Faktor Risiko Terjadinya Kematian Neonatus Di RSUP H. Addm MAlik Medan Tahun 2011-2014

FAKTOR RISIKO TERJADINYA KEMATIAN NEONATUS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 - 2014 SKRIPSI OLEH CYNDI OLIVIA NIM. 101000222
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi
Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Peminatan Tanggal Lulus

: FAKTOR RISIKO TERJADINYA KEMATIAN NEONATUS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 - 2014
: CYNDI OLIVIA : 101000222 : Ilmu Kesehatan Masyarakat : Epidemiologi : 26 Januari 2015

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH NIP. 19490417 197902 1 001

drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 19590818 198503 2 002


Medan, Januari 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,

i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari. WHO pada tahun 2012 memperkirakan sebanyak 4,8 juta bayi meninggal, dimana 59,4% merupakan proporsi kematian bayi baru lahir. Neonatus merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan merupakan periode yang paling rawan bagi kelangsungan hidup anak
Studi kasus-kontrol berpasangan dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik. Sumber data diambil dari catatan rekam medis 201 bayi yang lahir antara tahun 2011 – 2014. Besar sampel menggunakan rasio 1:1, yaitu 38 kasus dan 38 kontrol. Odds Ratio (OR) dan 95% Confidence Interval (CI) digunakan untuk menghitung risiko kematian neonatus. Conditional logistic regression digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi kematian neonatus
Hasil analisis univariat menemukan 71,1% kematian neonatus tejadi pada periode neonatal dini. Hasil analisis multivariat terhadap tiga variabel, yaitu berat badan lahir (p = 0,064, 95% CI; 0,92 – 19,37), variabel paritas (p = 0,056, 95% CI; 0,96 – 16,94) dan varibel penyakit merupakan prediktor kuat yang memengaruhi kematian neonatus (p = 0,017, OR = 5,63, 95% CI;1,35 – 23,41, koefisien β = 1,73). Population attributable risk mengestimasikan 76% kematian neonatus dapat dicegah bila menghilangkan faktor risiko penyakit pada neonatus.
Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar dapat membentuk program kesehatan yang berkaitan dengan persiapan sebelum memulai kehamilan, perbaikan nutrisi, ANC, dan konseling ke pelayanan kesehatan agar dapat mempersiapkan kehamilan dengan matang dan aman. Kepada rumah sakit rujukan agar mampu menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) pada level dua dan level tiga.
Kata Kunci : Neonatus, Berat Badan Lahir, Penyakit, Kelainan Kongenital, Umur Ibu, Paritas, Komplikasi Obstetrik, Kasus-kontrol berpasangan.
ii
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Neonates are newborns until the age 28 days. WHO in 2012 estimated 4,8 million babies die, in which 59,4% is the proportion of neonatal deaths. Neonates is one of the main group represent the most vulnerable time for a child’s survival.
A matched case – control study was conducted to determine the risk factors of neonatal deaths at RSUP H. Adam Malik Medan. The data source for the analysis was the medical records 201 singleton live-born between 2011 – 2014 was examined. The sample size using a ratio 1:1, 38 cases and 38 controls.Odds ratio (OR) and 95% confidence interval (CI) for neonatal deaths were calculated.Conditional logistic regression was performed to analyze the factors affected to neonatal deaths.
The univariate analysis results 71,1% neonatal deaths occurred in early neonatal period. The multivariate analysis performed to three variables, birth weight(p = 0,064, 95% CI; 0,92 – 19,37), parity (p = 0,056, 95% CI; 0,96 – 16,94). Only diseases was the strong predictor affected to neonatal deaths (p = 0,017, OR = 5,63,95% CI; 1,35 – 23,41, coefficient β = 1,73). Population attributable risk estimated about 76% neonatal deaths can be prevented if eliminating the risk factor of diseases.

The government is expected to provide health program attributed to the preparation pre-pregnancy, such as improved nutrition, ANC, counseling to health care, so that women can make good and save pregnancy preparation. To the hospital is expected to serve comprehensive emergency obstetric care for neonatal at second and third level.
Keywords : Neonates, Diseases, Birth weight, Congenital Malformation, Mother’s Age, Parity, Obstetric Complication, matched case-control.
iii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Status Perkawinan Anak ke Alamat Rumah Riwayat Pendidikan Tahun 1998 – 2004 Tahun 2004 – 2007 Tahun 2007 – 2010 Tahun 2010 – 2014

: CYNDI OLIVIA : Tandem, 21 Desember 1992 : Perempuan : Islam : Belum Kawin : 2 dari 4 bersaudara :Jl. Amal Gg. Horas No.12 Medan
: SDN 050662 Perdamaian Stabat : SMPN 1 Stabat : SMA Swasta Harapan 1 Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

iv
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Faktor Risiko Terjadinya Kematian Neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 2014” yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Universitas Sumatera Utara.
Pada penulisan skripsi ini tidak terlepas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Ibunda tercinta Ruslina yang tidak pernah lelah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayahanda tercinta Alm. Rudy Suratman yang banyak menginspirasi penulis. 3. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.&H., M.Sc. (C.T.M), Sp.A.(K.)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) selama tiga tahun di Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H. selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, saran, dan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
v
Universitas Sumatera Utara

6. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU yang juga atas bimbingan, saran, dan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Bapak dr. H. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang banyak memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.
10. Seluruh dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan mengajarkan banyak ilmu mengenai kesehatan masyarakat kepada penulis.
11. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Ibu Ratna Tumanggor selaku staf Departemen Epidemiologi FKM USU dan seluruh staf bagian pendidikan yang telah banyak membantu penulis dalam hal administrasi.
13. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) RSUP H. Adam Malik Medan, Kepala Bagian dan staf Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
vi
Universitas Sumatera Utara

14. Saudara tersayang : Dyni Cyntia, Vivien, dan Albin Setiawan serta tak lupa kepada keluarga besar atas doa, perhatian dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.
15. Teman-teman peminatan Epidemiologi 2010 yang telah banyak memberikan motivasi dan berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat – sahabat tercinta Siti Chadiyah Hutagalung (Lisa), Sri Novianti (Yaya), Melyana, Eko Pranata, Febria Octasari (Ebi), Sri Rezeki Hasanah (Kiki), dan Tedi Tanata. Terima kasih atas bantuan, dukungan, motivasi, doa dan kebersamaan selama ini. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini.
Penulis menerima kritik dan saran dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
Medan, Januari 2015

CYNDI OLIVIA
vii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ABSTRAK. .......................................................................................................... ABSTRACT ......................................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... KATA PENGANTAR......................................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................................ DAFTAR TABEL ...............................................................................................

i ii iii iv v viii x

BAB 1

PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................. 1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................

1 1 4 4 4 4 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1. Definisi Neonatus........................................................................ 2.2. Klasifikasi Kematian Neonatus................................................... 2.3. Epidemiologi............................................................................... 2.4. Determinan Kematian Neonatus .................................................

2.4.1. Faktor Bayi...................................................................... a. Penyakit pada Masa Neonatus................................... b. Berat Badan Lahir Rendah ........................................ c. Kelainan Kongenital..................................................
2.4.2. Faktor Ibu ........................................................................ a. Umur Ibu ................................................................... b. Paritas. ....................................................................... c. Komplikasi Obstetrik.................................................
2.5. Kerangka Konsep........................................................................

6 6 7 6 9 9 9 14 17 23 23 25 27 28

BAB 3

METODE PENELITIAN .................................................................. 3.1. Jenis Penelitian............................................................................ 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................. 3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................. 3.3. Populasi dan Sampel ................................................................... 3.3.1. Populasi Penelitian .......................................................... 3.3.2. Sampel Penelitian............................................................ 3.4. Metode Pengumpulan Data......................................................... 3.5. Variabel dan Definisi Operasional..............................................

29 29 30 30 30 30 30 30 33 33

viii
Universitas Sumatera Utara

BAB 4
BAB 5 BAB 6

3.5.1. Variabel Penelitian .......................................................... 3.5.2. Definisi Operasional........................................................ 3.6. Metode Pengukuran .................................................................... 3.6.1. Variabel Independen ....................................................... 3.6.2. Variabel Dependen.......................................................... 3.7. Teknik Analisa Data ................................................................... 3.7.1. Analisis Univariat............................................................ 3.7.2. Analisis Bivariat.............................................................. 3.7.3. Analisis Multivariat......................................................... HASIL PENELITIAN........................................................................ 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 4.2. Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik Medan ............................. 4.3. Analisis Univariat ....................................................................... 4.4. Analisis Bivariat.......................................................................... 4.4.1. Lama Rawatan Rata – Rata Neonatus ............................. 4.4.2. Pengaruh Penyakit pada Neonatus .................................. 4.4.3. Pengaruh Berat Badan Lahir ........................................... 4.4.4. Pengaruh Kelainan Kongenital ....................................... 4.4.5. Pengaruh Umur Ibu ......................................................... 4.4.6. Pengaruh Paritas.............................................................. 4.4.7. Pengaruh Komplikasi Obstetrik ...................................... 4.5. Analisis Multivariat .................................................................... 4.5.1. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat ....................... 4.6. Analisis Perhitungan Nilai Population Attributable Risk ........... PEMBAHASAN.................................................................................. 5.1. Lama Rawatan Rata – Rata Neonatus......................................... 5.2. Pengaruh Penyakit pada Neonatus .............................................. 5.3. Pengaruh Berat Badan Lahir ....................................................... 5.4. Pengaruh Kelainan Kongenital ................................................... 5.5. Pengaruh Umur Ibu..................................................................... 5.6. Pengaruh Paritas.......................................................................... 5.7. Pengaruh Komplikasi Obstetrik .................................................. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 6.1. Kesimpulan ................................................................................. 6.2. Saran .........................................................................................


33 33 35 35 37 37 37 37 39 40 40 41 42 44 44 45 45 46 46 47 47 48 48 49 50 50 50 52 55 57 58 58 60 60 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN Lampiran I Master Data Penelitian Lampiran II Output Data Penelitian Lampiran III Surat Permohonan Izin Penelitian Dari FKM USU Lampiran IV Surat Persetujuan Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan Lampiran V Surat Selesai Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan

ix

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Klasifikasi Kematian Neonatus........................................................................................... 42

Tabel 4.2.

Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Karakteristik Penyakit pada neonatus, Berat Badan Lahir, Kelainan Kongenital, Umur Ibu, Paritas, dan Komplikasi Obstetrik ........... 42

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Neonatus............ 44


Tabel 4.4. Pengaruh Penyakit pada Neonatus terhadap Kematian Neonatus........................................................................................ 45

Tabel 4.5. Pengaruh Berat Badan Lahir terhadap Kematian Neonatus .......... 45

Tabel 4.6. Pengaruh Kelainan Kongenital terhadap Kematian Neonatus........................................................................................ 46

Tabel 4.7. Pengaruh Umur Ibu terhadap Kematian Neonatus........................ 46

Tabel 4.8. Pengaruh Paritas terhadap Kematian Neonatus............................. 47

Tabel 4.9. Pengaruh Komplikasi Obstetrik terhadap Kematian Neonatus........................................................................................ 47

Tabel 4.11. Hasil Analisis Multivariat Conditional Logisitic Regression Faktor Risiko Terjadinya Kematian Neonatus .............................. 48

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Nilai Population Attributable Risk .................. 49

x
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari. WHO pada tahun 2012 memperkirakan sebanyak 4,8 juta bayi meninggal, dimana 59,4% merupakan proporsi kematian bayi baru lahir. Neonatus merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan merupakan periode yang paling rawan bagi kelangsungan hidup anak
Studi kasus-kontrol berpasangan dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik. Sumber data diambil dari catatan rekam medis 201 bayi yang lahir antara tahun 2011 – 2014. Besar sampel menggunakan rasio 1:1, yaitu 38 kasus dan 38 kontrol. Odds Ratio (OR) dan 95% Confidence Interval (CI) digunakan untuk menghitung risiko kematian neonatus. Conditional logistic regression digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi kematian neonatus
Hasil analisis univariat menemukan 71,1% kematian neonatus tejadi pada periode neonatal dini. Hasil analisis multivariat terhadap tiga variabel, yaitu berat badan lahir (p = 0,064, 95% CI; 0,92 – 19,37), variabel paritas (p = 0,056, 95% CI; 0,96 – 16,94) dan varibel penyakit merupakan prediktor kuat yang memengaruhi kematian neonatus (p = 0,017, OR = 5,63, 95% CI;1,35 – 23,41, koefisien β = 1,73). Population attributable risk mengestimasikan 76% kematian neonatus dapat dicegah bila menghilangkan faktor risiko penyakit pada neonatus.
Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar dapat membentuk program kesehatan yang berkaitan dengan persiapan sebelum memulai kehamilan, perbaikan nutrisi, ANC, dan konseling ke pelayanan kesehatan agar dapat mempersiapkan kehamilan dengan matang dan aman. Kepada rumah sakit rujukan agar mampu menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) pada level dua dan level tiga.
Kata Kunci : Neonatus, Berat Badan Lahir, Penyakit, Kelainan Kongenital, Umur Ibu, Paritas, Komplikasi Obstetrik, Kasus-kontrol berpasangan.
ii
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Neonates are newborns until the age 28 days. WHO in 2012 estimated 4,8 million babies die, in which 59,4% is the proportion of neonatal deaths. Neonates is one of the main group represent the most vulnerable time for a child’s survival.
A matched case – control study was conducted to determine the risk factors of neonatal deaths at RSUP H. Adam Malik Medan. The data source for the analysis was the medical records 201 singleton live-born between 2011 – 2014 was examined. The sample size using a ratio 1:1, 38 cases and 38 controls.Odds ratio (OR) and 95% confidence interval (CI) for neonatal deaths were calculated.Conditional logistic regression was performed to analyze the factors affected to neonatal deaths.
The univariate analysis results 71,1% neonatal deaths occurred in early neonatal period. The multivariate analysis performed to three variables, birth weight(p = 0,064, 95% CI; 0,92 – 19,37), parity (p = 0,056, 95% CI; 0,96 – 16,94). Only diseases was the strong predictor affected to neonatal deaths (p = 0,017, OR = 5,63,95% CI; 1,35 – 23,41, coefficient β = 1,73). Population attributable risk estimated about 76% neonatal deaths can be prevented if eliminating the risk factor of diseases.
The government is expected to provide health program attributed to the preparation pre-pregnancy, such as improved nutrition, ANC, counseling to health care, so that women can make good and save pregnancy preparation. To the hospital is expected to serve comprehensive emergency obstetric care for neonatal at second and third level.
Keywords : Neonates, Diseases, Birth weight, Congenital Malformation, Mother’s Age, Parity, Obstetric Complication, matched case-control.
iii
Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dengan menggunakan beberapaindikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi, dan morbiditas (kesakitan). Salah satu indikator yang lazim digunakan adalah Angka Kematian Bayi.1 Angka kematian bayi (AKB) adalah salah satu indikator kesehatan masyarakat. AKB digunakan sebagai representasi dari status kesehatan bayi baru lahir dan bayi, serta sebagai ukuran sintesis dari status kesehatan penduduk. AKB diinterpretasikan sebagai ukuran dari dampak faktor lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya, kualitas perawatan terhadap ibu dan anak.2 WHO (World Health Organization) pada tahun 2012 memperkirakan sebanyak 4,8 juta bayi meninggal, dimana 59,4% merupakan proporsi kematian bayi baru lahir.3Bayi baru lahir atau yang lebih dikenal dengan neonatus merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan merupakan periode yang paling rawan bagi kelangsungan hidup anak.1,4 WHOpada tahun 2012 memperkirakan lebih dari 2,8 juta bayi meninggal pada 28 hari kehidupan pertama (periode neonatal) dimana 75% kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan sekitar 25 – 45% terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.4 Secara global Angka Kematian Neonatus (AKN) mengalami penurunan dari tahun 1990 yaitu 33 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH), menjadi 21 per 1.000 KH.3
1

Universitas Sumatera Utara

2
Namun proporsi kematian neonatus di dalam kematian bayi mengalami peningkatan yaitu 52,3% pada tahun 1990 menjadi 59,4% pada tahun 2012.3
Berdasarkan laporan WHOpada tahun 2012, Besaran AKN di negara-negara ASEAN berkisar antara 1– 30 per 1.000 KH. Singapura merupakan negara dengan AKN terendah, yaitu 1 per 1.000 KH, kemudian diikuti Brunei Darussalam 4 per 1.000 KH. Sedangkan AKN tertinggi di Laos, yaitu sebesar 27 per 1.000 KH, kemudian diikuti Myanmar 26 per 1.000 KH.Indonesia memiliki AKN 15 per 1.000 KH dan berada di peringkat 5 di negara ASEAN.3
Angka kematian Neonatus (AKN)di Indonesia periode 5 tahun terakhir mengalami stagnasi. Berdasarkan laporan SDKI 2007 dan 2012 diestimasikan sebesar 19 per 1.000 KH.1Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012, sebanyak 5 provinsi yang mencapai angka kematian neonatus kurang sama dengan 15 per 1.000 KH yaitu Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Riau. Provinsi dengan AKN terendah yaitu Kalimantan Timur, sebesar 12 per 1.000 KH. Sementara AKN tertinggi terdapat di provinsi Maluku Utara sebesar 37 per 1.000 KH, diikuti Papua Barat sebesar 35 per 1.000 KH, dan Nusa Tenggara Barat yaitu 33 per 1.000 KH.5
Menurut Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa sebagian besar kematian neonatus(78,5%) terjadi pada minggu pertama kehidupan (0 – 7 hari). Penyebab kematian pada kelompok bayi usia 0 – 6 hari adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Sedangkan penyebab kematian bayi usia 7 – 28 hari yaitu sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pneumonia (15,4%). Dilain pihak, faktor ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian
Universitas Sumatera Utara

3 bayi 0 – 6 hari adalah hipertensi maternal (23,6%) komplikasi kehamilan dan kelahiran (17,5%), ketuban pecah dini dan pendarahan antepartum masing-masing 12,7 %.6
Berdasarkan SDKI tahun 2012, AKN di Sumatera Utara sebesar 26 per 1.000 KH.5 Penelitian yang dilakukan Rini di RSU DR. Pirngadi Medan pada tahun 2007 – 2008 menemukan bahwa 76,6% kematian perinatal merupakan proporsi kematian neonatus dini.7 Sedangkan berdasarkan penelitian Sosfita yang dilakukan di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004 - 2008 menemukan bahwa proporsi kematian neonatus adalah 74,1% dari kematian bayi, terdiri dari 64,4% merupakan kematian neonatus dini, dan 9,7% merupakan kematian neonatus lanjut.8
Hasil survei pendahuluan di RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 201 bayi yang dirawat, terdapat 21,4% merupakan proporsi kematian neonatus (43 kasus) selama tahun 2011 -2014.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai faktor – faktor risiko kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 – 2014.
Universitas Sumatera Utara

4 1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui faktor – faktor risiko kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2014. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor – faktor risiko kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi proporsi neonatus berdasarkan karakteristik bayi dan
ibu. b. Mengetahui pengaruh penyakit pada neonatus terhadap kematian neonatus. c. Mengetahui pengaruh berat badan lahir terhadap kematian neonatus. d. Mengetahui pengaruh kelainan kongenital yang dijumpai pada masa neonatus
terhadap kematian neonatus. e. Mengetahui pengaruh umur ibu terhadap kematian neonatus. f. Mengetahui pengaruh paritas terhadap kematian neonatus. g. Mengetahui pengaruh komplikasi obstetrik terhadap kematian neonatus. h. Mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap kematian neonatus.

Universitas Sumatera Utara

5 1.4. Manfaat 1.4.1 Sebagai informasi bagi institusi terkait (pemerintah kota dan dinas kesehatan)
guna menetapkan strategi akselerasi penurunan angka kematian neonatus di Sumatera Utara. 1.4.2 Sebagai pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan penulis dalam melakukan penelitian tentang faktor – faktor risiko kematian neonatus yang terjadi di Sumatera Utara. 1.4.3 Sebagai referensi bagi perpustakaan USU dan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara

6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Neonatus Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0 – 28 hari).9 Periode neonatal adalah periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterin ke ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian yang disebabkan Asfiksia, Prematuritas, kelainan kongenital yang serius, infeksi penyakit, atau pengaruh dari persalinan.10 Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi penyebab kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat dari buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan bersih, dan kurangnya perawatan bayi baru lahir.11
2.2. Klasifikasi kematian Neonatus12 Kematian neonatus dibagi menjadi :
a. Kematian neonatus dini(early neonatal deaths) adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 7 hari kehidupan pertama (0 – 6 hari).
6
Universitas Sumatera Utara

7
b. Kematian neonatus lanjut (late neonatal deaths) adalah kematian bayi yang terjadi pada masa setelah 7 hari tetapi belum mencapai 28 hari kehidupan (7 – 27 hari).
2.3. Epidemiologi Secara global, AKN mengalami penurunan. AKN dunia menurun dari 33 per
1.000 KH pada tahun 1990, menjadi 21 per 1.000 KH pada tahun 2012, atau sekitar 4,6 juta kematian pada tahun 1990, menjadi 2,8 juta kematian pada tahun 2012. Penurunan AKN berjalan lebih lambat, bahkan terjadi peningkatan proporsi kematian neonatus dalam proporsi kematian bayi yaitu 52,2% pada tahun 1990, menjadi 59,4% pada tahun 2012.3
Estimasi AKN oleh WHO pada tahun 2012 menemukan bahwa wilayah Afrika merupakan wilayah dengan AKN tertinggi, yaitu 32 per 1.000 KH, disusul Asia Tenggara dengan 27 per 1.000 KH, dan Mediterania Timur 26 per 1.000 KH, Pasifik Barat 9 per 1.000 KH, Amerika 8 per 1.000 KH, dan paling rendah adalah wilayah Eropa dengan 6 per 1.000 KH.3
AKN di berbagai negara bervariatif. Pada tahun 2012 WHO mengestimasikan AKN di berbagai negara dengan AKN tertinggi terdapat di negara yang berada di wilayah Afrika, seperti; Sierra Leone 50 per 1.000 KH, Guinea Bissau 46 per 1.000 KH, Somalia 46 per 1.000 KH, dan Angola 45 per 1.000 KH. Sementara AKN terendah tercatat kurang dari 1 per 1.000 KH terdapat di negara - negara seperti ; Andorra, Luxembourg, Islandia, Jepang, San Marino, dan Singapura.3
Sementara itu, terdapat 3 pola yang terbentuk di negara – negara ASEAN dalam usaha penurunan Angka kematian ibu, balita, dan bayi. Pola pertama yaitu

Universitas Sumatera Utara

8
negara Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand dengan AKB dan AKABApada tahun 1990 sudah dibawah 20 per 1.000 KH. Negara-negara tersebut merupakan negara dengan perekonomian yang paling maju di kawasan ASEAN.13
Pola kedua yaitu, negara Indonesia, Vietnam, dan Filipina dengan angka kematian yang cukup tinggi tahun 1990. Pada awalnya terjadi penurunan angka kematian yang cukup besar (kecuali angka kematian ibu di Indonesia), namun setelah tahun 2000, terjadi ketersendatan di Indonesia dan Filipina. Berbeda dengan Vietnam, ada peningkatan penurunan angka kematian di Vietnam selama periode ini, dengan rasio dan angka kematian mendekati Thailand.13
Pola ketiga, terjadi di negara Laos, Kamboja, dan Myanmar memiliki angka kematian yang cukup tinggi pada tahun 1990, kemudian terjadi penurunan terusmenerus dari tahun 1990 hingga 2005, kecuali angka kematian ibu di Kamboja. Ketiga negara tersebut dilaporkan dengan angka kematian yang tinggi baik ibu, bayi, dan anak di kawasan ASEAN.13
Berdasarkan estimasi yang di lakukan WHO tahun 2012, AKN di negara ASEAN yaitu; Laos 27 per 1.000 KH, Myanmar 26 per 1.000 KH, Timor Leste 24 per 1.000 KH,Kamboja 18 per 1.000 KH, Indonesia 15 per 1.000 KH, Filipina 14 per 1.000 KH, Vietnam 12 per 1.000 KH, Thailand 8 per 1.000 KH, Malaysia 5 per 1.000 KH, Brunei Darussalam 4 per 1.000 KH, dan Singapura 1 per 1.000 KH.3
Sementara di ASEAN proporsi kematian neonatus mencapai 38,97% dimana penyebab utama kematian yaitu; komplikasi kelahiran prematur (17,64%), Asfiksia (9,83%), Kelainan bawaan (6,10%) dan Sepsis Neonatorum (5,43%).13
Universitas Sumatera Utara

9 2.4. Determinan Kematian Neonatus
Kematian neonatus terjadi karena neonatus komplikasi. Neonatus komplikasiadalah neonatus dengan penyakit dan atau kelainan yang didapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat lahir < 2500 gram), sindrom gangguan pernapasan, dan kelainan kongenital.1
Determinan kematian neonatus menurut WHO pada tahun 2012 yaitu Permaturitas dan BBLR (30%), Infeksi neonatus (25%), Asfiksia dan trauma lahir (23%), Kelainan kongenital (7%), Tetanus Neonatorum (3%), Diare (3%), dan penyebab lain (9%).4
2.4.1. Faktor Bayi a. Penyakit pada Neonatus a.1. Tetanus Neonatorum
Penyakit Tetanus Neonatorum adalah penyakit toksemik akut dan fatal yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang dari 28 hari) yang disebabkan oleh Clostridium tetani, yaitu bakteri yang mengeluarkan toksin dan menyerang sistem saraf pusat dengan tanda utama spasme tanpa gangguan kesadaran.14,15
Spora bakteri Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh bayi melalui tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali pusat). Masa inkubasi 3 – 28 hari, dengan rata-rata 6 hari.16
Universitas Sumatera Utara

10
Pada tahun 2012, Tetanus Neonatorumterjadi di 8 negara ASEAN, dengan jumlah kasus tertinggi di Filipina dan Indonesia yang melebihi 100 orang, dimana Thailand dan Brunei Darussalam dilaporkan tidak ada kasus Tetanus Neonatorum.1
Berdasarkan Vaccine-Preventable Disease Monitoring System 2012,tahun 2012 pada kawasan South East Asia Region (SEARO) jumlah kasus Tetanus Neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus di negara lain di kawasan ASEAN, yatu 653 kasus, Bangladesh menempati urutan kedua dengan 109 kasus.1
Berdasarkan data dari Dirjen PP & PL pada tahun 2012, kasus Tetanus Neonatorum tertinggi terjadi di provinsi Banten, sebesar 32 kasus, dan 17 di antaranya meninggal.5
a.2. Sindrom Gawat Napas (Respiratory Distress Syndrome) Sindrom gawat napasdikenal juga sebagai penyakit membran hialin, hampir
terjadi sebagian besar pada bayi kurang bulan.Gangguan napas dapat mengakibatkan gagal napas akut yang mengakibatkan hipoksemia dan/atau hipoventilasi.18 Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan.19
Faktor predisposisi terjadinya sindrom gawat napas pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang. Pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paruparu menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologis paru sehingga daya pengembangan paru menurun 25% dari normal, pernapasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang
Universitas Sumatera Utara

11
menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.19
Sindrom gawat napas biasanya terjadi jika tidak cukup terdapat suatu substansi dalam paru-paru yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah suatu substansi molekul yang aktif dipermukaan alveolus paru dan diproduksi oleh sel-sel tipe II paru-paru. Surfaktan berguna untuk menurunkan tahanan permukaan paru. Surfaktan terbentuk mulai pada usia kehamilan 24 minggu dan dapat ditemukan pada cairan ketuban. Pada usia kehamilan 35 minggu, sebagian besar bayi telah memiliki jumlah surfaktan yang cukup.20
Sindrom gawat napas terjadi lebih dari setengahnya pada bayi-bayi yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 28 minggu dan kurang dari sepertiga nya terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan antara usia kehamilan 32 – 36 minggu. Pada umumnya penyakit ini tampak terutama pada bayi baru lahir (neonatus) yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 36 – 38 minggu dan berat badan kurang dari 2500 gram. Di Amerika Serikat kasus ini terjadi sekitar 40.000 bayi setiap tahunnya (1 – 2% dari bayi baru lahir normal atau 14% dari bayi dengan BBLR). Insiden sindrom gawat napas meningkat dari 5% pada usia kehamilan 35 – 36 minggu menjadi 65% pada usia kehamilan 29 – 30 minggu.20
a.3. Asfiksia Neonatorum Asfiksia Neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir dimana bayi
tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan
Universitas Sumatera Utara

12 makin meningkatkan CO2.14,21 Bila proses ini berlanjut terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.22
Kegagalan pernapasan pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah hipoksia yang terjadi pada ibu yang dapat menimbulkan hipoksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus, sehingga berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta, demikian pula ke janin. Sedangkan faktor neonatus dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu yang berakibat ke janin, trauma persalinan, kelainan kongenital seperti hernia diafragma, atresia/stenosis saluran pernapasan dan hipoplasia paru.19
Berdasarkan laporan WHO tahun 2010, sebanyak 15.133 neonatus terkena asfiksia. Penelitian yang dilakukan di Bangladesh menemukan bahwa penyebab utama kematian bayi disebabkan oleh Asfiksia (35%), Sepsis (28%), dan Prematuritas (19%).23
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, menyebutkan penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia di antaranya adalah Asfiksia sebanyak 27%. Sementara itu Depkes RI pada tahun 2004 menyatakan data distribusi pasien keluar mati di rumah sakit bermula pada masa perinatal di Indonesia adalah 23,13% disebabkan karena hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir. Diseluruh dunia diperkirakan bahwa sekitar 23% dari seluruh angka kematian neonatus disebabkan oleh Asfiksia Neonatorum.21
Universitas Sumatera Utara

13
a.4. Sepsis Neonatorum Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang terjadi akibat invasi
mikroorganisme ke dalam aliran darah, dan timbul pada satu bulan pertama kehidupan.15 Sepsis Neonatorum paling sering disebabkan oleh Streptococcus Grup B, kemudian organisme enterik gram-negatif, khususnya Escherichia coli. Listeria monocytogenes, Staphylococcus, dan Haemophilus influenzae.24 Sepsis neonatorum dibedakan atas 2, yaitu Sepsis Neonatorum Awitan Dini (SNAD) dan Sepsis Neonatorum Awitan Lambat (SNAL).15
SNAD terjadi pada masa 72 jam setelah kelahiran. Infeksi berasal dari lingkungan sekitar, atau infeksi karena kuman nosokomial.23
Angka kejadian di Asia Tenggara berkisar 2,4 – 16 per 1.000 KH, di Amerika Serikat 1 – 8 per 1000 KH.15Laporan angka kejadian di Rumah Sakit menunjukkan jauh lebih tinggi khususnya bila rumah sakit merupakan tempat rujukan. Di RS Cipto Mangunkusumo, angka sepsis neonatorum memperlihatkan angka yang tinggi dan mencapai 13,7% sedangkan angka kematian mencapai 14%.23
Faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum terdiri dari faktor Ibu yang meliputi; persalinan dan kurang bulan, ketuban pecah lebih dari 18 – 24 jam, Chorioamnionitis, persalinan dengan tindakan, demam pada ibu (>38,4°C), infeksi saluran kemih pada ibu, faktor sosial, ekonomi, dan gizi ibu. Sedangkan faktor bayi
Universitas Sumatera Utara

14 meliputi; Asfiksia perinatal, BBLR, Bayi Kurang Bulan (BKB), dan kelainan bawaan.23 b. Berat Badan Lahir b.1. Definisi Berat Badan Lahir
Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan di tempat fasilitas (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Polindes), sedangkan bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.25 Berat badan lahir dapat diklasifikasikan menjadi25,26 : i. Berat badan lahir lebih : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram. ii. Berat badan lahir cukup / normal : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500
– 4000 gram. iii. Berat badan lahir rendah (BBLR) : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. iv. Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) : Bayi yang dilahirkan dengan berat
lahir < 1500 gram. v. Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLSAR) : bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir < 1000 gram.
Universitas Sumatera Utara

15 b.2. Klasifikasi BBLR19
Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: i. Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). ii. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Dapat disimpulkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Secara global, pada tahun 2000 WHO memperkirakan lebih dari 20 juta bayi di dunia (15,5%) lahir dengan kondisi BBLR. Jumlah ini terkonsentrasi di wilayah Asia (72%) dan Afrika (22%).27Di Indonesia, menurut Survei Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2005, kematian neonatus yang di sebabkan oleh BBLR sebesar 38,85%. Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9 – 20% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Sebanyak 25% bayi dengan BBLR meninggal pada saat baru lahir dan 50% nya meninggal saat bayi.20
Persentase BBLR tahun 2013 (10,2%) lebih rendah dari tahun 2010 (11,1%). Persentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah (16,9%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%).28 b.3. Masalah Pada BBLR18,20,25
Masalah yang terjadi pada BBLR terutama yang prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering
Universitas Sumatera Utara

16
terjadi adalah gangguan sistem pernapasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointestinal, imunologi, dan termoregulasi. i. Sistem Pernapasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan bernapas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveolus yang berfungsi masih sedikit, dan mengalami defisiensi surfaktan (zat dalam paru yang melapisi alveolus sehingga alveolus tidak kolaps pada saat ekspirasi). ii. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusaat. Hal ini disebabkan antara lain : pendarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia, dan hipoglikemia. iii. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu Patent Ductus Arteriosus (PDA), yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi dan kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus. Selain itu juga dapat terjadi hipotensi atau hipertensi. iv. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR terutama bayi kurang bulan (BKB) pada umumnya saluran pencernaan belum berfungsi sempurna seperti pada bayi yang cukup bulan. v. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami termperatur yang tidak stabil karena kehilangan panas akibat perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan lebih
Universitas Sumatera Utara

17 besar, kurangnya lemak subkutan (brown fat), kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan kalori, tidak memadainya aktivitas otot, ketidakmatangan pusat pengaturan suhu tubuh di otak, dan tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit. vi. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi dibanding bayi cukup bulan seperti anemia (onset dini atau lanjut), hiperbilirubinemia, koagulasi intravaskuler diseminata, dan penyakit pendarahan pada neonatus. vii. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sehingga rentan terhadap infeksi.
c. Kelainan Kongenital c.1. Definisi
Kelainan kongenital juga dikenal sebagai cacat lahir, kelainan bawaan, atau cacat bawaan. Didefinisikan sebagai kelainan struktural atau fungsional, termasuk gangguan metabolisme, yang muncul pada saat kelahiran.29
Kelainan kongenital diperkirakan terjadi pada 1 dari 33 bayi dan menyebabkan 3,2 juta kelahiran cacat setiap tahun.Diperkirakan 270.000 neonatus bayi meninggal selama 28 hari pertama kehidupan disebabkan kelainan kongenital setiap tahunnya.29
Universitas Sumatera Utara

18
Cacat lahir adalah masalah global, namun dampak yang sangat parah terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah dimana lebih dari 94% kelahiran dengan cacat yang serius dan 95% kematian akan terjadi.30
Menurut laporan Global Report on Birth Defects, 5 kecacatan serius yang paling umum terjadi pada tahun 2001 adalah ; Congenital Heart Defect (CHD) sebanyak 1.040.835 kelahiran, Neural Tube Defectsebanyak 323.904 kelahiran, kelainan hemoglobin, Thalasemia dan Sickle Cell Diseases sebanyak 307.897 kelahiran, Down Syndrome (trisomy 21) sebanyak 217.293 kelahiran, dan Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase Deficiency sebanyak 177.032 kelahiran.30
Perkiraan prevalensi cacat lahir di kawasan SEARO pada tahun 2006 di Indonesia yaitu 263.154 anak lahir dengan cacat lahir, dimana prevalensinya 59,3 per 1.000 KH dengan Neural Tube Defect 0,7 per 1.000 KH, kelainan sistem kardiovaskular 7,9 per 1.000 KH, kelainan patologis haemoglobin 0,8 per 1.000 KH, dan Down Syndrome 1,4 per 1.000 KH.31 c.2. Penyebab dan Faktor Risiko29
Meskipun 50% dari semua kelainan kongenital tidak dapat dikaitkan dengan penyebab spesifik, ada beberapa penyebab yang diketahui sebagai faktor risiko; i. Faktor Sosial Ekonomi
Meskipun bukan penyebab langsung, kelainan kongenital lebih sering terjadi diantara negara dengan sumber daya terbatas. Diperkirakan 94% cacat lahir terjadi di negara dengan sumber daya menengah hingga kebawah, dimana ibu lebih rentan terhadap makronutrien dan mikronutrien gizi buruk dan kemungkinan mendapatkan peningkatan paparan agen atau faktor-faktor yang mendorong atau meningkatkan
Universitas Sumatera Utara

19 kejadian perkembangan janin abnormal, terutama infeksi dan alkohol. Ibu lanjut usia juga meningkatkan risiko beberapa kelainan kromosom termasuk down syndrome. ii. Faktor Genetik
Kekerabatan (hubungan darah) meningkatkan prevalensi kelainan bawaan langka genetik dan hampir dua kali lipat meningkatkan risiko kematian neonatus dan anak, cacat mental dan cacat lahir yang serius. Beberapa komunitas etnis misalnya Yahudi Ashekanzi atau Finlandia memiliki prevalensi mutasi genetik langka sehingga meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital. iii. Infeksi
Infeksi ibu seperti Sifilis dan Rubella adalah penyebab signifikan cacat lahir di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. iv. Status Gizi Ibu
Kekurangan Iodium, insufisiensi Folat, Obesitas, atau DM terkait dengan kelainan kongenital. Misalnya insufisiensi Folat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf. v. Faktor Lingkungan
Maternal yang terpapar pestisida, obat-obatan, alkohol, tembakau, zat psikoaktif, bahan kimia tertentu, dosis tinggi vitamin A selama kehamilan dini, dan radiasi tingkat tinggi meningkatkan risiko memiliki janin dengan kelainan kongenital. Bekerja atau tinggal didekat atau dilokasi limbah, atau tambang juga dapat meningkatkan risiko.
Universitas Sumatera Utara

20
c.3. Penyakit Kelainan Kongenital i. Cacat Jantung Bawaan (Congenital Heart Defects)
Cacat jantung bawaan atau Congenital Heart Defects (CHDs) merupakan defisit struktural dan fungsional yang muncul selama embriogenesis jantung. CHDs adalah cacat lahir yang paling sering terjadi, menyumbang 1/3 kematian dari seluruh kelainan kongenital. Secara global, 1,35 juta bayi lahir dengan CHDs setiap tahunnya.32 Hampir setengah insiden CHDs didiagnosa pada minggu pertama kehidupan bayi.24
Penelitian epidemiologi di negara berkembang telah mengindikasikan bahwa pervalensi CHDs berkisar antara 4 – 10 per 1.000 kelahiran hidup. Prevalensi CHDs pada janin di perkirakan meningkat, sekitar 14.6 per 1.000 janin. CHDs kompleks paling sering pada janin dan dapat menyebabkan aborsi spontan dan lahir mati.33
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Guandong, China, prevalensi CHDs meningkat dari tahun 2008 ke 2012 baik di daerah perkotaan, maupun daerah pedesaan. Prevalensi kelahiran dengan CHDs di perkotaan meningkat dari 59,33 per 10.000 KH pada tahun 2008, menjadi 107,78 per 1.000 KH. Dan di daerah pedesaan prevalensinya dari 27,24 per 10.000 KH pada tahun 2008, menjadi 69,40 per 10.000 KH pada tahun 2012.33 ii. Cacat Tabung Saraf (Neural Tube Defects)
Cacat tabung saraf atau Neural Tube Defects (NTDs) merupakan salah satu kelainan kongenital yang paling sering terjadi.34 Saat pembentukan embrio, 2 jaringan tidak menyatu untuk membentuk tabung saraf (diawali dari otak dan sumsum tulang belakang), sehingga otak dan tulang belakang tidak berkembang dengan baik.35
Universitas Sumatera Utara

21
NTDs terjadi rata-rata 1 dari 1000 kehamilan di seluruh dunia.34 Insiden NTD pada populasi umum bervariasi, mulai dari 1 per 1.000 kehamilan di Amerika Serikat, hingga 12 per 1.000 kehamilan di Irlandia dan Wales dan di antara suku Indian dan beberapa etnis di Mesir.36 Di California, NTDs di temukan pada 1 dari 1.480 kehamilan.35
Faktor genetik maupun non-genetik diimplikasikan sebagai penyebab NTDs. Hampir 70% prevalensi NTDs berkaitan dengan faktor genetik.34Tipe NTDs yang paling sering yaitu Spina Bifida, Anencephaly, dan, Encephalocele.35Ibu penderita diabetes berisiko10 kali untuk melahirkan anak dengankelainan seperti Spina Bifida, Anencephaly,Holoprosencephalydibanding populasi ibu lainnya.37
NTDs disebabkan oleh beberapa faktor seperti kekurangaan vitamin dan nutrisi (asam folat, Vitamin B12, dan zinc), dan kelainan kromosom (Trisomy 13 dan 18).24
Asam folat merupakan salah satu vitamin B yang berperan penting dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin pada awal masa kehamilan dimana kebanyakan wanita tidak mengetahui kehamilannya.35
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ibu hamil yang berusia 15 – 44 tahun untuk mengkonsumsi 0,4 mg asam folat setiap hari untuk menurunkan risiko NTDs 50 – 70%. US National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) dan CDC merekomendasikan ibu hamil dengan risiko tinggi (memiliki kekerabatan dengan penderita NTDs) harus mengkonsumsi 4,0 mg asam folat setiap hari mulai dari 1 bulan sebelum konsepsi hingga 3 bulan pada masa kehamilan.24
Universitas Sumatera Utara

22
iii. Down Syndrome Down Syndrome merupakan suatu kondisi dimana terjadi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental bayi/anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan