PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PEER LESSON TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

ABSTRAK

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PEER LESSON
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh
Engla Octavia Aidi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif
tipe Peer Lesson terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung tahun pelajaran
2013/2014 yang terdistribusi dalam enam kelas. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas VII A dan VII B yang diambil dengan teknik Purposive Sampling.
Data penelitian diperoleh melalui tes pemahaman konsep matematis. Kesimpulan
penelitian ini adalah strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson tidak
berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

Kata Kunci : Peer Lesson, Pemahaman Konsep Matematis, Strategi Pembelajaran.


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Madu, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung,
pada tanggal 16 Oktober 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Bapak Aidi Ahmadi dan Ibu Ermai Lizar.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Satya Dharma
Sudjana Gunung Madu pada tahun 1998. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar
di SD Negeri 2 Gunung Madu pada tahun 2004, pendidikan menengah pertama di
SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu pada tahun 2007, dan pendidikan
menengah atas di SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah pada tahun
2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2010
melalui jalur Ujian Mandiri dengan mengambil program studi Pendidikan
Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik pada tahun 2013 di
Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat. Selain itu,
penulis menjalankan Program Pengalaman Lapang (PPL) di SMP 1 Liwa,
Kabupaten Lampung Barat.


PERSEMBAHAN

Dengan Mengucap Syukur Kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada :
Ayahku (Aidi Ahmadi) dan Ibuku tercinta (Ermai Lizar) yang telah
membesarkan, mendidik, mencurahkan kasih sayang, dan selalu
mendoakan kebahagiaan dan keberhasilanku.
Adikku (Osvandri Marvian Aidi) yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya padaku.
Para pendidik yang telah mengajariku dengan penuh kesabaran.
Semua Sahabat yang tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku.
dan
Almamater Universitas Lampung tercinta

MOTO

Tidak ada yang namanya kebetulan, semua adalah proses yang
menghasilkan
Mulai, lakukan dan jangan pernah berhenti dan mengeluh


SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi
Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lesson Terhadap Pemahaman Konsep Matematis
Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2013/2014)” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung,
beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.


2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA yang telah
memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3.

Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

ii

4.

Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan bimbingan,
sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi, sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.


5.

Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian,
motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

6.

Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis.

7.

Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8.

Bapak Drs. Hi. Zaid Jaya, M.MPd., selaku Kepala SMP Negeri 12 Bandar

Lampung yang telah memberikan izin penelitian.

9.

Ibu Hj. Yuniarti. DS, S.Pd, M.MPd., selaku guru mitra dan guru mata
pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang telah
banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

10. Ayahku Aidi Ahmadi dan Ibuku Ermai Lizar tercinta, atas perhatian dan
kasih sayang yang telah diberikan selama ini dan doanya yang tak pernah
berhenti mengalir.
11. Adikku Osvandri Marvian Aidi atas doa, semangat, dan dukungannya
kepadaku.
12. Sahabat-sahabat tercinta Anniya Mutiara Tsani, Anggi Oktaviarini, Desy P.
Herdyen, Elfira PW, Khairuntika, Rika Ridayanti, dan Ardiyanti atas
kebersamaan terindah, semangat, kasih sayang, dan doa kalian.

iii

13. Sahabat kecilku yang sama-sama sedang berjuang dalam menyusun skripsi,

Ayuningtyas Purwaningrum terima kasih atas pertemanan, kebersamaan kita
sejak kecil serta semangat dan doanya kepadaku.
14. Sepupu-sepupuku tersayang Sinta Mei Salisa S. dan Vobysca Melada S.
terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraan kita selama ini serta
dukungannya kepadaku.
15. Teman-teman Asrama Griya Hot Savel Gledis, Erika, Laras, Yonita, dan
mbak Wela Istifaria yang memberikan persaudaraan dan semangat kepadaku.
16. Sahabat-sahabat seperjuanganku Pendidikan Matematika 2010 B, khususnya
Liza Istianah serta Mella, Feby, Woro, Ira, Novi, Resti, Gesca, Iis, Clara,
Agustin, Zuma, Nurul Himmah, Perdan, Nando, Sovian, Heru, dan Imam
yang memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini.
17. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Kelas A, khususnya Fertilia
Ikashaum, kakak-kakakku angkatan 2008 dan 2009 serta adik-adikku
angkatan 2011 terima kasih atas kebersamaannya.
18. Sahabat-sahabat KKN Tematik Unila dan PPL SMP Negeri 1 Liwa,
kelompok terbaik sepanjang masa (Arum, Roro, Rindi, Mutiara, Novi, Feby,
Sukma, Yasmin, Rizkur, Martin, dan Dimas), atas kebersamaan yang penuh
makna dan kenangan, semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.
19. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Liwa serta SMP Negeri 12 Bandar Lampung.
20. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

iv

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung,
Penulis,

Engla Octavia Aidi

v

September 2014

vi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
I.

II.

ix

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................

1

B. Rumusan Masalah .............................................................................

6

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................


7

D. Manfaat Penelitian .............................................................................

7

E. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................

8

TINJAUAN PUSTAKA
A.Belajar dan Pembelajaran ................................................................... 10
B. Belajar Aktif ....................................................................................... 12
C. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lesson .................................. 13
D. Pemahaman Konsep ........................................................................... 15
E. Pembelajaran Konvensional................................................................ 17
F. Kerangka Pikir..................................................................................... 17
G. Hipotesis ............................................................................................. 19

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel .......................................................................... 20
B. Desain Penelitian ............................................................................... 21
C. Prosedur Penelitian ............................................................................. 21
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 22

vi

1. Data Penelitian .............................................................................. 22
2. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 22
E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 23
1. Validitas Instrumen ........................................................................ 23
2. Reliabilitas ..................................................................................... 24
3. Tingkat Kesukaran (TK) ................................................................ 25
4. Daya Pembeda (DP) ...................................................................... 26
F. Analisis Data ...................................................................................... 28
1. Uji Normalitas ................................................................................ 28
2. Uji Homogenitas Varians Populasi ................................................ 29
3. Uji Hipotesis................................................................................... 30
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 32
1. Uji Hipotesis .................................................................................. 33
2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ................. 33
B. Pembahasan ........................................................................................ 35
V.

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 40
B. Saran .................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Distribusi Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil .....................................

20

3.2 Desain Penelitian .................................................................................

21

3.3

Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ...................................................

25

3.4 Tingkat Kesukaran Butir Item Soal .....................................................

26

3.5

27

Interpretasi Nilai Daya Pembeda ........................................................

3.6 Daya Pembeda Butir Item Soal ................................................................. 27
3.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Konsep Matematis ...............

29

3.8 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep ..........

30

4.1 Data Pemahamn Konsep Matematis ....................................................

32

4.2 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ...............................................................................

34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Peer Lesson ....

48

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Konvensional..

65

A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Peer Lesson ............................

80

B. Instrumen Penelitian
B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Posttest .......................................................

106

B.2 Soal Posttest .................................................................................

108

B.3 Kunci Jawaban Soal Posttest .......................................................

110

B.4 Form Penilaian Validitas Posttest ................................................

114

B.5 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ..........

116

C. Analisis Data
C.1

Reliabilitas Hasil Tes Uji Coba ..................................................

C.2

Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Hasil Tes

117

Uji Coba .....................................................................................

118

C.3 Data Pemahaman Konsep Matematis Kelas Peer Lesson ..........

120

C.4 Data Pemahaman Konsep Matematis Kelas Konvensional.........

121

C.5 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis ................

122

C.6 Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis ............

129

C.7 Uji Hipotesis ...............................................................................

130

C.8 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep
Kelas Peer Lesson ......................................................................

132

C.9 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep
Kelas Konvensional ....................................................................

133

D. Lain-lain
D.1 Daftar Hadir Seminar Proposal ....................................................

134

D.2 Daftar Hadir Seminar Hasil .........................................................

136

D.3 Surat Keterangan Penelitian ........................................................

138

x

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari aspek pendidikan sehingga sangat
wajar jika pemerintah harus memberikan perhatian yang serius terhadap dunia
pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting
karena membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu
pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika yang
terjadi di lingkungan sekitarnya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Masalah
tersebut dapat dipecahkan dengan kualitas pendidikan yang memadai.

Meningkat tidaknya suatu kualitas pendidikan berkaitan erat dengan kualitas
sumber daya manusia. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia agar mencapai tujuan pendidikan nasional adalah

2
melalui pendidikan yang baik. Namun, kualitas pendidikan di Indonesia khususnya
pendidikan matematika masih relatif rendah. Masih rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia dapat dilihat dari hasil survei TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) yang diungkapkan Depdiknas (2007), Indonesia
berada pada posisi ke-34 dalam bidang matematika dari 38 negara peserta. Dari
hasil survei tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran matematika di Indonesia
kurang efektif. Untuk mengatasi hal tersebut, terutama dalam pelajaran
matematika perlu adanya tindakan kerjasama antar guru mata pelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Dalam segala kegiatannya harus
dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk memastikan tingkat
keberhasilan meningkatnya mutu pendidikan matematika di Indonesia.

Matematika sebagai ilmu dasar yang memegang peranan penting membentuk pola
pikir siswa. Hal ini disebabkan matematika memiliki struktur keterkaitan yang
jelas dan kuat antar konsep. Sehingga memungkinkan siswa untuk berpikir secara
logis, rasional dan sistematis. Matematika juga berperan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, untuk menguasai
dan menciptakan teknologi diperlukan penguasaan matematika yang baik sejak
dini. Besarnya peranan matematika membuat matematika dipelajari secara luas
mulai dari jenjang pendidikan rendah hingga ke jenjang pendidikan tinggi.
Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari. Apalagi
beberapa tahun ini matematika merupakan mata pelajaran yang diujikan secara
nasional dan menjadi salah satu mata pelajaran penentu kelulusan siswa. Sehingga
pemerintah terus berusaha memperbaiki komponen-komponen penunjang
pendidikan khususnya matematika seperti diadakannya peningkatan kompetensi

3
guru melalui latihan, MGMP, memperbaiki sarana dan prasana, serta perbaikan
kurikulum.

Salah satu penyebab masih rendahnya kemampuan matematis siswa dalam bidang
matematika terjadi karena siswa kurang memahami apa yang dipelajari
sebagaimana yang diungkapkan oleh Depdiknas (2007) bahwa proses belajar
mengajar di sekolah sering kali belum memberikan hasil yang maksimal, apabila
dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, hal ini dapat dilihat
dari (a) banyaknya siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap
materi ajar yang diterimanya, meskipun mereka tidak mampu memahami konsep
dari bahan ajar tesebut, (b) sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan
tersebut digunakan, dan (c) siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep
akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan dengan menggunakan sesuatu yang
abstrak dan metode ceramah.

Kemampuan menghafal saja tidak cukup, tetapi siswa juga harus memiliki
kemampuan lain sebagaimana yang ditetapkan pada Depdiknas (2007) bahwa mata
pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (a)
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah, (b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika, (c) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

4
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (d) mengomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, dan (e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang telah diungkapkan di atas, hal
mendasar yang harus dimiliki siswa adalah pemahaman konsep. Menurut Rohana
(Harja, 2011) dalam memahami konsep matematika diperlukan kemampuan
generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Saat ini penguasaan peserta didik
terhadap materi konsep-konsep matematika masih lemah sebagaimana yang
dikemukakan Ruseffendi (Harja, 2011) bahwa ada banyak peserta didik yang
setelah belajar matematika, tidak mampu memahami konsep bahkan pada bagian
yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru
sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, rumit, dan sulit.

Secara global, pemahaman konsep matematis siswa setingkat SMP dapat dilihat
dari hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA). Hasil
survei PISA tahun 2009 Indonesia hanya menduduki rangking 61 dari 65 peserta
dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional adalah 496. Dari
hasil survei ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMP di Indonesia dalam
penguasaan konsep masih sangat rendah (Balitbang, 2011). Kemampuan yang
diujikan dalam soal-soal PISA adalah mampu merumuskan masalah secara
matematis sebanyak 25%, mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur, dan

5
penalaran dalam matematika sebanyak 50%, serta menafsirkan, menerapkan, dan
mengevaluasi hasil sebanyak 25%.

Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa disebabkan melalui pembelajaran secara konvensional. Hal ini karena pembelajaran konvensional
membuat kemampuan siswa sulit berkembang, karena proses pembelajaran yang
bersifat monoton. Kebanyakan pembelajaran konvensional masih terpusat pada
guru, dan hasil belajar matematika siswa yang masih rendah diperkirakan
penyebabnya adalah siswa kurang aktif ketika mengikuti pelajaran di kelas, dan
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi siswa.
Adanya siswa yang kurang memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran,
serta jika ada konsep-konsep yang kurang dipahami siswa, mereka lebih
cenderung bertanya kepada teman daripada langsung bertanya kepada guru dan
ketika guru memberikan contoh soal banyak siswa yang memilih untuk melihat
jawaban temannya.

Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terjadi juga di SMP
Negeri 12 Bandar Lampung. Hal ini berdasarkan wawancara dengan guru bidang
studi matematika bahwa siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, diam, dan
tidak bertanya serta tidak mengemukakan pendapat. Masih banyak siswa yang
kurang memperhatikan penjelasan guru, bahkan ada siswa tidak mengikuti
pembelajaran dengan baik, bermain, dan bercakap-cakap. Saat guru mengajukan
pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, hanya sedikit
siswa yang mau menjawab dan bertanya. Aktivitas yang dilakukan sebagian besar
siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat apa yang ditulis oleh

6
guru di papan tulis, sedangkan siswa yang lain tidak memperhatikan, atau
bercakap-cakap antar teman. Hal ini menunjukkan kemampuan konsep siswa
masih rendah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menciptakan suasana
pembelajaran di dalam kelas yang mampu membuat siswa lebih aktif sehingga
prestasi belajar mereka meningkat.

Terkait dengan permasalahan di atas maka salah satu strategi belajar yang dapat
digunakan adalah strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson. Strategi
pembelajaran aktif tipe Peer Lesson ini menempatkan seluruh tanggung jawab
pengajaran kepada siswa. Siswa dibagi dalam kelompok sesuai dengan
kemampuan akademik, dan menjelaskan suatu konsep dengan sejelas-jelasnya,
sehingga siswa lain memahami maksud dari pelajaran tersebut. Strategi
pembelajaran aktif tipe Peer Lesson memungkinkan siswa untuk berfikir tentang
apa yang dipelajari, berkesempatan untuk berdiskusi dengan teman, bertanya, dan
berbagi pengetahuan. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertindak sebagai guru dan narasumber bagi siswa yang lainnya. Pembelajaran
Peer Lesson diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan
pemahaman konsep matematis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah strategi pembelajaran aktif tipe
Peer Lesson berperanguh terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”

7
Dari rumusan masalah di atas dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu “Apakah
terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar
Lampung yang pembelajarannya menerapkan strategi Peer Lesson dengan
pemahaman konsep siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson terhadap
pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung
bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika yang berkaitan dengan strategi pembelajaran aktif Peer
Lesson dan pembelajaran konvensional serta hubungannya dengan kemampuan
konsep matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi pendidikan sebagai
alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam rangka untuk
meningkatkan kemampuan konsep matematis siswa. Selain itu, dapat menjadi
masukan dan bahan kajian pada penelitian serupa di mana yang akan datang.

8
E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

1.

Pengaruh adalah daya yang ditimbulkan dari penggunaan

strategi

pembelajaran tipe Peer Lesson pada kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Selanjutnya
pembelajaran ini dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa apabila rata-rata nilai pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran aktif tipe
Peer Lesson sama dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2.

Pembelajaran aktif (active learning) merupakan suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar
dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran.

3. Strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson adalah strategi yang
mengembangkan peer teaching dalam kelas ini yang menempatkan tanggung
jawab kepada siswa untuk membantusiswa lain dalam satu kelompok namun
tetap dalam bimbingan guru.
4. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh
guru yaitu ceramah, tanya jawab, dan latihan soal.

9
5. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan
pembentukan pengetahuannya sendiri bukan sekedar menghafal dan sesuai
dengan indikator-indikator pemahaman konsep.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar
dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto
(2003: 2) mengungkapkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara
sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara, bertujuan dan terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Sedangkan menurut Mulyardi (2002:2) belajar merupakan suatu kegiatan mental
yang tidak dapat diamati dari luar. Hasil belajar seseorang hanya bisa diamati jika
seseorang menampakkan kemampuan yang telah di peroleh melalui belajar. Maka
berdasarkan perilaku yang di tampilkan seseorang dapat di katakan seseorang
telah belajar.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah salah satu
proses perubahan tingkah laku secara permanen yang tidak dapat diamati dari

11
luar, tetapi dapat dilihat ketika individu dapat mengubah tingkah laku. Belajar
tidak hanya dilihat dari orientasi belajar semata, tetapi juga pada proses yang di
lakukan. Interaksi yang terjadi dalam proses belajar dapat diukur sedemikian rupa
sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Belajar dan pembelajaran adalah dua peristiwa yang berbeda (belajar dan
mengajar). Belajar dan mengajar akan menjadi terpadu dalam suatu kegiatan
manakala terjadi interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru
dan antara sesama siswa. Proses belajar atau peristiwa belajar mengajar yang
terjadi disebut pembelajaran.

Pembelajaran

merupakan

salah

satu

upaya

peningkatan

kondisi

yang

memungkinkan siswa dapat belajar. Suatu pembelajaran merupakan gabungan
dari berbagai unsur-unsur yang mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.
Unsur-unsur tersebut meliputi orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran,
fasilitas dan prosedur dari pembelajaran. Proses pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa sehingga terjadi perubahan
tingkah laku yang baik. Nikson yang dikutip oleh Muliyardi (2002:3)
mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya untuk membantu
siswa untuk membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan
kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip
itu terbangun kembali. Pembelajaran tersebut lebih menenkankan pada upaya
untuk meningkatkan inisiatif atau peran siswa dalam menggali pengetahuan dan
bukan transformasi dari guru. Pembelajaran matematika memerlukan konsep yang
cukup terstruktur dan terarah.

12
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pembelajran lebih menekankan kepada bagaimana upaya guru mendorong siswa untuk menemukan dan
mengembangkan konsep-konsep matematika dengan kemampuan sendiri sehingga
informasi yang diperoleh dapat dipahami dengan baik, untuk itu dalam kegiatan
belajar dan mengajar diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mendorong
siswa untuk belajar secara aktif. Keterlibatan siswa secara aktif harus didukung
oleh usaha guru sebagai fasilitator dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan, mengembangkan dan menetapakan ide mereka sendiri.

2. Belajar Aktif

Siswa dikatakan belajar aktif apabila selama proses belajar dan pembelajaran
melakukan aktifitas dan melakukan tindakan yang aktif seperti memberikan
pertanyaan dalam proses belajar. Keaktifan siswa tidak hanya secara fisik, tetapi
juga non fisik.

Paham belajar aktif menurut Silberman (2009:1) sebagai berikut.
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa
teman, saya mulai paham.
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.

Berdasarkan paham diatas, mendengar dan melihat saja dalam proses pembelajaran akan membuat siswa tidak aktif dan kurang merasa terlibat secara fisik
maupun mentalnya terhadap materi yang sedang dipelajari, jika siswa mampu
mencari informasi sendri dalam proses belajar dan memperoleh umpan balik dari
pemahamannya baik dari teman atau guru maka siswa akan mampu

13
mengembangkan ide-ide dalam materi yang sedang dipelajari tersebut. Hal ini
diperkuat oleh Jhon Holt dalam (Silberman, 2009:5) yang menyatakan bahwa
proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal
(a) mengemukakan kembali informasi dengan kata kata mereka sendiri, (b) memberikan contoh, (c) mengenali dalam bermacam-macam bentuk dan situasi,
(d) melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e) menggunakan dengan berbagai cara, (f) memprediksi sejumlah konsekuensi, dan
(g) menyebut lawan atau kaitanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar aktif adalah salah satu
strategi pembelajaran yang banyak melibatkan siswa. Siswa dipandang sebagai
subjek pembelajaran yang harus banyak berperan dalam aktifitas pembelajaran,
sehubungan dengan hal di atas maka strategi belajar aktif yang akan terapkan
adalah strategi belajar aktif tipe Peer Lesson.

3. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lesson

Menurut Silberman (2009:173) Peer Lesson (pelajaran teman sebaya) adalah
“sebuah strategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas yang
menempatkan seluruh tanggung jawab kepada siswa untuk mengajar para peserta
didik sebagai anggota kelas”, sebagai para anggota kelas sebagai para peserta
didik, sebuah mata pelajaran baru benar-benar dikuasai ketika pembelajar mampu
mengajarkannya kepada orang lain. Teman sebaya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus menjadi
narasumber bagi satu sama lain. Pelaksanaan pembelajaran aktif tipe Peer Lesson
menurut silberman (2009:173):

14
a. Bagilah kelas ke dalam sub-kelompok. Buatlah sub-kelompok sebanyak
topik yang di ajarkan.
b. Berikan masing-masing kelompok sejumlah informasi, konsep, atau
keahlian untuk mengajar yang lain. Topik yang anda bagikan kepada
peserta harus saling berhubungan.
c. Mintalah setiap kelompok membuat cara presentasi atau mengajarkan
topiknya kepada sisa kelas. Sarankan agar menghindari ceramah atau
membaca laporan. Doronglah mereka agar membuat pengalaman belajar
untuk peserta didik seefektif mungkin.
d. Cobalah beberapa saran sebagi berikut:
• Sediakan alat-alat visual.
• Kembangkan demonstrasi singkat.
• Gunakan contoh atau analogi untuk membuat poin mengajar.
• Libatkan peserta didik dalam diskusi.
• Boleh bertanya.
e. Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (bisa
di kelas atau di luar kelas). Kemudian mintalah setiap kelompok
mempresentasikan pelajaran mereka.

Berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson di atas,
kelas dibagi dalam kelompok kecil secara heterogen kemudian kelompok dibagi
berdasarkan sub topik yang akan dipelajari pada hari itu. Perbedaan strategi
belajar aktif tipe Peer Lesson dengan pembelajaran kelompok lainnya adalah
setiap siswa berkesempatan untuk belajar dan bertindak sebagai narasumber bagi
siswa lain.

Peer Lesson adalah peer artinya sesama dan lesson artinya pelajaran atau
mengajarkan, sehingga model peer lesson berarti mengajarkan kesesama teman.
Menurut Zaini, dkk (2008:65) mengatakan bahwa model pembelajaran peer
lesson adalah strategi belajar yang berfungsi untuk menggiatkan kemauan peserta
didik mengajarkan materi kepada temannya. Adapun kelebihan model Peer
Lesson menurut Hisyam Zaini, dkk (2008:65) antara lain (1) proses pembelajaran
yang melihatkan peserta didik dalam kelompok dan presentasi di depan kelas
yang dapat membangkitkan dan memotivasi kemauan peserta didik untuk giat

15
belajar, (2) pengetahuan berupa konsep yang diterima peserta didik akan tahan
lama karena mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan mereka
peroleh dari teman mereka sendiri, dan (3) adanya kerja sama antar teman.
Adapun kelemahan model Peer Lesson, yaitu (1) peserta didik cenderung ribut,
jika mereka diberikan untuk belajar dalam kelompok, dan (2) adanya kegiatan
kelompok dan presentasi kelas dalam proses pembelajaran akan memakan waktu
yang lama.

4. Pemahaman Konsep

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat,
sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Melalui konsep, diharapkan akan
dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah. Menurut
Gagne (Suherman, 2003:33) konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita
dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh. Dalam belajar
ada dua objek yang diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung.
Objek tak langsung, yaitu kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah,
belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana
semestinya belajar. Objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan
aturan.

Berdasarkan uraian di atas, konsep merupakan objek tak langsung dari
matematika yang dapat diperoleh oleh siswa. Berhitung adalah merupakan ciri
khas dari matematika, terutama pada tingkat SD. Tetapi, kemampuan menghitung
secara cepat diperlukan dalam matematika, namun ada yang lebih penting, yaitu
pemahaman konsep. Melalui pemahaman konsep, didapat daya kritis dan analisis

16
(panalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentransformasikan ke
dalam model dan bentuk persamaan matematika, baru kemampuan menghitung
diperlukan.

Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan matematika. Dalam
pemahaman konsep, siswa mampu untuk menguasai konsep, operasi, dan relasi
matematis. Menurut Shadiq (2009:13) indikator yang menunjukkan pemahaman
konsep antara lain adalah: (a) menyatakan ulang sebuah konsep, (b)
mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (c)
memberi contoh dan non contoh dari konsep, (d) menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi metematis, (e) mengembangkan syarat perlu atau
syarat cukup dari suatu konsep, dan (f) mengaplikasikan konsep atau algoritma
pemecahan masalah.

Dalam penelitian ini untuk mengukur pemahaman konsep matematis. Siswa
diberikan tes berupa soal-soal tentang materi yang diajarkan. Dengan mengacu
pada Wardhani (2008), indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
(a) menyatakan ulang konsep, (b) mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat
tertentu (sesuai dengan konsepnya), (c) memberi contoh dan non-contoh dari
konsep, (d) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
(e) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan
(f) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

17
5. Pembelajaran Konvensional

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006:614) dinyatakan kovensional
adalah menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan. Pembelajaran konvensional
merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan guru di sekolah, yaitu guru lebih
banyak berperan dalam pembelajaran dan siswa hanya mendengar dan menyalin
apa yang sudah ditulis guru.

Pembelajaran kovensional sebagai berikut (a) tujuan dirumuskan secara spesifik,
(b) bahan ajar disajikan secara menyeluruh kepada anggota kelas, (c) bahan
pelajaran lebih banyak berbentuk ceramah, (d) berorientasi pada kegiatan guru
dengan mengutamakan proses mengajar, (e) murid kebanyakan bersifat pasif, (f)
murid harus belajar sesuai kecepatan guru mengajar, dan (h) keberhasilan belajar
dinilai guru secara subjektif.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
konvensional siswa hanya sebagai pendengar, kemudian mencatat, lalu
mengerjakan latihan yang diberikan guru. Guru hanya melihat dari hasil belajar
saja.

B. Kerangka Pikir

Prinsip dasar proses pembelajaran adalah terpusat pada siswa, mengembangkan
kreativitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam bagi siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep pelajaran yang akan dicapai, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, serta

18
memberikan bimbingan agar siswa dapat belajar dengan mudah, aktif, dan
menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
Pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar matematika
berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Oleh sebab itu, guru diharapkan mampu menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang dapat
mengaktifkan siswa dalam belajar matematika. Salah satu faktor yang
menyebabkan kurang berkembangnya aktivitas siswa dalam belajar adalah
penggunaan strategi mengajar yang kurang bervariasi dan pembelajaran yang
masih didominasi oleh guru. Salah satunya dengan memilih dan menerapkan
model pembelajaran yang tepat dan efektif. Salah satu model yang dapat
diterapkan adalah pembelajaran aktif tipe Peer Lesson.

Pembelajaran aktif

tipe Peer Lesson ini adalah salah satu metode diskusi

kelompok dimana dapat menumbuhkan kegiatan pembelajaran yang aktif,
gembira, dan mengharuskan semua anggota kelompok untuk ikut berdiskusi.
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah guru membentuk kelompok
dalam kelas sesuai dengan jumlah topik yang dipelajari. Pembagian kelompok
dibagi berdasarkan hasil belajar akademik siswa, kemudian setiap kelompok
dibagi secara acak. Di dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian kelompok dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Selanjutnya topik pelajaran dibagikan kepada masing-masing
kelompok untuk dipelajari.

Dalam prosesnya setiap siswa dalam masing-masing kelompok berdiskusi topik
pelajaran yang dibagikan serta mengerjakan LKS yang telah disediakan. Saat

19
diskusi berlangsung, beberapa siswa yang sudah mengerti dengan topik
pelajarannya bisa menjadi narasumber kepada siswa lain yang masih kurang
paham dengan topik pelajaran yang sedang dipelajari, namun tetap dalam
bimbingan guru. Kemudian guru memilih secara acak kelompok mana yang harus
menerangkan atau menjelaskan materi di depan kelas. Setelah itu kelompok yang
terpilih menerangkan materi kepada siswa lainnya sesuai dengan topiknya.

Dalam model pembelajaran ini penyampaian atau pengajaran materi dari satu
siswa ke siswa yang lain dilakukan secara berkelompok. Dengan model
pembelajaran Peer Lesson, pemahaman konsep matematis siswa dapat dikuasai
dengan baik karena terdapat tahapan yang mengarahkan siswa untuk terlibat aktif
dalam diskusi dengan teman satu kelompok dan melakukan kegiatan dalam proses
belajar mengajar. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, saat ia menjadi
narasumber bagi yang lain. Siswa juga dilatih untuk berani tampil di depan kelas
mempresentasikan apa yang ia pelajari.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson
berperanguh terhadap pemahaman konsep matematis siswa pada siswa kelas VII
SMP Negeri 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung
yang terbagi dalam enam kelas yaitu VII A – VII F. Sampel dari penelitian ini
diambil melalui teknik Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan perhitungan tertentu, yaitu rata-rata nilai semester ganjil yang paling
mendekati nilai rata-rata kelas VII secara keseluruhan. Berikut ini disajikan data
rata-rata nilai ujian akhir semester ganjil.
Tabel 3.1 Distribusi Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMP
Negeri 12 Bandar Lampung
No.
1
2
3
4
5
6

Kelas

Banyak Siswa

Nilai

VII A
28
6,0
VII B
28
5,9
VII C
30
5,7
VII D
31
6,2
VII E
30
6,2
VII F
30
6,6
Jumlah Siswa
181
Rata-Rata
6,0
Sumber: Dokumentasi SMP Negeri 12 Bandar Lampung, 2013

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas diasumsikan bahwa kemampuan awal pemahaman
konsep matematis siswa sama. Sehingga dalam Penelitian ini diperoleh kelas VII
A dan VII B sebagai sampel penelitian. Kelas VII A yang berjumlah 28 siswa

21
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B yang berjumlah 28 siswa sebagai kelas
kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan desain post-test only
dengan kelompok pengendali yang tidak diacak (Furchan,1982:368).

Tabel 3.2 Desain Penelitian
Perlakuan

Kelompok
E
P

Pembelajaran
X
C

Post-test
O2
O2

Keterangan:
E = Kelas eksperimen
P = Kelas pengendali atau kontrol
X = Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peer Lesson
C = Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional
O2 = post-test pada kelas ekperimen
O2 = post-test pada kelas kontrol

C. Prosedur Penelitian

Tahapan penelitian dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran Peer
Lesson dan konvensional.
b. Menyusun lembar kegiatan siswa yang akan diberikan kepada siswa pada
saat diskusi berlangsung pada pembelajaran Peer Lesson.

22
c. Mempersiapkan perangkat untuk instrumen tes.
2.

Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
tipe Peer Lesson pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol.
b. Mengadakan post-test pada kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c. Pengumpulan data.
d. Pengolahan data.
e. Pelaporan berdasarkan penelitian.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu data berupa nilai yang
diperoleh melalui tes kemampuan konsep matematis yang dilakukan setelah
pembelajaran materi Garis dan Sudut.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes,
baik dalam pembelajaran dengan metode Peer Lesson maupun dengan
pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
uraian. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.

23
E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes pemahaman konsep siswa
berbentuk soal uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memahami materi yang diberikan. Tes diberikan sesudah pembelajaran
(post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes diberikan sesudah
pembelajaran dimaksudkan untuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap
pemahaman konsep siswa SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Untuk mendapatkan
data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria tes yang baik. Tes yang telah disusun, diantaranya harus memenuhi
kriteria valid dan reliabel.

1. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini validitas isi. Validitas isi dari hasil
tes pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan jalan membandingkan
antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan
indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, apakah hal-hal yang tercantum
dalam indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sudah terwakili dalam tes
pemahaman konsep tersebut atau belum terwakili.

Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran
matematika kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Jika penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes telahsesuai dengan kompetensi dasar dan indikator
maka tes tersebut dikategorikan valid. Berdasarkan penilaian guru mitra, soal
yang digunakan telah dinyatakan valid (lihat Lampiran B.4).

24
2. Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari nilai reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat
Arikunto (2008:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat
digunakan rumus Alpha, yaitu:
2
 n   σ i 
 1 
r11  
2
σ t 
 n  1 

Keterangan :
: nilai reliabilitas instrumen (tes)
r11
n
: banyaknya butir soal (item)
2
 σ i : jumlah varians dari tiap-tiap item tes
2
: varians total
σt
N
: banyaknya data
: jumlah semua data
: jumlah kuadrat semua data

Sudijono (2008:209) berpendapat bahwa suatu tes dikatakan baik apabila
memiliki nilai reliabilitas ≥ 0,70. Kriteria yang akan digunakan adalah memiliki
nilai reliabilitas ≥ 0,70. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes,
diperoleh bahwa nilai koefisien reliabilitas tes adalah 0,79. Hal ini menunjukkan
bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang baik sehingga
instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba soal dapat dilihat
pada Lampiran C.1.

25
3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Seperti yang dikemukakan Sudijono (2008:372) untuk menghitung tingkat
kesukaran suatu butir soal digunakan rumus:

TK 

JT
IT

Keterangan:
TK : tingkat kesukaran suatu butir soal
JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh
IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir
soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran sebagai berikut:
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai
0,00 ≤ TK ≤ 15
0,16 ≤ TK ≤ 30
0,31 ≤ TK ≤ 70
0,71 ≤ TK ≤ 85
0,86 ≤ TK ≤ 100

Interpretasi
Sangat Sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Sangat Mudah
Sudijono (2008:372)

Kriteria yang digunakan dalam instrumen tes pemahaman konsep matematis
adalah 0,16

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

0 17 44

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

0 13 47

Pengaruh Reciprocal Peer Tutoring Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

3 37 219

PENERAPAN STRATEGI PEER LESSON UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN, KEBERANIAN DAN PEMAHAMAN KONSEP Penerapan Strategi Peer Lesson Untuk Peningkatan Keaktifan, Keberanian Dan Pemahaman Konsep Dalam Matematika Pada Siswa Kelas XI TKJ2 SMK N 1 Banyudono Tahun 20

0 2 19

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN STRATEGI PEER LESSON PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN STRATEGI PEER LESSON (PTK Pembelajaran Matematika Kelas X Semester II SMA Batik 1 Surakarta).

0 1 17

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP.

0 1 91

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GROUP TO GROUP EXCHANGE (GGE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA.

4 18 31

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN METODE PEER LESSON UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 1 58

PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PEER-LESSON - repository UPI T MAT 1402295 Title

0 3 3

Pengaruh Strategi Pembelajaran Heuristic Vee terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik Farida

0 0 9