Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Panti Asuhan

Universitas Sumatera Utara

4.3 Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Panti Asuhan

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu memahami strategi komunikasi pengasuh dalam mengembangkan kemandirian anak panti asuhan, maka perlu diketahui pula beberapa poin terkait, antara lain: pandangan pengasuh terhadap kegiatan pengasuhan dan pelaksanaan strategi komunikasi itu sendiri. Dibawah ini peneliti menyajikan data terkait berdasarkan wawancara mendalam dan observasi langsung terhadap para pengasuh yaitu Informan 1 hingga Informan 5. Informan 1 Suster Bernadette FSE Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti rangkum, Informan 1 mengatakan kemandirian wajib bagi anak terkhusus anak panti asuhan. Kemandirian perlu dipupuk karena kepedulian yang dimiliki Informan 1. Hal berikut disampaikan Suster Bernadette perihal sebelum menjadi penanggung jawab panti. “Kalau saya sudah lama lah, Dek. Sudah puluhan tahun saya berhubungan dengan yang begini-begini. Pertama sekali saya jadi suster itu ke Batam, disana kami mau menjangkau suku-suku pedalaman Riau itu. Apa nama sukunya itu yang tinggal di laut itu, suku laut. Memang mereka hidup di laut, kayak rumah memang sampan kecil itu. Situ juga anjingnya di sampan itu. Nah kami berusaha untuk membuka wawasan mereka tentang kesehatan dan pendidikan terkhusus anak-anaknya. Syukurlah akhirnya mereka jadi mau menetap itu selama 8 tahun. Makanya banyak anak-anak ini dari Batam, banyak kenalan saya disana. Setelah dari sana, saya ditugaskan ke Samosir disana juga sama kaya seperti itu juga. Lumayan lama juga saya disana. Itu juga makanya ada anak dari sana ke sini. Setelah itulah baru kesini ke Deli Tua, saya jadi pengelola panti asuhan. Tapi bukan cuma itu kerja saya. Seperti kemarin yang orang Flores itu. Ketemunya kamu kan ? Nah begitu-begitulah. Ada korban human traficking, sebelumnya ada yang ditelantarkan keluarganya, ada yang korban kekerasan. Itulah yang saya urus sampai kesana-kemari. ” Kemandirian yang harus diasah juga didasarkan pada latar belakang anak Universitas Sumatera Utara yang keluarganya memiliki disfungsi. Sehingga dengan keberadaan panti asuhan, para pengasuh bisa berbagi kasih dan mengambil alih peran keluarga yang hilang dari anak. Pada praktiknya, anak memang sudah dituntut untuk mampu mengurus keperluan dirinya sendiri, di luar keperluan pokok yang memang dipenuhi oleh panti. Kegiatan seperti kebersihan diri, mempersiapkan keperluan sekolah, mempersiapkan diri, dan mengikuti peraturan merupakan hal yang wajib bagi setiap anak di panti asuhan. Bagi anak yang masih kecil yaitu anak Sekolah Dasar, pengasuh akan menentukan kakak asuh bagi mereka. Sistem kakak asuh – adik asuh ini diberlakukan hingga anak yang belum mandiri mampu menanggungjawabi dirinya sendiri. Selain itu kemandirian juga terkait dengan kedisiplinan, sehingga anak wajib mematuhi jadwal yang ada. Dalam pemenuhan kebutuhan anak asuh, kegiatan pengasuhan dilakukan oleh beberapa pengasuh dengan bidang masing-masing. Selain itu terdapat pula guru-guru untuk meningkatkan skill anak, seperti menari, kerajinan tangan, menyanyi, salon, serta mendatangkan relawan yang mau berbagi ilmu tentang mengolah sampah, motivator, dan seni teater. “Kalau anak-anak sekarang minat belajarnya kurang, saya pun bingung. Makanya itu saya ajak Lastiar untuk buat program yang lebih diterima anak-anak seperti home-schooling itu. Itu bagus itu. Biar mereka belajar di sekolah, disini ya belajar tapi metodenya lebih senang anak-anak. Sama begitu juga sama temannya Si Lastiar itu, saya minta juga buat cara belajar lain. Karena disini itukan sebagai Rumah Keberhasilan, jadi memang harus bisa. Selain skillnya kita asah, wirausaha juga jalan, pendidikan formalnya juga ya mampu begitu. ” Pengasuhan di panti juga menuntut anak untuk kreatif dan sukses, hal ini juga berkaitan dengan keberadaan panti asuhan sebagai rumah keberhasilan bukan tempat untuk meminta-minta. Anak-anak asuh sendiri menggunakan inovasi biogas menjadi hal yang lebih menghasilkan yaitu dengan memasak “Snack St. Angela SNELA”. Mereka berwirausaha dengan menjual gorengan dan kue-kue tradisional ke Rumah Sakit St. Elizabeth, saat bazaar di gereja, dan juga menerima pesanan. Hal ini membuahkan hasil, dimana mereka memiliki kas dari usaha mereka sendiri. Universitas Sumatera Utara Selain itu mereka juga rutin mengikuti kegiatan keterampilan seperti kerajinan manik-manik dan salon. Selain membekali diri dengan keterampilan, pendidikan formal juga menjadi modal bagi anak-anak asuh. Anak-anak asuh selalu dipantau pendidikannya di sekolah. Panti ini juga yang berbasis agama sehingga mengharuskan anak juga berkembang dalam bidang spiritual. Kedisiplinan mengikuti ibadah pagi misa pagi, berdoa sebelum berangkat sekolah, berdoa untuk makan dan sesudahnya, berdoa Angelus dan berdoa Rosario, semuanya harus dilakukan anak-anak asuh secara mandiri. Secara umum anak-anak asuh sudah mampu berlaku mandiri, sebab dengan kondisi mereka yang mengharuskannya. Terkhusus untuk anak usia 6 – 12 tahun, kemandiriannya masih berbeda-beda. Kebanyakan anak asuh yang berada di kelas 5 dan 6 sudah mandiri, sedangkan untuk anak kelas 1 hingga kelas 4 SD masih belum mandiri. Namun begitu kemandirian, kepatuhan dan kedisiplinan tetap dirangsang dengan memberikan tanggung jawab tugas harian baik pribadi dan kelompok kepada anak anak-anak SD. Berdasarkan pengamatan peneliti, pengasuhan yang dilakukan oleh Informan 1 lebih intens dan memperhatikan setiap orang anak di panti asuhan. Seperti ketika peneliti berkunjung ke panti asuhan, beliau benar-benar kesal karena salah seorang anak asuh di jenjang SMA berniat tidak masuk sekolah dengan alasan menjaga suster yang sakit. Sesuai dengan penuturan Informan 1, beliau menghubungi orang di rumah sakit, untuk segera mengantar anak asuh tersebut walau sudah larut malam agar anak tersebut tetap berangkat sekolah pagi harinya. Informan 1 juga memberi nasehat dan peringatan secara tegas kepada anak asuh tersebut. Selain itu Informan 1 juga selalu menanyai keadaan beberapa anak asuh secara bergantian. Anak asuh yang sakit akan mendapatkan perhatian yang lebih, pemenuhan gizi dan vitamin anak selalu diperhatikan oleh Informan 1 setiap kali berada di panti. Tabel 3. Karakteristik Informan 1 Nama Suster Bernadette Saragih, FSE Deskripsi pekerjaan Menanggungjawabi segala hal terkait pengelolaan panti asuhan. Universitas Sumatera Utara Latar belakang Seorang biarawati dengan pendidikan terakhir yaitu perawat. Sebelumnya telah melakukan tugas pelayanan di pedalaman Riau, Batam dan Samosir. Selain mengelola Panti Asuhan, juga ikut mengurus masalah human traficking, kekerasan dalam rumah tangga, dan beberapa masalah yang serupa. Pandangan tentang pengasuhan Pengasuhan merupakan kegiatan berbagi kasih dengan mengajarkan anak. Memberi bekal kepada anak supaya kelak bisa mandiri dan mampu berhasil. Strategi Komunikasi Mengenal setiap kepribadian anak dengan demikian mengetahui kelebihan, kekurangan anak yang terkait dengan kebutuhan anak itu sendiri. Membuat sistem kakak dan asik asuh sehingga anak yang belum mandiri dapat dibantu dan belajar dari kakak asuhnya. Sedangkan anak yang telah mandiri, bisa membantu adik asihnya. Mengembangkan kemandirian anak dilakukan dengan memberikan tanggung jawab sesuai jenjang pertumbuhan dan perkembangannya. Memantau setiap anak, sehingga dapat melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Selain itu anak diharuskan untuk mematuhi peraturan yang ada, terutama untuk berdisiplin dan belajar. Sumber Tabel: Hasil Penelitian Universitas Sumatera Utara Informan 2 Ibu Lina Informan 2 merupakan ibu rumah tangga di panti asuhan ini. Beberapa hal yang menjadi tanggung jawab beliau antara lain mengawasi, mengajari dan mendidik anak asuh. Kegiatan yang secara khusus diawasi langsung oleh Informan 2 yaitu kegiatan wirausaha seperti membuat makanan kering dan kue- kue tradisional yang akan dijual di bazaar gereja, RS St. Elizabeth, dan juga pesanan. Selain itu Informan 2 juga mengatur pembagian kerja anak asuh dalam membersihkan panti asuhan. Informan sendiri bersuku batak Toba, namun mengaku tidak mengerti tentang adat batak. Hal ini dikarenakan beliau juga bertumbuh di panti. Kepribadian anak asuh yang berbeda-beda membuat pengasuh harus mampu menempatkan diri dalam menanggapi setiap anak. Beliau mengaku berusaha untuk melihat minat dan bakat anak asuh. “Ya kepribadian anak berbeda-beda memang. Cara menanggapinya ya ada bakatnya dimana gitu kan. Contoh di usaha ini buat-buat kue, tapi kita lihat dia sehari-harinya kurang kreatif kurang minatlah dia untuk itu, tapi dia minatnya di keterampilan, seni musik itu. Jadi sehari-harinya kita bisa melihat dia, bagaimana pola pikir dan cara bekerja mereka begitu. ” Selain itu untuk mendekati anak-anak asuh, pengasuh lebih membiarkan anak untuk menyesuaikan diri dahulu dan mengikuti teman-temannya. Pengasuh juga tetap melakukan pendekatan sesuai dengan kepribadian anak. “Ya dia mesti menyesuaikan diri dululah. Dengan teman-temannya, masih mengikuti dulu. Karena kita disini sulit lho, karena namanya anakkan ? Begitu banyaknya anak, ya mesti bisa menilai satu per satu. Oh orangnya begini sifatnya, oh ini bidangnya dibidang mana dia. Kan nggak sama semua. Jadi ada pendekatan yang berbeda-beda. ” Dalam mendapatkan kepatuhan anak, pengasuh tidak menjanjikan sesuatu agar anak asuh mau mengikuti aturan karena mematuhi aturan panti merupakan sebuah kewajiban yang mutlak. Selain itu taktik memberikan janji bukan cara mendidik anak asuh yang tepat. Bagi anak yang melakukan tindakan yang kurang baik seperti membangkang dalam menjalankan tugas, mencuri atau bermusuhan dengan sesama anak asuh akan diberikan hukuman. Namun bagi anak asuh yang Universitas Sumatera Utara berprestasi, pengasuh akan memberikan pujian dan memberitahukan anak-anak asuh lain untuk meniru anak berprestasi tersebut. “Kalau mereka baik di prestasi ya, kita bilang ini contoh yang bagus. Begitu juga kalau sebaliknya. Buruk yang begitu, harusnya begini. ” Informan 2 mengaku tidak melakukan pembedaan bagi anak-anak yang membandel maupun yang patuh. “Samalah disini. Pengasuh itukan ya kalau baik ya memang baik, tapi kalau membandel, kita pun menghadapinya ya harus dengan ramah. Nggak bisa kita langsung apalah, marahlah emosi, harus bersabarlah. ” Selain itu pengasuh juga tidak menerapkan kebiasaan untuk berlaku timbal balik dalam memberi dan menerima. Semua anak asuh diharapkan melakukan tugas sebaik mungkin dan mau membantu teman. “Yang seperti itu, susah kita mengatakan itu nanti. Menurut saya itu sama aja. Kemarin dikasi ini jadi sekarang kasih ini, jadi seperti itu nggak ada disini. Pokoknya sama aja gitu. Siapa pun sehari-harinya kan, ya langsung dikerjakan saja begitu. ” Menurut Informan 2, pengasuhan merupakan cara untuk membantu sesama yaitu dengan berbagi kasih dan berbagi ilmu. Berbagi ilmu dalam hal meningkatkan keterampilan menjadi salah satu pendorong Informan 2 mau menjadi seorang pengasuh. Melalui keterampilan yang telah Informan bagikan seperti keterampilan membuat kue-kue tradisional membuat anak-anak memiliki kemampuan untuk berwirausaha suatu saat nanti. Kelak jika mereka dewasa, mereka memiliki mandiri dan berdaya untuk mensejahterakan diri mereka sendiri. “Kalau saya sih, selagi bisa memberikan ilmu kepada mereka untuk mempelajari yang bisa menghasilkanlah ya. Seperti membuat usaha- usaha, saya berbagi kasih dengan mereka itu memberikan ilmu, membuat sesuatu. Gimana caranya bisa menghasilkan sesuatu, berupa uanglah begitu. Biar mereka nanti suatu saat, ataupun berumah tangga. Walaupun suaminya nanti ntah gimana-gimana, mereka udah bisa tahu usaha apa yang bisa mereka lakukan. Jangan mengharapkan dari orang kita meminta-minta. Misalnya suaminya sakit, mereka sudah punya bekal sendiri yaitu ilmu yang sudah saya berikan itu. Sehingga bisa berkembang Universitas Sumatera Utara gitu. Buat anak-anak disini gitu juga, baik yang keterampilan, baik yang seni musiknya, yang lain-lain jugalah, karena itu juga ilmu kan. Jadi bisa membuat mereka berkembang. Jadi kalo saya bilang, pokoknya harus bisa mandiri mereka” Tabel 4. Karakteristik Informan 2 Nama Lina Sihotang Deskripsi pekerjaan Sebagai ibu rumah tangga di panti asuhan. Bertanggung jawab dalam mengawasi, mengajari dan mendidik anak asuh. Mengawasi kegiatan wirausaha dan pelaksanaan tugas sehari- hari anak asuh. Pandangan tentang pengasuhan Pengasuhan harus disesuaikan dengan kepribadian anak. Selain mengasuh anak, pengasuh tetap harus mampu mengenali minat dan bakat anak. Anak dituntun untuk melakukan tugas sebaik mungkin dan mau bekerja sama. Strategi Komunikasi Pengasuh akan membiarkan anak asuh untuk beradaptasi dahulu. Pengasuh sekaligus mengamati kepribadian anak- anak asuh. Pemberian janji, kebiasaan timbal-balik tidak diterapkan di panti asuhan. Sedangkan pemberian motivasi dan hukuman tetap diberikan untuk anak- anak asuh. Sumber Tabel: Hasil Penelitian Informan 3 Ibu Lusi Informan 3 merupakan pengasuh bidang keterampilan kerajinan manik- manik. Jadwal beliau berada di panti asuhan adalah tiga kali dalam seminggu. Selain itu, beliau juga mengajak anak untuk berwirausaha dengan menjual Universitas Sumatera Utara kerajinan buatan mereka serta menerima pesanan kerajinan. Meski tidak menginap di panti asuhan, Informan 3 juga memperhatikan kepribadian anak dan mengenali kemandirian anak. Terkhusus anak usia 6-12 tahun, akrab dengan beliau karena anak usia SD mengikuti kegiatan keterampilan ini. Informan 3 pernah menjadi seorang guru agama, sehingga pengetahuan terkait psikologis anak didik telah dikuasai beliau. Informan 3 sebelumnya mengajar di Malang. Namun karena ibu beliau sakit dan tidak ada yang merawat, beliau pun kembali untuk merawat orang tuanya. Kebetulan beliau kenal dengan Suster Bernadette Informan 1, sehingga akhirnya Informan 3 ikut bergabung menjadi salah satu pengasuh panti asuhan. Dalam mengasuh anak, kemandirian diajarkan secara pelan-pelan dan teratur, memberi contoh yang jelas dan tetap terus diawasi. “Secara teratur kita memberi tahu, itu kan anak belum bisa mungkin dulu sebelum masuk disini. Itu dia hidupnya tidak teratur. Jadi setelah dia masuk disini, semuakan ada aturan. Nah, jadikan sudah diatur bagaimana makan, jam berapa makan-minum. Lalu bangun tidur pagi dan tidur siang, dan pagi lagi itukan sudah ada aturannya, jadwal. ” “Kami menjelaskan mengapa hidup itu punya aturan. Karena manusia itu, kalo nggak diatur, itu liar. Nah jadi hidupnya nggak jelas, nggak tentu. Lalu suka-sukanya. Akan tetapi, dengan ada peraturan itu, kita bisa berkembang lalu terdidik dia. Jadi kualitas kita nampak, mental kita itu pun kelihatan. ” Informan 3 merupakan pengasuh yang tidak tinggal di panti asuhan, namun dijadwalkan untuk hadir seminggu 3 kali. Meski demikian, Informan 3 tidak membiarkan pelajaran sebelumnya terlewat begitu saja. Namun beliau akan menambah jadwal hingga anak-anak asuh benar-benar terampil untuk pelajaran yang diberikan. “ Jadi saya tidak asal memberi, siap nggak siap. Tidak, saya mau sampe anak itu mampu sekali. Karena gini, ada nanti beberapa anak itu ada yang bisa ada yang tidak, bisa putus asa. Karen a nggak semua cepat nangkapnya.” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengamatan peneliti dari wawancara yang telah dilakukan, beliau selalu memberikan pengertian kepada anak asuh dengan cara yang mudah diterima. Informan 3 banyak memberi motivasi dengan gaya yang ringan dan santai. Sifat humoris menjadikan Informan 2 menjadi sosok pengasuh yang hangat dan anak asuh leluasa bercerita apa saja dengan beliau. Selain itu beliau juga lebih memberi kebebasan anak, karena menurut beliau dengan memberi kelonggaran akan membuat anak tidak jenuh dan merasa keterampilan sebagai beban. “Jadi tadinya sama-sama capek jadi berkurang. Kadang saya kasih waktu main, istirahat sebentar kalau sudah jenuh. Saya bacalah situasi anak- anak. ” Informan 3 mengembangkan rasa tanggung jawab anak dengan memberi kebebasan untuk berkreasi dengan ide anak asuh sendiri. Keberadaan beliau menjadi pendukung dan ikut mengawasi anak-anak asuh. Dukungan yang diberikan bertujuan agar anak lebih semangan untuk berinovasi dengan bahan- bahan keterampilan yang tersedia. Motivasi ini juga untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dan menjadikan anak mau memperbaiki diri dengan adanya komentar-komentar atas hasil karyanya. Selain itu juga merangsang kemampuan berwirausaha anak sejak dini, yaitu dengan melihat peluang usaha dari keterampilan yang dimiliki. “ Lalu untuk bertanggung jawab itu kadang saya lepas anak. Saya hanya melihat, jalan. Tapi memang perlu dukungan, itu selalu kami dukung. Mereka kami biarkan mencoba idenya sendiri. Silakan kalian coba supaya semakin terampil, kreatif. Rupanya apa yang mereka buat itu para pelanggan senang. Oh berarti, saya berpikir anak berkembang dan mampu mandiri. ” “Saya juga kasih tau, keterampilanmu ini tidak hanya dipampang. Disimpan aja dilemari. Enggak. Coba kamu perlihatkan teman, atau guru, siapapun yang datang. Bilang saya buat ini. Ditunjukkan sama orang lain. Jadi terima baik tidaknya dari orang yang melihat kerajinan kita itu. Kalo Universitas Sumatera Utara baik terima kasih, ya kalau tidak baik ya saya akan perbaiki. Mereka pun menurut. ” Informan 3 sebagai pengasuh perlu mengenali minat dan bakat anak, sehingga akan lebih mudah diarahkan untuk menuju pengembangan diri anak. Pada awalnya semua anak di panti asuhan wajib mengikuti keterampilan kerajinan manik-manik, namun setelah melihat kenyataan anak-anak asuh yang memiliki minat yang berbeda-beda. Akhirnya Informan 3 memutuskan untuk membiarkan anak yang memilih sesuai dengan minatnya, dan tugas beliau untuk mengasah mereka. “Lalu dalam hal keterampilan ya. Kalau dalam hal keterampilan itu saya jelaskan, pertama memang semua anak ikut keterampilan. Lalu dari keseluruhan itu saya lihat yang ada bakat, yang tidak bakat tapi ada kemauan untuk belajar. ” Menurut Informan 3, untuk mengenal diri anak lebih jauh perlu untuk mendekatkan diri dan mendapatkan kepercayaan dari anak asuh. Sehingga dengan berjalannya waktu, anak akan merasa nyaman dan mau dengan senang hati menjalankan tugas dan tanggungjawabnya di panti asuhan. “Anak-anak yang baru datang kesini itu beda-beda. Ada yang sempat menghilang entah dimana dia sembunyi. Terus ada yang menangis dia dikamar itu. Ya, kita sebagai orang tua kan, ya kita bujuk. Kita tanya maunya apa, rindu sama siapa. Mungkin rindu sama oppungnya, karena selama ini sama oppungnya. Lalu oppungnya udah nggak sanggup lagi, antar kesini. Kan nggak bisa lepas, jadi kita kasih tau pelan- pelan. “Nanti kan ketemu oppung, pasti. Kalau enggak kita telpon oppung ya ? Tapi makan dulu, harus makan. Kayak mana nanti oppung dengar kamu nangis. Lalu nanti seperti kurang makan. Nggak ada tenaga, kan sedih oppung disana.” Dari situ anak mau turun, makan. Tapi janji kita itu tetap ditepati, supaya anak tidak merasa dibohongi. ” Informan 3 berharap dengan mengajarkan keterampilan kepada anak asuh, membuat mereka lebih menggunakan waktu dengan baik. Anak asuh tidak meghabiskan waktu dengan bermalasan atau hanya dengan hiburan-hiburan saja. Universitas Sumatera Utara Keterampilan yang dimiliki juga diharapkan mampu membuat anak lebih berkembang, selain itu menjadi berguna bagi dirinya, keluarga, dan bangsa kelak. Pada akhirnya akan mampu untuk membantu orang lain pula. “Tujuan jadi pengasuh, kalo saya sih tugas saya untuk mengajari keterampilan itu supaya anak-anak menggunakan waktu sebaik-baiknya. Jadi mereka tidak menyia-nyiakan masa mudanya dengan yang tidak- tidak. Hanya hiburan-hiburan. Walau hiburan itu perlu, tapi jangan mau enaknya saja. Jadi saya mau anak ini berkembang. Saya bertujuan supaya anak ini menjadi orang yang bergunalah utnuk dirinya, keluarga, dan bangsa. Jadi kita nanti bisa berbagi dengan orang lain. ” Menurut Informan 3 menjadi pengasuh tetap memiliki tantangan tersendiri dalam membentuk pribadi anak. Berbekal pengetahuan dengan mencontoh cara mengasuh orang tua beliau dulu, Informan 3 merasa sanggup untuk mengajar dan mengarahkan anak asuh. “Untuk suka dukanya. Harus jatuh bangun juga kita membentuk pribadi anak. Saya liat anak itu. Kayak harus, harus bisa. Bagaimana pun Tuhan menciptakan semua sama. Jadi pas lagi keterampilan mau saya bilang itu begini, “Kamu akan saya asah terus sampai tajam. Walau nanti menipis”. Begitu saya buat guyon-guyon. Karena kadang anak sulit mengerti, tapi itu tadi saya harus bisa bentuk mereka. Dulu saya diajar sama orang tua saya begini, nah dari situ saya berkaca. Saya pilihlah yang baik-baik untuk diajarkan ke anak-anak ini. ” Tabel 5. Karakteristik Informan 3 Nama Lusiana Pandia Deskripsi pekerjaan Mengajarkan keterampilan kerajinan manik-manik dan menanggungjawabi wirausaha menjual kerajinan manik- manik. Latar belakang Sebelumnya adalah guru agama di Malang, namun kembali ke Medan untuk Universitas Sumatera Utara merawat orangtuanya dan akhirnya ikut bergabung menjadi pengasuh bidang keterampilan. Pandangan tentang pengasuhan Mengajarkan anak agar mandiri, bertanggung jawab dan berkembang secara pelan-pelan dan teratur, memberi contoh yang jelas dan tetap terus diawasi. Mengenali minat dan bakat anak, agar lebih mudah mengembangkannya, selain juga mengenali kemampuan anak sehingga dapat menyesuaikan dengan cara mengasuhnya. Memberikan pengertian dan motivasi dengan gaya yang ringan dan santai disertai humor. Memberikan bekal kepada anak melalui pengajaran dan memberi contoh, sehingga anak menjadi berkembang dan terasah. Hal tersebut dilakukan dengan sepenuh hati. Strategi Komunikasi Memberikan perhatian sesuai dengan tingkat kebutuhan anak. Mendekatkan diri pada anak dan mendapatkan kepercayaannya membuat anak akan dengan senang hati dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan pengasuh. Memberikan contoh, pengertian dan pengawasan agar anak menjadi paham apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Sumber Tabel: Hasil Penelitian Universitas Sumatera Utara Informan 4 Pak Hantoro Informan 4 bertugas dibidang pemeliharaan ternak dan kebun. Beliau termasuk sulit ditemui dikarenakan harus mengerjakan tugas-tugas ke luar panti asuhan seperti mengambil nasi ternak babi, menjemput kayu bakar, mengurus pekarangan dan kebun. Beliau yang pensiunan guru menerima tawaran menjadi seorang pengasuh dibandingkan tanpa kegiatan di rumah. “Ah, enggak. Aku nggak milih. Aku ditawarin. Ditawarin ya mau aja. Hehehe. Daripada di rumah bengong.Alasannya ya itu tadi karena sudah pensiun. Cuma tujuannya yah sekalian berbagilah. Dulu sempat aku setahun, pas awal-awal ikut mengasuh bagian pendidikan. Karena mengajar itu kan boleh dimana saja. ” Setelah menjadi pengasuh beliau tidak merasa ada perubahan yang signifikan dalam kehidupannya. Hal ini beliau merasa kegiatan mengasuh sama halnya dengan mendidik anak di bangku sekolah. Informan 4 sangat peduli pada pendidikan. Pencapaian prestasi yang tinggi oleh anak-anak pernah menjadi salah satu target beliau. Informan 4 telah mengasuh di Panti Asuhan Putri St. Angela Delitua selama 2 tahun. Pada tahun pertamanya di panti, Informan 4 juga menjadi pengasuh di bagian pendidikan. Setiap malam beliau menemani anak-anak belajar di ruang belajar. Namun akhirnya beliau kecewa dan merasa kontribusinya sia-sia. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa bersekolah tidak lagi ada tantangannya. Beliau juga bercerita bagaimana anak-anak memandang remeh ujian. Menurut Informan 4, anak-anak dididik menjadi cepat puas dan tidak ada perjuangnya, karena kalau ujian pasti diberikan kunci jawabannya. Melihat kenyataan ini , Informan 4 memilih untuk mundur pelan-pelan dan lebih memfokuskan diri pada tugas berternak dan berkebun. “Kehidupannya ya menurut saya masih sama dengan mengajar. Ya karena saya bergaul dengan anak-anak. Cuma kan beda, kalau dulu saya mengajar kan laki-laki semua, sekarang perempuan semua. Tapi sama aja saya pikir. Kalau disanakan anak SMA semua, disini SD, SMP, SMA. ” Informan 4 yang telah menjadi pengasuh selama 2 tahun mengaku telah merasakan pengalaman yang menyenangkan. Berdasarkan pengamatan peneliti, Informan 4 memang terkesan santai dan menikmati lingkungan panti asuhan. Universitas Sumatera Utara Sebelum peneliti mewawancarai Pak Hantoro, beliau sedang duduk di teras depan. Beliau hanya diam dan memperhatikan anak-anak yang kala itu sedang ramai, adanya yang bercerita, ada yang bersenda gurau, ada yang duduk tenang sambil membaca komik, ada yang berlari-larian dan bahkan ada pula yang berteriak- teriak. Namun beliau hanya mengamati dan tetap duduk tenang. Beliau istirahat sejenak sebelum bekerja kembali untuk menjemput sesuatu dari luar panti. Meski mengaku merasa senang selama menjadi pengasuh, tetap terdapat pula kejengkelan kecil yang beliau rasakan terkait kedisiplinan anak-anak panti dalam menyimpan alat-alat berkebun setelah digunakan. “Apa ya ? Saya seneng-seneng aja. Ooo, yang nggak suka itu kadang anak-anak ini. Kalo misalnya alat, parang misalnya golok. Itu kalau dia pakai, dimana dia pakai ya disitu dia tinggal. Ah itu aku sering kali. Cangkul, habis pake di kebun ya tinggal di kebun. Jadi tidak dikembalikan, padahal aku udah membuat disana. Ini golok, ini cangkul, ini untuk sepatu kan. Tapi yaudah tinggal aja gitu. Itu yang membuat alat- alat itu banyak yang ilang. Itu golok itu empat ilang. ” Kegiatan pengasuhan yang dilakukan beliau tidak melulu hanya mengurus ternak, karena setiap pengasuh diwajibkan mengenal anak-anak panti. Hal ini tentu mengharuskan setiap pengasuh memiliki cara untuk menjadi dekat dengan anak-anak, baik yang baru datang ke panti maupun yang sudah lama tinggal dipanti. Kebiasaan Informan 4 dalam mendekati anak-anak baru adalah dengan mendekati secara pelan-pelan. Beliau membiarkan anak tersebut untuk mendapatkan kenyamanannya terlebih dahulu. “Yah aku kurang bisa jawab ini, karena setiap hari urusannya ternak sama pekarangan. Cuma kalo anak baru masuk yang dideketin pelan- pelan, nanti juga terbuka sendiri. Kalo baru-baru yah masih bingung dia. Apalagi kita tau alasan anak dibawa kesini, pasti karena ada sesuatu di keluarganya. Jadi untuk kemandirian masih belum jadi sorotan utama kalo baru-baru. Perkembangannya, ya karena sudah terbiasa ya ikut jadwal sajalah. Ikut teman-temannya. Mereka sudah hapal itu tugasnya. ” Beliau mengaku telah mengenal semua anak panti dan mengetahui karakter-karakter mereka. Pendekatan secara pribadi beliau lakukan untuk Universitas Sumatera Utara mengenal setiap anak, salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan bergaul dengan anak-anak panti. Sehingga pada akhirnya anak-anak yang secara umum tidak terlalu terbuka mau bercerita tentang dirinya. “Ya bergaul aja, dengan bergaul aja. Dengan bergaul nanti apa ya, kalo dekat kita tanyai. Sedikit-sedikit. Saya takut tersingggung. Ya lebih pada pendekatan pribadi. Kan masing-masing anakkan berbeda, yang ini keras, yang ini pendiam, anak ini sering berisik. Jadi itukan pelan- pelan.” “Nggak. Nggak terbuka, susah ini ya. Ya, kadang-kadang kalo kita tanya pelan-pelan terbuka. Tapi kita tidak bisa mendetail karena apa ya masih ada yang masih ada yang ditutup- tutupi.” Dalam hal memberikan nasehat maupun motivasi, Informan 4 lebih memilih untuk menunggu suasana menjadi lebih tenang. Beliau lebih santai dalam menanggapi masalah yang ada, seperti kesalahan yang dilakukan anak-anak panti. Hal ini peneliti temukan saat berdoa rosario, yang kala itu dipimpin oleh Fitri Target Observasi 2. Pada saat memimpin ibadah Fitri lupa urutan doa yang akan diucapkan. Setelah doa selesai, Informan 4 memanggil Fitri dengan santai dan canda. “Cara menasehati, kalo saya ya memang lebih tidak saat itu. Kalo saya. Jadi misalnya berdoa ya, ribut aja saya ya bilang “Ck, kamu berdoa kok begitu.” Nah bilang gitu aja, udah. Dia akan ketawa-ketawa jawabnya, dia ndak sakit hati. Nggak kayak Lastiar. Ooo, Lastiar frontal. Udah khotbah. Menurut beliau perbedaan cara asuh beliau dengan pengasuh lain menunjukkan reaksi yang berbeda dari anak-anak asuh. Sebab cara yang lebih halus dan tenang merupakan cara yang lebih efektif untuk mendapatkan perubahan dalam diri anak. Ada kalanya ketika anak membandel, Informan 4 akan mendiamkan anak asuh sejenak. Setelah itu diajak untuk mengobrol pelan-pelan dan sambil dinasehati. Reaksi dari anak pun terlihat menerima kata-kata beliau dan tidak menimbulkan rasa sakit hati. Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Karakteristik Informan 4 Nama Dwi Hantoro Deskripsi pekerjaan Bagian pemeliharaan ternak dan kebun. Mengerjakan tugas-tugas ke luar panti asuhan seperti mengambil nasi ternak babi, menjemput kayu bakar, mengurus pekarangan dan kebun Latar belakang Sebelumnya merupakan seorang guru SMA di Jakarta, namun setelah pensiun beliau diajak Suster Bernadette untuk ikut bergabung menjadi pengasuh. Pandangan tentang pengasuhan Pengasuhan merupakan salah satu kegiatan berbagi. Kegiatan pengasuhan menarik bagi beliau karena pengasuhan anak panti asuhan sama saja dengan pola mengajar yang sebelumnya dilakukan sebagai seorang guru. Strategi Komunikasi Dalam melakukan kegiatan pengasuhan beliau lebih tenang dalam memberikan pengarahan. Mendekati anak secara pelan-pelan, beliau lakukan agar anak tidak merasa terganggu. Hal ini membuahkan hasil sehingga beliau telah mengetahui karakter anak-anak panti. Bergaul dalam lingkaran anak panti merupakan cara untuk memahami anak- anak, karena tidak semua anak memiliki sikap yang terbuka. Dalam menegur, memberi nasehat dan motivasi, Pak Hantoro lebih memilih untuk menunggu suasana menjadi lebih tenang. Sebab strategi demikian membuat Universitas Sumatera Utara anak lebih mau untuk menerima dan tidak sakit hati. Beliau cenderung lebih santai dalam menanggapi sikap kurang baik anak-anak. Sumber Tabel: Hasil Penelitian Informan 5 Kak Lastiar Berdasarkan penuturan Suster Bernadette sebagai penanggung jawab panti asuhan, Informan 5 merupakan pengasuh khusus di bidang pendidikan dan kreatifitas anak. Keberadaan Informan 5 sebagai pengasuh merupakan sebuah bentuk pengabdian atas bantuan Kongregasi Susteran untuk perkuliahan beliau sebelumnya yang dilakukan atas ajakan Suster Bernadette Informan 1. Selain hari Sabtu dan Minggu adalah hari kerja Informan 5 sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan di Medan. “Saya sih mobile aja pekerjaannya. Karena kalo ada kegiatan ikut juga, ngasih materi juga. Saya sudah cerita awalnya saya disini karena diajak suster. Yah mengabdi gitulah. Kata suster untuk setahun aja. Yah disinilah jadinya saya. ” Kegiatan pengasuhan yang telah dilakukan selama 1 tahun lebih memberikan banyak pengalaman baik yang menyenangkan maupun tidak. Namun pada umumnya pengalaman tidak menyenangkan terjadi karena kadang kala anak- anak tidak mandiri untuk mengerjakan tugasnya. Ketika pengasuh memberikan arahan terkadang anak tidak mematuhi arahan tersebut. “Suka dukanya ? Apa ya ? Sebenarnya kan saya jarang disini, cuma Sabtu-Minggu doang yang full. Cuma kalo sukanya ya bisa liat tingkah mereka yang kalau lagi mood. Kalau dukanya ya itulah, saya nggak ngerti mereka ini kadang. Payah banget ngertinya. Udah dibilangin masih aja, masih aja. Cepat banget bilang iya. Ntar itu lupa. Pernah saya bosan, saya diemin mereka. Saya cuma dikamar, terus ke dapur ketemu Bu Lina, ke ruang makan ambil nasi terus saya makan di kamar. Mereka heran awalnya. Tapi pas saya lewat, nggak sengaja dengar tuh ada yang bilang “Kok gak marah-marah kakak itu ya ? Padahal aku suka dengar dia Universitas Sumatera Utara marah- marah”. Siapa yang nggak sebel coba. Makanya orang ini aneh, masa suka dengar marah.marah.” Dalam memotivasi anak, cara yang dilakukan oleh Informan 5 adalah dengan membuat rekreasi terpimpin, diman kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan yang bervariasi seperti sharing kitab suci, menonton film bersama, serta kegiatan games. Pada kegiatan ini lebih menekankan kepada kesadaran diri. Hal ini juga terkait dengan slogan panti asuhan sebagai “Rumah Keberhasilan”. Informan 5 mengaku telah mengenal setiap anak panti. Informan 5 lebih memilih untuk mendiamkan anak dahulu dan mendekati anak secara pelan-pelan agar mereka merasa nyaman terlebih dahulu. Bagi anak yang baru masuk panti, akan diberi kesempatan untuk mengenal dan beradaptasi dahulu sehingga dapat merasa nyaman. Ada kalanya untuk mengenal anak asuh dengan menanyai teman dekatnya di panti. Selain itu Informan 5 juga akan mengajak untuk mengobrol dan mengamati tingkah laku anak tersebut. Meski anak-anak panti menilai beliau adalah pengasuh yang galak, tetap saja mereka mau bercerita secara terbuka kepada Informan 5 tentang teman satu kelas mereka, teman semeja, tentang kakak asuhnya, tentang saudaranya, juga tentang masalah yang mereka hadapi. Selain itu untuk bagi anak asuh yang berprestasi biasanya Informan 5 memberikan ucapan selamat, selain itu mengajak anak-anak lain untuk memberi tepuk tangan. Hal itu dilakukan agar mereka tetap semangat dan usahanya dihargai. Namun ada kalanya anak-anak melakukan tindakan yang kurang disiplin. Hal ini kadang menimbulkan Informan 5 merasa kesal. Jika mereka melakukan tidakan yang kurang disiplin awalnya Informan 5 hanya akan mengobrol biasa dan memberikan teguran biasa. Tetapi ada kalanya anak asuh tetap berkeras hati, dan saat itu Informan 5 membentak mereka, pada tahap selanjutnya akan dibentak dan kemudian dihukum dengan kegiatan seperti mengutip sampah, membersihkan kamar mandi dan beberapa kegiatan lainnya. Selain itu beliau juga akan mengancam akan mengadukan ke Suster Bernadette Informan 1, tapi pada akhirnya jika anak tetap membangkang untuk melakukan tugasnya maka beliau akan mengawasi semua pekerjaan mereka hingga tuntas. Universitas Sumatera Utara “Tergantung sih. Kalau saya itu, awalnya diomongin biasa aja dulu baik- baik. Terus itu kalo buat salah itu ditegur atau dibentak. Tapi kalo masih bandel dibentak sambil dihukum, bukan kekerasan fisik. Tapi misalnya disuruh ngutip sampah, bersihin kamar mandi, rapiin buku-buku, yang begitu-begitulah. Terus ada juga anak yang bebal, nah itu dibentak, dihukum terus diancam. Diancamnya ya diaduin ke susterlah. Tapi kalo masih bandel juga ya mereka diawasi terus kerjanya sampe bener. Sampe selesai. Dan ini sih yang paling bisa mempan. Tapi paling terakhir tuh, saya pernah sampe diemin mereka. Iya didiemin, nggak bergaul saya sama mereka. Cuma dikamar setelah kerja kan, terus ke dapur ketemu bu Lina. Ke ruang makan ambil nasi, teru s makannya dikamar. Begitu.” “Ditegur. Diajak ngobrol dulu, terus ditegur, dikasih tau. Kalo nggak bisa juga dihukum, kalo nggak bisa juga didiemin, tunggu dia sadar sendiri itu.” “Yang paling manjur ya, kalau ditegur langsung ditempat dia kerja terus diawasin. Ditunggu sampai dia b eresin, terus kita tegur lagi.” Tabel 7. Karakteristik Informan 5 Nama Kristina Lastiar Deskripsi pekerjaan Pengasuh khusus di bidang pendidikan dan kreatifitas anak, seperti membuat kegiatan untuk pertunjukan anak serta memberikan materi pengajaran kepada anak-anak. Latar belakang Keberadaan Kak Lastiar sebagai pengasuh merupakan sebuah bentuk pengabdian atas bantuan Kongregasi Susteran untuk perkuliahan beliau sebelumnya yang dilakukan atas ajakan Suster Bernadette. Selain hari Sabtu dan Minggu adalah hari kerja Kak Lastiar sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan di Medan. Universitas Sumatera Utara Pandangan tentang pengasuhan Pengasuhan merupakan salah satu cara untuk mengajarkan kesadaran diri, untuk mengenal diri. Hal ini berkaitan dengan keberadaan panti sebagai Rumah Keberhasilan. Sehingga dengan kegiatan rekreasi terpimpin atau memberikan materi dapat mengarahkan anak untuk mengenal diri dan pada akhirnya berkemauan untuk sukses. Strategi Komunikasi Rekreasi terpimpin merupakan kegiatan mingguan yang dilakukan Kak Lastiar untuk meningkatkan kesadaran anak serta mengasah kemandirian anak. Dalam mendekati anak, Kak Lastiar biasanya membiarkan dan mengamati anak dari jauh terlebih dahulu. Selain itu akan mencari informasi mereka dari teman-teman dekatnya. Namun pada akhirnya beliau juga akan mendekatkan diri ke anak-anak dengan mengajaknya mengobrol agar mereka terbiasa dan merasa nyaman untuk berbicara. Kak Lastiar akan memberikan ucapan selamat bagi anak yang berpretasi. Sedangkan untuk pelanggaran oleh anak asuh, beliau memiliki 5 tahapan dalam menanggapinya, antara lain : menegur biasa, membentak, menghukum, mengancam dan mengawasi. Sumber Tabel: Hasil Penelitian Universitas Sumatera Utara

4.4 Efektifitas Komunikasi yang Terjadi antara Pengasuh dengan Anak Panti Asuhan