Propinsi Sumatera Utara Dalam Menyambut Kerjasama Regional ASEAN

PROPINSI SUMATERA UTARA DALAM MENYAMBUT KERJASAMA REGIONAL
ASEAN
LIC.RER.REG.SIROJUZILAM, SE.
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang
demikian pesat disebahagian belahan dunia ini telah memberikan dukungan yang
kuat atas terjadinya proses dan era globalisasi. Dalam era globalisasi tersebut
memunculkan fenomena dalam dunia usaha berupa integerasi antar usaha dan antar
negara dalam bentuk akuisi, merger dan lain-lain, serta makin semunya batas
wilayah administrasi antara negara-negara di dunia (border less) ditandai dengan
arus sumberdaya manusia, investasi, barang, jasa dan pemberlukuan sistem kualitas
produksi eksport yaitu ISO 9000 dan ISO 14000.
Kecenderungan globalisasi ekonomi tersebut dapat dikelompokkan antara
lain:
a. Globalisasi produksi: Dimana terjadi kecenderungan atas pembuatan akhir yang
komponen-komponennya dihasilkan dari beberapa negara.
b. Globalisasi sistem finansial: Dimana kegiatan operasi berbagai lembaga finansial
tidak lagi terbatas pada suatu negara atau suatu wilayah, tetapi bersifat global.

c. Globalisasi pasar : Dimana sejumlah perusahaan-perusahaan menghasilkan
produk ataupun jasanya bukan saja berorientasi untuk pasar nasional tetapi
berorientasi pada pasar internasional atau global.
Globalisasi
ekonomi
membawa
dampak
ke
arah
kemungkinan
ditransmisikannya gejolak di pasaran internasional ke dalam perekonomian kita
melalui arus perdagangan finansial maupun investasi. Sebagai akibat dari
perkembangan tersebut semakin banyaknya negra-negara maju dan negara-negara
yang sedang berkembang untuk memanfaatkan globalisasi tersebut seoptimal
mungkin bagi pembangunan ekonomi nasional.
Sejak Pelita VI Indonesia telah terlibat dalam berbagai globalisasi tersebut
atau forum-forum pasar bebas yang menghasilkan berbagai kesepakatan yaitu:
a. GATT (General Agreement on Tariff and Trade) yang telah ditandatangani
oleh 180 negara. GATT telah menghasilkan kesepakatan untuk membentuk
organisasi perdagangan duna (WTO) yang isinya tentang liberalisasi

perdagangan dan investasi antar negara-negara peserta yang dilakukan
secara bertahap dan secara penuh pada tahun 2020.
b. Masyarakat Ekonomi Eropah (European Economic Commonity) yang
merupakan kerjasama ekonomi di Benua Eropa menuju suatu pasar bebas
bahkan dengan memberlakukan sistem perdagangan dan mata uang sama
bagi seluruh negara-negara Eropa.
c. APEC (Asia Pacific Economy Cooperation) merupakan kerjasama negaranegara dalam wilayah Asia dan Pasific yang terdiri 18 negara. Isinya adalah
kesepakatan dalam perdagangan bebas dan investasi luar negeri,
peningkatan sumber daya manusia lingkungan hidup dan penigkatan usaha
kecil menengah. Hal ini dilaksanakan pada tahun 2010 bagi negara maju dan
tahun 2020 bagi negara- negara sedang berkembang.
d. AFTA (Asean Free Trade Area) yang merupakan usaha kerja sama oleh enam
negara Asean untuk mengurangi secara bertahap atas tarif impor beberapa
"Commodity Group" pada negara-negara anggota. Penghapusan tarif impor

sepenuhnya terlaksana pada tahun 2010, tetapi kemudian disepakati lebih
cepat pada tahun 2003.
e. NAFTA (Northern America Free Trade Area) yang melibatkan negara-negara di
belahan bumi bagian utara Benua Amerika, termasuk Amerika Serikat,
Kanada dan lain-lain.

f. Kerjasama Ekonomi Sub Regional Asean yang dicanangkan sejak tahun
1992/1993 melibatkan beberapa Propinsi di Indonesia, Malaysia, Thailand,
Brunai Darussalam, dan Filipina yaitu :
1. IMT-GT (Indonesia Malaysia Thailand–Growth Triangle) atau Segitiga
Pertumbuhan Indonesia- alaysia-Thailand
2. IMS-GT (Indonesia Malaysia singapura-Growth Triangle) atau Segitiga
Pertumbuhan Indonesia Malaysia Singapura
3. BIMP-EAGA (Segi Empat Pertumbuhan Brunai Darussalam-IndonesiaMalaysia-Philipina).
Kerjasama Sub Regional tersebut merupakan ajang pelatihan bagi Indonesia
baik dari unsur birokrat/pemerintah maupun dunia usaha/swasta sebelum
pelaksanaan AFTA tahun 2003.
TINJAUAN PEREKONOMIAN PROPINSI SUMATERA UTARA
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pacta tahun 1993 sebesar 9,8 %,
tahun 1994 sebesar 10,11 % dan pada tahun 1995 sebesar 9,37 % (berdasarkan
harga konstan 1993). Pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Utara
berkembang pesat dimana pada tahun 1980 sebesar Rp.298.078 (US $ 471,64),
tahun 1990 sebesar Rp.1.286.360 (US $ 558,16), tahun 1993 menjadi
Rp.1.698.013,4 (US $ 808,53) dan pada tahun 1995 sebesar Rp.2.214.936 (US $
988,29). Pada tahun terakhir ini terjadi pergeseran kontribusi terhadap PDRB dimana
kontribusi sektor pertanian menurun dari sebesar 26,8 % pada tahun 1993 menjadi

sebesar 24,2 % pada tahun 1995, sedangkan kontribusi sektor industri meningkat
dari 23,6 % pada tahun 1993 menjadi 26,25 % pada tahun 1995.
Di samping itu ekspor non migas Sumatera Utara meningkat tajam dari US $
2.227.234 ribu dengan volume sebesar 3.949.725 ton pada tahun 1993 menjadi
sebesar US $ 3.107.169 ribu dengan volume 3.633.141 ton pada tahun 1995.
Sedangkan impor Sumatera Utara pada tahun 1993 sebesar US $ 956.951
ribu menjadi US $ 1.014.233 ribu pada tahun 1995.
Peningkatan ekspor non migas tersebut disebabkan kelancaran ekspor setelah
adanya deregulasi dan debirokratisasi seperti diberlakukannya SIUP seumur hidup,
pembebasan komoditi dari peraturan tata niaganya, pemberian fasilitas bebas bea
atau ditunda pembayaran untuk barang modal, dan peningkatan pelayanan
penerbitan dokumen ekspor dengan sistem berjalan untuk menciptakan pelayanan
yang cepat.
KENDALA, TANTANGAN DAN PELUANG PROPINSI SUMATERA UTARA DALAM
MENYAMBUT KERJASAMA REGIONAL ASEAN
Kendala yang akan dihadapi propinsi Sumatera Utara dalam menghadapi era
globalisasi khususnya dalam menyambut kerjasama regional ASEAN tersebut yaitu
Sumberdaya Manusia, Modal, Infra Stuktur dan Pasar. Kendala dalam pengadaan
sumberdaya manusia yaitu penyediaan tenaga kerja pada tingkat pendidikan
menengah dan tinggi. Berdasarkan survey tenaga kerja di Propinsi Sumatera utara

oleh BPS Sumatera utara tahun 1995 bahwa tenaga kerja berpendidikan SO
sebanyak 36,41 %, SLTP sebanyak 35,59 %, SLTA sebanyak 25,12 % dan akademi
serta perguruan Tinggi sebanyak 2,88 %.

Akibat rendahnya tingkat kemampuan SOM di Propinsi Sumatera utara
mengakibatkan tingkat penguasaan teknologi dan investasi yang masih relatif
rendah.
Kendala dalam modal yaitu terbatasnya investasi yang dibutuhkan baik dari
sektor swasta maupun sektor Pemerintah. Akibat rendahnya investasi tersebut maka
kemampuan untuk meningkatkan nili tambah produk mash tetap rendah.
Pertumbuhan ekonomi Daerah Sumatera utara yang direncanakan selama
Repelita VI adalah 9,47% dengan struktur perbandingan 25% pemerintah dan 75%
swasta dengan dana pembangunan yang diharapkan sebesar Rp. 41,3 triliun berarti
kontribusi pemerintah Rp.10 Trilliun dan Swasta Rp. 31 Triliun lebih. sebagai
implikasi keterbatasan investasi dari sektor pemerintah menyebabkan keterbatasan
dalam penyediaan infra stuktur yang diperlukan dalam perkembangan ekonomi dan
peningkatan arus barang dan jasa antar daerah.
Sementara itu tantangan yang paling besar yang akan kita hadapi dalam era
globalisasi yang akan datang adalah berbagai penyesuaian yang harus kita lakukan
dalam mempersiapkan dan menghadapi keterbukaan ekonomi yang semakin intens

terutama dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Sedangkan peluang yang diharapkan propinsi Sumatera Utara dengan adanya
pasar bebas atau globalisasi tersebut yaitu:
- Arus barang dan jasa yang deras antar negara, diharapkan barang dan jasa
produk dari Sumatera Utara dengan mudah masuk ke negara lain melalui
ekspor termasuk non migas.
- Adanya keunggulan komparatif produk Sumatera Utara. Keberadaan sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang relatif lebih murah di Propinsi
Sumatera Utara yang cukup membuat berbagai macam produk dapat di
produksi dengan cara yang lebih baik, efisien dan lebih murah jika skalanya
diperbesar.
- Disamping itu juga letak geogratis Sumatera Utara yag strategis yang relatif
mempunyai akses ekonomi di negara tetangga ASEAN, Asia Selatan, Timur
Tengah dan Eropah.
Untuk Propinsi Sumatera Utara peluang utama tersebut yaitu dengan adanya
kerjasama sub regional IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand-Growth Triangle), yang
melibatkan 13 Propinsi di ketiga negara yaitu :
1. Daerah Istimewa Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat

4. Propinsi Riau
5. Negara bagian Ipoh
6. perlis
7. Kedah
8. Perak
9. Pulau Pinang
10. Narathiwat
11. Yala
12. pattani
13. Songkla dan Satun
Dengan total penduduk kurang lebih 25 juta jiwa dengan luas areal 230.000 km2
Kerjasama ini meliputi bidang Pariwisata, Pertanian, Perdagangan/Industri/Investasi,
Prasarana, Sumberdaya Manusia, keuangan dan perbankan serta perhubungan
darat, laut dan udara.

KEBIJAKSANAAN STRATEGIS PEMERIHTAH DAERAH SUMATERA UTARA
(PEMDASU) MENGHADAPI KERJASAMA REGIONAL
Dalam rangka menghadapi era globalisasi perdagangan dunia yang semakin
cepat, pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara telah menciptakan
kebijaksanaan strategis dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan

kesinambungan pembangunan. Adapun strategi yang tampak dalam pembangunan
daerah adalah :
1. Sesuai Pola Dasar Pembangunan Daerah yaitu menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi yaitu 9,47% per tahun (atas dasar harga tahun 1993).
Andalan utama mengejar pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sektor industri,
pertanian, pariwisata melalui pengembangan agroindustri, peningkatan
keterkaitan antar badan us aha koperasi, negara dan swasta, menciptakan
tenaga terdidik dan terampilan, peningkatan prasarana dan sarana mendukung
sektor produksi serta pengembangan lembaga dan keuangan dan instansi yang
terkait dengan dunia usaha. Disamping itu dengan memberdayakan ekonomi
kecil dan menengah maka perkembangan di sektor prioritas diatas akan dapat
tumbuh lebih cepat.
2. Peningkatan ekspor juga terus dipacu melalui ekspor non migas melalui
penciptaan stabilitas ekonomi, deregulasi dan debirokratisasi sehingga dapat
berkembang industri yang bernilai tambah yang tinggi dan mempunyai
keunggulan koperatif dibandingkan dengan negara lain. Disamping itu untuk
penetrasian pasaran ekspor perlu dilakukan dengan aliansi internasional dengan
berbagi perusahaan yang sudah dikenal lama di dunia. Disamping ekspor non
migas tersebut dengan sendirinya impor keseluruhan perlu dikendalikan melalui
peningkatan produksi dalam negeri yang mampu bersaing, juga dengan

mengarahkan pola konsumsi dalam negeri yang menjauhi barang-barang impor
terutama barang mewah sehingga tidak menyalahi aturan WTO.
3. Peningkatan permodalan dengan cara mempromosikan potensi peluang bisnis di
Sumatera utara dengan cara patungan antara perusahaan dalam negeri dengan
perusahaan asing. Untuk itu telah ada kesepakatan yang teah ditandatangani
oleh para pengusaha dalam kawasan IMT-GT senilai $ 3,206 Milyard.
4. Pembangunan pantai barat daerah Sumatera Utara melalui penyediaan
infrastruktur dan pengadaan sekolah kejuruan guna meningkatkan kualitas
Sumberdaya Manusia juga untuk mengundang investor kedaerah pantai barat.
5. Pengembangan sistem perkotaan yaitu Mebidang (Medan-Binjai-Deli Serdang)
dan kota-kota lainnya melalui program SCUDP (Secondary city Urban
Development Projects) guna melayani kebutuhan investor baik dikota Mebidang
maupun di Daerah tingkat II serta pengadaan fasilitas kebutuhan investasi.
6. Meningkatkan efisiensi investasi mlalui penurunan ICOR dengan cara deregulasi
dan debirokratisasi di bidang investasi penanaman modal asing dan penanaman
modal dalam negeri sehingga kemudian diharapkan investasi dari pemerintah
sekitar 20 % dan swasta 80 %. Dengan demikian terjadi perubahan komposisi
dari Pelita VI yaitu 25 % dibanding 75 %.
7. Peningkatan tabungan pemerintah melalui peningkatan penerimaan negara
(sumber non migas), meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan

pengeluaran rutin dan pembangunan.
8. Meningkatkan peranan balai penelitian dan pengembangan (Litbang) yang ada
guna mendukung kegiatan dunia us aha dalam upaya pengembangan teknologi
proses, produksi rancang bangunan dan perekayasaan, standar mutu, pelatihan
dan desiminasi hasil-hasilnya sehingga terjadi peningkatan profesionalisme dalam
mengelola usahanya.
9. Peningkatan pelestarian lingkungan dalam mendukung pembangunan yang
berkelanjutan dan mengantisipasi pemberlakuan ISO 14000 dan pemantapan

fungsi lindung, rehabilitasi lingkungan yang telah mengalami degradasi dengan
pendekatan institusi dan peran serta masyarakat.
Adapun program atau proyek strategis yang akan dilaksanakan oleh
Sumatera utara dalam menyambut kerjasama regional antara lain:
1. Pembangunan jalan tembus pantai Barat-Batang Toru-Natal.
2. Studi kemungkinan pembangunan jalan tal Medan-Parapat.
3. Pembangunan perkeretaapian Sumatera utara.
4. Peningkatan bandara dan pelabuhan laut.
5. Pembangunan perkotaan Mebidang dan kota-kota besar.
6. Pengembangan tenaga panas bumi.
PENUTUP

Dalam menyambut kerjasama regional maka kita akan menghadapi
tantangan yang semakin berat terlebih dengan masuknya negara-negara pesaing
baru di pasar internasional. Oleh sebab itu, pemerintah Daerah Sumatera Utara
khususnya maupun pemerintah Pusat akan terus melanjutkan deregulasi dan
debirokratisasi secara berkesinambungan agar kita selalu mempunyai keunggulan
komperatif dan produk-produk ekspor non migas kita memiliki daya saing yang kuat,
serta mengurangi hambatan tarif maupun non tarif.
Untuk itu disarankan agar lembaga Penelitian dan Pendidikan lebih giat untuk
mengadakan penelitian dan pengembangan dalam bidang ekonomi secara luas baik
melalui kerjasama dengan pemerintah Daerah maupun dengan instansi lainnya.