebih besar pula. Kartasapoetra dan Sutedjo 1994 menyatakan bahwa evapotranspirasi merupakan kehilangan air melalui proses penguapan dari tumbuh-tumbuhan, yang banyaknya berbeda-beda tergantung dari kadar kelembaban dan jenis tumbuhannya. Menurut Doorenbos dan Pruit 1997 besarnya nilai evapotranspirasi dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis, dan umur tanaman. Perkolasi Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa laju perkolasi pada saluran 1 dan saluran 2 berbeda, perkolasi pada saluran 1 lebih besar dari saluran 2. Pada saluran 1 diperoleh nilai perkolasinya adalah 28 mmhari dan untuk saluran 2 nilai perkolasinya adalah 26,3 mmhari. Hal ini dipengaruhi oleh porositas dan Universitas Sumatera Utara kerapatan massa tanah, dimana porositas dasar saluran 1 lebih besar dari porositas dasar saluran 2 dapat dilihat pada Tabel 6. Porositas yang lebih besar menunjukkan bahwa total jumlah ruang pori pada tanah tersebut lebih banyak sehingga lebih mudah untuk dilalui oleh air dan menyebabkan perkolasi pada saluran 1 lebih besar. Sementara itu, kerapatan massa tanah pada saluran 1 lebih kecil dari kerapatan massa saluran 2, sehingga saluran 2 lebih padat dibandingkan saluran 1. Menurut Hardjowigeno 2003 Tanah yang lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar. Dengan demikian saluran 2 lebih sulit untuk meloloskan air. Rembesan Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai rembesan pada saluran 1 dan saluran 2 berbeda. Dimana rembesan pada saluran 2 lebih besar dari pada saluran 1. Hal ini disebabkan karena nilai porositas pada bagian tepi saluran 2 lebih besar yaitu 77 dibandingkan dengan nilai porositas pada bagian tepi saluran 1 yaitu 71 dapat dilihat pada Tabel 6. Semakin besar nilai porositas tanah maka tanah tersebut lebih banyak untuk meloloskan air. Jika dilihat tekstur tanah pada kedua saluran untuk fraksi liat pada saluran 1 yaitu 26,88 sementara para saluran 2 fraksi litanya yaitu 16,88. Semakin besar kandungan liat pada suatu tanah maka kemampuan tanah untuk menahan air lebih tinggi. Menutur Hardjowigeno 2007 hubungan tekstur tanah dengan daya menahan air dan ketersediaan hara tanah yaitu tanah dengan tekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan dan menyediakan unsur hara tinggi. Menurut Linsley and Franzini 1991 laju Universitas Sumatera Utara rembesan dari saluran tak berlapis terutama dipengaruhi oleh sifat tanah dan kedudukan permukaan air tanah.

5. Rancangan Saluran Kecepatan Aliran Rata-Rata v